You are on page 1of 171

Peraturan Perundangan dan Dasar

Perlindungan Lingkungan Pertambangan


Diklat Pengawas Operasional Pertama Pertambangan

DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA


DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
1
DIREKTORAT JENDERAL
MINERAL DANBATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
POKOK BAHASAN

1. Peraturan pengelolaan lingkungan


pertambangan
2. Dampak lingkungan Pertambangan
3. Pengelolaan lingkungan pertambangan
4. Pemantauan lingkungan pertambangan

2
Maksud dan Tujuan Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan tentang


pengelolaan lingkungan
dimaksudkan untuk mengatur
semua kegiatan untuk mencegah
terjadinya kerusakan bagi
lingkungan yang berada di sekitar
lokasi kegiatan

3
Pengertian
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya


sistematis dan terpadu yang dilakukan untukmelestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang


memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
4
LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang
• UU No. 3 Tahun 2020 dan UU No. 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Minerba
• UU No. 32 tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah
• PP No 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara
• PP No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang
• PP No. 22 th 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Menteri
• Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral
dan Batubara.
4. Keputusan Menteri
• Kepmen ESDM No. 1827 tahun 2018 tentang Pedoman
5
Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik
UU No. 3 Tahun 2020 dan UU No. 4 Tahun 2009
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan/atau pemurnian atau pemurnian atau pengembangan dan/atau
pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Studi kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha


Pemberdayaan masyarakat adalah usaha untuk pertambangan untuk memperoleh informasi secara
meningkatkan kemampuan masyarakat, baik rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan
secara individual maupun kolektif, agar menjadi kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan,
lebih baik tingkat kehidupannya. termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta
perencanaan pascatambang.

UU No. 3 dan UU No. 4 Tahun 2009


“Pertambangan Mineral dan Batubara”

Pascatambang adalah kegiatan terencana,


sistematis, dan berlanjut setelah akhir Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang
sebagian atau seluruh kegiatan usaha tahapan usaha pertambangan untuk menata,
pertambangan untuk memulihkan fungsi memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
kondisi lokal di seluruh wilayah peruntukannya.
penambangan. 6
UU No. 3 Tahun 2020 dan UU No. 4 Tahun 2009
KEWAJIBAN PEMEGANG IUP dan IUPK

Pasal 95
1. Menerapkan kaidah Pasal 96
teknik pertambangan 1. Ketentuan keselamatan dan
yang baik; kesehatan kerja pertambangan
2. Mengelola keuangan sesuai dengan 2. Keselamatan operasi pertambangan
sistem akuntansi Indonesia; 3. Pengelolaan dan pemantauan
3. Meningkatkan nilai tambah lingkungan pertambangan, termasuk
sumber daya mineral dan/atau kegiatan reklamasi dan
batubara; pascatambang
4.Melaksanakan pengembangan dan 4. Upaya konservasi sumber daya
pemberdayaan masyarakat setempat; mineral dan batubara
5. Mematuhi batas toleransi daya dukung 5. Pengelolaan sisa tambang dari suatu
lingkungan. kegiatan usaha pertambangan
dalam bentuk padat, cair, atau gas
Pasal 97 sampai memenuhi standar baku
“Menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke
mutu lingkungan sesuai dengan media lingkungan
karakteristik suatu daerah” 7
UU No. 3 Tahun 2020 dan UU No. 4 Tahun 2009
KEWAJIBAN PEMEGANG IUP dan IUPK
Pasal 98
Pasal 100
“menjaga kelestarian fungsi dan
1. Wajib menyediakan dana
daya dukung sumber daya air yang
jaminan reklamasi dan
bersangkutan sesuai dengan ketentuan
jaminan pascatambang;
peraturan Per-UU
2. Menteri dapat menetapkan
Pasal 99 pihak ketiga untuk melakukan
1. Pemegang IUP atau IUPK wajib menyusun dan menyerahkan reklamasi dan pascatambang
rencana Reklamasi dan/atau rencana Pascatambang;
2. Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pascatambang dilakukan
dengan dana jaminan tersebut;
sesuai dengan peruntukan lahan Pascatambang. 3. Ketentuan sebagaimana
3. Dalam pelaksanaan Reklamasi yang dilakukan sepanjang dimaksud pada ayat (2)
tahapan Usaha Pertambangan, pemegang IUP atau IUPK diberlakukan apabila
wajib:
pemegang IUP atau IUPK
a. memenuhi keseimbangan antara lahan yang akan dibuka
dan lahan yang sudah direklamasi; dan
tidak melaksanakan reklamasi
b. melakukan pengelolaan lubang bekas tambang akhir dengan dan pascatambang sesuai
batas paling luas sesuai dengan ketentuan peraturan Per-UU. dengan rencana yang telah
4. Pemegang IUP atau IUPK wajib menyerahkan lahan yang telah disetujui.
dilakukan Reklamasi dan/atau Pascatambang kepada pihak
yang berhak melalui Menteri sesuai dengan ketentuan 8
peraturan Per-UU
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
PASAL 34
PASAL 32 PASAL 36
Setiap usaha dan/atau
Setiap usaha dan/atau Setiap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak termasuk
kegiatan yang berdampak kegiatan yang wajib memiliki
dalam kriteria wajib dampak
penting terhadap lingkungan AMDAL atau UKL-UPL wajib
penting wajib memiliki UKL-
hidup wajib memilikiAMDAL memiliki izin lingkungan
UPL

Undang-Undang No. 32 Tahun2009


“PERLINDUNGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP”
PASAL 98 PASAL 99
PASAL 49 Setiap orang yang dengan sengaja Setiap orang yang karena
Menteri mewajibkan audit melakukan perbuatan yang kelalaiannya mengakibatkan
lingkungan hidup kepada: mengakibatkan dilampauinya baku dilampauinya baku mutu udara
a.Usaha dan/atau kegiatan mutu udara udara ambien, baku ambien, baku mutu air, baku mutu
tertentu yang berisiko tinggi mutu air, baku mutu air laut, atau air laut, atau kriteria baku
terhadap lingkungan hidup. kriteria baku kerusakan lingkungan kerusakan lingkungan hidup,
b.Penanggungjawab usaha hidup, dipidana dengan pidana dipidanakan dengan pidana
dan/atau kegiatan yang penjara paling singkat 3 (tiga) tahun penjara paling singkat 1 (satu)
menunjukkan ketidaktaatan dan paling lama 10 (sepuluh) tahun tahun dan paling lama 3 (tiga)
terhadap peraturan perundang- dan denda paling sedikit Rp. 3 tahun dan denda paling sedikit
undangan milyar dan paling banyak Rp. 10 Rp. 1 milyar dan paling banyak 3
milyar. (tiga) milyar.
9
PERATURAN PEMERINTAH No. 22 Tahun 2021
Analisis mengenai dampak Hasil analisis mengenai Penyusunan analisis mengenai
lingkungan hidup merupakan dampak lingkungan hidup dampak lingkungan hidup dapat
digunakan sebagai bahan dilakukan melalui pendekatan
bagian kegiatan studi studi terhadap kegiatantunggal,
kelayakan rencana usaha perencanaan terpadu atau kegiatan dalam
dan/atau kegiatan. pembangunan wilayah. kawasan.

