Professional Documents
Culture Documents
4.1 Peraturan Perlindungan Lingkungan Pertambangan - 2021 - POP
4.1 Peraturan Perlindungan Lingkungan Pertambangan - 2021 - POP
2
Maksud dan Tujuan Peraturan Perundangan
3
Pengertian
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Pasal 95
1. Menerapkan kaidah Pasal 96
teknik pertambangan 1. Ketentuan keselamatan dan
yang baik; kesehatan kerja pertambangan
2. Mengelola keuangan sesuai dengan 2. Keselamatan operasi pertambangan
sistem akuntansi Indonesia; 3. Pengelolaan dan pemantauan
3. Meningkatkan nilai tambah lingkungan pertambangan, termasuk
sumber daya mineral dan/atau kegiatan reklamasi dan
batubara; pascatambang
4.Melaksanakan pengembangan dan 4. Upaya konservasi sumber daya
pemberdayaan masyarakat setempat; mineral dan batubara
5. Mematuhi batas toleransi daya dukung 5. Pengelolaan sisa tambang dari suatu
lingkungan. kegiatan usaha pertambangan
dalam bentuk padat, cair, atau gas
Pasal 97 sampai memenuhi standar baku
“Menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke
mutu lingkungan sesuai dengan media lingkungan
karakteristik suatu daerah” 7
UU No. 3 Tahun 2020 dan UU No. 4 Tahun 2009
KEWAJIBAN PEMEGANG IUP dan IUPK
Pasal 98
Pasal 100
“menjaga kelestarian fungsi dan
1. Wajib menyediakan dana
daya dukung sumber daya air yang
jaminan reklamasi dan
bersangkutan sesuai dengan ketentuan
jaminan pascatambang;
peraturan Per-UU
2. Menteri dapat menetapkan
Pasal 99 pihak ketiga untuk melakukan
1. Pemegang IUP atau IUPK wajib menyusun dan menyerahkan reklamasi dan pascatambang
rencana Reklamasi dan/atau rencana Pascatambang;
2. Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan
dengan dana jaminan tersebut;
sesuai dengan peruntukan lahan Pascatambang. 3. Ketentuan sebagaimana
3. Dalam pelaksanaan Reklamasi yang dilakukan sepanjang dimaksud pada ayat (2)
tahapan Usaha Pertambangan, pemegang IUP atau IUPK diberlakukan apabila
wajib:
pemegang IUP atau IUPK
a. memenuhi keseimbangan antara lahan yang akan dibuka
dan lahan yang sudah direklamasi; dan
tidak melaksanakan reklamasi
b. melakukan pengelolaan lubang bekas tambang akhir dengan dan pascatambang sesuai
batas paling luas sesuai dengan ketentuan peraturan Per-UU. dengan rencana yang telah
4. Pemegang IUP atau IUPK wajib menyerahkan lahan yang telah disetujui.
dilakukan Reklamasi dan/atau Pascatambang kepada pihak
yang berhak melalui Menteri sesuai dengan ketentuan 8
peraturan Per-UU
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
PASAL 34
PASAL 32 PASAL 36
Setiap usaha dan/atau
Setiap usaha dan/atau Setiap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak termasuk
kegiatan yang berdampak kegiatan yang wajib memiliki
dalam kriteria wajib dampak
penting terhadap lingkungan AMDAL atau UKL-UPL wajib
penting wajib memiliki UKL-
hidup wajib memilikiAMDAL memiliki izin lingkungan
UPL
13
PP No. 55 Tahun 2010
PASAL 28 :
“Pembinaan dan Pengawasan”
2010
pemanfaatan lahan bekas
tambang sesuai dengan
peruntukannya;
Pasal 3, 4, 6,10,14, 44
1. Ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan menghormati nilai-nilai sosial dan
budaya setempat, dan
lingkungan hidup pertambangan
2. Penyusun rencana reklamasi dan pasca tambang
3. Jaminan reklamasi dan pasca tambang Perlindungan terhadap kuantitas
air tanah
15
REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
18
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Identifikasi Limbah B3 :
a.Sumber
b.Uji Karakteristik
c.Uji Toksikologi
Jenis Limbah B3 menurut sumbernya:
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
b. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang
tidak memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang, dan
bekas kemasan B3; dan
c. Limbah B3 dari sumber spesifik.
