You are on page 1of 27

DERMATOVENEREOLOGI

Anatomi Kulit Adneksa Kulit


A. Epidermis A. Kelenjar Keringat
- Stratum Korneum - Kelenjar Ekrin
- Kelenjar Apokrin
- Stratum Lusidum
B. Kuku
- Stratum Granulosum C. Rambut
- Stratum Spinosum
- Stratum Basale
B. Dermis
- Pars Papilare
- Pars Retukulare
C. Subkutis

Efloresensi Kulit
Lesi Primer Tampakan lesi saat awal penyakit, disebabkan langsung oleh proses
patologis tersebut
Makula Kelainan kulit berbatas tegas berupa
perubahan warna semata / bintik <
0,5cm. Contoh : freckles
Patch > 0,5cm. Contoh : vitiligo

Papul Penonjolan diatas permukaan kulit,


superficial, konsistensi padat, batas
tegas. Ukuran <0,5cm. Contoh : kutil
Plaque >0,5cm akibat perluasan
papul/gabungan papul. Contoh : liken
simpleks kronis

Bulla Vesikel berukuran >0,5cm. Bila berisi


pus -> bula purulenta
Contoh : pemphigus, luka bakar derajat 2
Pustul Vesikel yang berisi cairan purulenta/ pus.
Contoh : acne, impetigo

Nodul Lesi solid, palpable diatas, selevel, atau


di bawah permukaan kulit (hingga
dermis/subcutan) ±1cm
Contoh : xantoma, lipoma
Tumor >1cm/nodul

Urtika Edema setempat, timbul mendadak, dan


perlahan menghilang

Lesi Tampakan lesu sesuai progesi lesi primer, atau berubah akibat
sekunder pengaruh eksternal
Erosi Kehilangan jaringan tidak meleihi
stratum basale, terlihat serum
Eksoriasi Kehilangan jaringan, sampai stratum
papilare, terlihat darah yang keluar selain
serum
Ulkus Kehilangan jaringan melebihi stratum
papilare, memiliki dasar, dinding dan
tepi
Fisura Diskontinuitas kulit, terbelah tanpa
kehilangan jaringan
Skuama Lapisan stratum korneum yang terlepas
dari kulit, dapat bersifat halus dan kasar.
Contoh : psoriasis
Krusta Cairan badan yang mengering di atas
permukaan kulit, dapat bercampur
dengan jaringan nekrotik maupun benda
asing
Kista Ruangan berdinding terbentuk secara
patologis, berkapsul, berisi cairan, sel,
maupun sisa sel
Abses Pus dijaringan, berbatas tegas, dengan
dinding, disertai tanda inflamasi akut
Likenifikasi Penebalan kulit dan relief yang semakin
jelas

Susunan Lesi
- Linear : Tersusun menyerupai garis
- Anular: Menyerupai cincin (lingkaran)
- Arsiner : Menyerupai busur
- Polisiklik : Bentuk asiner yang saling bergabung
- Konfluens : Saru lesi induk, dikelilingi lesi satelit yang lebih kecil

Ukuran
- Milier : Seukuran jarum pentul
- Lentikuler : Seukuran biji jagung
- Gutata : Setara tetesan air
- Numular : Seukuran uang logam
- Plakat : Seukuran telapak tangan dewasa

Distribusi
- Regional : Lesi terbatas, hanya di satu tempat
- Soliter : Hanya satu lesi
- Diskret : Tersebar satu per satu, umumnya luas
- Universalis : Hampir seluruh tubuh (90-100%)
- Generalisata : Tersebar pada sebagian besar badan
- Serpiginosa : Proses yang menjalar ke satu jurusan, diikuti oleh
penyembuhan bagian yang ditinggalkan.

Infeksi Bakterial Kulit

A. Impetigo
Merupakan infeksi bakteri superficial (terbatas pada epidermis), umumnya
akibat Streptococcus (impetigo krustosa) atau Staphylococcus) impetigo bulosa).

Impetigo krustosa / non bullosa


Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga
terlihat krusta tebal bewarna kuning seperti madu, jika dilepaskan terdapat
erosi dibawahnya. Predileksi pada wajah, leher dan ekstrimitas pada
sebagian besar kasus lesi asimtomatik tetapi dapat juga disertai gatal ringan.

Impetigo bullosa / cacar monyet


Kelainan kulit berupa eritema, bula dan bula hipopion. Terkadang bula/ vesikel
telah memecah sehingga yang tampak hanya kolaret dan dasarnya masih
eritematosa. Tempat predileksi seperti lipatan leher dan aksila. Ditandai
perubahan cepat vesikel menjadi bulla berdinding lunak dengan Nikolsky sign
negatif.
Pemeriksaan penunjang :
- Pewarnaan gram : Kokus Gram positif berkelompok
- Kultur bakteri

Terapi -> antibiotik dan hygiene kulit


- 1st line
Topikal : mupirocin 2x1, asam fusidat 2x1, bacitracin 3x1, kloramfenikol 3x1
Sistemik : Amoxicillin 25mg/KgBB dibagi dalam 3 dosis; 3x500mg
- 2nd line (bila alergi penisilin)
Sistemik : Azithrimycin 1x500mg, kemudian dilanjutkan 1x250mg selama 4
hari, Clindamycin 15mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis, Eritomycin 4x250-
500mg selama 5-7 hari.

B. Ektima
Ulkus superficial dengan krusta diatasnya disebabkan oleh staphylococcus
atau streptococcus. Manifestasi klinis diawali dengan vesikel atau
vesikopustul yang meluas dan dalam beberapa hari ditutup oleh krusta tebal.
Bila krusta diangkat dijumpai ulkus superficial berbentuk lekukan dangkal dan
tepi meninggi (punched out lession).

Pemeriksaan penunjang
- Pengecetan gram : kokus gram positif berkelompok
- Kultur bakteri : Staphylococcus aureus dan group a Streptococcus

Terapi
- kompres basah terbuka untuk mengangkat krusta
- ektima non komplikata -> antibiotik topikal : mupirocin topikal atau fucidic
acid 2x1, bacitracin 3x1
- ektima berat/ refrakter -> antibiotik sistemik : cephalexin 4x250mg atau
2x500mg, doksisiklin 1x200mg atau 2x100mg, amoxicillin 3x500mg,
cotrimoxazole 2x1tab

C. Folikulitis, Furunkel, Karbunkel


Infeksi follikular oleh Staphylococcus aureus.
Folikulitis
Inflamasi pada folikel rambut, dengan papul/pustul yang ditengahnya terdapat
rambut. Nyeri tidak terlalu hebat, tidak disertai demam.
Furunkel
Inflamasi folikel rambut dan jaringan disekitarnya, diawali dengan radang
folikel rambut, membesar menjadi nodul eritematosa. Predileksi wajah,
aksilla, pantat dan perineum. Dapat disertai demam.
Furunkulosis : fururnkel yang lebih dari satu
Karbunkel : kumpulan furunkel
Terapi
Antibiotik topikal (mupirosin 2x1, basitrasin 3x1, kloramfenikol 3x1)
Antibiotik sistemik jika infeksi berat
Untuk furunkel dan karbunkel terapi ditambah insisi dan kuretase isi.

