You are on page 1of 8

PENGUATAN KEWASPADAAN NASIONAL DALAM RANGKA

MENJAGA KESATUAN BANGSA DAN KEUTUHAN NKRI


Oleh:
Drs. HERU MATADOR, M.Si

A. LATAR BELAKANG
Keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya Indonesia dengan
jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, pada satu sisi merupakan suatu
kekayaan bangsa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat
memberikan kontribusi positif bagi upaya menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Namun pada sisi lain, kondisi tersebut dapat membawa dampak
buruk bagi kehidupan nasional apabila terdapat ketimpangan pembangunan,
ketidakadilan dan kesenjangan sosial dan ekonomi, serta ketidakterkendalian
dinamika kehidupan politik. Di samping itu, transisi demokrasi dalam tatanan
dunia yang makin terbuka mengakibatkan makin cepatnya dinamika sosial,
termasuk faktor intervensi asing.
Kondisi tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara
yang rawan Konflik, terutama Konflik yang bersifat horisontal. Konflik tersebut,
terbukti telah mengakibatkan hilangnya rasa aman, timbulnya rasa takut
masyarakat, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, korban jiwa dan
trauma psikologis seperti dendam, benci, dan antipati, sehingga menghambat
terwujudnya kesejahteraan umum.
Pembentukan Pemerintah Negara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pada alinea kedua bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Selanjutnya
pada alinea keempat juga disebutkan bahwa negara bertujuan untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Amanat konstitusi tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab bagi
aparatur Pemerintah bersama masyarakat, untuk menciptakan ketahanan
nasional yang tangguh khususnya dalam rangka menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan dari luar maupun dari dalam, baik
langsung maupun tidak langsung, yang membahayakan eksistensi dan
kedaulatan Negara kita.
Euforia reformasi telah menjadikan kehidupan nasional Indonesia salah
arah, kebablasan, kehilangan kompas, dan mengabaikan kewaspadaan
nasional dari berbagai bentuk ancaman yang menghadangnya. Kondisi seperti

1
ini dirasakan sudah lebih dari satu dasa warsa ditengah hirup pikuk, kebisingan
dan kegaduhan demokratisasi. Demokrasi dianggap seakan hanya sebuah
tujuan dari suatu kebutuhan  kehidupan nasional yang dianggap juga sudah
tidak lagi membutuhkan rambu-rambu, pedoman dan atau  sikap yang disebut
kewaspadaan nasional. Kedepan, kondisi ini seharusnya segera diakhiri, agar
kehidupan nasional kembali kepada relnya yang benar, sesuai dengan
kesepakatan nasional 4 (empat) pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945,
sesanti Bhineka Tunggal Ika dan NKRI). Kondisi ini juga harus segera diakhiri,
sebelum disintegrasi bangsa semakin mendekat didepan mata, karena kualitas
kewaspadaan nasional kita semakin rendah.
Dinamika kehidupan kebangsaan akhir-akhir ini menunjukkan gejala
yang mengkhawatirkan karena dapat memicu terjadinya konflik sosial yang
mengakibatkan terganggunya stabilitas nasional dan terhambatnya
pembangunan nasional, bebera kondisi aktual yang mengindikasikan masih
berpotensinya terjadi gangguan keamanan dalam negari, gejala kerawanan
tersebut diantaranya:
1. Momentum Pilkada serentak 2017, telah mendorong adanya peningkatan
aktivitas dan konsolidasi dari Kelompok Islam Fundamentalis melalui
Ormas-Ormas yang terus mengusung dan memperjuangkan penegakan
Syariah Islam dan Khilafah Islam, dengan tidak mengakui Pancasila
sebagai dasar negara dan sistem demokrasi Pancasila.
2. Penggunaan hak dalam menyatakan pendapat dimuka publik dan melalui
saluran media sosial yang berlebihan untuk aktivitas Provokasi, Agitasi,
Propaganda negatif, dan penyebaran berita bohong (hoax) telah
mendorong perilaku intoleransi dan sikap anti kebhinnekaan serta memicu
perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Masih munculnya potensi konflik sosial berlatar belakang politik yang
terjadi pasca pelaksanaan Pilkada Serentak tahun 2017 di beberapa
daerah terutama di Provinsi Papua yang masih menyimpan potensi konflik,
seperti di Kabupaten Intan Jaya, Jayapura, Puncak Jaya, Tolikara, dan
Maybrat.
4. Masih adanya potensi konflik sosial yang berlatar belakang ekonomi, sosial
budaya, SARA, sengketa batas wilayah dan sengketa sumber daya alam di
beberapa daerah, yang masih perlu dilakukan penanganan dan
penyelesaian secara komprehensif, sebagai contoh: konflik Mesuji
Lampung, penanganan pengungsi pascakonflik Pelauw Maluku dan
Sampang Jawa Timur, serta permasalahan pendirian rumah ibadat di
beberapa daerah.
5. Meningkatnya aktivitas gerakan separtisme di Papua/Organisasi Papua
Merdeka (OPM), dalam bentuk yang paling aktual adalah upaya
penyanderaan warga di area PT. Freeport Indonesia di Distrik