19
PERATURAN TERKAIT
1.Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-
51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di tempat kerja.
2.Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-
187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di tempat kerja.
3. Permen PUPR No. 27 Tahun 2015 tentang Bendungan
(termasuk bendungan untuk tailing/tailing dam)
20
Permen ESDM No. 26/2018
a. Pasal 20: pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup pertambangan
sesuai dengan dokumen lingkungan hidup; dan
b. Pasal 21: penanggulangan dan pemulihan
lingkungan hidup apabila terjadi pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
c. Pasal 22: reklamasi dan pascatambang serta
pascaoperasi
d. Pasal 23: menteri menetapkan pedoman
pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan, reklamasi dan pascatambang,
serta pascaoperasi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 20, pasal 21, dan pasal 22. 21
ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERTAMBANGAN
22
ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
23
ASPEK REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
Sesuai dengan Pasal 22 Ayat 1 :
Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib:
a. menyampaikan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sesuai Dokumen
Lingkungan Hidup;
b. menempatkan jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sesuai dengan
penetapan Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya;
c. melaksanakan Reklamasi tahap Eksplorasi;
d. melaporkan pelaksanaan Reklamasi tahap Eksplorasi;
e. menyampaikan rencana Reklamasi tahap operasi roduksi pada saat
mengajukan permohonan peningkatan IUP Operasi Produksi atau IUPK
Operasi Produksi; dan
f. menyampaikan rencana Pascatambang pada saat mengajukan
permohonan peningkatan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksi.
24
ASPEK REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
25
SANKSI
IUP dan IUP EKSPLORASI IUP dan IUPK OP
Sesuai dengan Pasal 50 Ayat 4 : Sesuai dengan Pasal 50 Ayat 3 :
Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Pemegang IUP Operasi Produksi
Eksplorasi yang tidak : dan IUPK Operasi Produksi yang
a. menyampaikan rencana tidak :
Reklamasi tahap Eksplorasi sesuai
Dokumen Lingkungan Hidup; a. menempatkan jaminan
Reklamasi tahap operasi
b. menempatkan jaminan produksi dan jaminan
Reklamasi tahap Eksplorasi sesuai
dengan penetapan Menteri atau Pascatambang sesuai dengan
gubernur sesuai dengan penetapan Menteri atau
kewenangannya; gubernur sesuai dengan
c. melaksanakan Reklamasi tahap kewenangannya;
Eksplorasi; b. menyampaikan rencana
d. melaporkan pelaksanaan Reklamasi tahap operasi
Reklamasi tahap Eksplorasi; produksi secara periodik;
e. menyampaikan rencana c. melaksanakan Reklamasi
Reklamasi tahap operasi roduksi tahap operasi produksi dan
pada saat mengajukan Pascatambang;
permohonan peningkatan IUP d. melaporkan pelaksanaan
Operasi Produksi atau IUPK Reklamasi tahap operasi
Operasi Produksi; dan produksi dan Pascatambang,
f. menyampaikan rencana
Pascatambang pada saat
mengajukan permohonan
peningkatan IUP Operasi
Produksi atau IUPK Operasi
Produksi,
27
Sanksi Administratif
• Bab VI Pasal 50
Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Ekplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK
Operasi Produksi, Pemegang IUJP, Pemegang IPR yang tidak mematuhi atau
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dikenakan sanksi administratif
• Peringatan tertulis
• Pencabutan izin
28
KETENTUAN LAIN-LAIN
• Rencana Reklamasi dan/atau rencana Pascatambang
yang telah disetujui oleh Menteri atau gubernur sesuai
dengan kewenangannya sebelum
diundangkannya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap
berlaku sampai dengan jangka waktunya berakhir.