PERATURAN PEMERINTAH No. 22 Tahun 2021


“PERSETUJUAN LINGKUNGAN”

Persetujuan Lingkungan AMDAL adalah kajian UKL-UPL adalah pengelolaan


adalah keputusan mengenai dampak penting dan pemantauan terhadap
kelayakan lingkungan suatu usaha dan/atau usaha dan/atau kegiatanyang
hidup atau pernyataan kegiatan yang direncanakan tidak berdampak penting
kesanggupan pada lingkungan hidup yang terhadap lingkungan hidup
pengelolaan lingkungan diperlukan bagi proses yang diperlukan bagi proses
hidup yang telah pengambilan keputusan pengambilan keputusan
memperoleh persetujuan tentang penyelenggaraan tentang penyelenggaraan
dari pemerintah usaha dan/atau kegiatan. usaha dan/atau kegiatan
10
PERATURAN PEMERINTAH No. 22 Tahun 2021
❑ Persetujuan Lingkungan adalah Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
atau pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah
mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat atau pemerintah Daerah.
❑ Amdal merupakan Kajian dampak penting pada Lingkungan Hidup dari
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan
sebagai prasyarat pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan serta termuat dalam Perizinan Berusaha, atau
persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
❑ UKL – UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan – Upaya Pemantauan
Lingkungan) adalah rangkaian proses pengelolaan dan pemantauan
Lingkungan Hidup yang dituangkan dalam bentuk standar untuk digunakan
sebagai prasyarat pengambilan keputusan serta terrnuat dalam perizinan
Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
❑ SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan) adalah kesanggupan
dari penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan untuk melakukan
pengelolaan dan pemantauanlingkungan hidup atas dampak lingkungan
hidup dari usaha dan/ atau kegiatannya di luar Usaha dan/atau kegiatan
yang wajib Amdal atauUKL-UPL.
11
PP No. 22 Tahun 2010
3. Deleniasi zonasi untuk WIUP atau
WUIPK Operasi Produksi dalam
2. Perubahan status Kawasan Lindung dilakukan
WPN menjadi WUPK berdasarkan hasil kajian kelayakan
1. Penetapan (dengan persetujuan dan memperhatikan keseimbangan
WIUP/WIUPK dala DPR) dengan antara biaya dan manfaat serta antara
dalam suatu mempertimbangkan resiko dan manfaat, dengan
WUP/WUPK harus daya dukung lingkungan memperhitungkan reklamasi,
pascatambang, teknologi, program
memenuhi daya pengembangan masyarakat yang
dukung lingkungan berkelanjutan, dan pengelolaan
lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

PP No. 22 Tahun 2010


“WILAYAH PERTAMBANGAN”
12
PP. No. 96 Th. 2021

PP. No. 96 Th. 2021 Tentang Pelaksanaan


Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara;
1. Persyaratan administrasi, teknis, lingkungan, finansial
2. Kesanggupan mematuhi peraturan bidang
lingkungan hidup
3. Laporan pengelolaan lingkungan hidup
4. Penghentian karena terganggunya daya dukung lingkungan
hidup
5. Pemantauan lingkungan hidup

13
PP No. 55 Tahun 2010
PASAL 28 :
“Pembinaan dan Pengawasan”

1. Pengawasan pengelolaan LINGKUNGAN HIDUP,


reklamasi dan pascatambang, paling sedikit meliputi:
• Pengelolaan dan pemantauan LH sesuai dokumen LH atau izin LH;
• Penataan, pemulihan, dan perbaikan lahan sesuai dengan peruntukannya;
• Penetapan dan pencairan jaminan reklamasi;
• Pengelolaan pascatambang;
• Pemenuhan baku mutu LH

2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan oleh IT dan berkoordinasi dengan pejabat
pengawas di bidang LH dan reklamasi.
14
PERATURAN PEMERINTAH No. 78 Tahun 2010
perlindungan terhadap kualitas air
permukaan, air tanah, air laut, dan
tanah serta udara

perlindungan keanekaragaman hayati;

PERATURAN stabilitas dan keamanan timbunan


PEMERINTAH “REKLAMASI DAN batuan penutup, kolam tailing, lahan
bekas tambang serta struktur buatan
No. 78 Tahun PASCATAMBANG” (man-made structure) lainnya;

2010
pemanfaatan lahan bekas
tambang sesuai dengan
peruntukannya;

Pasal 3, 4, 6,10,14, 44
1. Ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan menghormati nilai-nilai sosial dan
budaya setempat, dan
lingkungan hidup pertambangan
2. Penyusun rencana reklamasi dan pasca tambang
3. Jaminan reklamasi dan pasca tambang Perlindungan terhadap kuantitas
air tanah
15
REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang


tahapan usaha pertambangan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan
ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.

Kegiatan pascatambang, yang selanjutnya disebut


pascatambang, adalah kegiatan terencana, sistematis,
dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh
kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di
seluruh wilayah penambangan.
16
PENGELOLAAN PENCEMARAN AIR
a. PP No 22/2021: Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 51 Tahun 2004
Tentang Baku Mutu Air Laut
c. Permen LH 113/2003 : Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pertambangan Batubara
d. Kep Menteri LH No. 202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas atau Tembaga
e. Permen LH 04/2006: Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan Pertambangan Bijih Timah
f. Permen LH No. 09/2006: Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel
g. Permen LH No. 21/2009: Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi
h. Permen LH No. 12/2006 Persyaratan dan Tata Cara Perizinan
Pembuangan Air Limbah ke Laut 17
PENGELOLAAN PENCEMARAN UDARA

1. PP No 22/2021 tentang Penyelenggaraan


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
2. Peraturan Menteri LH No. 4 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi
Usaha Dan/Atau Kegiatan Pertambangan

18
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PP 22 Tahun 2021 : Penyelenggaraan Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup

Identifikasi Limbah B3 :
a.Sumber
b.Uji Karakteristik
c.Uji Toksikologi
Jenis Limbah B3 menurut sumbernya:
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
b. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang
tidak memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang, dan
bekas kemasan B3; dan
c. Limbah B3 dari sumber spesifik.

19
PERATURAN TERKAIT
1.Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-
51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di tempat kerja.
2.Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-
187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di tempat kerja.
3. Permen PUPR No. 27 Tahun 2015 tentang Bendungan
(termasuk bendungan untuk tailing/tailing dam)

20
Permen ESDM No. 26/2018
a. Pasal 20: pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup pertambangan
sesuai dengan dokumen lingkungan hidup; dan
b. Pasal 21: penanggulangan dan pemulihan
lingkungan hidup apabila terjadi pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
c. Pasal 22: reklamasi dan pascatambang serta
pascaoperasi
d. Pasal 23: menteri menetapkan pedoman
pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup
pertambangan, reklamasi dan pascatambang,
serta pascaoperasi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 20, pasal 21, dan pasal 22. 21
ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PERTAMBANGAN

Sesuai dengan Pasal 20 Ayat 1 :


▪ Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi Produksi,
dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengelolaan
lingkungan hidup pertambangan

Sesuai dengan Pasal 20 Ayat 2 :


▪ Pengelolaan lingkungan hidup pertambangan meliputi:
a. pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
pertambangan sesuai dengan Dokumen Lingkungan Hidup; dan
b. penanggulangan dan pemulihan lingkungan hidup apabila
terjadi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

22
ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

Sesuai dengan Pasal 21 Ayat 1 :


▪ Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian wajib melakukan pengelolaan lingkungan
hidup dan pascaoperasi.
Sesuai dengan Pasal 21 Ayat 2 :
▪ Pengelolaan lingkungan hidup dan pascaoperasi meliputi:
a. pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
pertambangan sesuai dengan Dokumen Lingkungan Hidup; dan
b. penanggulangan dan pemulihan lingkungan hidup apabila
terjadi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

23
ASPEK REKLAMASI DAN PASCATAMBANG
Sesuai dengan Pasal 22 Ayat 1 :
Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib:
a. menyampaikan rencana Reklamasi tahap Eksplorasi sesuai Dokumen
Lingkungan Hidup;
b. menempatkan jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi sesuai dengan
penetapan Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya;
c. melaksanakan Reklamasi tahap Eksplorasi;
d. melaporkan pelaksanaan Reklamasi tahap Eksplorasi;
e. menyampaikan rencana Reklamasi tahap operasi roduksi pada saat
mengajukan permohonan peningkatan IUP Operasi Produksi atau IUPK
Operasi Produksi; dan
f. menyampaikan rencana Pascatambang pada saat mengajukan
permohonan peningkatan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksi.

24
ASPEK REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

Sesuai dengan Pasal 22 Ayat 2 :

Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib:


a. menempatkan jaminan Reklamasi tahap operasi produksi dan jaminan
Pascatambang sesuai dengan penetapan Menteri atau gubernur sesuai
dengan kewenangannya;
b. menyampaikan rencana Reklamasi tahap operasi produksi secara periodik;
c. melaksanakan Reklamasi tahap operasi produksi dan Pascatambang; dan
d. melaporkan pelaksanaan Reklamasi tahap operasi produksi dan
Pascatambang.

