You are on page 1of 5

OPERASIONAL BANK 2

Nama : Riski Hernika Nadapdap


kelas : BK-4D
Nim : 2005071039

Latihan Kliring

1. syarat peserta kliring, warkat yg dapat dikliringkan


Jawab :
 Syarat untuk Menjadi Peserta Kliring
Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi oleh suatu bank umum agar dapat menjadi peserta
kliring yaitu:
a) Suatu kantor bank umum diwajibkan ikut serta dalam kliring, setelah mendapat persetujuan
dari Bank Indonesia.
b) Mempunyai izin yang sah.
c) Keadaan administrasi dan keuangan memungkinkan bank itu untuk memenuhi
kewajibannya dalam kliring.
d) Simpanan masyarakat dalam bentuk giro dan kelonggaran tarik kredit yang diberikan
oleh kantor tersebut telah mencapai sekurang-kurangnya 20% dari syarat modal disetor
minimum bagi pendirian bank baru diwilayahnya.
e) Menyetor jaminan kliring sebesar 50% rata-rata kewajiban 20 hari terakhir dikurangi
40% rata-rata tagihan harian 20 hari terakhir. Kewajiban ini hanya berlaku bagi kantor
bank yang baru menjadi peserta kliring atau yang baru direhabilitasi. Jaminan kliring ini
hanya berlaku 6 bulan terhitungsejak tanggal penyetoran. Kewajiban menyetor jaminan
kliring ini tidak berlaku bagi peserta tidak langsung atau peserta yang pindah wilayah
klib.

 Warkat Yg Dapat Dikliringkan


Warkat-warkat yang dapat dikliringkan atau diselesaikan di lembaga kliring adalah warkat
warkat yang berasal dari dalam kota. Artinya cek atau Bilyet Giro yang dikliringkan harus
berasal dari kota atau wilayah kliring (clearing) yang sama.Sedangkan warkat-warkat yang
dapat dikliringkan oleh bank melalui lembaga kliring adalah sebagai berikut :
a) Cek (cheque)
b) Bilyet Giro (BG)
c) Wesel Bank
d) Surat Bukti Penerimaan Transfer dari luar kota
e) Lalu Lintas Giral (LLG)/ nota kredit

2. faktor warkat kliring ditolak


Jawab :
1. Dana tidak cukup.
2. Rekening Giro atauRekening Khusus telah ditutup.
3. Unsur Cek (tempat dan tanggal penarikan) atau syarat format Bilyet Giro (tanggal penarikan
dan/ atau tanggal efektif) tidak dipenuhi.
4. Unsur Cek berupa tanda tangan Penarik tidak dipenuhi
5. Syarat formal Bilyet Giro berupa nama dan nomor rekening Pemegang tidak dipenuhi.
6. Syarat formal Bilyet Giro berupa nama Bank Penagih tidak dipenuhi.
7. Syarat formal Bilyet Giro berupa jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka
maupun dalam huruf tidak dipenuhi secara lengkap.
8. Syarat formal Bilyet Giro berupa nama jelas Penarik dan /atau tanda tangan Penarik tidak
dipenuhi yaitu tanda tangan basah yang dapat dilengkapi dengan cap atau stempel sesuai
dengan perjanjian pembukaan rekening giro
9. Penunjukan Bilyet Giro dilakukan tidak dalam dalam tenggang waktu efektif atau tanggal
efektif dicantumkan tidak dalam tenggang waktu dan pengunjukan. Cek telah dibatalkan
oleh Penarik setelah berakhirnya tenggang waktu pengunjukan berdasarkan surat
permohonan pembatalan Cek dari Penarik Cek telah kadaluarsa atau tenggang waktu
pengunjukan Bilyet Giro telah berakhir.
10. Koreksi Bilyet Giro tidak sesuai dengan ketentuannya.
11. Tanda tangan Penarik tidak sesuai dengan specimen yang ditatausahakn oleh Bank. Tertarik
dan/ atau syarat formal Bilyet Giro diduga diisi oleh Pihak Lain selain Penarik.
12. Bank Penagih bukan merupakan Bank Penagih yang disebut dalam Cek Silang Khusus atau
dalam Bilyet Giro
13. Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh Penarik karena hilang atau dicuri dan
pemblokirannya harus disertai dengan asli Surat Keterangan dari Kepolisian.
14. Cek dan/ atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh Instansi yang Berwenang karena
diduga terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh Penarik atau Pihak Lain dan
pemblokirannnya harus disertai dengan surat pemblokiran dari Instnsi yang
Berwenang.Rekening Giro diblokir oleh Instansi yang Berwenang dan pemblokirannya harus
disertai dengan surat pemblokiran dari Instansi yang Berwenang.
15. Perintah dalam data elektronik Cek dan/ atau Bilyet Giro tidak sesuai dengan perintah dalam
Cek dan/ atau Bilyet Giro
16. Penerimaan data elektronik Cek dan/ atau Biyet Giro tidak disertai dengan penrimaan fisik
Cek dan/ atau Bilyet Giro.
17. Cek dan/ atau Bilyet Giro diduga palsu atau dimanipulasi.
18. Cek dan/ atau Bilyet Giro yang diterima oleh Bank tertarik bukan ditujukan oleh bank
Tertarik.
19. Tidak ada endosemen pada cek atas nama yang dialihkan kepada pihak lain yang diunjukkan
melalui loket Bank tertarik4 (over the counter).
20. Nota Debit tidak sesuai dengan ketentuan dan / atau perjanian yang mendasarinya.