D. Erisipelas dan Selulitis


Infeksi akut yang disebabkan oleh S. pyogenes dan Streptococcus B Hemolyticus
group A.
Erisipelas : infeksi jaringan subkutis superfisial, eritema, batas tegas.
Selulitis : peradangan supuratif terutama melibatkan dermis dan jaringan
subkutis, memiliki batas tidak tegas, lebih dalam dari erisipelas.

Terapi
Non farmakologis : istirahat, elevasi tungkai, drainase (bila terdapat abses)
Farmakologis :
- Simtomatik
- Antibiotik : 1st line golongan penisilin, bila alergi gunakan golongan makrolide

Infeksi Jamur Kulit


Infeksi jamur dibagi menjadi superfisial, subkutan dan sistemik. Infeksi jamur
superfisial dibagi menjadi dermatofitosis (tinea) dan non dermatofitosis.
Perbedaan keduanya adalah dermatofitosis melibatkan keratin pada stratum
korneum, rambut dan kuku sementara non dermatofitosis hanya menyerang
lapisan kulit terluar, dan dapat menyerang keratin.

A. Dermatofitosis / Tinea
Disebabkan oleh Trichphyton sp., Epidermophyton sp., Microsporum sp.
Gejala Klinis
Patch / Papul eritem dengan skuama halus, berbentuk anular atau
semilunaris, tepi aktif, terdapat central healing, dan gatal terutama bila
berkeringat
Diagnostik
- wood lamp : Blue-green fluorescene
- Direct Microscopy : KOH 10-30% -> hifa panjang, sekat yang jelas
- kultur : Saboraud’s agar

Klasifikasi dan terapi


- Kapitis (kepala) : griseofulvin oral 1x500mg 4-6 minggu
 Graypatch ringworm : papul eritem sekitar batang rambut. Rambut
abu-abu dan mudah patah.
 Kerion : benjolan luna, pus (+), dapat demam dan limfadenopati
 Blackdot ringworm : rambut rapuh dan patah tepat pada muara folikel
sehingga terdapat gambaran bintik hitam “black dot”
- Korporis (badan), kruris (selangkangan) : golongan azol topikal, jika
luas/gagal griseofluvin oral 1x500mg 2-4 minggu
- unguium (lempeng kuku) : itrakonazol oral 2x200mg 1 minggu (kuku
tangan), 1x200mg 12 minggu (kuku kaki dan dengan atau tanpa kuku
tangan), terbinafin oral 1x250mg 6 minggu (kuku tangan), 12 minggu (kuku
kaki)
- pedis (telapak kaki, jari-jari kaki)

B. Non Dermatofitosis
Candidiasis
Disebabkan oleh Candida sp. Yang menyerang kulit dan mucous membrane
Klinis : makula atau plakat eritematosa (merah terang), dapat ditemukan
maserasi dengan pseudomembran, disekitarnya dikelilingi lesi satelit.
Predisposisi : DM, imunokompromis, penggunaan antibiotik atau steroid
jangka panjang
Predileksi : area lipatan seperti selangkangan, aksila, dan inframamae,
mukosa oral/vaginal, pada bayi didaerah popok
Lab : mikroskopis -> KOH : pseudohifa dengan blastospora; kultur
Terapi : hindari predisposisi, gentian violet untuk daerah mukosa (tidak efektif
untuk candida), krim azol atau azol oral

Pituriasis Versikolor
Disebabkan oleh Pityrosporum ovale (Malassezia furfur). sering ditemukan pada
dewasa muda dengan faktor predisposisi lembab dan produksi sebum tinggi
Klinis : makula hipopigmentasi (dapat hiperpigmentasi) dengan skuama halus
(powdery scale), kronis
Lab : KOH 10-30% -> hifa pendek, spora bergerombol (gambaran spaghetti
and meatball)
Terapi : topikal shampoo (selenium sulfida), azol topikal, jika lesi sangat luas
berikan azol oral.

Terapi Antifungal
Golongan azol : ketokonazol, miconazol, fluconazole
Miconazole
Topikal : tinea cruris, corporis dan cutaneous candidiasis 2x2 ue 2 minggu;
tinea versikolor 1x1ue 2 minggu, tinea pedis 2x2ue 4 minggu
Oral : candidiasis orofaring 1x50mg buccal tab 14 hari
Ketokonazole
Topikal : tinea korporis, tinea kruris 1x1ue 2 minggu; tinea pedis 6 minggu;
tinea versikolor 1x1ue 2 minggu.

Shampoo : ketombe tiap 3-4 hari hingga 8 minggu; dermatitis seboroik


2x/minggu selama 4 minggu
Oral : 1x200-400mg
Infeksi Virus Kulit

A. Varicella
Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyebar melalui direct
contact ataupun droplet.
Gejala Klinis
Dapat diawali dengan gejala prodromal (demam tidak terlalu tinggi, malaise,
nyeri kepala) -> erupsi kulit berupa papul eritematosa dalam beberapa jam
menjadi vesikel berbentuk embun (tear drops) diatas dasar yang eritematosa -
> pustul -> krusta. Sementara proses ini berlangsung timbul lesi baru
sehingga tampak ruam multiform (dalam satu waktu terdapat banyak lesi)
Lab
Tzanc smear (+) tampak multinucleated giant cell
Terapi
Simptomatik -> antipiretik, bedak salisil atau losio kalamin untuk mengurangi
gatal
Acyclovir 5x800mg PO, anak 4x20mg/kgBB/dosis selama 5 hari maksimal
800mg/dosis

B. Herpes Zoster
Reaktivasi dari virus varicella zoster yang dorman. Sebelumnya pernah
terkena varicella. Lesi vesikopapular dan bersifat dermatomal (mengenai
dermatom tertentu)
Terapi
Acyclovir 5x800mg PO selama 7-10 hari

C. Herpes Simpleks (HSV)


Infeksi HSV tipe 1 (di orofacial) dan HSV tipe 2 (genital)
Manifestasi Klinis
Gejala prodromal (demam) lalu timbul vesikel cepat pecah disertai rasa
terbakar
Terapi
Acyclovir oral 5x200mg PO selama 7 hari

D. Veruka Vulgaris / kutil


Papul verukosa yang disebabkan oleh infeksi virus human papiloma virus
(HPV). Predileksi di permukaan ekstensor ekstremitas. Dengan goresan
dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena koebner)
Terapi
Bedah kaustik, beku (nitrogen), skalpel, atau zat keratolitik (salisilat
konsentrasi tinggi), tinctura podofilin.