25
SANKSI
IUP dan IUP EKSPLORASI IUP dan IUPK OP
Sesuai dengan Pasal 50 Ayat 4 : Sesuai dengan Pasal 50 Ayat 3 :
Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Pemegang IUP Operasi Produksi
Eksplorasi yang tidak : dan IUPK Operasi Produksi yang
a. menyampaikan rencana tidak :
Reklamasi tahap Eksplorasi sesuai
Dokumen Lingkungan Hidup; a. menempatkan jaminan
Reklamasi tahap operasi
b. menempatkan jaminan produksi dan jaminan
Reklamasi tahap Eksplorasi sesuai
dengan penetapan Menteri atau Pascatambang sesuai dengan
gubernur sesuai dengan penetapan Menteri atau
kewenangannya; gubernur sesuai dengan
c. melaksanakan Reklamasi tahap kewenangannya;
Eksplorasi; b. menyampaikan rencana
d. melaporkan pelaksanaan Reklamasi tahap operasi
Reklamasi tahap Eksplorasi; produksi secara periodik;
e. menyampaikan rencana c. melaksanakan Reklamasi
Reklamasi tahap operasi roduksi tahap operasi produksi dan
pada saat mengajukan Pascatambang;
permohonan peningkatan IUP d. melaporkan pelaksanaan
Operasi Produksi atau IUPK Reklamasi tahap operasi
Operasi Produksi; dan produksi dan Pascatambang,
f. menyampaikan rencana
Pascatambang pada saat
mengajukan permohonan
peningkatan IUP Operasi
Produksi atau IUPK Operasi
Produksi,

akan dikenakan sanksi administratif.


26
SANKSI
Sesuai dengan Pasal 50 Ayat 7 :
Pemegang IPR yang tidak
menerapkan kaidah teknik
pertambangan yang baik dan tata kelola
pengusahaan pertambangan sesuai
dengan kegiatannya, akan dikenakan
sanksi administratif.

27
Sanksi Administratif
• Bab VI Pasal 50

Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Ekplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK
Operasi Produksi, Pemegang IUJP, Pemegang IPR yang tidak mematuhi atau
melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dikenakan sanksi administratif

Sanksi Administratif dapat berupa:

• Peringatan tertulis

• Penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha

• Pencabutan izin

Sanksi Administratif diberikan oleh Menteri atau gubernur sesuai dengan


kewenangannya.

28
KETENTUAN LAIN-LAIN
• Rencana Reklamasi dan/atau rencana Pascatambang
yang telah disetujui oleh Menteri atau gubernur sesuai
dengan kewenangannya sebelum
diundangkannya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap
berlaku sampai dengan jangka waktunya berakhir.

• Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk


pengolahan dan/atau pemurnian wajib menyampaikan
rencana pascaoperasi kepada Menteri atau gubernur
sesuai dengan kewenangannya paling lambat 2 (dua)
tahun terhitung sejak Peraturan Menteri ini
diundangkan.

29
Ruang Lingkup Kepmen 1827 tahun 2018 Lampiran V
1. Pedoman pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
mineral dan batubara meliputi:
a. pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan eksplorasi;
b. pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan konstruksi;
c. pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan penambangan;
d. pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan pengangkutan;
e. pengelolaan lingkungan hidup kegiatan pengolahan
dan/atau pemurnian;
f. pemantauan lingkungan hidup;
g. penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup;
h. sistem pengelolaan perlindungan lingkungan hidup
pertambangan; dan
i. penghargaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan
30
Ruang Lingkup Kepmen 1827 tahun 2018 Lampiran V

2. Ruang lingkup pengelolaan lingkungan hidup


pertambangan mineral dan batubara sebagaimana
dimaksud pada angka 1, meliputi kegiatan:
a. pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
pertambangan sesuai dengan dokumen lingkungan
hidup;
b. penanggulangan dan pemulihan lingkungan
hidup apabila terjadi pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup;

31
POKOK-POKOK PENGATURAN
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan (1)
No Kegiatan Substansi
Pengelolaan Lingkungan Hidup Per Tahapan Kegiatan
1 Eksplorasi ▪ Efisiensi pembukaan lahan
▪ Rencana pembukaan lahan dicantumkan dalam rencana kerja
tahunan
▪ Penyiapan sarana/fasilitas pengelolaan lingkungan sebelum
pembukaan lahan untuk eksplorasi
▪ Kajian geokimia dalam rangka studi kelayakan
▪ Kajian geokimia tersebut sedikitnya meliputi:
a) identifikasi potensi pembentukan air asam tambang
b) pencegahan pembentukan air asam tambang; dan
c) penanggulangan air asam tambang
2 Konstruksi ▪ Membuat rencana pembukaan lahan sebelum melakukan
pembukaan lahan untuk kegiatan konstruksi.
▪ Penyiapan sarana/fasilitas pengelolaan lingkungan
▪ Pengamanan dan pengelolaan tanah zona pengakaran pada lahan
yang akan digunakan untuk kegiatan tambang, timbunan, sarana dan
prasarana
▪ Sarana dan prasarana pertambangan dilengkapi fasilitas
pengelolaan lingkungan (drainase, kolam pengendap, oil trap)

32 32
POKOK-POKOK PENGATURAN
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan (2)
No Kegiatan Substansi
3 Penambangan ▪ Tahapan pembukaan lahan untuk penambangan, meliputi:
1) identifikasi jenis–jenis tanaman;
2) pembersihan vegetasi;
3) pengupasan dan pengelolaan lapisan tanah zona
pengakaran.
▪ Pembukaan lahan dilengkapi dengan sarana pengelolaan
lingkungan.
▪ Pengamanan dan pengelolaan tanah zona pengakaran
(kecukupan volume untuk revegetasi)
▪ Jarak aman penambangan/penimbunan terhadap perumahan
penduduk, fasilitas umum, situs sejarah
▪ Pengutamaan backfilling
▪ Kegiatan penambangan mempertimbangkan kajian hidrologi
dan hidrogeologi
▪ Pengelolaan air larian permukaan, air tambang, dan Air Asam
Tambang
▪ Integrasi pencegahan dan penanggulangan AAT dalam
penambangan

33 33
POKOK-POKOK PENGATURAN
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan (2)

No Kegiatan Substansi
3 Penambangan ▪ T. Bawah Tanah: identifikasi,kajian dan pemantauan
subsidence
▪ T. Semprot, Kapal Keruk Darat: Pasir sisa hasil pencucian
diutamakan untuk menjadi material pengisi lubang bekas
tambang, air kerja sirkulasi tertutup
▪ T. Kapal Keruk Laut: pengelolaan kualitas air laut;
pencegahan dan penanggulangan terhadap abrasi dan/atau
pendangkalan pantai; perlindungan keanekaragaman
hayati; pencegahan dan penanggulangan tumpahan
hidrokarbon dan bahan kimia
▪ T. Ekstraksi Cair: pengelolaan dan pemantauan kualitas air
tanah; pembuatan sumur pantau; daur ulang air kerja,
pemantauan subsidence

34 34
POKOK-POKOK PENGATURAN
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan (2)
No Kegiatan Substansi

4 Pengangkutan ▪ Pengendalian debu (penyiraman jalan secara rutin;


penghijauan; pembatasan kecepatan kendaraan; penyemprotan
debu di ban berjalan; dan/atau) ban berjalan dilengkapi dengan
atap penutup dan sistem pembersihan return belts.)
▪ Pencegahan kebocoran pada pengangkutan pipa (pemeriksaan
berkala)
▪ pencegahan dan penanggulangan tumpahan hidrokarbon dan
bahan kimia
5 Pengolahan/ ▪ Air kerja sirkulasi tertutup atau air keluaran yang memenuhi
pemurnian baku mutu
▪ Larangan penggunaan merkuri (proses pengolahan emas)
▪ Sirkulasi air kerja tertutup dan fasilitas minimum untuk
pelindian timbunan bijih
▪ Fasilitas penyimpanan sisa hasil proses pengolahan dan/atau
pemurnian yang dibangun di darat berupa bendungan limbah
tambang (tailing), dilengkapi sistem tanggap darurat dan
rencana mitigasi kegagalan struktur.
35 35
POKOK-POKOK PENGATURAN
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan (2)

No Kegiatan Substansi

Pemantauan Lingkungan Hidup


wajib melakukan pemantauan lingkungan hidup dan menyusun tata cara
baku pemantauan lingkungan hidup pertambangan sesuai dengan dokumen
lingkungan hidup
1 Peralatan Peralatan pantau yang standar
2 Tenaga kerja Tenaga kerja pertambangan yang berkompeten

- Pemantauan kualitas air


- Pemantaua kulaitas udara

36 36
Ruang Lingkup Kepmen 1827 tahun 2018 Lampiran VI
Pedoman Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang serta
Pascaoperasi pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan
batubara meliputi:
1. Penyusunan Rencana Reklamasi, Rencana Pascatambang, dan
Rencana Pascaoperasi;
2. Penilaian dan Persetujuan;
3. Jaminan Reklamasi dan Jaminan Pascatambang;
4. Pelaksanaan Reklamasi, Pascatambang, dan Pascaoperasi;
5. Pelaporan dan Pencairan Jaminan Reklamasi dan Jaminan
Pascatambang;
6. Penyerahan Lahan Reklamasi; dan
7. Penyerahan Lahan Pascatambang dan Pascaoperasi.