3. Kalah Menang Kliring


Jawab :
Bank dinyatakan menang kliring apabila apabila nilai total warkat masuk nilainya lebih banyak
dari pada warkat yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya bank dinyatakan kalah kliring apabila
nilai warkat keluar lebih besar nilainya dari pada warkat masuk. Adakalanya warkat kliring tidak
memenuhi beberapa persyaratan sehingga tidak dapat dilakukan pemrosesan lebih lanjut, bila hal
itu terjadi maka akan dilakukan retur pada warkat tersebut. Pada dasarnya secara umum ada dua
macam warkat dalam penyelenggaraan kliring,dua warkat tersebut adalah : a. Warkat debet : cek,
bilyet giro dan nota debet. b. WArkat kredit : nota kredit dan nota kredit kliring. Suatu bank akan
menang kliring apabila mutasi debet giro pada Bank Indonesia lebih besar dari mutasi kredit
pada giro tersebut, sehingga rekening giro pada Bank Indonesia akan bertambah. Suatu bank
akan kliring apabila mutasi debet giro lebih kecil daripada mutasi kredit pada giro tersebut,
sehingga rekening giro pada Bank Indonesia akan berkurang. Bank yang kalah kliring
mengakibatkan semakin kecilnya reserve requirement yang harus dipelihara pada Bank
Indonesia. kalah kliring adalah bank yang mempunyai kewajiban yang lebih besar dibandingkan
dengan hak pembayaran yang mereka terima ke peserta (bank) kliring lainnya yang terjadi pada
1 hari kerja kliring.

Cara mengatasi kalah kliring ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
1. Memanfaatkan kelebihan dana giro dengan menyuntikkannya ke bank.
2. mencari pinjaman di pasar uang antar bank atau di pasar uang.
3. Memanfaatkan fasilitas BI seperti fasilitas diskonto jangka pendek, dan fasilitas diskonto
jangka panjang.

Yang dimaksud dengan menang kliring (net kredit) adalah hasil perhitungan Kliring Debet
secara nasional yang menunjukkan total tagihan Bank lebih besar daripada total kewajiban Bank.
Yang dimaksud dengan kalah kliring (net debet) adalah hasil perhitungan Kliring Debet secara
nasional yang menunjukkan kewajiban Bank lebih besar dari total tagihan bank Dengan kalah
kliring, maka akan terjadi penarikan dana pihak ketiga (DPK) secara besar-besaran. Bank yang
memiliki struktur kuat akan bankrut jika terjadi penarikan tersebut Menurutnya, langkah BI
adalah dengan menyuntikkan likuidtas ke perbankan karena saat kalah kliring, likuiditas
terancam Sementara langkah pemerintah adalah menerapkan kebijakan blanket guarantee, meski
langkah itu terkesan mundur. Blanket guarantee ini bisa mengurangi kepanikan. Sehingga orang
tidak perlu memindahkan dananya dari satu bank ke bank lain.

4. Pengertian kliring dan jenis – jenis warkat kliring!


Jawab.
Pengertian Kliring
 Kata kliring berasal dari kata clear (bahasa inggris). Kamus The New Groller Webster
International Dictionany of The English Language memberikan definisi clearing sebagai
berikut:“on each other and setting differences.”(Kegiatan mengadakan tukar menukar warkat
antar suatu bank dan menetapkan perbedaan perbedaanya).
 Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/18/PBI 2005
Kliring yaitu pertukaran warkat atau data elektronik antar peserta kliring baik atas nama
peserta maupun atas nama nasaba peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu
tertentu.
 Menurut (Suyatno dkk,1988: 73)
Kliring ialah sarana perhitungan warkat antarbank yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia
guna memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral.
 Menurut (Taswan, 2005: 67)
Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat surat
berharga atau surat surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank
Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk.
 Menurut Kasmir (2012:172)
Kliring merupakan jasa penyelesaian utang piutang antar bank dengan cara saling
menyerahkan warkat- warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring. Penyelesaian utang
piutang dimaksud adalah penagihan cek/bilyetgiro melalui bank.