2
Tembagapura Kabuapten Mimika oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)
atau TPN/OPM dengan melakukan kekerasan bersenjata dan upaya-upaya
untuk melakukan internasionalisasi permasalahan Papua dengan
mengkampanyekan bahwa di Papua telah terjadi pelanggaran HAM.
Berkenaan dengan ini, dengan memperhatikan data dari Pusat
Komunikasi dan Informasi (Puskomin) Kementerian Dalam Negeri, bahwa
dinamika peristiwa konflik secara nasional yang dicatat sebagai berikut pada
tahun 2010 tercatat 93 peristiwa konflik, pada tahun 2011 tercatat 77 peristiwa
konflik, pada tahun 2012 tercatat 128 peristiwa konflik, pada tahun 2013
tercatat 92 peristiwa konflik, pada tahun 2014 tercatat 83 peristiwa konflik,
pada tahun 2015 tercatat 58 peristiwa konflik, tahun 2016 tercatat 68 peristiwa
konflik dan pada bulan Oktober tahun 2017 tercatat 74 peristiwa konflik.
Menyikapi kondisi tersebut, negara harus hadir untuk melindungi
segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara,
sebagaimana tertuang dalam program prioritas nasional. Oleh karena itu
dibutuhkan peran, soliditas, sinergisitas, dan keterpaduan antar seluruh unsur
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dengan seluruh elemen
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, makna kehadiran negara
adalah; Pertama, memberikan jaminan tetap eksisnya cita-cita pembentukan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, mewujudkan persatuan dan kesatuan
bangsa, tanpa diganggu akibat perbedaan pendapat atau konflik yang terjadi
diantara kelompok masyarakat. Kedua, mewujudkan tujuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia yang terdiri
atas beragam suku bangsa, agama, dan budaya serta melindungi seluruh
tumpah darah Indonesia, termasuk memberikan jaminan rasa aman dan bebas
dari rasa takut dalam rangka terwujudnya kesejahteraan umum sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Ketiga, sebagai wujud tanggung jawab negara untuk
memberikan perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
melalui upaya penciptaan suasana yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera
baik lahir maupun batin sebagai wujud hak setiap orang atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda serta hak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan.
Selain beberapa hal tersebut di atas, tantangan nyata dan
permasalahan aktual saat ini yang harus diwaspadai dan ditangani oleh
Pemerintah antara lain sebagai berikut:
1. Penanganan dampak dari keputusan MK atas sengketa Pilkada tahun 2017
di provinsi Papua meliputi Kabuptaen Tolikara, Intanjaya, Jayapura,
Maybrat, dan Yapen;
2. Langkah-langkah antisipasi terhadap aktivitas Kelompok Kriminal
Bersenjata (KKB) atau TPN/OPM di Provinsi Papua;

3
3. Langkah-langkah strategis dalam mengantisipasi, cegah dini, dan detksi
dini mengahadapi Pilkada pelaksanaan sererntak tahun 2018 dan
persiapan memasuki tahapan aganda politik nasional tahun 2019; dan
4. Langkah-langkah strategis untuk menghadapi ancaman penyebaran faham
radikalisme dan terorisme, permasalahan gangguan Kamtrantibum di
perbatasan antar negara dan pemantauan aktivitas Lembaga Asing, Orang
Asing serta Tenaga Kerja Asing di daerah.
Beberepa permasalahan aktual tersebut merupakan potensi ancaman
kesatuan bangsa dan rongrongan terhadap keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), oleh karena itu diperlukan langkah-langkah
strategis guna melakukan pencegehan, pendeteksian dan upaya-upaya
antisipasi secara dini melalui optimalisasi pelaksanaan kebijakan bidang
kewaspadaan, program prioritas penanganan konflik sosial serta penguatan
kelembagaan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dalam
penanganan konflik sosial.