37
Ruang Lingkup Kepmen 1827 tahun 2018 Lampiran VI

Lampiran V: Rencana Kerja Tahunan


Lingkungan AMDAL, UKL/UPL, SPPL

Lampiran VI: Rencana Reklamasi, Jaminan Rencana


Reklamasi dan Rencana Pasca Tambang, Reklamasi, Jaminan
Pasca Tambang Rencana Pasca Operasi Rencana Pasca Tambang,

38
2. Dampak Lingkungan Pertambangan

39
38
Karakteristik Kegiatan Pertambangan

1. Keberadaan cadangan bahan galian


tambang pada tempat tertentu saja
2. Umur kegiatan dibatasi oleh jumlah cadangan
ekonomis
3. Kecenderungan merubah bentang alam/topografi
areal kegiatan
4. Kecenderungan memerlukan lahan yang relatif
luas.

40
Pengertian Dampak

Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan


pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan.
Kriteria Dampak Penting – UU 32 Tahun 2009
Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
e. sifat kumulatif dampak
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
41
Kriteria Kegiatan Wajib Amdal
Kriteria Kegiatan Wajib Amdal – UU 32 Tahun 2009
Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi
dengan amdal terdiri atas:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian Kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara; dan/atau
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup. 42
Kegiatan Wajib Amdal
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai dampak Lingkungan Hidup
menurut Permen LHK No. 4 Tahun 2021 Tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai dampak Lingkungan Hidup, antara lain:
✓ Ada 14 bidang
o Multisektor
o Pertanian
o Perikanan dan Kelautan
o Kehutanan
o Perhubungan
o Teknologi Satelit
o Pekerjaan Umum, Perumahan
o ESDM
o Pariwisata
o Perindustrian
o Ketenaganukliran
43
o dll
KEGIATAN WAJIB AMDAL BIDANG ESDM
Jenis Kegiatan Operasi Produksi (OP)
Mineral dan Batubara
Permen LH No. 4 Tahun 2021
Luas perizinan (IUP) : ≥ 200 ha Operasi Produksi (OP) Batubara
Luas daerah terbuka untuk pertambangan Kapasitas : ≥ 1.000.000 ton/tahun
: ≥ 50 ha (kumulatif/tahun) Jumlah material penutup yang dipindahkan : ≥
Backfilling LB3 pada area bekas tambang 4.000.000 bcm/tahun Operasi
Operasi Produksi (OP) Mineral bukan Produksi (OP) Mineral logam
logam atau mineral batuan Kapasitas : ≥ 300.000 ton/tahun
Kapasitas : ≥ 500.000 ton/tahun Jumlah material penutup yang dipindahkan : ≥
Jumlah material penutup yang dipindahkan 1.000.000 ton/tahun
: ≥ 1.000.000 ton/tahun
Pengolahan dan pemurnian
Operasi Produksi (OP) Mineral bukan a. mineral logam : Semua besaran
logam atau mineral batuan b. mineral bukan logam : ≥ 500.000 m3/tahun
Kapasitas : ≥ 500.000 m3/tahun c. Batuan : ≥ 500.000 m3/tahun
Jumlah material penutup yang dipindahkan d. Batubara : tergantung metode dan kapasitas
: ≥ 1.000.000 ton pengolahan
e. mineral radioaktif :Semua besaran
Penambangan di laut : semua besaran
Melakukan penempatan tailing dibawah Operasi Produksi (OP) Mineral radioaktif
laut atau membangun tailing dam: Semua besaran (ton/tahun), kecuali untuk tujuan
semua besaran penelitian dan pengembangan 44
Integrasi Persetujuan Lingkungan ke dalam
Perizinan Berusaha
Pengawasan
Dokumen Persetujuan (Psl. 63, UU CK)

Lingkungan Lingkungan
Perizinan
AMDAL SKKL Berusaha :
Penegakan
Persyaratan • Izin
penerbitan
Perizinan
• Sertifikat Standar
• NIB
Hukum:
Berusaha • Administrasi
UKL-UPL PKPLH (Psl. 24 ayat (5),
UU CK)
Matrik RKL-RPL
TERMUAT dalam
Perizinan Berusaha (Psl. 77, UU CK)
(Psl 1 angka 11 & 12,
UU CK)

SPPL NIB • Gubernur dan Bupati/Walikota berhak melakukan pengawasan


ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
Perizinan Berusaha;
• Menteri berhak melakukan pengawasan jika dianggap terjadi
(Psl. 1, angka 35, UU CK) pelanggaran serius terhadap Perizinan yang seharusnya dilakukan
pengawasan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.
• Pemerintah Pusat menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, jika hasil pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap Perizinan Berusaha.
(Psl. 72 & 76, UU CK)
45
IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN PENYELIDIKAN UMUM

EKSPLORASI Kegiatan Pra-Konstruksi

STUDI KELAYAKAN
RUGI UNTUNG

ARSIP KONSTRUKSI Kegiatan Konstruksi

PENAMBANGAN

PENGOLAHAN DAN
PEMURNIAN Kegiatan Operasi

PENGANGKUTAN DAN
PENJUALAN

PASCATAMBANG Kegiatan Pasca Operasi


46
Komponen Kegiatan Sumber Dampak

Tahap Persiapan Tahap Operasi Tahap Pasca Operasi


1. Pembebasan 1. Pengupasan 1. Reklamasi/rehabili
tanah tanah pucuk tasi lahan setelah
2. Penerimaan 2. Penggalian tanah operasi
tenaga kerja penutup 2. Penanganan
3. Pembuatan jalan 3. Pemindahan tenaga kerja yang
4. Pembangunan tanah penutup dilepas setelah
sarana prasarana 4. Penambangan kegiatan berakhir
5. Pembangunan 5. Pengangkutan
instalasi 6. Penimbunan
pengolahan 7. Pengolahan
6. Pembuatan 8. Reklamasi
terowongan 9. pengoperasian
7. Pembersihan sarana penunjang
lahan
47
41
Kegiatan Pertambangan

PENAMBANGAN BATUBARA
48
Dampak Yang Diperkirakan Akan Muncul

Komponen Lingkungan Fisik


1. Perubahan bentang alam/ topografi
2. Gangguan terhadap stabilitas lereng maupun
timbunan
3. Penurunan kualitas udara (debu, gas, getaran dan
kebisingan)
4. Penurunan kualitas air permukaan dan air tanah
5. Erosi pada lahan terbuka
6. Perubahan peruntukan lahan
7. Perubahan iklim mikro

49
50
Dampak Yang Diperkirakan Akan Muncul
Komponen lingkungan kimia
Terjadi perubahan kualitas kimia air, tanah dan udara
1. Tailing dari pengolahan emas yang menggunakan teknik
amalgamasi menyebabkan badan air terkontaminasi
merkuri
2. Batuan penutup yang mengandung mineral sulfida bisa
menyebabkan timbulnya air asam tambang

Komponen lingkungan biologi


1. Gangguan terhadap habitat biota darat dan perairan
2. Penurunan jumlah dan jenis flora dan fauna
3. Hilangnya salah satu atau lebih jenis flora/fauna pada
suatu ekosistem akan mengganggu atau memutuskan
rantai/siklus kehidupan 51
Tragedi Minamata, Jepang Air Asam Tambang

52
Dampak Yang Diperkirakan Akan Muncul
Komponen lingkungan sosial-ekonomi-budaya
1. Timbulnya keresahan sosial pada saat pembebasan
lahan
2. Perubahan kondisi lingkungan dan masuknya pendatang
baru berpotensi timbulnya berbagai jenis penyakit pada
masyarakat yang mungkin sebelumnya tidak ada atau
jarang terjadi
3. Perubahan kehidupan sosial, perbedaan budaya antara
komunitas asli dan pendatang baru bisa menimbulkan
gesekan di dalam kehidupan bermasyarakat
4. Timbulnya keresahan sosial karena tenaga kerja lokal
tidak tertampung serta PHK pada saat pascatambang
5. Ketergantungan perekonomian setempat terhadap
kegiatan pertambangan. 53
3. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PERTAMBANGAN

54
49
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATANEKSPLORASI

Pembukaan Lahan
Kegiatan Eksplorasi
Pengeboran

PENGELOLAAN
Pembuatan Jalan LINGKUNGAN HIDUP PADA
Akses KEGIATAN EKSPLORASI

Pembuatan Sumur Uji Kajian Geokimia


dan Parit Uji
55
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATAN KONTRUKSI

Pembukaan Lahan
Kegiatan konstruksi Pembangunan
Kolam Pengendap Sarana dan
Prasarana
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP PADA
Generator Listrik
KEGIATAN KONTRUKSI

Pengelolaan Lingkungan Pada Pengelolaan Pembuatan Jalan


Fas. Pengisian Bahan Bakar Lingkungan Akses
Cair Pada Bengkel
56
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATANPENAMBANGAN

Pengelolaan Batuan Penutup


Air Larian
Permukaan danAir
Tambang

PengendalianErosi/
Pengelolaan
Sedimentasi
Lingkungan
Jarak Aman Penambangan
Minerba

Tanah Zona Pengakaran

Hidrologi dan
Hidrogeologi
57
LIMBAH

58
53
PEMBENTUKAN LIMBAH

Kegiatan pengolahan hasil tambang sangat


tergantung pada :
• proses,
• bahan baku,
• energi yang digunakan, dan
• produk yang dihasilkannya.

