Professional Documents
Culture Documents
LP RPK
LP RPK
Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan agresif sampai
kekerasan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang
lain dan memberikan ketenangan.
b. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
dapat menemuka alternatif.
c. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif : perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol.
e. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
kontrol. Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanivestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan
tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian
pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin
menyampaikan pesan bahwa ia ”tidak setuju, tersinggung, merasa tidak
dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan.” Rentang respon
kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada
respon yang tidak normal (maladaptif).
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
a. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
b. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/ keinginan tidak
baik.
c. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan
dengan melebihkan sikap atau perilaku yang berlawanan.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan
dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.
e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan pada
objek yang berbahaya.
f. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang
berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang yang dianggap
berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat
menyebabkan seseorang harga diri rendah (HDR), sehingga sulit untuk
bergaul dengan orang lain. Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain
tidak dapat diatasi maka akan muncul halusinasi berupa suara-suara atau
bayang- bayangan yang meminta klien untuk melakukan kekerasan. Hal ini
data berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan).
g. Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang
kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien dapat mempengaruhi
perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif). Hal ini yang
menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau menimbulkan kekambuhan
karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif).
III. A. Pohon Masalah
VI. SUMBER
Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP dan SP .
Jakarta: Selemba Medika
Said, S.2013. Laporan Pendahuluan Perilaku Kekerasan.
Sembiring, E.2011.Perilaku Kekerasan.
Sertiawan, L. B.2013.Keperawatan Jiwa :
Yosep. 2009. Keperawatan jiwa edisi refisi. Bandung: PT.Refika
Aditam
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data Subjektif (DS) :
Keluarga pasien mengatakan di rumah pasien marah-marah, sering membanting
barang, mengeluarkan kata-kata kotor dan mengancam akan membakar rumah
Pasien mengatakan malas minum obat karena bosan minum obat teratur pun tidak
sembuh-sembuh
Pasien mengatakan sudah tau cara mengontrol marah
Pasien mengatakan malas melakukannya karena tidak ada pengaruh
b. Data Objektif (DO) :
Mata pasien tampak melotot
Suara pasien tampak tinggi serta sering berteriak serta memaki orang yang melihatnya
Penampilan pasien tampak tidak rapih, berbau dan rambut acak-acakan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus
Membantu pasien melatih mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab PK
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
d. Mengidentifikasi akibat PK
e. Menyebutkan cara mengontrol PK
f. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol fisik I (tarik nafas dalam)
dan fisik II (Pukul bantal/kasur)
g. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian
B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum Wr.Wb Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Rani Julia,
panggil saya Rani, hari ini saya akan berbincang-bincang dengan ibu.”
“Nama ibu siapa? Senangnya di panggil apa?”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, masih ada rasa kesal atau marah?”
3. Kontrak
a. Topik
“Baiklah, kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah ibu.”
b. Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana jika 10 menit?”
c. Tempat
“ibu ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana jika kita berbincang-bincang
di taman?
d. Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang – bincang saat ini adalah agar ibu mampu mengatasi atau
mengendalikan resiko perilaku kekerasan yang pernah dilakukan ”
FASE KERJA (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)
1. “Apa yang menyebabkan ibu marah? Apakah sebelumnya ibu pernah marah? Apa
penyebabnya? Samakah dengan sekarang? Ooo.. jadi ada dua penyebab marah ibu
ya”
2. “Pada saat ibu sedang marah apa yang ibu rasakan? Misalnya saat ibu di rumah ibu
tidak diperbolehkan melakukan kegiatan seperti beres-beres (misalnya ini yang jadi
penyebab marah pasien), apa yang ibu rasakan?”
3. “Apakah ibu merasa kesal, terus dada ibu berdebar – debar, mata melotot, nada
suara tinggi, rasa ingin memaki orang yang ibu lihat?” “Setelah itu apa yang ibu
lakukan? Ooo.. iya.. jadi yang akan ibu lakukan saat sedang marah yaitu
membanting barang dan mengeluarkan kata-kata kotor. Apakah dengan cara ini rasa
marah ibu akan berkurang? Iya.. tentu saja tidak.”
4. “Apa kerugian dari cara yang ibu lakukan, betul.. saat ibu membanting
barang,barang-barang di rumah akan rusak, lalu ibu jadi menambah kesal dengan
cara memaki-maki orang yang ibu lihat. Menurut ibu, adakah cara yang lebih baik?
Maukah ibu belajar cara mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
5. “Ada beberapa cara mengatasi marah, bu Salah satunya dengan cara fisik, apakah
sebelumnya ibu sudah tau?”
“Waaah jadi ibu sudah tau ya caranya, dengan cara tarik nafas dalam dan memukul
bantal”
“Kenapa ibu harus malas?” apa yang ibu rasakan setelah melakukan cara seperti
tadi?”
“Baik karena menurut ibu tindakan seperti tadi tidak berpengaruh untuk ibu, saya
akan mempraktekan kembali bagaimana cara melakukannya”
6. “Begini bu, jika tanda-tanda marah sudah ibu rasakan, maka ibu berdiri, lalu tarik
napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan napas perlahan – lahan melalui
mulut sambil membayangkan bahwa ibu sedang mengeluarkan kemarahan. Silahkan
ibu mencoba melakukannya. Bagus...coba ibu lakukan sampai lima kali.bagus sekali
ibu sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaanya?”
“nah ibu selain dengan napas dalam, ibu juga bisa mengontrolnya dengan memukul
kasur atau bantal.”