Jenis – jenis warkat kliring


Jenis Warkat yang dibakukan untuk diperhitungkan dalam Kliring adalah: Cek, Bilyet Giro,
Wesel Bank Untuk Transfer, Surat Bukti Penerimaan Transfer, Nota Debet dan Nota Kredit.
 Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD) termasuk jenis-jenis cek seperti cek deviden, cek perjalanan, cek pemberian
atau cinderamata, dan jenis cek lainnya yang penggunaannya dalam Kliring disetujui oleh
Bank Indonesia;
 Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada Bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening
pemegang yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Giro Bank Indonesia (BGBI);
 Wesel Bank Untuk Transfer adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang
diterbitkan oleh Bank khusus untuk sarana transfer;
 Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota
yang dapat ditagihkan kepada Bank Peserta penerima dana transfer melalui Kliring
Lokal;
 Nota Debet adalah Warkat yang digunakan untuk menagih dana pada Bank lain untuk
untung Bank atau nasabah Bank yang menyampaikan Warkat tersebut. Nota Debet yang
dikliringkan hendaknya telah diperjanjikan dan dikonfirmasikan terlebih dahulu oleh
Bank yang menyampaikan Nota Debet kepada Bank yang akan menerima Nota Debet
tersebut;
 Nota Kredit adalah Warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada Bank lain
untuk untung Bank atau nasabah Bank yang menerima Warkat tersebut.

Warkat dinyatakan dalam mata uang rupiah dan bernilai nominal penuh, serta telah jatuh
waktu pada saat dikliringkan.

5. Mekanisme penerbitan DHNBI


Jawab:
Kriteria nasabah yang tercantum dalam DHNBI
Bank wajib menetapkan dan mencantumkan dalam DHIB identitas Pemilik Rekening yang
melakukan Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong sebagaimana dimaksud dalam Paragraf
11 ayat (2) jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
Penetapan Pemilik Rekening yang memenuhi kriteria untuk dicantumkan dalam DHIB dilakukan
oleh Bank Tertarik secara self assessment.
a. Melakukan penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang berbeda sebanyak 3 (tiga)
lembar atau lebih dengan nilai nominal masingmasing di bawah Rp500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah) pada Bank Tertarik yang sama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan; atau
Penarikan satu lembar Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang sama dan dilakukan berulang
kali, diperhitungkan sebagai satu lembar Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong.
b. Melakukan penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong 1 (satu) lembar dengan nilai nominal
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau lebih.

Tata Cara Penetapan Identitas Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong oleh KPDHN ke
dalam DHIB
a. Setiap kantor Bank wajib menatausahakan Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang
memenuhi kriteria DHN dan menyampaikan identitas Penariknya kepada KPDHN.
b. KPDHN melakukan kompilasi data Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong dari seluruh
kantornya sebagaimana dimaksud pada huruf a dan menetapkan Penarik Cek dan/atau Bilyet
Giro Kosong yang memenuhi kriteria DHN.
c. KPDHN mencantumkan identitas Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang memenuhi
kriteria DHN ke dalam DHIB.
d. Pencantuman identitas Pemilik Rekening dalam DHIB dilakukan sesuai dengan identitas
Pemilik Rekening pada saat melakukan pembukaan Rekening Giro. Untuk Rekening Giro
Gabungan, identitas seluruh Pemilik Rekening Giro Gabungan tersebut dicantumkan dalam
DHIB.
e. DHIB sebagaimana dimaksud pada huruf c disampaikan kepada Bank Indonesia untuk
diterbitkan menjadi DHN, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Penyampaian DHIB oleh KPDHN Bank Tertarik kepada Bank Indonesia dilakukan secara on
line melalui Sistem Informasi Daftar Hitam Nasional (SIDHN).
2) Dalam hal terjadi gangguan yang menyebabkan KPDHN tidak dapat menyampaikan DHIB
secara on line, maka KPDHN menggunakan aplikasi SIDHN yang ada di kantor Bank
Indonesia yang mewilayahi atau KPDHN Bank lain yang terdekat dengan tetap memakai
user id dan password KPDHN Bank Tertarik yang bersangkutan.