59
54
Pembentukan Limbah

Bahan baku Bahan baku sekunder: energi,


primer air,dll

Proses
Limbah
Produksi

Produk

Pemakai Limbah

60
55
KLASIFIKASI LIMBAH

1. LIMBAH PADAT
a. Limbah Domestik (Workshop, Mess, Klinik, dll)
b. Limbah Workshop (Accu bekas, majun, battrey bekas, filter)
2. LIMBAH CAIR
a. Limbah Domestik (workshop, mess, klinik, site, dll)
b. Limbah Tambang (run off, limbah hasil pengolahan)
3. LIMBAH GAS
a. Emisi Bergerak (kendaraan bermotor, alat berat)
b. Emisi Tidak Bergerak (cerobong pabrik)
4. TAILING : Limbah cair dan limbah padat yang sukar dibedakan,
contoh: limbah kegiatan pengolahan bijih emas dengan proses
sianidasi

61
56
JENISLIMBAH
1. LIMBAH PADAT
a.Limbah Domestik (Workshop, Mess, Klinik, dll)
b.Limbah Workshop (majun)
c. Tailing → sisa pengolahan dan pemurnian(?)
JENIS LIMBAH
2. LIMBAH CAIR
a.Limbah Domestik (workshop, mess, klinik, site, dll)
b.Limbah Tambang (limbah hasil pengolahan, run off)
TAILING DAM
JENIS LIMBAH
3. LIMBAH GAS
a. Emisi Bergerak (kendaraan bermotor, alat berat)
b. Emisi Tidak Bergerak (cerobong pabrik)
JENIS LIMBAH
4. LIMBAH B3
KLASIFIKASI LIMBAH

Berdasarkan nilai ekonomisnya :


a. Limbah yang mempunyai nilai ekonomis :
limbah yang dapat diproses lebih lanjut dan
menghasilkan nilai tambah
Contoh : slag dari limbah pengolahan bijih nikel, dan
peleburan besi baja dijadikan pupuk tanaman.

b. Limbah yang tidak mempunyai nilai ekonomis


(nonekonomis):
limbah yang bila diolah dengan proses bentuk apapun
tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali
memudahkan penanganannya. Limbah jenis ini sering
menimbulkan masalah pencemaran dan merusak
lingkungan.
67
57
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

68
58
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
Pretreatment
• Menyaring padatan yang terapung atau
melayang yang terbawa
• Padatan ini dapat berupa lumpur, sisa kain,
potongan kayu, pasir, dan lainnya.
• Lapisan minyak dan lemak di atas
permukaan air.
• Saringan biasanya kasar, tapi tidak mudah
berkarat.

69
59
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
Primary treatment
Menghilangkan padatan halus, zat warna
terlarut dan suspensi yang tidak terjaring pada
penyaringan pendahuluan
• Metode utama:
a. pengolahan cara fisika : proses
pengendapan atau pengapungan tanpa
penambahan bahan kimia.
b. pengolahan cara kimia : proses
pengendapan dengan penambahan bahan
kimia.

70
60
Secondary treatment
• Proses biologis untuk menghilangkan bahan organik
melalui oksidasi biokimia.
• Faktor yang berpengaruh:
₋ jumlah limbah cair dan
₋ luas areal.
₋ contoh: reaktor lumpur aktif dan trickling filter
Tertiary treatment
• proses fisika (filtrasi, destilasi, pengapungan,
pembekuan, stripping );
• proses kimia (absorbsi karbon aktif, pengendapan
kimia, pertukaran ion, elektro kimia, oksidasi, dan
reduksi) proses biologis (bakteri, algae, nitrifikasi, dan
lainnya).
71
61
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
Settling Pond

Pemberian kapur/koagulan jenis lain


72
Kapur Tohor

Tawas

73
Settling pond

Dikeruk secara periodik


74
AIR ASAM TAMBANG (AAT)

Pengertian :
Proses lindian, rembesan, atau aliran
akibat adanya oksidasi mineral
sulfida pada kegiatan pertambangan.

75
Pembentukan Air Asam Tambang
Air asam tambang adalah air yang bersifat asam
(tingkat keasaman yang tinggi dan sering ditandai
dengan nilai pH yang rendah di bawah 5) sebagai
hasil dari oksidasi mineral sulfida yang terpajan atau
terdedah (exposed) di udara dengan kehadiran air

Oxygen
Water
H20
Pyrite
Bacteria
Sulfuric
Acid
Images: USGS, DeAtley Design - modified

76
Air Asam Tambang ?

Overburden Dumped

Pyrite

Lindian, rembesan, atau aliran air yang telah


dipengaruhi oksida senyawa sulfida dalam batuan
77
• Pembentukan AAT sekali telah terjadi akan sulit
untuk dihentikan, karena merupakan suatu
proses yang kontinyu sampai salah satu
reaktannya habis.
• Pengalaman dari berbagai kasus di dunia,
masalah AAT dapat berdampak jangka panjang
bisa lebih panjang daripada life of mine
• Pembentukan AAT dimungkinkan karena
tersedianya:
- Mineral sulfida
- Oksigen
- Air

78
PREDIKSI DAN PENGUJIAN

• IDENTIFIKASI LAPANGAN:
–Oksidasi sulfida menghasilkan besi
sulfat berwarna kuning dan garam
almunium berwarna putih yang
menyelimuti batuan.
–Pembentukan flokulan (endapan) besi.
–pH tanah dan air yang rendah.

79
PENCEGAHAN

Prinsip pencegahan dan


penanggulangan AAT:

Hilangkan salah satu dan lebih unsur


AAT, yaitu mineral sulfida, oksigen,
atau air.

80
PENCEGAHAN AAT

• Meniadakan salah satu atau lebih unsur


pembentuk AAT.
• Cara kering (pemisahan, penimbunan,
pelapisan, dsb).
• Cara basah (wet land).

81
PELAPISAN

• Pelapisan dengan tanah • Pelapisan dengan bahan


liat : sintetik.
• Bentonit (efektif karena • Aspal
sifat mengembang dan • Tar
melapisi/penutup). • Semen
• Stabilisasi dari erosi dan • Plastik film
penetrasi akar.
• Geotekstil

82
83
84
Penimbunan

a adalah timbunan batuan NAF


b adalah timbunan batuan PAF
h adalah tinggi timbunan
L adalah lebar timbunan

85
MINIMALISASI OKSIGEN
• Pelapisan dengan lapisan
pengkonsumsi oksigen (Tanah
pucuk yang mengandung
mikroorganisme aktif) adalah
strategi yang baik untuk
mengurangi O2 (Segera).
• Pemadatan pada saat kontruksi.
• Pemadatan pada permukaan dan
lereng bagian luar untuk
mengurangi di fusi O2 dan
konveksi udara ke dalam
timbunan.

86
PENANGGULANGAN AAT

Dalam hal telah dilakukan pencegahan


terhadap pembentukan air asam tambang
maka dilakukan penanggulangan terhadap
terbentuknya air asam tambang sampai
memenuhi baku mutu lingkungan hidup, yaitu
dengan cara :
a) cara aktif; dan/atau
b) cara pasif.