29
Ruang Lingkup Kepmen 1827 tahun 2018 Lampiran V
1. Pedoman pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
mineral dan batubara meliputi:
a. pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan eksplorasi;
b. pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan konstruksi;
c. pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan penambangan;
d. pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan pengangkutan;
e. pengelolaan lingkungan hidup kegiatan pengolahan
dan/atau pemurnian;
f. pemantauan lingkungan hidup;
g. penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup;
h. sistem pengelolaan perlindungan lingkungan hidup
pertambangan; dan
i. penghargaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
30
Ruang Lingkup Kepmen 1827 tahun 2018 Lampiran V
31
POKOK-POKOK PENGATURAN
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan (1)
No Kegiatan Substansi
Pengelolaan Lingkungan Hidup Per Tahapan Kegiatan
1 Eksplorasi ▪ Efisiensi pembukaan lahan
▪ Rencana pembukaan lahan dicantumkan dalam rencana kerja
tahunan
▪ Penyiapan sarana/fasilitas pengelolaan lingkungan sebelum
pembukaan lahan untuk eksplorasi
▪ Kajian geokimia dalam rangka studi kelayakan
▪ Kajian geokimia tersebut sedikitnya meliputi:
a) identifikasi potensi pembentukan air asam tambang
b) pencegahan pembentukan air asam tambang; dan
c) penanggulangan air asam tambang
2 Konstruksi ▪ Membuat rencana pembukaan lahan sebelum melakukan
pembukaan lahan untuk kegiatan konstruksi.
▪ Penyiapan sarana/fasilitas pengelolaan lingkungan
▪ Pengamanan dan pengelolaan tanah zona pengakaran pada lahan
yang akan digunakan untuk kegiatan tambang, timbunan, sarana dan
prasarana
▪ Sarana dan prasarana pertambangan dilengkapi fasilitas
pengelolaan lingkungan (drainase, kolam pengendap, oil trap)
32 32
POKOK-POKOK PENGATURAN
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan (2)
No Kegiatan Substansi
3 Penambangan ▪ Tahapan pembukaan lahan untuk penambangan, meliputi:
1) identifikasi jenis–jenis tanaman;
2) pembersihan vegetasi;
3) pengupasan dan pengelolaan lapisan tanah zona
pengakaran.
▪ Pembukaan lahan dilengkapi dengan sarana pengelolaan
lingkungan.
▪ Pengamanan dan pengelolaan tanah zona pengakaran
(kecukupan volume untuk revegetasi)
▪ Jarak aman penambangan/penimbunan terhadap perumahan
penduduk, fasilitas umum, situs sejarah
▪ Pengutamaan backfilling
▪ Kegiatan penambangan mempertimbangkan kajian hidrologi
dan hidrogeologi
▪ Pengelolaan air larian permukaan, air tambang, dan Air Asam
Tambang
▪ Integrasi pencegahan dan penanggulangan AAT dalam
penambangan
33 33
POKOK-POKOK PENGATURAN
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan (2)
No Kegiatan Substansi
3 Penambangan ▪ T. Bawah Tanah: identifikasi,kajian dan pemantauan
subsidence
▪ T. Semprot, Kapal Keruk Darat: Pasir sisa hasil pencucian
diutamakan untuk menjadi material pengisi lubang bekas
tambang, air kerja sirkulasi tertutup
▪ T. Kapal Keruk Laut: pengelolaan kualitas air laut;
pencegahan dan penanggulangan terhadap abrasi dan/atau
pendangkalan pantai; perlindungan keanekaragaman
hayati; pencegahan dan penanggulangan tumpahan
hidrokarbon dan bahan kimia
▪ T. Ekstraksi Cair: pengelolaan dan pemantauan kualitas air
tanah; pembuatan sumur pantau; daur ulang air kerja,
pemantauan subsidence
34 34
POKOK-POKOK PENGATURAN
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan (2)
No Kegiatan Substansi
No Kegiatan Substansi
36 36
Ruang Lingkup Kepmen 1827 tahun 2018 Lampiran VI
Pedoman Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang serta
Pascaoperasi pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan
batubara meliputi:
1. Penyusunan Rencana Reklamasi, Rencana Pascatambang, dan
Rencana Pascaoperasi;
2. Penilaian dan Persetujuan;
3. Jaminan Reklamasi dan Jaminan Pascatambang;
4. Pelaksanaan Reklamasi, Pascatambang, dan Pascaoperasi;
5. Pelaporan dan Pencairan Jaminan Reklamasi dan Jaminan
Pascatambang;