E. Moluskum Contagiosum
Infeksi Poxvirus yang menginfeksi sel epidermal. Transmisi dengan direct
contact. Papul multiple dome shaped dengan morfologi terdapat ‘delle’
(lekukan) ditengah papul (umbilicated), jika dipijat dapat mengeluarkan masa
putih seperti nasi (badan moluscum)
Terapi
Enukleasi isi, alternatif dengan kauter dan bedah beku

Infestasi Parasit Kulit

A. Skabies
Infestasi Sarcoptes scabiei dengan manifestasi tanda kardinal : gatal malam
hari, ditemukan terowongan, ditemukan tungau, terjadi pada orang
berkelompok. Lesi berupa papul, vesikel eritematosa. Diagnosis ditegakkan
dengan minimal 2 dari 4 tanda cardinal.
Predileksi
Bagian tubuh dengan stratum korneum lunak (lipatan jari jari tangan, lipat
ketiak, genital eksterna.
Pemeriksaan Penunjang
Burrow ink test
Terapi
Permetrin 5% sekali pakai, diulang minggu depan. Jangan berikan pada anak
<2 bulan; alternatif : sulfur presipitatum 6% (gunakan selama 3 hari berturut-
turut)

B. Pedikulosis Kapitis dan Pedikulosis Pubis


Pedikulosis kapitis disebabkan Pediculosis humanus dengan gejala gatal di kulit
kepala. Ditemukan telur yang melekat erat pada rambut atau kulit kepala.
Terapi : Gameksan 1%, oleskan dan diamkan 12 jam, malathion 0,5% / 1%
spray, permethrin 1% dibiarkan selama 2 jam.

Pedikulosis pubis disebabkan Phytrus pubis. Pada inspeksi ditemukan bercak-


bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut makula serulae
pada daerah pubis dan sekitarnya. Kutu dapat dilihat dengan mata telanjang
dan juga bisa didapatkan pembengkakan kelenjar getah bening.
Terapi : cukur rambut kelamin, gameksan 1% atau emulsi benzil benzoat 25%
yang dioleskan dan didiamkan selama 24 jam. Pengobatan diulangi 4 hari
kemudian jika belum sembuh.

C. Cutaneus Larva Migrans (Creeping eruption)


Invasi larva cacing Ancylostoma braziliense atau caninum yang mengakibatkan
lesi linear, berkelok-kelok.
Manifestasi Klinis
Gatal dan panas pada tempat infeksi, lesi berbentuk papul eritem tersusun
linear atau berkelok-kelok yang terus menjalar memanjang seperti benang
dengan kecepatan 2cm perhari. Keluhan dirasakan muncul sekitar 4 hari
setelah terpajan.
Faktor risiko : orang yang berjalan tanpa alas kaki, atau sering berkontak
dengan tanah atau pasir.
Predileksi : telapak kaki, bokong, genital dan tangan
Terapi :
Tiabendazol 50mg/kgBB/hari, 2x sehari, selama 2 hari atau albendazol
400mg sekali sehari selama 3 hari
Etil klorida dapat mengurangi gatal dan panas tapi tidak membunuh larva
Bila terjadi infeksi sekunder -> terapi dengan tatalaksana pioderma

Kelainan Kulit Lain

Pitiriasis rosea
Inflamasi ringan, belum jelas penyebabnya
Manifestasi klinis
Awalnya muncul bercak induk / Herald Patch dilengan atas atau badan
(soliter, oval, anular dengan skuama disekitarnya) kadang disertai rasa gatal,
lalu 4-10 hari kemudian disertai lesi kulit lebih kecil yang tersusun sejajar
dengan lipatan kulit membentuk poa pohon cemara terbalik.
Predileksi : badan, lengan atas proksimal dan paha atas
Terapi
Simptomatis (antihistain oral, kortikosteroid potensi ringan-sedang, losio
kalamin, atau urea sebagai pelembab kulit)

Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi


Dermatitis kontak alergi : mekanisme hipersensitivitas tipe IV akibat bahan
sehari-hari
Dermatitis kontak iritan : akibat bahan iritatif (akan menimbulkan gejala
dihampir semua orang). dapat bersifat akut (lesi basah/madidans, eritema,
edema, papul), subakut (lesi mulai mengering) hingga kronik (likenifikasi,
ekskoriasi, fisura)
Pemeriksaan penunjang : patch test / uji tempel
DKI -> alergen ditempel -> 24 jam kemudian dibuka -> eritem
DKA -> alergen ditempel -> 24 jam kemudian dibuka -> tidak eritem ->
beberapa hari kemudian baru muncul eritem (delayed respond)
Terapi
Hindari pajanan, topikal : jika lesi basah kompres (larutan PK 1: 10.000) jika
lesi kering berikan kortikosteroid topikal (sedang-akut)

Dermatitis Atopi
Penyakit kulit kronik-residif, terutama onset pada anak.
Terdapat 3 fase :
- bayi / infantil : lesi simetris pipi, kepala, ekstensor ekstremitas
- anak : simetris difleksura ekstremitas, fosa kubiti, fosa poplitea
- remaja/dewasa : simetris dileher, badan, ekstensor tungkai bawah
Terapi
Topikal kortikosteroid potensi ringan - sedang (hidrokortison, mometason)
pelembab (gliserin, propilen, urea), sistemik seperti antihistamin sedatif (atau
non sedatif pada dewasa)

Dermatitis Seboroik
Meningkatnya produksi sebum didaerah kulit kepala dan predileksi kelenjar
sebasea (wajah). dapat terkait faktor psikologis, imunokompromais. Pada bayi
jika skuama melekat pada kepala : cradle cap. Bentuk ringan : pitiriasis sika
(ketombe)
Terapi
Atasi faktor predisposisi (psikologis), kortikosteroid ringan-sedang, sulfur
presipitatum, antijamur golongan azol baik topikal maupun oral.

Acne Vulgaris
Peradangan unit pilosebasea, terutama terkait hormonal dan infeksi bakterial.
Predileksi wajah. Efloresensi tergantung jenisnya : komedo hitam (terbuka),
putih (tertutup), papul, pustul, nodus hingga jaringan parut. Perbedaan
dengan acne lain adalah pada acne vulgaris terdapat komedo.
Terapi
Edukasi makanan rendah lemak, isotretinoin topikal, antibiotik topikal,
antibiotik oral (tetrasiklin 2x250-500mg, doksisiklin 2x100mg, klindamisin 75-
300mg/hari dalam dosis terbagi) dan isotetrinoin oral

Psoriasis Vulgaris
Peradangan kronis dengan manifestasi plak eritematosa dengan skuama
tebal bewarna putih perak seperti mika. Tanda khas : fenomena tetes lilin (jika
digores tampak seperti lilin), tanda auspitz (bintik-bintik perdarahan jika lesi di
gores), fenomena koebner (kulit yang trauma dapat mengalami erupsi lesi
psoriasis)
Terapi
Kortikosteroid topikal poten-superpoten (kecuali lipatan, steroid lemah-
sedang), pelembab kulit, kalsipotriol (analog vitamin D3), tazaroten. Jika lesi
sangat luas memerlukan fisioterapi (PUVA) dan/ sistemik (seperti metotreksat,
siklosporin, antibodi monoklonal)

Miliaria
Kristalina : vesikel kecil, tidak ada keluhan
Rubra : papul eritematosa, gatal, relatif pedih
Profunda : jarang, papul keras tanpa tanda radang
Terapi
Edukasi agar kulit tetap kering, suportif : antihistamin untuk mengrangi gatal,
lotio calamine

Alergi dan Urtikaria


Reaksi imunologis (hipersensitivitas tipe I).
Manifestasi klinis
Edema batas tegas, kemerahan, bagian tengah dapat lebih pucat, mendadak
dan menghilang perlahan-lahan, gatal. Ice cube test dapat positif. Dapat
bersifat akut (<4minggu) atau kronik (>6minggu)
Lab : uji cukit kulit (skin prick test) dan IgE RAST
Terapi : antihistamin