Periode Penyampaian DHIB


Penyampaian DHIB dilakukan secara berkala dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang telah ditetapkan memenuhi kriteria DHN
pada periode I yaitu periode tanggal 1 sampai dengan tanggal 15 dicantumkan sebagai data
DHIB periode I. Data DHIB dimaksud wajib disampaikan KPDHN kepad Bank Indonesia
mulai tanggal 16 sampai dengan paling lambat tanggal terakhir pada bulan yang
bersangkutan.
b. Penarikan Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong yang telah ditetapkan memenuhi kriteria DHN
pada periode II yaitu tanggal 16 sampai dengan tanggal terakhir pada bulan yang
bersangkutan dicantumkan sebagai data DHIB periode II. Data DHIB dimaksud wajib
disampaikan KPDHN kepada Bank Indonesia mulai tanggal 1 sampai dengan paling lambat
tanggal 15 pada bulan berikutnya.
c. Dalam hal tanggal terakhir masa penyampaian DHIB sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan/atau huruf b adalah hari Sabtu, Minggu, atau hari libur nasional, maka penyampaian
DHIB dilakukan paling lambat pada hari kerja sebelumnya.

Data DHIB dari KPDHN diproses dan diterbitkan oleh Bank Indonesia secara berkala
menjadi DHN, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Bank Indonesia menerbitkan DHN melalui Sistem Informasi Daftar Hitam Nasional
(SIDHN).
2) Waktu penerbitan DHN adalah sebagai berikut:
a) Data DHIB Periode I yang disampaikan KPDHN kepada Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud pada butir 2.a diterbitkan menjadi DHN oleh Bank Indonesia pada tanggal 1
bulan berikutnya, dan
b) Data DHIB Periode II yang disampaikan KPDHN kepada Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada butir 2.b diterbitkan menjadi DHN oleh Bank Indonesia
pada tanggal 16 pada bulan yang sama dengan penyampaian data DHIB tersebut ke
Bank Indonesia. Contoh dan ilustrasi periode penyampaian DHIB dan penerbitan
DHN adalah sebagaimana pada Lampiran 7.
3) Dalam hal penerbitan DHN pada tanggal 1 atau tanggal 16 sebagaimana dimaksud pada
angka 2) adalah hari Sabtu, Minggu, atau hari libur nasional, maka penerbitan DHN
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
4) Pencantuman identitas Pemilik Rekening dalam DHN yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penerbitan. Dalam hal Pemilik
Rekening melakukan Penarikan lagi Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong pada saat
identitasnya masih tercantum dalam DHN maka Bank Tertarik wajib mencantumkan
kembali identitas Pemilik Rekening ke dalam DHIB dan menyampaikan kepada Bank
Indonesia untuk dicantumkan ke dalam DHN pada periode berikutnya dan pencantuman
berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal penerbitan DHN yang terakhir.
5) Data dalam DHN bersifat rahasia dan hanya dapat diakses serta dipergunakan untuk
kepentingan Bank. Bank bertanggung jawab atas kerahasiaan informasi dalam DHN dan
penyalahgunaannya oleh pihak lain. Bank dapat memberikan informasi secara tertulis
mengenai DHN atas nama Pemilik Rekening Bank tersebut atas permintaan tertulis dari
Pemilik Rekening yang bersangkutan atau kuasanya.

6. Faktor peserta Kliring dihentikan


Jawab :
1. Saldo nasabah yang mengeluarkan warkat (Cek/ bilyet giro/) tidak cukup;
2. Rekening nasabah yang mengeluarkan warkat telah ditutup;
3. Persyaratan formal cek ata bilyet giro tidak dipenuhi;
4. Tanggal efektif billyrt giro belum sampai;
5. Cek ditarik kembali oleh si penarik setelah berakhirnya tenggang waktu penawaran;
6. Billyet giro atau cek dibatalkan penarik setelah akhir tenggang waktu penawaran;
7. Billyet atau cek sudah kadaluarsa;
8. Cek atau billyet dalam kondisi rusak
9. Coretan atau penambahan tidak ditanda tangani oleh si penarik;
10. Bea materai belum dilunasi;
11. Tanda tangan tidak cocok dengan specimen;
12. Stempel kliring tidak ada atau tidak sesuai dengan bank penerima;
13. Perhitungan encode kliring tidak sesuai dengan nominal sebenarnya

You might also like