6. Penyerahan Lahan Reklamasi; dan
7. Penyerahan Lahan Pascatambang dan Pascaoperasi.
37
Ruang Lingkup Kepmen 1827 tahun 2018 Lampiran VI
38
2. Dampak Lingkungan Pertambangan
39
38
Karakteristik Kegiatan Pertambangan
40
Pengertian Dampak
Lingkungan Lingkungan
Perizinan
AMDAL SKKL Berusaha :
Penegakan
Persyaratan • Izin
penerbitan
Perizinan
• Sertifikat Standar
• NIB
Hukum:
Berusaha • Administrasi
UKL-UPL PKPLH (Psl. 24 ayat (5),
UU CK)
Matrik RKL-RPL
TERMUAT dalam
Perizinan Berusaha (Psl. 77, UU CK)
(Psl 1 angka 11 & 12,
UU CK)
STUDI KELAYAKAN
RUGI UNTUNG
PENAMBANGAN
PENGOLAHAN DAN
PEMURNIAN Kegiatan Operasi
PENGANGKUTAN DAN
PENJUALAN
PENAMBANGAN BATUBARA
48
Dampak Yang Diperkirakan Akan Muncul
49
50
Dampak Yang Diperkirakan Akan Muncul
Komponen lingkungan kimia
Terjadi perubahan kualitas kimia air, tanah dan udara
1. Tailing dari pengolahan emas yang menggunakan teknik
amalgamasi menyebabkan badan air terkontaminasi
merkuri
2. Batuan penutup yang mengandung mineral sulfida bisa
menyebabkan timbulnya air asam tambang
52
Dampak Yang Diperkirakan Akan Muncul
Komponen lingkungan sosial-ekonomi-budaya
1. Timbulnya keresahan sosial pada saat pembebasan
lahan
2. Perubahan kondisi lingkungan dan masuknya pendatang
baru berpotensi timbulnya berbagai jenis penyakit pada
masyarakat yang mungkin sebelumnya tidak ada atau
jarang terjadi
3. Perubahan kehidupan sosial, perbedaan budaya antara
komunitas asli dan pendatang baru bisa menimbulkan
gesekan di dalam kehidupan bermasyarakat
4. Timbulnya keresahan sosial karena tenaga kerja lokal
tidak tertampung serta PHK pada saat pascatambang
5. Ketergantungan perekonomian setempat terhadap
kegiatan pertambangan. 53
3. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PERTAMBANGAN
54
49
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATANEKSPLORASI
Pembukaan Lahan
Kegiatan Eksplorasi
Pengeboran
PENGELOLAAN
Pembuatan Jalan LINGKUNGAN HIDUP PADA
Akses KEGIATAN EKSPLORASI
Pembukaan Lahan
Kegiatan konstruksi Pembangunan
Kolam Pengendap Sarana dan
Prasarana
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP PADA
Generator Listrik
KEGIATAN KONTRUKSI
PengendalianErosi/
Pengelolaan
Sedimentasi
Lingkungan
Jarak Aman Penambangan
Minerba
Hidrologi dan
Hidrogeologi
57
LIMBAH
58
53
PEMBENTUKAN LIMBAH
59
54
Pembentukan Limbah
Proses
Limbah
Produksi
Produk
Pemakai Limbah
60
55
KLASIFIKASI LIMBAH
1. LIMBAH PADAT
a. Limbah Domestik (Workshop, Mess, Klinik, dll)
b. Limbah Workshop (Accu bekas, majun, battrey bekas, filter)
2. LIMBAH CAIR
a. Limbah Domestik (workshop, mess, klinik, site, dll)
b. Limbah Tambang (run off, limbah hasil pengolahan)
3. LIMBAH GAS
a. Emisi Bergerak (kendaraan bermotor, alat berat)
b. Emisi Tidak Bergerak (cerobong pabrik)
4. TAILING : Limbah cair dan limbah padat yang sukar dibedakan,
contoh: limbah kegiatan pengolahan bijih emas dengan proses
sianidasi
61
56
JENISLIMBAH
1. LIMBAH PADAT
a.Limbah Domestik (Workshop, Mess, Klinik, dll)
b.Limbah Workshop (majun)
c. Tailing → sisa pengolahan dan pemurnian(?)