Liken Simpleks Kronis / Neurdermatitis sirkumskripta


Plakat kulit yang likenifikasi dengan relief kulit yang sangat jelas, sangat gatal,
terdiri dari lingkaran setan (gatal-garuk-likenifikasi). lokasi di daerah yang
mudah terjangkau (leher, genital, permukaan ekstensor kaki)
Terapi
Steroid topikal potensi tinggi, penggunaan di malam hari

Lepra / Morbus Hansen


Penyakit menular, menahun akibat Mycobacterium leprae
Tanda utama kusta : kelainan kulit yang mati rasa, penebalan syaraf tepi
disertai gangguan fungsi, dan adanya basil tahan asam (BTA) pada
pemeriksaan slit skin smear
PAUSIBASILER (PB) MULTIBASILER (MB)
Bercak kulit 5 atau kurang >5
Penebalan saraf 1 saraf, baal lebih dominan Lebih dari 1 saraf
Distribusi Unilateral, bilateral asimetris simetris
Permukaan bercak Kering dan relatif kasar Halus dan mengkilap
Ciri lain Madarosis, hidung
pelana, facies leonina
BTA Negatif (umumnya) positif
Tatalaksana Rifampisin 600mg/bulan Rifampisin 600mg/bulan
DDS 100mg/hari DDS 100mg/hari
Cfz 300mg/bulan +
50mg/hari

Terdapat pula reaksi kusta yang terbagi menjadi 2, yakni :


- Reaksi tipe 1 disebut sebagai reaksi reversal, terjadi pada pasien PB dan
MB, segera setelah pengobatan dimulai, bercak kulit menjadi lebih aktif.
- Reaksi tipe 2 disebut sebagai eritema nodosum leprosum (ENL), hanya
pada kusta tipe MB dan terjadi lama setelah pengobatan dimulai. Klinis
berupa nodus kemerahan, lunak dengan nyeri tekan.
Reaksi kusta di tatalaksana dengan kortikosteroid prednison.
*MH tipe PB dengan satu lesi : berikan dosis tunggal ROM (rifampisin 600mg/
ofloksasin 400mg / minoksiklin 100mg)

Tumor Kulit Ganas


- Karsinoma sel basal / basal cell carcinoma (BCC) / basalioma
Nodular : nodus berkilat, translusen seperti lilin telangiektasia, mengkilap
(pearly appearance) dan dapat menjadi ulkus
- Karsinoma sel squamous
Nodul keras, permukaan dapat kasar dan berbenjol-benjol. Tumbuh relatif
cepat. Dapat membentuk ulkus.
- Melanoma maligna
ABCD : asimetri, border (batas) yang ireguler, color (variasi warna dari
lesi), dan diameter > 6mm. Lesi awal sering berupa nevus.

Terapi Dermatologi
Bentuk Vehikulum :
A. Kompres : untuk absorbsi eksudat atau pus
B. Bedak : efek mendinginkan, mengurangi gesekan, dapat menyerap cairan.
Tidak untuk lesi basah
C. Salap/unguentum : lengket, penetrasi sangat baik, untuk dermatosis yang
tebal (misal : liken simpleks kroniku). bukan untuk daerah berambut
D. Krim : tidak terlalu lengket, dapat menyebar dengan mudah, penetrasi tidak
sebaik salep. Diperkenankan untuk daerah berambut.

Jenis bahan aktif


- Asam asetat bersifat aniseptik
- Asam benzoat bersifat antiseptik dan fungisidal
- Asam salisilat : tergantung konsentrasi; 1-2% keratoplaso, 3-20%
keratolitik. Dapat juga digunakan sebagai kompres (konsentrasi rendah)
- Benzil benzoat : skabisid dan pedukulosid (20-25%)
- Kamfora 1-2% : antipruritus
- Tretinoin/ vit A : memperbaiki keratinisasi jaringan, sintesis DNA. Indikasi
untuk kelainan dengan sumbatan folikular, seperti acne vulgaris

Potensi kortikosteroid
I (super poten)
- Betametason dipropionat 0,05% salep
II-III (poten)
- triamsinolon asetonid 0,1%
- betametason dipropionat 0,05% krim
IV-VI (medium)
- mometason furoat 0,1% krim
- desonide 0,05% krim
VII (lemah)
- hidrokortison 1-2,5% krim

INFEKSI MENULAR SEKSUAL


Duh Tubuh Pria
Uretritis
A. Gonorrhea
- Disebabkan oleh Neisseria gonorrhea, masa inkubasi 2-7 hari
- Manifestasi klinis : keluhan kencing bernanah / ada sekret pada ujung
penis, rasa panas pada ujung kelamin dengan/ tanpa gejala nyeri saat
berkemih
- Lab : Bakteri diplokokus gram negatif, seperti biji kopi dari sampel sekret
uretra
- Terapi :
Sefiksim 400mg dosis tunggal per oral (lini pertama)
Kanamisin 2g, injeksi IM, dosis tunggal atau
Seftriakson 250mg, injeksi IM, dosis tunggal

B. Non Gonorrhea
- Disebabkan oleh Chlamydia sp. Harus dipikirkan sebagai penyebab
uretritis jika pada pemeriksaan mikroskopis tidak ditemukan gonokokus
- Terapi :
Azitromisin 1g, dosis tunggal per oral atau
Doksisiklin 2x100mg per oral, 7 hari
*doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak dibawah 12 tahun

Duh Tubuh Wanita


A. Trikomoniasis
- Disebabkan oleh Trichomonas Sp. dengan manifestasi klinis duh tubuh
warna hijau berbau busuk, saat pemeriksaan dalam tampak gambaran
strawberry cervix.
- Pemeriksaan penunjang : pewarnaan basah dengan NaCl
- Terapi :
Metronidazol 2g per oral dosis tunggal
Metronidazol 2x500 mg selama 7 hari

B. Kandidiasis Vulvovaginal
- Disebabkan oleh Candida sp. dengan manifestasi klinis duh tubuh khas
berwarna putih kental seperti susu/keju, gatal yang hebat, sehingga dapat
muncul lesi garukan/ekskoriasi. Cari faktor risiko seperti DM
- Pemeriksaan penunjang : pewarnaan KOH -> pseudohifa
- Terapi :
Klotrimazol 200mg intravagina, setiap hari atau
Klotrimazol 500mg intravagina dosis tunggal atau
Flukonazol 150mg per oral dosis tunggal atau
Itrakonazol 200mg per oral dosis tunggal

C. Bakterial Vaginosis
- Disebabkan oleh Gardnella vaginalis dan bakteri lain. Cenderung
menahum dengan sekret putih keabuan, berbau tidak enak. Pada whiff
test (meneteskaskan sekret dengan KOH) tercium bau amis (fishy-like
odor)
- Pemeriksaan penunjang : clue cell, whiff test (+), ph >5
- Terapi :
Metronidazol 2gr per oral dosis tunggal
Metronidazol 2x500mg selama 7 hari
Klindamisin 2x300mg/ hari per oral selama 7 hari