B. POLA PIKIR

Potensi ancaman dan kerawanan terhadap Kesatuan Bangsa dan


Keutuhan NKRI meliputi permasalahan IPOLEKSOSBUD HANKAM, perlu langkah
strategis dalam pengutaan Kewaspadaan Nasional. Tiga strategi yang
dilakukan, yaitu: Penyempurnaan Regulasi Bidang Kewaspadaan Nasinal;
Penguatan Kelembagaan; dan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia.
Kegiatan strategis bidang Kewaspadaan Nasional yang menjadi kunci
program prioritas terdiri dari tiga agenda utama: (1) Revisi Permendagri
Pemantauan Orang Asing, Lembaga Asing dan Organisasi Masyarakat Asing,
Permendagri tentang Pemantauan Tenaga Kerja Asing, Permendagri tentang
Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat dan Permendagri Kominutas Intelijen
Daerah. (2) Penguatan Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial, FKDM,
Kominda dan FPMMI. (3) Pelaksanan Pendidikan dasar, lanjutan, dan
strategis/analis Intelijen bagi apartur Kesbangpol Pusat dan Daerah.

C. KERANGKA REGULASI DAN SKALA PRIORITAS PROGRAM


Kewaspadaan Nasional adalah suatu sikap dalam hubungannya dengan
nasionalisme yang dibangun dari rasa peduli dan rasa tanggung jawab seorang
warga negara terhadap kelangsungan kehidupan nasionalnya — kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegaranya dari suatu ancaman.
Kewaspadaan Nasional juga sebagai suatu kualitas kesiapan dan kesiagaan
yang harus dimiliki olah bangsa Indonesia untuk mampu mendeteksi,
mengantisipasi sejak dini dan melakukan aksi pencegahan berbagai bentuk dan
sifat potensi ancaman terhadap NKRI. Kewaspadaan Nasional dapat juga
diartikan sebagai manifestasi kepedulian dan rasa tanggung jawab bangsa

4
Indonesia terhadap keselamatan dan keutuhan bangsa/NKRI. Oleh karena itu
Kewaspadaan Nasional harus bertolak dari keyakinan ideoligis dan nasionalisme
yang kukuh serta perlu didukung oleh usaha-usaha pemantauan sejak dini dan
terus menerus terhadap berbagai implikasi dari situasi serta kondisi yang
berkembang baik didalam maupun di luar negeri.
Dalam rangka penguatan Kewaspadaan Nasional, harus didukung oleh
regulasi dan instrumen kelembagaan yang dapat mengimplementasikan
berbagai kebijakan tentang kewaspdaan nasional. Sebagai landasan yuridis
formal untuk menjawab tantangan tersebut, maka Negara telah menentapkan
beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar untuk
Penanganan Konflik Sosial, yaitu (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2015 tentang Peraturan Tindak Lanjut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012
tentang Penanganan Konflik Sosial, dan (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Konflik
Sosial.
Disamping regulasi untuk penanganan konflik, dalam rangka
mengoptimalkan penguatan kewaspadaan nasional telah dilengkapi juga
dengan beberapa peraturan perundang-undangan lainnya yang lebih
komprehensif diantaranya:
1. Permendagri Nomor 49 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemantauan Orang
Asing, Lembaga Asing dan Organisasi Masyarakat Asing;
2. Permendagri Nomor 50 Tahun 2010 Tentang Pemantauan Tenaga Kerja
Asing di Daerah;
3. Permendagri Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Penerimaan dan Pemberian
Bantuan Ormas dari dan kepada Pihak Asing;
4. Permendagri Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Komunitas Intelijen Daerah;
5. Permendagri Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Forum Kewaspadaan Dini
Masyarakat;
6. Permendagri Nomor 64 Tahun 2011 Jo. Peremndagri Nomor 7 Tahun 2014
Tentang Pedoman Penerbitan Rekomendasdi Penelitian; dan
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Forum Persaudaraan Masyarakat Melanesia Indonesia.
Sebagai perwujudan dari pelaksanaan peraturan perundang-undangan
tersbut di atas, maka telah dirancang beberapa program kegiatan utama
yang menjadi skala prioritas bidang Kewaspadaan nasional pada tahun 2017
dan akan terus dikembangkan pada tahun 2018 yaitu: (1) Penguatan forum-
forum bidang kewaspadaan yaitu FKDM, dan penyempurnaan dan penyesuaian
keberadaan KOMINDA untuk tingkat Kabupaten/Kota; (2) Percepatan