JENIS LIMBAH
2. LIMBAH CAIR
a.Limbah Domestik (workshop, mess, klinik, site, dll)
b.Limbah Tambang (limbah hasil pengolahan, run off)
TAILING DAM
JENIS LIMBAH
3. LIMBAH GAS
a. Emisi Bergerak (kendaraan bermotor, alat berat)
b. Emisi Tidak Bergerak (cerobong pabrik)
JENIS LIMBAH
4. LIMBAH B3
KLASIFIKASI LIMBAH
68
58
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
Pretreatment
• Menyaring padatan yang terapung atau
melayang yang terbawa
• Padatan ini dapat berupa lumpur, sisa kain,
potongan kayu, pasir, dan lainnya.
• Lapisan minyak dan lemak di atas
permukaan air.
• Saringan biasanya kasar, tapi tidak mudah
berkarat.
69
59
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
Primary treatment
Menghilangkan padatan halus, zat warna
terlarut dan suspensi yang tidak terjaring pada
penyaringan pendahuluan
• Metode utama:
a. pengolahan cara fisika : proses
pengendapan atau pengapungan tanpa
penambahan bahan kimia.
b. pengolahan cara kimia : proses
pengendapan dengan penambahan bahan
kimia.
70
60
Secondary treatment
• Proses biologis untuk menghilangkan bahan organik
melalui oksidasi biokimia.
• Faktor yang berpengaruh:
₋ jumlah limbah cair dan
₋ luas areal.
₋ contoh: reaktor lumpur aktif dan trickling filter
Tertiary treatment
• proses fisika (filtrasi, destilasi, pengapungan,
pembekuan, stripping );
• proses kimia (absorbsi karbon aktif, pengendapan
kimia, pertukaran ion, elektro kimia, oksidasi, dan
reduksi) proses biologis (bakteri, algae, nitrifikasi, dan
lainnya).
71
61
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
Settling Pond
Tawas
73
Settling pond
Pengertian :
Proses lindian, rembesan, atau aliran
akibat adanya oksidasi mineral
sulfida pada kegiatan pertambangan.
75
Pembentukan Air Asam Tambang
Air asam tambang adalah air yang bersifat asam
(tingkat keasaman yang tinggi dan sering ditandai
dengan nilai pH yang rendah di bawah 5) sebagai
hasil dari oksidasi mineral sulfida yang terpajan atau
terdedah (exposed) di udara dengan kehadiran air
Oxygen
Water
H20
Pyrite
Bacteria
Sulfuric
Acid
Images: USGS, DeAtley Design - modified
76
Air Asam Tambang ?
Overburden Dumped
Pyrite
78
PREDIKSI DAN PENGUJIAN
• IDENTIFIKASI LAPANGAN:
–Oksidasi sulfida menghasilkan besi
sulfat berwarna kuning dan garam
almunium berwarna putih yang
menyelimuti batuan.