“Sekarang mari kita latihan memukul bantal atau kasur. Nah, mana kamar ibu? Jadi,
jika nanti ibu merasa kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul bantal atau kasur. Nah, coba ibu lakukan.
Bagus... ibu dapat melakukannya.”
“Kekesalan dilampiaskan pada kasur dan bantal.”
7. “Nah, sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga jika sewaktu-waktu
rasa marahnya muncul, ibu sudah terbiasa melakukannya.”
TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evaluasi Klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang kemarahan ibu?”
b. Evaluasi Perawat (Objektif)
” Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi. Bagus!”
2. Rencana tindak Lanjut
“Sekarang mari kita masukkan jadwal latihan tarik nafas dalam dan memukul bantal
dalam aktivitas ibu. Lalu bila ada keinginan marah sewaktu-waktu segera gunakan
kedua cara tadi ya bu.”
3. Kontrak topik yang akan datang
a. Topik
”Baik ibu besok saya akan kembali lagi ke sini, besok kita akan membahas
bagaimana caranya mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat”
b. Waktu
“untuk waktunya nanti jam 08.00 pagi ya bu, bagaimana apakah ibu bersedia?
c. Tempat
“untuk tempatnya nanti kita bisa melakukannya di sini saja.”
“kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Assalamualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN
(SP II)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data Subjektif (DS) :
Keluarga pasien mengatakan di rumah pasien marah-marah, sering membanting
barang, mengeluarkan kata-kata kotor dan mengancam akan membakar rumah
Pasien mengatakan malas minum obat karena bosan minum obat teratur pun tidak
sembuh-sembuh
Pasien mengatakan sudah tau cara mengontrol marah
Pasien mengatakan malas melakukannya karena tidak ada pengaruh
b. Data Objektif (DO) :
Mata pasien tampak melotot
Suara pasien tampak tinggi serta sering berteriak serta memaki orang yang melihatnya
Penampilan pasien tampak tidak rapih, berbau dan rambut acak-acakan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus
Membantu pasien dengan menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
minum obat
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengavaluasi jadwal kegiatan pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK dengan minum obat
c. Mengajurkan pasien memasukan jdalam jadwal kegiatan harian
B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum Wr.Wb Selamat pagi bu,masih ingat dengan saya?.” Saya perawat
yang kemarin yang bersama ibu.
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, masih ada rasa kesal atau marah?” bagaimana kita
kalau berbincang bincang kembali seperti apa yang akan kita bicarakan kemarin?
3. Kontrak
a. Topik
“Baiklah, kita akan berbincang-bincang tentang obat yah bu.”
b. Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana jika 15 menit?”
c. Tempat
“ibu ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana jika kita berbincang-bincang di
taman?
d. Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang – bincang saat ini adalah agar ibu mampu mengatasi atau
mengendalikan resiko perilaku kekerasan yang pernah dilakukan dengan cara
meminum obat 6 benar”
FASE KERJA (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)
1. “ibu, apakah ibu minum obat secara teratur?” “jadi ibu jarang minum obat yah?”
“apa yang membuat ibu malas minum obat?” berapa macam obat yang ibu minum?.”
2. “ apabila ibu malas dan tidak teratur minum obat, ibu bisa kambuh dan sering marah
lagi, sulit kembali ke keadaan semula” “ kalau tidak ada perubahan setelah minum
obat, bisa dikonsultasikan degan dokter, jang diberhentikan minum obatnya yah bu”
“ apabila obat ibu habis, ibu bisa minta lagi ke dokter”
“ Ibu juga harus teliti lagi dalam meminum obat, pastikan itu benar-benar obat ibu,
jangan keliru dengan obat milik orang lain,baca kemasannya dan aturan minumnya
dari dokter.” (perawat menyiapkan obat yang telah diresepkan dokter hari itu) “ ini
yang warna kuning adalah THP 2 kali sehari jam 7 pagi dan jam 7 malam setelah
makan gunanya untuk rilex dan tidak kaku. Ini namanya Clozpin 2 kali sehari jam 7
pagi dan jam 7 malam setelah makan, gunanya agar ibu tenang. Dan ini obat
namanya Haloptidol 2 kali sehari jam 7 pagi dan jam 7 malam setelah makan.”
3. “ bagaimana ibu apakah mengerti apa yang saya sampaikan mengenai obat?” “ iya
jadi sekarang harus rutin dan lebih teliti lagi saat meminum obat yah bu, jika tidak
ada prubahan setelah minum obat, ibu bisa konsultasikan dengan dokter yah bu”
TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evaluasi Klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang cara minum obat
bu?”
b. Evaluasi Perawat (Objektif)
“ coba ibu sebutkan obat dan aturan minum obat ibu yang tadi apakah ibu masih
ingat? Iyaa bagus benar ibu “
2. Rencana tindak Lanjut
“Nah nanti ibu bisa pelajari tentang obatnya saya berikan catatan untuk ibu
memepelajarinya yah”
3. Kontrak topik yang akan datang
a. Topik
”Baik ibu besok saya akan kembali lagi ke sini, berbincang bincang dan kita
akan mempraktekan bagaimana caranya melatih ibu secara verbal”
b. Waktu
“untuk waktunya nanti jam 08.00 pagi ya bu, bagaimana apakah ibu bersedia?
c. Tempat
“untuk tempatnya nanti kita bisa melakukannya disini lagi.”
“kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Assalamualaikum wr.wb