5
pembentukan Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial serta penyempurnaan
sistem pelaporan Rencana Aksi Penanganan Konflik Sosial Provinsi dan
Kabupaten/Kota se Indonesia; (3) Penguatan kemampuan deteksi dini dan
peningkatan pelaksanaan fungsi intelijen bagi aparatur Kesbangpol Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/Kota; (4) mendorong Pembentukan Forum
Persaudaraan Masyarakat Melanesia Indonesia.

D. LANGKAH STRATEGIS, PELUANG DAN TANTANGAN


Untuk pengembangan program tersebut diatas, dalam rangka
mengahadapi pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2018 dan memasuki tahapan
agenda politik nasional tahun 2019, untuk penguatan Kewaspadaan Nasional
maka ke depan harus dipertimbangkan beberapa langkah strategis yang
dapat menunjang optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat
Kewaspadaan Nasional, Ditjen Polpum hal-hal sebagai berikut:
1. Perlunya penguatan dan penyempurnaan beberapa regulasi bidang
Kewaspadaan Nasional;
2. Mendorong Penguatan Forum-Forum di Daerah (FKDM, Kominda,
Forkopimda) dan Tim Terpadu Penanganan Konflik Sosial di Provinsi dan
Kabupaten/Kota se Indonesia;
3. Pengembangan sistem peringatan dini Penanganan Konflik Sosial yang
berbasis data dan sistem IT;
4. Menyelenggarakan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas cegah dini
dan deteksi dini bagi Aparatur Kesbangpol Provinsi dan Kabupaten/Kota;
5. Melakukan langkah-langkah antisipasi dan pemetaaan potensi kerawanan
konflik di daerah terutama dalam pelaksanaan Pilkada tahun 2018 dan
Agenda Politik Nasional tahun 2019;
6. Peningkatan koordinasi lintas Kementerian/Lembaga dalam rangka
antisipasi kerawanan di wilayah perbatasan antar negara dan pelaksanaan
pemantauan Orang asing, Lembaga asing, dan Tenaga Kerja Asing di
Daerah; dan
7. Peningkatan Pemantauan Perkembangan dinamika Sosial, Politik, dan
Kemanan di Provinsi Aceh, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta
mendorong pembentukan Forum Persaudaraan Masyarakat Melanesia
Indonesia (FPMMI) di Papua dan Papua Barat.
Beberapa peluang untuk melaksanakan penguatan Kewaspadaan
Nasional sangat terbuka karena didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut:
(1) Regulasi bidang Wasnas sudah cukup lengkap, bauk dari UU samapi dengan
Peraturan Menteri sebagaimana telah disebutkan di atas; (2) Kelembagaan
yang menjadi ujung tombag serta mitra strategis pemrintah sudah cukup eksis
di daerah seperti Timdu PKS, FKDM, Kominda, Forkopimda dan FPMMI; (3)