–Pembentukan flokulan (endapan) besi.
–pH tanah dan air yang rendah.
79
PENCEGAHAN
80
PENCEGAHAN AAT
81
PELAPISAN
82
83
84
Penimbunan
85
MINIMALISASI OKSIGEN
• Pelapisan dengan lapisan
pengkonsumsi oksigen (Tanah
pucuk yang mengandung
mikroorganisme aktif) adalah
strategi yang baik untuk
mengurangi O2 (Segera).
• Pemadatan pada saat kontruksi.
• Pemadatan pada permukaan dan
lereng bagian luar untuk
mengurangi di fusi O2 dan
konveksi udara ke dalam
timbunan.
86
PENANGGULANGAN AAT
87
Penanggulangan air asam tambang
89
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
Oil Trap :
untuk menampung ceceran minyak / limbah hiydrocarbon
dari sarana yang potensial terjadi ceceran minyak
92
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
93
84
Limbah padat :
hasil buangan suatu kegiatan pengolahan hasil tambang yang
berupa padatan atau lumpur.
95
86
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT
96
87
PENGELOLAAN
PENCEMARAN UDARA/EMISI
97
91
Teknik Pengelolaan Pencemaran Udara
98
PENGELOLAAN DEBU
Area Tambang
100
Karakteristik limbah B3
a. mudah meledak
b. mudah terbakar
c. reaktif
d. beracun
e. infeksius
f. korosif
101
LIMBAH MUDAH MELEDAK
102
LIMBAH MUDAH TERBAKAR
1) Berupa cairan :
- mengandung alkohol <24%vol
- pada titik nyala 60°C akan menyala jika kontak denganapi,
percikan api, sumber nyala ain pada P udara 760 mmHg
LIMBAH INFEKSIUS
- Bagian tubuh manusia yang diamputasi
- Cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi
- Limbah dari lab./lainnya yang terinfeksi kuman
penyakit menular
- Berbahaya karena mengandung kuman penyakit
105
LIMBAH KOROSIF
- Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
- Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
(SAE 1020) 55Claju korosi >6,35 mm/tahun, Tpengujian
- Limbah bersifat asam pH 2
- Limbah bersifat basa pH 12,5
106
IDENTIFIKASI LIMBAH B-3
• Pengaruh panas/api
Kenaikan suhu, menyebabkan reaksi atau perubahan kimia
sehingga mempercepat reaksi dan Percikan api berbahaya
untuk bahan-bahan mudah terbakar
• Pengaruh kelembaban
Zat-zat higroskopis, mudah menyerap uap air dan reaksi
hidrasi yang eksotermis menimbulkan pemanasan ruangan.
• Interaksi dengan wadah.
• interaksi antar limbah selama penyimpanan dapat
menimbulkan ledakan, kebakaran atau timbulnya gas.
108
Syarat penyimpanan limbah B-3
No. Limbah Syarat Penyimpanan
1. Mudah meledak -Ruangan dingin dan berventilasi;
-Jauhkan dari panas dan api;
-Hindari dari gesekan atau tumbukanmekanis.
2. Mudah Terbakar -Ruangan dingin dan berventilasi;
-Jauhkan dari panas atau sumber api, terutama loncatan api listrik
dan bara rokok.
-Tersedia alat pemadam kebakaran.
3. Reaktif :
a. Reaktif terhadap -Suhu ruangan dingin,kering dan berventilasi
asam -Jauhkan dari sumber nyala api atau panas
-Bangunan kedap air
-Tersedia alat pemadam kebakaran anpa air (CO2, dry powder)
b. Reaktif terhadap -Ruangan dingin dan berventilasi;
asam -Jauhkan dari sumber api, panas dan asam
-Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, gloves dan pakaian
kerja.
4. Beracun -Ruangan dingin dan berventilasi;
-Jauhkan dari bahaya kebakaran;
-Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
-Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, gloves, danpakaian
kerja.