87
Penanggulangan air asam tambang

Jenis vegetasi wetland : Jenis tanaman kiambang (Salvinianatans), Kiapu atau


apu-apu, & Vetiveria zizanoides (akar wangi) 88
Cara Pasif Penanggulangan Air Asam Tambang

89
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
Oil Trap :
untuk menampung ceceran minyak / limbah hiydrocarbon
dari sarana yang potensial terjadi ceceran minyak

Tailing Pond : adalah kolam yang dibuat untuk


mengendapkan atau menetralkan suatu limbah cair,
sebuah proses pengolahan dengan tujuan mengendapkan
muatan partikel maupun racun dalam limbah agar tidak
mencemari lingkungan., yang dapat dialirkan ke perairan
umum setelah memenuhi Baku Mutu Limbah.

Settling Pond : yang dibuat dengan tujuan sebagai sarana


proses pengendapan sedimen maupun partikel halus yang
hanyut dibawa media air permukaan sehingga jernih
90
91
KOLAM PENGENDAPAN

92
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

93
84
Limbah padat :
hasil buangan suatu kegiatan pengolahan hasil tambang yang
berupa padatan atau lumpur.

• Limbah padat dapat di daur ulang, misalnya plastik,


potongan logam, dan limbah padat yang tidak mempunyai
nilai ekonomis.

• Pembentukan limbah padat dalam kegiatan pengolahan


hasil tambang:
₋ Limbah padat yang langsung dihasilkan oleh proses
pengolahan,
₋ Limbah padat yang terbawa dalam bentuk lumpur
(mud, slurry).
₋ Limbah padat yang terbawa oleh gas buang.
94
85
PENANGANAN LIMBAH PADAT
Penanggulangan :
usaha mengatasi masalah yang timbul karena
adanya limbah padat.
1. Pemindahan atau pembuangan
a. Sifat fisik dari limbah yang harus
dipindahkan atau dibuang
b. Sistem transportasi
c. Tempat pembuangan

95
86
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT

2. Penggunaan limbah padat menjadi


₋ bahan-bahan yangbermanfaat
₋ bahan pengisi/tanah-urug dalam
pematangan tanah, untuk pengerasan jalan
dan pengisian lubang-lubang tambang.

96
87
PENGELOLAAN
PENCEMARAN UDARA/EMISI

97
91
Teknik Pengelolaan Pencemaran Udara

✓Melakukan penyiraman ruas jalan lingkungan yang


dimanfaatkan secara berkala terutama musim kemarau,
agar imbasan debu yang berasal dari permukaan jalan
dapat dikurangi.
✓Menetapkan kecepatan kendaraan tidak lebih 25,00 Km per-
jam, agar imbasan debu yang berasal dari permukaan jalan
kerja dapat dikurangi.
✓Seluruh kendaraan angkut yang dioperasikan untuk
pengangkutan batubara dilengkapi knalpot memadai untuk
menanggulangi emisi dan kebisingan.

98
PENGELOLAAN DEBU
Area Tambang

Area Coal Stockpile


99
PENGELOLAAN
LIMBAH BAHAN BERACUN BERBAHAYA

100
Karakteristik limbah B3

a. mudah meledak
b. mudah terbakar
c. reaktif
d. beracun
e. infeksius
f. korosif

101
LIMBAH MUDAH MELEDAK

- Pada T 25°C, P 760 mmHg dapat meledak


- Melalui reaksi kimia &/ fisika dapat
menghasilkan gas dengan T & P tinggi
Dengan cepat dapat merusak lingkungan
sekitarnya

102
LIMBAH MUDAH TERBAKAR
1) Berupa cairan :
- mengandung alkohol <24%vol
- pada titik nyala 60°C akan menyala jika kontak denganapi,
percikan api, sumber nyala ain pada P udara 760 mmHg

2) Bukan berupa cairan : pada T 25C, P 760 mmHgmudah


menyebabkan kebakaran melalui :
- gesekan,
- penyerapan uap air
-perubahan kimia secara spontan
Jika terbakar menyebabkan kebakaran terus-menerus
3) Merupakan limbah bertekanan yang mudah terbakar

4) Merupakan limbah pengoksidasi


103
LIMBAH REAKTIF
1) Pada keadaan normal :
- tidak stabil,
- dapat menyebabkan perubahan tanpa peledakan
2) Dapat bereaksi hebat dengan air
3) Bila bercampur dengan air :
- berpotensi menimbulkan ledakan,
- menghasilkan gas, uap, atau asap beracun
Dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia &
lingkungan
4) Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniakyang
pada pH 2-12,5 dapat menghasilkan gas, uap, atau
asap beracun dalam jumlah yang membahayakan
kesehatan manusia & lingkungan
5) Pada T & P standar dapat mudah meledak atau bereaksi
6) Menyebabkan kebakaran karena melepas/ menerima
oksigen/limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam
T tinggi 104
LIMBAH BERACUN

Mengandung pencemar bersifat racun bagi manusia/


lingkungan : jika masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan,
kulit, mulut kematian/sakit serius

LIMBAH INFEKSIUS
- Bagian tubuh manusia yang diamputasi
- Cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi
- Limbah dari lab./lainnya yang terinfeksi kuman
penyakit menular
- Berbahaya karena mengandung kuman penyakit

105
LIMBAH KOROSIF
- Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
- Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
(SAE 1020) 55Claju korosi >6,35 mm/tahun, Tpengujian
- Limbah bersifat asam pH 2
- Limbah bersifat basa pH 12,5

106
IDENTIFIKASI LIMBAH B-3

1. Identifikasi limbah yang dihasilkan,


• Cocokkan komponen limbah dengan daftar limbah B-3
Jika tidak termasuk ke dalam daftar B-3,
2. periksa karakteristik limbah:
- mudah meledak,
- mudah terbakar,
- beracun,
- infeksi,
- korosif atau
- reaktif.
Jika tidak memiliki salah satu karakteristik di atas
3. lakukan uji toksikologi
107
Penyimpanan Limbah B-3

• Pengaruh panas/api
Kenaikan suhu, menyebabkan reaksi atau perubahan kimia
sehingga mempercepat reaksi dan Percikan api berbahaya
untuk bahan-bahan mudah terbakar
• Pengaruh kelembaban
Zat-zat higroskopis, mudah menyerap uap air dan reaksi
hidrasi yang eksotermis menimbulkan pemanasan ruangan.
• Interaksi dengan wadah.
• interaksi antar limbah selama penyimpanan dapat
menimbulkan ledakan, kebakaran atau timbulnya gas.

108
Syarat penyimpanan limbah B-3
No. Limbah Syarat Penyimpanan
1. Mudah meledak -Ruangan dingin dan berventilasi;
-Jauhkan dari panas dan api;
-Hindari dari gesekan atau tumbukanmekanis.
2. Mudah Terbakar -Ruangan dingin dan berventilasi;
-Jauhkan dari panas atau sumber api, terutama loncatan api listrik
dan bara rokok.
-Tersedia alat pemadam kebakaran.
3. Reaktif :
a. Reaktif terhadap -Suhu ruangan dingin,kering dan berventilasi
asam -Jauhkan dari sumber nyala api atau panas
-Bangunan kedap air
-Tersedia alat pemadam kebakaran anpa air (CO2, dry powder)
b. Reaktif terhadap -Ruangan dingin dan berventilasi;
asam -Jauhkan dari sumber api, panas dan asam
-Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, gloves dan pakaian
kerja.
4. Beracun -Ruangan dingin dan berventilasi;
-Jauhkan dari bahaya kebakaran;
-Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
-Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, gloves, danpakaian
kerja.
5. Korosif -Ruangan dingin dan berventilasi;
-Dipisahkan dari zat-zat beracun. 103
109
Penandaan B-3
Penandaan
• diperlukan untuk petunjuk adanya limbah B-3 dalam
suatu kemasan atau kendaraan pengangkut.
• menjadi sumber informasi tentang jenis dan
karakteristik dari limbah B-3

LABEL
• dipasang pada kemasan dan kendaraan pengangkut.
• memberi informasi tentang asal-usul, karakteristik, dan
jumlah limbah B-3 dalam kemasan.
• tidak boleh terlepas sebelum kemasan dibersihkan.
• penandaan kemasan kosong
• penunjuk tutup kemasan
110
Penandaan B-3

SIMBOL
dipasang pada kemasan yang berfungsi untuk memberi
keterangan tentang karakteristik limbah

111
Pengolahan limbah B-3
• mengubah jenis, jumlah, dan sifat limbah B-3,
• dampak limbah dapat ditiadakan atau diperkecil

Proses pengolahan limbah B-3


➢ cara fisik-kimia (oksidasi-reduksi, elektrolisa,
netralisasi, pengendapan, absorpsi, penukar ion)
➢ stabilisasi/solidifikasi (mengurangi konsentrasi
limbah B-3 dengan memperkecil/membatasi daya
larut, pergerakan/penyebaran daya racunnya)
➢ insinerasi (pengolahan limbah B-3 dengan sistem
pembakaran).