6
Dukungan anggaran dan masuk sebagai salah satu Program Priorotas Nasional
Pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla; (4) Kemauan politik dan dukungan
pemerintah daerah yang tinggi terhadap pelaksanaan kebijakan bidang
Kewaspadaan dan pembentukan Forum-Forum tersebut sudah 100% di Provinsi
se Indonesia.
Namun demikian, penguatan kewaspadaan nasional juga msih
dihadapakan kepada beberapa tantangan yang masih menjadi hambatan
dalam optimalisasi pelaksanaan kebijakan dan program prioritas bidang
kewaspadaan diantaranya: (1) Masih kurangnya tingkat pemahaman terhadap
regulasi apartur pemerintahan di daerah, terutama pada tingkat
kabupaten/kota; (2) Dukungan anggaran dari APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota yang belum proporsional dengan beban tugas Kesbangpol di
daerah; (3) hambatan politis sebagai konsekuensi dari dinamika Politik Lokal
pasca pelaksanaan Pilkada; (4) Belum optimalnya pelaksanaan Koordinasi lintas
sektor terutama dengan beberapa instansi vertikal di daerah; dan (5)
Permasalahan Kelembagaan Kesbangpol di Kabupaten/Kota, terutama
menyangkut status Kesbangpol, Penganggaran Forkopimda dan status Kominda
di tingkat Kabupaten/Kota.

E. REKOMENDASI

Dengan mencermati permasalah aktual, langkah strategis dan peluang


serta tantangan yang dihadapi, maka untuk melakukan penguatan
kewaspadaan nasional dalam rangka menjaga kesatuan bangsa dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, akan direkomendasikan beberapa
program kerja yang akan terus dikembangkan pada Direktorat Kewaspadaan
Nasioal sebagai berikut:
1. Melaksanakan upaya-upaya peningkatan kinerja Tim Terpadu Penanganan
Konflik Sosial Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota;
2. Mendorong pemerintah daerah untuk melakukan identifikasi dan
pemetaan potensi konflik di daerah;
3. Mengoptimalkan penyelenggaraan Puskomin dan Pengembangan sistem
peringatan dini penanganan Konflik Sosial sampai tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
4. Pengembangan kapasitas intelijen bagi Aparatur Kesbangpol Pusat dan
Provinsi, Kabupaten dan Kota;
5. Mendorong pembentukan Forum Persaudaraan Masyarakat Melanesia
Indonesia dan mengembangkan Forum Dialog;
6. Menyelenggarakan forum dialog dalam rangka kewaspadaan nasional
terkait masuknya orang asing/sindikat internasional ke wiliyah Indonesia,
pemantauan dan pengawasan aktifitas orang asing di daerah;

7
7. Penyusunan pemetaan permasalahan kewaspadaan nasional dan
monitoring evaluasi di wilayah perbatasan antar Negara;
8. Penyelenggaraan Komunikasi Sosial (Komsos) dan pembahasan isu-isu
strategis bidang kewaspadaan nasional di daerah Provinsi Aceh dan
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat;
9. Penggabungan Permendagri Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Forum
Kewaspadaan Dini Masyarakat Permendagri Nomor 11 Tahun 2006 Jo
Permendagri Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Komunitas Intelijen Daerah;
10. Penggabungan Permendgari Nomor 49 Tahun 2010 Tentang Pemantauan
Orang Asing Dan Ormas Asing Dan Permendgari Nomor 50 Tahun 2010
Tentang Pemantauan Tenaga Kerja Asing.

F. PENUTUP
Sebagai penutup, dengan memperhatikan pembahasan diatas, untuk
kedepan alternatif kebijakan kehidupan nasional yang dapat dilakukan
berkaitan dengan urgensi kewaspadaan nasional dalam rangka mencegah
disintegrasi bangsa dan menangkal berbagai ancaman yang akan merongrong
keutuhan serta kedaulatan Negara Kestauan Republik Indonesia. Oleh karena
itu, perlu ditegaskan kembali bahwa pada hakekatnya kewaspadaan nasional
merupakan sikap yang berkaitan dengan kualitas nasionalisme bangsa, kualitas
deteksi dini, peringatan dini, cegah awal, tangkal awal dan tanggap awal
bangsa terhadap berbagai bentuk ancaman tidak akan terwujud hanya oleh
kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah saja. Maka, sejak saat ini juga seluruh
komponen bangsa harus memiliki kesadaran dan meningkatkan komitmennya
masing-masing untuk ikut bertanggungjawab dan berperan serta secara aktif
guna mendukung pelaksanaan berbagai kebijakan dan program prioritas bidang
kewaspadaan nasional.

You might also like