5. Korosif -Ruangan dingin dan berventilasi;
-Dipisahkan dari zat-zat beracun. 103
109
Penandaan B-3
Penandaan
• diperlukan untuk petunjuk adanya limbah B-3 dalam
suatu kemasan atau kendaraan pengangkut.
• menjadi sumber informasi tentang jenis dan
karakteristik dari limbah B-3
LABEL
• dipasang pada kemasan dan kendaraan pengangkut.
• memberi informasi tentang asal-usul, karakteristik, dan
jumlah limbah B-3 dalam kemasan.
• tidak boleh terlepas sebelum kemasan dibersihkan.
• penandaan kemasan kosong
• penunjuk tutup kemasan
110
Penandaan B-3
SIMBOL
dipasang pada kemasan yang berfungsi untuk memberi
keterangan tentang karakteristik limbah
111
Pengolahan limbah B-3
• mengubah jenis, jumlah, dan sifat limbah B-3,
• dampak limbah dapat ditiadakan atau diperkecil
112
PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI
113
EROSI
114
DIAGRAM PROSES EROSI
PARTIKELTANAH
SEDIMENTASI
115
EROSI
Gully erosion
116
Jenis-Jenis Erosi
▪ Splash erosion
Proses terkelupasnya partikel-partikel
tanah bagian atas oleh tenaga kinetik
air hujan bebas
▪ Sheet erosion
Erosi yang terjadi ketika lapisan tipis
permukaan tanah di daerah berlereng
terkikis oleh kombinasi air hujan dan
air larian (run-off)
Source:
▪ Rill erosion http://www.cep.unep.org/pubs/Techreports/tr41en/Image11.gif
120
PENGENDALIAN EROSI
125
PENGENDALIAN METODA VEGETATIF
0 bulan 2 bulan
4 bulan 6 bulan
127
Metode Pengendalian Erosi
1) Metode vegetatif
▪ Menanam tanaman pagar hidup dengan cara mengikuti garis
kontur (Vetiver)
▪ Menggunakan jenis LCC lokal (Desmodium sp.)
128
Metode Pengendalian Erosi
Cross fall
Back slope
129
Metode Pengendalian Erosi
2) Metode mekanik/sipil teknik
▪ Penggunaan mulsa untuk melindungi permukaan tanah
▪ Membuat sistem drainase untuk menjaga kestabilan disposal
dan mengalirkan air run-off menuju setling pond
▪ Membuat drop structure untuk mengurangi laju aliran air
run-off
▪ Menanam tanaman di sepanjang dinding drainase
130
Tanaman Penutup Tanah (cover crops)
Tumbuhan atau tanaman yang khusus di tanam
untuk melindungi permukaan tanah dari ancaman
kerusakan erosi sekaligus untuk memperbaiki
sifat kimia dan fisika tanah.
131
Saluran Bervegetasi
Saluran air buatan atau alami yang ditanami dengan
tanaman/tumbuhan yang sesuai untuk menyalurkan
aliran permukaan agar aman dari aktivitas erosi.
132
Pemasangan jute net untuk mengurangi erosi
133
PENGENDALIAN METODE TEKNIK SIPIL
Perlakuan mekanis yang di berikan terhadap tanah
dan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi
serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
136
Penahan tebing
Merupakan suatu dinding yang dibuat untuk memantapkan tanah di bagian
bawah tebing. Struktur ini dapat terbuat dari logam, kayu, beton pracetak dan
beton bertulang.
Penahan tebing tidak boleh diterapkan di sepanjang daerah perairan (aliran air,
sungai, danau, kolam, laut), karena struktur ini cenderung akan mempercepat
terjadinya erosi
137
Geotekstil
• Adalah bahan tekstil yang tidak kedap air yang digunakan secara integral
dengan pondasi, tanah, batuan atau material yang berhubungan dengan
pekerjaan-pekerjaan geoteknik.