Ulkus Genital
A. Sifilis (Ulkus Durum)
Disebabkan oleh Treponema palidum. Ulkus soliter tidak nyeri dan relatif
bersih. Terbagi menjadi beberapa fase perjalanan, yakni :
- primer : ulkus genitalia eksterna, soliter, perabaan keras, tidak nyeri
- sekunder : ruam multipel pada kulit, mukosa, dan organ tubuh lain
- lanjut : guma, neurosifilis, sifilis kardiovaskuler
Pemeriksaan laboratoris dengan mikroskop lapangan gelap, serologi
(VDRL/RPR/TPHA/FTA ABS)
Terapi :
Lini pertama
- Benzatin benzinpenisilin 2,4IU IM, dosis tunggal
Lini kedua
- Penisilin prokain 600.000 U IM, 10 hari
- Doksisiklin 2x100mg PO, 30 hari
- Eritromisin 4x500mg PO, 30 hari

B. Chancroid
Disebabkan oleh Hemophilus ducreyi. Tampak ulkus multipel, nyeri, dasar
kotor. Pemeriksaan gram : basil kecil gram negatif, berderet seperti rantai.
Terapi :
Lini pertama
- Siprofloksasin 2x500mg PO 3 hari
- Eritromisin 4x500mg PO, 7hari
- Azitromisin 1g PO, dosis tunggal
Lini kedua
- Seftriakson 250mg IM, dosis tunggal

Bubo Inguinalis
Pembesaran kelenjar getah bening setempat di daerah pangkal paha disertai
rasa sangat nyeri dan fluktuasi kelenjar. Sering disebabkan oleh
limfogranuoma benerum dan chancroid. Meskipun chancroid erat
hubungannya dengan ulkus genital, namun dapat menyebabkan pembesaran
kelenjar getah bening.
Bubo yang berfluktuasi sebaiknya diaspirasi lewat kulit sehat didekatnya.
Jangan diincisi dan drainase karena penyembuhan akan lebih lama

Limfogranuloma Venerum
Infeksi menular seksual mengenai sistem pembuluh limfe dan kelenjar limfe
genital dan inguinal. Disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serotipe L1,L2
dan L3.
Terapi :
Lini pertama
- Doksisiklin 2x100mg/hari per oral 14 hari atau
- Eritromisin 4x500mg/hari, per oral, selama 14 hari
Lini kedua
- Tetrasiklin 4x500mg/ hari, per oral selama 14 hari

Kondiloma Akuminata
Infeksi HPV (terutama subtipe 5 dan 11) pada area anogenital. Lokasi
predileksi laki-laki (perineum, sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis,
muara uretra eksterna, korpus penis dan pangkal penis), perempuan (vulva,
introtus vagina, porsio serviks).
Manifestasi : masa vegetasi bertangkai, warna merah s.d. hiperpigmentasi.
Permukaan papilomatosa.
Terapi :
Diberikan oleh pasien :
- podofilotoksin
- imiquimod
Diberikan oleh dokter :
- lesi tunggal : elektrokauter, eksisi, laser
- lesi banyak : krioterapi, TCA
Kriteria rujuk :
- jumlah kondiloma amat banyak
- pasien imunodefisiensi
- anak
- ibu hamil
PSIKIATRI
Gangguan Mental Organik (F0)

Delirium/ Acute Confusional State (ACS)


Definisi
Suatu sindorma neuropsikiatrik kompleks dengan onset akut dan fluktuatif.
Merupakan reaksi organik akut yang ditandai dengan kesadaran berkabut
disertai gangguan atensi, orientasi, memori, persepsi, delusi, gelisah
dan/agitasi
Tanda dan gejala
Onset yang akut/cepat (jam-hari) umumnya disertai dengan kesadaran yang
berkabut dan gaduh gelisah (mencabut NGT, marah-marah, meracau,
mengamuk)
Bedakan dengan kondisi demensia, dimana pada demensia perjalanan
penyakitnya kronis/lebih panjang (bulan-tahun), ditandai dengan lupa (jalan
pulang, apakah sudah makan/belum, meletakkan barang). pasien demensia
memiliki kesadaran dan orientasi yang baik, walaupun pada fase lanjut,
orientasi pasien demensia dapat terganggu
Tatalaksana
Injeksi Haloperidol HCL 5mg IM dapat diberikan kepada pasien dengan
kondisi gaduh gelisah, gangguan orientasi waktu dan tempat yang bersifat
akut.
Tatalasana ideal -> mencari tahu dan mengatasi penyebab terjadinya delirium
pada pasien.

Demensia
Definisi
Suatu sindroma akibat penyakit/gangguan otak yang bersifat kronis-progesif,
dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal seperti daya oingat, daya
pikir, orientasi, daya tangkap, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa dan
daya nilai. Umumnya disertai dan diawali pemerosotan dalam pengendalian
emosi, perilaku sosial atau motivasi hdup.

Penyalahgunaan Zat (F1) dan Psikiatri Adiksi


Penyalahgunaan zat
Definisi
A. Intoksikasi
Kondisi dimana penggunaan zat menggunakan dosis berlebih, efek yang
muncul sesuai dengan efek farmakologis zat. Contoh : depresan
(benzodiazepin) membuat menjadi rileks, tenang, nadi turun, napas turun.
B. Withdrawal
Kondisi yang muncul akibat penghentian obat secara mendadak “putus zat”
dat menimbulkan efek farmakologis yang pada umumnya berlawanan dengan
gejala intoksikasinya (misal : putus benzodiasepin menyebabkan gelisah dan
takikardia)
C. Abuse
Kondisi penggunaan zat-zat yang tidak sesuai dengan budaya dan memiliki
konsekuensi medis, psikologis dan sosial serta tidak harus ada intoksikasi
atau withdrawal

Tanda, gejala, dan pemeriksaan fisik


A. Senyawa stimulan (metamfetamin (shabu), amfetamin, kokain, efedrin,
pseudoefedrin)
Serba ‘meningkatkan’ -> membuat ‘semangat’, euforia, atau iritabel (ansietas
hingga marah), menghilangkan kantuk.
Pemeriksaan fisik didapatkan takikardia, dilatasi pupil, agitasi psikomotor,
penurunan BB (sering dijadikan zat anoreksik)
Tatalaksana :
intoksikasi -> suportif (atasi demam, takikardi, agitasi psikomotor)
Withdrawal -> bromokriptin 0,625-2,5mg PO 3X1/hari