112
PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI

113
EROSI

Erosi adalah pengikisan dan pemindahan


lapisan permukaan tanah oleh angin, air atau es.

Erosi akan terjadi pada daerah permukaan yang terbuka


tidak tertutupi vegetasi, sehingga berpotensi
menimbulkan air limpasan pada saat hujan.

Erosi dipicu oleh peningkatan air larian permukaan


(surface run off) yang Kecepatan alirannya membesar pada
lahan yang miring (lereng) dan menggerus permukaan
tanah.

114
DIAGRAM PROSES EROSI

ANGIN AIR LIMPASAN GLETSER

PARTIKELTANAH

GAYA DORONG > GAYAKOHESI

PEMISAHAN & TRANSPORTASI

SEDIMENTASI

115
EROSI

Gully erosion
116
Jenis-Jenis Erosi
▪ Splash erosion
Proses terkelupasnya partikel-partikel
tanah bagian atas oleh tenaga kinetik
air hujan bebas
▪ Sheet erosion
Erosi yang terjadi ketika lapisan tipis
permukaan tanah di daerah berlereng
terkikis oleh kombinasi air hujan dan
air larian (run-off)
Source:
▪ Rill erosion http://www.cep.unep.org/pubs/Techreports/tr41en/Image11.gif

Pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh


aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air
▪ Gully erosion
Pembentukan jajaran parit yang lebih dalam dan lebar dan merupakan tingkat
lanjutan dari erosi alur 117
Mengapa Erosi Dikendalikan?

Dapat mengganggu kestabilan lereng

Dapat menghambat – menggagalkan


keberhasilan revegetasi

Biaya pengerukan sedimen di saluran drainase


meningkat
118
Mengapa Erosi Dikendalikan?

Kualitas air run off (TSS) menurun

Biaya pengolahan air limbah/run-off


meningkat

Biaya perawatan IPAL meningkat


(pengerukan sedimen)

Dapat menyebabkan pencemaran


lingkungan di badan air 119
PENGENDALIAN EROSI

Pengendalian erosi memiliki prinsip:


1. Menyesuaikan kegiatan pembangunan dengan
kondisi topografi dan tanah di daerah kegiatan.
▪ Lakukan penilaian terhadap karakteristik fisik
lapangan yaitu topografi,tanah dan
penyaliran.
▪ Manfaatkan kondisi topografi yang ada.
▪ Manfaatkan pola drainase alamiah.

120
PENGENDALIAN EROSI

2. Membuat rencana kendali erosi dan


sedimentasi sebelum dilakukan kegiatan
yang dapat menganggu tanah.
▪ Dibuat oleh atau dengan bantuan tenaga
ahli yang mampu mengidentifikasi daerah-
daerah yang akan mengalami masalah erosi
dan sedimentasi.
▪ Harus di laksanakan sesuai dengan
rencana.
121
PENGENDALIAN EROSI

3. Meminimalkan luas dan lamanya tanah terbuka.


▪ Buat jadwal pengupasan dan pembentukan lereng
untuk mengurangi luas daerah terganggu sampai
pada tingkat yang paling minimum.
4. Berupaya untuk manahan sedimen di lokasi/
sumberdaya.
▪ Sedimen dari lokasi kegiatan harus di tangkap
dengan kolam sedimen.
▪ Kolam dan perangkap sedimen harus di siapkan
sebelum kegiatan konstruksi di mulai.
122
PENGENDALIAN EROSI

5. Mengalirkan air limpasan menjauh dari daerah yang


terganggu.
▪ Saluran pengelak harus di gunakan untuk memotong air
aliran dan menalihkannya menjauhi daerah kegiatan.
▪ Saluran pengelak harus di siapkan sebelum dilakukannya
kegiatan.
5. Meminimalkan panjang dan kemiringan lereng.
▪ Lereng berteras, saluran dan penahanan sedimen harus di
gunakan untuk memotong aliran air pada lereng yang
curam dan penjang.
▪ Harus di terapkan upaya untuk memperlambat kecepatan
air larian. 123
PENGENDALIAN EROSI
7. Menstabilkan daerah terganggu sesegera mungkin.
▪ Melakukan upaya stabilisasi seperti penanaman
tumbuhan penambatan, mulsa, kolam sedimen,
anyaman pengendali erosi, dll.
▪ Perbaikan dan pemeliharaan.
8. Berupaya memperlambat kecepatan air limpasan
yang keluar dari lokasi kegiatan.
▪ Mengurangi kecepatan air limpasan dengan
menjaga keberadaan tumbuhan penutup.
▪ Membuang luapan air limpasan ke saluran
alami.
124
PENGENDALIAN EROSI

9. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap


sarana kendali erosi secara berkala.
▪ Menugaskan seseorang untuk bertanggung jawab
untuk melakukan pemeriksaan & pemeliharaan
harian.
▪ Melakukan pemeriksaan setelah terjadi banjir
▪ Melakukan perbaikan segera.

125
PENGENDALIAN METODA VEGETATIF

Penggunaan tanaman dan sisa-sisanya untuk


mengurangi daya rusak hujan yang jatuh ke
permukaan tanah.

METODA VEGETATIF MEMPUNYAI FUNGSI:


- Melindungi tanah terhadap daya perusak butir-
butir air hujan yang jatuh atau terhadap aliran
air permukaan ;
- Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan
penahanan air yang langsung mempengaruhi
besarannya aliran permukaan.
126
Perkembangan Pengendalian Erosi

0 bulan 2 bulan

4 bulan 6 bulan

127
Metode Pengendalian Erosi
1) Metode vegetatif
▪ Menanam tanaman pagar hidup dengan cara mengikuti garis
kontur (Vetiver)
▪ Menggunakan jenis LCC lokal (Desmodium sp.)

128
Metode Pengendalian Erosi

2) Metode Mekanik/sipil teknik


▪ Membentuk disposal dengan kemiringan tertentu dengan
memperhatikan faktor lain
▪ Membentuk back slope dan cross fall dengan grade tertentu

Cross fall

Back slope

129
Metode Pengendalian Erosi
2) Metode mekanik/sipil teknik
▪ Penggunaan mulsa untuk melindungi permukaan tanah
▪ Membuat sistem drainase untuk menjaga kestabilan disposal
dan mengalirkan air run-off menuju setling pond
▪ Membuat drop structure untuk mengurangi laju aliran air
run-off
▪ Menanam tanaman di sepanjang dinding drainase

130
Tanaman Penutup Tanah (cover crops)
Tumbuhan atau tanaman yang khusus di tanam
untuk melindungi permukaan tanah dari ancaman
kerusakan erosi sekaligus untuk memperbaiki
sifat kimia dan fisika tanah.

131
Saluran Bervegetasi
Saluran air buatan atau alami yang ditanami dengan
tanaman/tumbuhan yang sesuai untuk menyalurkan
aliran permukaan agar aman dari aktivitas erosi.

132
Pemasangan jute net untuk mengurangi erosi

133
PENGENDALIAN METODE TEKNIK SIPIL
Perlakuan mekanis yang di berikan terhadap tanah
dan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi
serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.

METODE TEKNIK SIPIL BERFUNGSI:


- Memperlambat aliran permukaan ;
- Menampung dan menyalurkan aliran permukaan
dengan kekuatan yang tidak merusak;
- Memperbesar infiltrasi ke dalam tanah;
- Penyediaan air bagi tanaman;
134
SARANA YANG TERMASUK METODE TEKNIK SIPIL

➢ Saluran permukaan / saluran pengelak.


➢ Saluran bawah tanah.
➢ Gabion.
➢ Penahan tebing.
➢ Geotekstil.
➢ Penghalang sedimen.
➢ Dam penghambat.
➢ Penangkap sedimen.
➢ Rip-rap.
135
Gabion
Bangunan penambat tanah yang struktur bangunannya berupa anyaman
kawat yang diisi batu, umumnya berbentuk persegi panjang dan disusun
membentuk teras, bertujuan untuk memantapkan lereng yang lapisan
tanahnya mudah diresapi air serta mempunyai daya kohesi rendah.