• Tujuan penggunaan geotekstil ini antara lain sebagai bahan pemisah dari
lapisan yang mempunyai partikel-partikel yang berbeda ukuran satu
dengan lainnya, untuk meniriskan air pada tanah yang mempunyai
permeabilitas rendah, sebagai penguat tanah, dan untuk meningkatkan
daya infiltrasi.
139 139
Reklamasi-Revegetasi
Regulasi:
PP 78/2010
Permen ESDM 7/2014 -> Kepmen
1827/2018
Pengelolaan:
Backfilling/in-pit dump, out-pit
dump,
cover cropping, revegetasi
Pemantauan:
Periodik minimal triwulanan
Dokumen Terkait:
Rencana Reklamasi, RKAB, Laporan
Pelaksanaan Reklamasi
140
Program Reklamasi
PROGRAM REKLAMASI
131 141
Pelaksanaan & Perawatan
PELAKSANAAN
143
144
PEMANFAATAN LAHAN PASCATAMBANG
145
Meminimalisir Bukaan lahan tambang
146
Stabilitas lereng
147
Pengamanan Tanah Pucuk
148
Penataan timbunan batuan
penutup
149 149
Pengelolaan
erosi secara
sipil
150
151
Pengelolaan Air Asam Tambang
152
153
Kolam Pengendap/Sedimen
154
PENYALURAN AIR DI TAMBANG TERBUKA
155
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI
TAMBANG
Pompa di Outlet Drainage
Pit Pompa system
Settling Pond
A. Sediment Trap
A B C B. Safety Pond
C. Mud Pond
156
Perbengkelan
157
PENGELOLAAN DI BENGKEL DAN LIMBAH
OLI BEKAS
158
PENGELOLAAN DEBU
159
4. Pemantauan Lingkungan Hidup
Pertambangan
160
138
Kenapa DIPANTAU??
161
PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Tujuan dari kegiatan pemantauan lingkungan antara lain:
• Sebagai sarana pengujian atas dugaan dampak yang telah
diprakirakan dalam laporan studi Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL).
• Sebagai sarana untuk menguji efektifitas dari kegiatan atau
teknologi yang digunakan untuk mengendalikan dampak
negatif.
• Sebagai pedoman untuk perusahaan dalam melaksanakan
pemantauan kegiatan pengelolaan lingkungan yang
dilaksanakan secara teratur.
• Sebagai acuan bagi instansi terkait untuk mengetahui
perubahan lingkungan yang terjadi di daerah kegiatan
penambangan dan pengolahan batubara.
162
Pemantauan
Keberhasilan
Revegetasi
• Tanah
pengendalian erosi
164
Standardisasi Pengukuran/Pemantauan Lingkungan
165
Titik Penaatan
• Titik penaatan (Point of Compliance) Titik dimana dijadikan
sebagai acuan oleh Pengawas Lingkungan Hidup untuk
mengetahui tingkat ketaatan suatu perusahaan pertambangan
terhadap air limbahnya yang akan dibuang ke media
lingkungan.
• Lokasi titik penaatan harus berada pada saluran air limbah
yang :
➢ Keluar dari kolam pengendapan air limbah sebelum
dibuang ke air permukaan dan tidak terkena pengaruh dari
kegiatan lain dan atau sumber air lain selain dari kegiatan
penambangan tersebut.
➢ keluar dari unit pengelola air limbah dari proses
pengolahan/pencucian batubara sebelum dibuang ke air
permukaan dan tidak terkena pengaruh dari kegiatan lain
dan atau sumber air lain selain dari kegiatan pengolahan
tersebut.
166
Titik Penaatan
167
Peralatan Inspeksi-Tanah
pH Tanah
Kelembaban Tanah
168
Peralatan Inspeksi-Air
169
ACTION PLAN
Nama :
Jabatan :
Area Kerja :
TERIMA KASIH
www.minerba.esdm.go.id
171