B. Senyawa benzodiazepin (diazepam, lorazepam)


Menanangkan (dapat menurunkan laju napas), pada pemeriksaan didapatkan
slurred speech (bicara tak jelas), inkoordinasi, dan gait (postur berjalan) tidak
stabil, stupor/koma
Tatalaksana :
Intoksikasi -> flumazenil 0,2mg IV, dapat diulang tiap menit denan dosis
maksimal 1mg.
Withdrawal -> fenobarbital 60mg 3x1 (atau benzodiazepin lain)
C. Senyawa opioid (morfin, heroin (putaw), tramadol, kodein)
Digunakan untuk mengurangi nyeri, membuat menjadi tenang, depresi napas.
Pemeriksaan fisik ditemukan : miosis, depresi nafas, konstipasi/ fungsi GI
menurun.
Tatalaksana :
Intoksikasi -> nalokson 0,4mg - 2 mg IV
Withdrawal -> metadon 20-30mg/hari dosis tunggal (opioid kerja panjang)
D. Senyawa halusinogen (ganja (kanabis), LSD)
Membuat halusinasi - tidak spesifik di satu struktur senyawa tertentu, banyak
senyawa yang dapat menimbulkan halusinasi dimana pasien akan melihat,
merasa, mendenfar atau mencium sesuatu yang tida ada.
Tatalaksana -> suportif dengan zat halusinogen
E. Rokok
Withdrawl effect akan muncul dengan gejala tersering adalah batuk, sakit
kepala, insomnia, emosi tidak stabil, sulit berkonsentrasi, dan nafsu makan
yang meningkat.
Tatalaksana :
Non farmakologi -> pendekatan berhenti merokok dengan 5A : ask (tanya
apakah anda merokok?) advice (anjuran untuk berhenti) assess (nilai, apakah
anda ingin berhenti sejarang) assist (ikuti program berhenti merokok dan
berikan motivasi) arrange (menyusun rencana tindak lanjut)
Farmakologi -> nicotine replacement therapy (NRT) dalam bentuk gum
(kunyah), patch (tempel), inhaler, tablet hisap. Bupropion SR 100mg 2x1,
vareniklin tartat 0,5mg 2-4x/hari

Skizofrenia = F2
Skizofrenia
Definisi
Adanya gejala psikotik merupakan ciri khas gangguan di kelompok gangguan
mental ini. Manifestasi klinis yang muncul dapat sebagai gejala positif
(halusinasi, waham/delusi) dan gejala negatif (menarik diri, perawatan diri
buruk) yang berlangsung lebih dari 1 bulan

Jenis skizofrenia beserta tanda dan gejala


A. Skizofrenia paranoid : waham kebesaran, rujukan,kejar. Merupakan jenis
skizofrenia yang tersering.
B. Skizofrenia hebefrenik : disorganized, proses pikir yang tidak terorganisasi,
tertawa patologis (giggling), buang air besar sembarangan.
C. Skizofrenia katatonik : gejala dominan retardasi psikomotor, postur/motorik,
seperti mempertahankan postur tubuh aneh, tidak bergerak, rigiditas,
mutisme, fleksibilitas serea
D. Psikotik akut : gejala menyerupai skizofrenia, dengan kriteria waktu untuk
skizofrenia tidak terpenuhi (umumnya <2 minggu)
E. Skizoafektif : gejala skizofrenia dan afektif sama-sama dominan muncul
atau setidaknya tidak ada gejala mania tanpa gejala psikotik yang
mendasarinya.
F. Gangguan psikotik lainnya
- Gangguan waham menetap : hanya gejala waham yang menonjol, tanpa
disetai gejala psikotik lainnya seperti halusinasi
- gangguan waham induksi : terinduksi atau tertular dari orang lain, biasanya
terdapat hubungan yang dekat antara yang menginduksi dan yang terinduksi

Tatalaksana
A. Antipsikotik generasi I (tipikal) terutama baik untuk gejala positif, namun
dapat memperburuk gejala negatif yang muncul pada pasien.
Contoh : klorpromazin 25 mg 3x1, haloperidol 2-20mg/hari dalam dosis
terbagi. Pada pasien dengan gejala akut yang berat seperti delirium (meronta,
mengamuk, meracau) dapat diberikan injeksi haloperidol IM (ketersediaan
yang lebih luas dibandingkan obat injeksi dan antipsikotik generasi II)
B. Antipsikotik generasi II (atipikal) baik untuk memperbaiki gejala positif
maupun gejala negatif yang muncul pada pasien. Antipsikotik generasi II
adalah first line untuk pasien dengan gejala psikotik.
C. Contoh : risperidon 2-8mg/hari, apiprazole 5-15mg/hari.

Obat Dosis harian Dosis max Efek samping keterangan


(dosis awal)
klorpromazin 400-600mg 800mg Aritmia,
(25-200mg) hipotensi
ortostatik, EPS
haloperidol 2-20mg (2- 30mg EPS,
10mg) peningkatan
kadar prolakin
risperidon 2-6mg (1- 8mg Peningkatan EPS relatif
2mg) kadar prolaktin minimal
(dibandingkan
APG I)
klozapin 150-600mg 900mg Sedasi, APG II
(25-50mg) hipotensi, dengan efek
agranulositosis, sedasi kuat
miokarditis

Pada pasien pengguna obat antipsikotik, dapat ditemukan efek samping


berupa gejala sindroma ekstrapiramidal :
- Akatisia : perasaan subjektif tidak bisa diam, gelisah, salah satu EPS
tersering
- Diskinesia tardif : gerakan mengecap mulut, menggerak-gerakkan leher,
irreversible
- Distonia akut : leher terpuntir, mata mendelik, kaku (rigiditas) pada otot
- Sindroma neuroleptik maligna (SNM) : kekakuan otot disertai demam dan
gangguan tanda vital, menyerupai gejala syok.
Tatalaksana Sindroma Ekstrapiramidal
- Menghentikan konsumsi anti-psikotik untuk sementara waktu
- Terapi simptomatik untuk mengurangi gejala yang muncul. Dapat
diberikan Trihexiphenidil (THP) atau Benztropin
- Pada pasien dengan diskinesia tardif, direkomendasikan untuk mengganti
obat antipsikotik menjadi klozapin
- Pada pasien dengan sindroma neuroleptik maligna, perlu dilakukan
balans cairan. Dapat diberikan dantrolene (muscle relaxant) dan
bromokriptin dengan dosis 0,625-2,5mg PO 3X1/hari. Bila SNM sudah
teratasi, antipsikotik dapat diganti menjadi klozapin.

Gangguan Mood (Afek) = F3

Depresi
Definisi
Gangguan suasana perasaan berupa mood yang menurun, minimal
berlangsung selama 2 minggu. Ditandai dengan mood menurun, lelah terus
menerus, hilang minat. Derajat depresi:
- Ringan : gangguan ringan dalam keseharian
- Sedang : gangguan mulai nyata, muncul gejala somatis (gangguan seksual,
keluhan tubuh)
- Berat : umumnya dengan ciri psikotik (waham, halusinasi) atau upaya ide
bunuh diri
Tatalakasana
SSRI -> fluoksetin 1x20mg (pilihan utama)
Apabila disertai ciri psikotik perlu antipsikotik
Apabila ada upaya/ide bunuh diri atau ditemukan perawatan diri yang sangat
buruk -> rawat inap

Ganggian Bipolar Tipe I


Definisi
Gangguan mood dimana setidaknya pasien memiliki satu episode mania.
Apabila terdapat dua episode depresi, pasien dikatakan sebagai depresi
berulang
Tanda dan gejala
Biasanya disertai dengan adanya episode depresi, namun episode depresi
tidak diperlukan untuk mendiagnosis gangguan bipolar tipe I
Tatalaksana
Mood stabilizer (lithium karbonal 800mg malam hari, asam valproat
500mg/hari). Pada pasien dengan gangguan bipolar episode depresi, perlu
diberikan kombinasi antara anti-depresan dan mood stabilizer. Permberian anti
depresan saja tanpa disertai dengan mood stabilizer dapat menyebabkan
munculnya gejala manik pada pasien.