136
Penahan tebing
Merupakan suatu dinding yang dibuat untuk memantapkan tanah di bagian
bawah tebing. Struktur ini dapat terbuat dari logam, kayu, beton pracetak dan
beton bertulang.
Penahan tebing tidak boleh diterapkan di sepanjang daerah perairan (aliran air,
sungai, danau, kolam, laut), karena struktur ini cenderung akan mempercepat
terjadinya erosi

137
Geotekstil
• Adalah bahan tekstil yang tidak kedap air yang digunakan secara integral
dengan pondasi, tanah, batuan atau material yang berhubungan dengan
pekerjaan-pekerjaan geoteknik.
• Tujuan penggunaan geotekstil ini antara lain sebagai bahan pemisah dari
lapisan yang mempunyai partikel-partikel yang berbeda ukuran satu
dengan lainnya, untuk meniriskan air pada tanah yang mempunyai
permeabilitas rendah, sebagai penguat tanah, dan untuk meningkatkan
daya infiltrasi.

Contoh geotekstil anyaman (Supac 4WS)

Contoh Penggunaan Geotekstil 138


Program Pengelolaan Lingkungan Sarana Penunjang

Pabrik Bengkel Kantor Jalan

Ijin penyimpanan sementara


1. Dibuat Drainase
1. Dibuat kolam limbah B3 dari KLH Dibuat:
2. Pemisahan jenis
pengendap dan/atau Dibuat: sampah 1. Drainase
kolam perangkap oli 1. Sistem Drainase
2. Dilakukan secara
3. Dibuat IPAL 2. Jalur
2. Kolam Perangkap Oli 4. Melakukan
rutin pengelolaan Hijau
3. Tempat Penampungan Limbah penanaman di
(Pengerukan, B3 3. Penyiram
sekeliling
pembersihan,Perbaik 4. Pemisahan Jenis Sampah an
perkantoran
an,Perluasan) 5. Kolam Sedimen

1. Dilakukan pengelolaan sampah secara terpadu.


2. Pengelolaan terhadap tanah yang tercemar oleh minyak
3. Dilakukan perawatan pada fasilitas pengelolaan (kolam pengendap dan/atau kolam perangkap oli) yang
terdapat di sarana penunjang

139 139
Reklamasi-Revegetasi
Regulasi:
PP 78/2010
Permen ESDM 7/2014 -> Kepmen
1827/2018
Pengelolaan:
Backfilling/in-pit dump, out-pit
dump,
cover cropping, revegetasi
Pemantauan:
Periodik minimal triwulanan
Dokumen Terkait:
Rencana Reklamasi, RKAB, Laporan
Pelaksanaan Reklamasi

140
Program Reklamasi
PROGRAM REKLAMASI

1. Perencanaan lokasi yang akan direklamasi


2. Pengukuran luas yang akan direklamasi
3. Pengaturan permukaan lahan Program
4. Pengendalian erosi
5. Penebaran tanah pucuk 1. Sesuai RKAB
6. Pemilihan jenis tanaman 2. Pembukaan lahan
7. Rencana Penyediaan bibit sesuai denganRKAB
8. Perhitungan jumlah tanaman yang diperlukan 3. Disosialisasikan kepada
9. Rencana Pemupukan pengawas lapangan
10. Rencana penyiangan dan pendangiran dan kontraktor
11. Rencana Penyulaman
12. Pencegahan dan penanggulangan AAT
13. Pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca
tambang
14. Pemantauan keberhasilan
15. Rencana jarak tanam

131 141
Pelaksanaan & Perawatan

PELAKSANAAN

Apa yang dilakukan:


1. Analisis kesesuaian tanah
2. Kajian lokasi penempatan tanah pucuk
3. Pengamanan Tanah Pucuk
4. Pengendalian erosi dalam pengamanan tanah
Penanggung
pucuk
Jawab?
5. Penanaman tanaman penutup/legum
(tanah pucuk & lahan siap tanam) Satu Level di bawah KTT
6. Prosentase penutupan lahan >75%
7. Perbaikan kualitas tanah yang akan dipakai
revegetasi
8. Penanaman secara multikultur
9. Penanaman Tanaman lokal dan daerah setempat
9. Perawatantanaman
132 142
KEGIATAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

143
144
PEMANFAATAN LAHAN PASCATAMBANG

Lubang Mbah Suro di Sawahlunto Sawah Bekas Tambang di Purworejo

145
Meminimalisir Bukaan lahan tambang

146
Stabilitas lereng

147
Pengamanan Tanah Pucuk

148
Penataan timbunan batuan
penutup

149 149
Pengelolaan
erosi secara
sipil

150
151
Pengelolaan Air Asam Tambang

152
153
Kolam Pengendap/Sedimen
154
PENYALURAN AIR DI TAMBANG TERBUKA

Saluran pengalihan menjaga agar aliran


air tidak memasuki daerah kerja dan
mengalirkannya ke kolam pengendapan.

155
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI
TAMBANG
Pompa di Outlet Drainage
Pit Pompa system

Settling Pond

A. Sediment Trap
A B C B. Safety Pond
C. Mud Pond

156
Perbengkelan

157
PENGELOLAAN DI BENGKEL DAN LIMBAH
OLI BEKAS

Workshop Oil Trap

Settling Pond Penampungan dan Penyimpanan

158
PENGELOLAAN DEBU

159
4. Pemantauan Lingkungan Hidup
Pertambangan

160
138
Kenapa DIPANTAU??

• Sesuai dengan peraturan-perundangan


• Memperkirakan dan menghindari masalah
• Mengidentifikasi dan memperbaiki masalah
• Evaluasi efektifitas dari metode yang digunakan
• Mendapatkan feedback untuk pengembangan
yang berkesinambungan

161
PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Tujuan dari kegiatan pemantauan lingkungan antara lain:
• Sebagai sarana pengujian atas dugaan dampak yang telah
diprakirakan dalam laporan studi Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL).
• Sebagai sarana untuk menguji efektifitas dari kegiatan atau
teknologi yang digunakan untuk mengendalikan dampak
negatif.
• Sebagai pedoman untuk perusahaan dalam melaksanakan
pemantauan kegiatan pengelolaan lingkungan yang
dilaksanakan secara teratur.
• Sebagai acuan bagi instansi terkait untuk mengetahui
perubahan lingkungan yang terjadi di daerah kegiatan
penambangan dan pengolahan batubara.
162
Pemantauan

Keberhasilan
Revegetasi

Kualitas •Kestabilan Lereng


• Air timbunan
• Udara
Pemantauan •Fungsi Sarana

• Tanah
pengendalian erosi

• Tenaga teknis yang kompeten


• Mempunyai alat pantau yang akurat dan standar
• Metode yang dilakukan secara pengukuran langsung
163
• Pemantauan dilakukan secara berkala (hari/minggu/bulan/tahun)
Pemantauan – Petak Ukur Permanen Revegetasi

164
Standardisasi Pengukuran/Pemantauan Lingkungan

SNI : Standar APHA : American JIS: Japan


Nasional Public Health International
Indonesia Association Standard

USEPA : United MASA : Methods


State Environment Air Sampling and
Protection Agency Analysis

165
Titik Penaatan
• Titik penaatan (Point of Compliance) Titik dimana dijadikan
sebagai acuan oleh Pengawas Lingkungan Hidup untuk
mengetahui tingkat ketaatan suatu perusahaan pertambangan
terhadap air limbahnya yang akan dibuang ke media
lingkungan.
• Lokasi titik penaatan harus berada pada saluran air limbah
yang :
➢ Keluar dari kolam pengendapan air limbah sebelum
dibuang ke air permukaan dan tidak terkena pengaruh dari
kegiatan lain dan atau sumber air lain selain dari kegiatan
penambangan tersebut.
➢ keluar dari unit pengelola air limbah dari proses
pengolahan/pencucian batubara sebelum dibuang ke air
permukaan dan tidak terkena pengaruh dari kegiatan lain
dan atau sumber air lain selain dari kegiatan pengolahan
tersebut.
166
Titik Penaatan

167
Peralatan Inspeksi-Tanah

pH Tanah
Kelembaban Tanah

168
Peralatan Inspeksi-Air

pH Meter, TSS, Mn, Fe

169
ACTION PLAN
Nama :
Jabatan :
Area Kerja :

Identifikasi Tahapan Kegiatan Pertambangan pada Area Kerja :


.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................

Identifikasi dampak lingkungan:


.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................

Manajemen pengelolaan lingkungan (Gunakan POAC atau PDCA)


.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
170
Sumber gambar: PT Tambang Tondano Nusajaya

TERIMA KASIH
www.minerba.esdm.go.id

171

You might also like