Mania vs hipomania
mania hipomania
gejala Mood, motorik dan motivasi yang meningkat pada
keseharan pasien. Merasa sangat senang dan
bersemangat dan aktir. Menggunakan pakaian dan
perhiasan yang mencolok, tidak butuh
istirahat(energi berlebih). gejala berat dapat berupa
tidak butuh makan dan minum, sama sekali tidak
tidur hingga berperilaku nekat dan membahayakan
diri sendiri maupun orang lain. Gejala berat dapat
menyebabkan hendaya (gangguan fungsi)
durasi Berlangsung minimal berlangsung minimal 4
satu minggu hari
keparahan Menyebabkan Tidak menyebabkan
gangguan sosial atau gangguan yang berarti
fungsi pekerjaan dalam fungsi keseharian
Dalam menilai antara mania vs hipomania, utamakan dari keparahan gejala.
Apabila terdapat gejala yang menyebabkan gangguan serius dalam fungsi
keseharian pasen -> mania. Apabila gejala sampai menyebabkan gangguan
yang berarti dalam fungsi keseharian pasien -> hipomania

Gangguan Neurotik, Cemas, dan Somatoform = F4


Agorafobia
Definisi
Rasa takut/cemas berada di tempat atau situasi yang dapat menyebabkan
seseorang merasa terjebak. Seperti merasa takut di mal, pasar, stasiun.

Fobia Sosial
Definisi
Ketakutan di situasi yang mana menjadi perhatian orang (misal : presentasi di
depan umum). ketakutan akan dipermalukan di depan publik. Beda dengan
agorafobia, takut/cemas akan serangan panik di tempat ramai/terbuka.

Tatalaksana
Cognitive behavioral therapy (CBT), biasanya memerlukan farmakoterapi SSRI
(fluoksetin 1x20mg)

Fobia Spesifik
Definisi
Ketakutan terhadao hal yang spesifik (misal : takut kucing, serangga, warna
merah, air dan lain-lain)
Tatalaksana
Terapi paparan (exposure therapy), CBT
Farmakoterapi tidak terlalu bermanfaat pada kondisi fobia spesifik,
bandingkan dengan fobia sosial.

Gangguan Panik
Definisi
Adanya episode serangan singkat, namun berat ditandai dengan gejala
otonom (keringat dingin. Gemetar, nafas cepat, tanpa suatu pemicu yang
dapat menjelaskan gejala pada pasien.
Tatalaksana
Benzodiazepin 0,5mg 3x1 (maks dosis 10mg) dalam serangan, psikoterapi
suportif

Gangguan Cemas Menyeluruh


Definisi
Kecemasan dan kekhawatiran yang tidak rasional terhadap beberapa
peristiwa hidup, berlangsung minimal 6 bulan.
Tatalaksana
Cognitive behavioral therapy, antidepresan SSRI (fluoksetin 1x20mg),
benzodiazepin 0,5mg 3x1 (maks dosis 10mg) untuk fase akut. Dapat disertai
gejala somatik seperti berdebar-debar, ketegangan fisik, dan keterjagaan fisik.

Reaksi Stres Akut


Definisi
Gejala agitasi, menarik diri, kebingungan, terpaku yang terjadi akibat reaksi
terhadap suatu stresor (yang biasanya bersifat berat-sangat berat). Biasanya
tercapai perbaikan dalam 3 hari. Maksimal sudah perbaikan dalam 4 minggu.
Apabila lebih dari 4 minggu, dapat menyadi PTSD.
Tatalaksana
Trauma-focused cognitive behavioral therapy. Medikamentosa hanya jika gagal
dengan psikoterapi. Medikamentosa yang sering dipilih : propanolol,
risperidon dosis rendah-sedang.

Gangguan Penyesuaian
Definisi
Keadaan stress yang subjektif, mengganggu kinerja dan fungsi sosial pada
periode adaptasi terhadap perubahan dalam hidup yang bermakna. Onset
biasanya 1-3 bulan, durasi gejala tidak melebihi 6 bulan. Ciri predominan
dapat berupa reaksi depresi, ansietas, gangguan emosi, hingga gangguan
tingkah laku.
Tatalaksana
Psikoterapi. Medikamentosa tergantung ciri predominan, depresif dengan
SSR (fluoksetim 1x20mg); ansietas dengan SSRI + benzodiazepin alprazolam
0,5mg 3x1 (maksimal dosis 10mg).

Gangguan Stres Pasca Trauma / PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)


Definisi
Suatu reaksi yang muncul setelah mengalami suatu kejadian yang
katastropik. Ditandai dengan flashback (reka ulang kejadian), seperti orang
yang hampir tenggelam dapat berdebar-debar dan gelisah bila melihat film
tentang laut, disertai dengan ingatan kembali saat ia akan tengelam.
Nightmare (mimpi butuk), mudah terbangun dari tidur. PTSD dapat menetap
untuk waktu yang lama.
Tatalaksana
Psikoterapi : relaksasi
Medikamentosa : SSRI (fluoksetin 1x20mg), klonodin 0,1mg 2x1

Gangguan Obsesif Kompulsif


Definisi
Adanya pikiran, impuls dan citra yang menganggu dan berulang-ulang, serta
tidak dapat dilawan (obsesi) dan perilaku atau tindakan mental repetitif yang
mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya demi mengurangi
ketegangan yang disebabkan obsesinya (kompulsi) yang menjadi penderitaan
dan menganggu aktivitas pasien sehari-hari. Sifatnya ego-distonik (pasien
merasa ‘terganggu’) dan ingin bebas. Bedakan dengan gangguan kepribadian
obsesif kompulsif anankastik.
Tatalaksana
Medikamentosa dengan SSRI (fluoksetin 1x20mg, sertalin, paroksetin)
Non-medikamentosa dengan Cognitive behavioral therapy (CBT) -> exposure
and response prevention (ERP)

Gangguan Somatisasi
Definisi
Banyak keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan atau dibuktikan dari
pemeriksaan oleh dokter. Pasien ‘mengoleksi banyak gejala’. seperti “dok
saya sakit kepala, perut, mual, kesemutan,...” padahal pemeriksaan fisik dan
menunjang seringkali memiliki hasil normal.

Hipokondriasis
Definisi
Yakin menderita suatu penyakit tertentu, walaupun sudah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter dan tidak terbukti benar. Pasien tetap meyakini
‘suatu diagnosis’. contoh : “dok saya sakit kanker lambung”

Gangguan Konversi
Definisi
Gangguan psikiatri dalam bentuk gangguan neurologi. Misalnya pasien yang
buta setelah mendapatkan stresor berat. Pasien tidak berpura-pura, dan
benar bahwa ia menjadi buta tanpa penyebab kelainan orgaik. Pemeriksaan
fisik diluar gejala yang dikeluhkan oleh pasien seringkali normal.

Gangguan Psikosomatik
Definisi
Stresor psikis yang turut mempengaruhi atau memperberat suatu penyakit
somatis. Contoh : dispepia. Tergolong psikosomatik karena dipengaruhi oleh
stresor fisik

Gangguan Makan
Anoreksia Nervosa
Definisi
Tidak mau makan karena merasa dirinya masih terlalu gemuk, meskipun
kenyataannya sudah sangat kurus. Tubuh penderita seringkali kurus (sangat
kurus). dapat disertai tanda dan gejala defiseinsi zat.
Bulimia Nervosa
Definisi
Tidak dapat menahan nafsu makan, setelah makan akan merasa bersalah dan
memuntahkan serta minum pencahar. Biasanya pasien dapat makan dalam
jumlah yang sangat banyak (binge eating) sebelum dimuntahkan kembali.
Tubuh dapat normal atau justru gemuk.

PICA
Definisi
memakan sesuatu yang bukan makanan, seperti misalnya tanah, beling, es
batu. Berkaitan dengan anemia defisiensi besi.

Gangguan Tidur
Insomnia
Definisi
Kondisi tidur yang tidak memuaskan secara kuantitas dan atau kualitas
Jenis
- early : sulit memulai tidur
- middle : terbangun berkali-kali saat tidur
- late : bangun sangat awal lalu tidak dapat tidur kembali
Early insomnia terkait dengan gangguan cemas, sementara middle dan late
insomnia terkalit depresi.

Hipersomnia
Definisi
Serangan kantuk mendadak yang dapat terjadi berkali0kali dalam sehari.
Tidak terkait jam tidur. Di luar serangan, pasien tidak merasa ngantuk. Dapat
disertai katapleksi, paralisis tidur, dan halusinasi hipnagogik.

Somnabulisme
Definisi
Berjalan sambil tidur, biasa dapat kembali ke tempat tidur lagi dan tidak
memiliki ingatan apa pun tentang kejadian tersebut

Gangguan Kerpribadian
A. Kluster A = ‘Aneh’
1. Skizoid
Definisi
Kepribadian yang memilih menyendiri dan sama sekali tidak tertarik untuk
berinteraksi secara sosial. Hati-hati tertukar definisi dengan gangguan
kepribadian antisosial.

2. Paranoid
Definisi
Kepribadian yang sulit dan tidak percaya dan selalu menaruh kecurigaan

3. Skizotipal
Definisi
Kepribadian yang memiliki pikiran, persepsi dan kepercayaan yang aneh
seperti percaua dengan UFO yang akan menculik manusia bumi dan hal-hal
supranatural lainnya.

B. Kluster B = Berisik
1. Antisosial
Definisi
Kepribadian melanggar peraturan, berperilaku seperti preman.
Antisosial BUKAN dalam artian tidak ingin berinteraksi, yang mana
merupakan gangguan kepribadian skizoid.

2. Ambang
Definisi
Kepribadian impulsif, hubungan tidak stabil, mudah menilai seseorang baik
atau jahat.

3. Histrionik
Definisi
Kepribadian “drama queen/king” atau ‘lebay’, suka menjadi pusat perhatian,
heboh dan berlebihan dalam pakaian, ucapan dan tindakan.

4. Narsistik
Definisi
Kepribadian melebihkan diri sendiri, suka dipuji, dan sering merendahkan
orang lain. Pernyataannya dan dirinya harus selalu yang paling benar, tidak
menerima kritik.

C. Kluster C = Cemas
1. Cemas menghindar (Avoidant)
Definisi
Kepribadian pemalu, merasa tidak layak dan tidak kompeten untuk bergabung
dengan kelompok lain. Ingin bergabung namun takut ditolak (bandingkan
dengan skizoid yang memang tidak ingin, bukan karena merasa tidak layak)

2. Dependen
Definisi
Kepribadian merasa perlu orang lain terus menerus, tidak dapat bergantung
pada diri sendiri, tidak dapat mengambil keputusan untuk diri sendiri.
3. Obsesif Kompulsif (Anankastik)
Definisi
Kepribadian yang penuh keteraturan dan sikap perfeksionis yang berlebihan.

Gangguan Seksual
1. Transeksual
Definisi
Seseorang yang menginginkan dan atau sudah menjalani transisi dari laki-laki
menjadi perempuan atau perempuan menjadi laki-laki. Dapat melalui transisi
fisik berupa terapi hormonal atau operasi kelamin.

2. Transgender
Definisi
Seseorang yang secara sementara atau permanen mengidentifikasi dirinya
sebagai lawan dari jenis kelamin yang diperolehnya pada saat lahir.

3. Transvestisme
Definisi
Kepuasan seksual dengan menggunakan pakaian lawan jelnis. Contoh : laki-
lak sering menggunakan pakaian dalam istrinya, tetapi sehari-hari tetap
menganggap dirinya laki-laki dan berpakaian secara laki-laki.

4. Ekshibisonis
Definisi
Perilaku menunjukkan alat kelamin kepada orang lain, kepuasan diperoleh
saat melihat orang lain ketakutan atau berterial

5. Voyeurisme
Definisi
Kepuasan didapatkan dari perilaku mengintip (bukan melihat secara
langsung)

6. Sadisme
Definisi
Kepuasan didapatkan dengan cara menyakiti orang lain

7. Masokisme
Definisi
Kepuasan didapatkan dengan cara disakiti (atau menyakiti diri sendiri)

Retardasi Mental
Definisi
Penurunan kemampuan kognitif secara umum, dapat diklasifikasikan
berdasarkan poin IQ :
- ringan : 50-69
- sedang : 35-49
- berat : 20-34
- sangat berat : <20

Gangguan Perkembangan dan Tingkah Laku Anak-Anak


A. Autisme
Definisi
Termasuk gangguan perkembangan pervasif (menyeluruh, tidak spesifik di
satu bidang saja)
Tanda dan gejala
Onset sebelum usia 7 tahun, bahkan hampit selalu sebelum usia 3 tahun
sudah tamoak; ditandai dengan penarikan diri dari aktivitas sosial, perilaku
repetitif, gangguan perkembangan bahasa. Tidak terkait dengan trauma
psikologis, kegagalan orang tua, atau physical abuse.
Variasi
Beberapa variasi lain yang menyerupai autisme adalah
1. Asperger’s syndrome
Lebih banyak terjadi pada laki-laki; mirip autisme; namun perkembangan
kognitif baik dan tidak ada gangguan perkembangan bahasa
2. Rett’s syndrome
Lebih banyak terjadi pada anak perempuan; berkurangnya kecepatan
pertumbuhan lingkar kepala; kehilangan fungsi yang sebelumnya sudah
diperoleh (onset sekitar 5 bulan)
3. Childhood disintegrative disorder
Pada 2 tahun pertama perkembangan normal; lalu mulai kehilangan fungsi
bahasa, sosial dan muncul perilaku steretipik.

B. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)/ADHD =


Attention Deficit and Hyperactivity Disorder
Definisi
Onset sebelum usia 7 tahun dan harus tampak di dua situasi yang berbeda
(misal : sekolah dan rumah). gambaran klinis harus tidak sesuai dengan
perkembangan anak seusianya.
Tipe
Terdapat 2 tipe (atau dapat berupa campuran kedua tipenya)
1. Predominan inatensi jika tidak mau mendengarkan, mudah terdistraksi
2. Predominan hiperaktivitas/impulsif jika bicara terus, menjawab pertanyaan
‘duluan’, tidak bisa antre/menunggu giliran
Tatalaksana
Psikostimulan, seperti metilfenidat 10-60mg/hari dalam dosis terbagi,
psikoterapi,dan konseling orang tua. Group therapy mungkin bermanfaat.

You might also like