You are on page 1of 38

UNDANG-UNDANG NEGARA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

ANDALAS

NOMOR 2 TAHUN 2022

TENTANG

PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN NEGARA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS

Menimbang:

a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana termaktub
dalam pembukaan Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas,
perlu diselenggarakan pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Legislatif
Mahasiswa, anggota Dewan Perwakilan Angkatan, dan Presiden dan Wakil Presiden
Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas sebagai sarana perwujudan
kedaulatan rakyat untuk menghasilkan wakil rakyat dan pemerintahan negara yang
demokratis berdasarkan Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Andalas;
b. bahwa diperlukan pengaturan pemilihan umum sebagai perwujudan sistem ketatanegaraan
yang demokratis dan berintegritas demi menjamin konsistensi dan kepastian hukum serta
pemilihan umum yang efektif dan efisien;
c. bahwa pemilihan umum wajib menjamin tersalurkannya suara rakyat secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil;
d. bahwa Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pemilihan Umum, Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2013
tentang Pemilihan Umum, dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penetapan
Peraturan BEM Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2013 tentang Pemilihan Umum Menjadi Undang-Undang Negara Mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Andalas perlu disederhanakan menjadi satu undang-undang
sebagai landasan hukum bagi pemilihan umum;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c,
dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum;

Mengingat:

Pasal 2 ayat (2), Pasal 7, Pasal 13 ayat (1), Pasal 13 ayat (2), Pasal 16 ayat (1), Pasal 18 ayat (2)
dan Pasal 20 Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN LEGISLATIF MAHASISWA NEGARA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS ANDALAS

dan

PRESIDEN NEGARA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG NEGARA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS


ANDALAS TENTANG PEMILIHAN UMUM.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan:

1. Pemilihan Umum, yang selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana kedaulatan rakyat untuk
memilih anggota Dewan Legislatif Mahasiswa, anggota Dewan Perwakilan Angkatan, dan
Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas berdasarkan
Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.
2. Penyelenggaraan Pemilu adalah pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan tahapan Pemilu
yang dilaksanakan oleh Penyelenggara Pemilu.
3. Lembaga Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang bertanggung jawab atas
Penyelenggaraan Pemilu, yaitu Panitia Pemilihan Umum dan Panitia Pengawas Pemilihan
Umum.
4. Panitia Pemilihan Umum, selanjutnya disebut PPU, adalah lembaga pelaksana
Penyelenggaraan Pemilu yang bersifat independen dan mandiri sebagaimana dimaksud
dalam Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.
5. Panitia Pengawas Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Panwaslu, adalah lembaga
pengawas pelaksanaan Penyelenggaraan Pemilu yang bersifat independen dan mandiri
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Tim Penyelenggara Pemungutan Suara, selanjutnya disebut TPPS, adalah tim yang
dibentuk oleh PPU untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara.
7. Presiden dan Wakil Presiden adalah Presiden dan Wakil Presiden Badan Eksekutif
Mahasiswa Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas sebagaimana
dimaksud dalam Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.
8. Badan Eksekutif Mahasiswa, selanjutnya disebut BEM, adalah Badan Eksekutif
Mahasiswa Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas sebagaimana
dimaksud dalam Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.
9. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa, selanjutnya disebut MPM, adalah Majelis
Permusyawaratan Mahasiswa Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas
sebagaimana dimaksud dalam Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Andalas.
10. Dewan Legislatif Mahasiswa, selanjutnya disebut DLM, adalah Dewan Legislatif
Mahasiswa Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas sebagaimana
dimaksud dalam Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.
11. Dewan Perwakilan Angkatan, selanjutnya disebut DPA, adalah Dewan Perwakilan
Angkatan Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas sebagaimana
dimaksud dalam Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.
12. Mahkamah Mahasiswa, selanjutnya disebut MM, adalah Mahkamah Mahasiswa Negara
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas sebagaimana dimaksud dalam Konstitusi
Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.
13. Kelompok Aspirasi Mahasiswa, selanjutnya disebut KAM, adalah Kelompok Aspirasi
Mahasiswa yang ada di lingkungan Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Andalas sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan.
14. Lembaga Otonom, selanjutnya disebut LO, adalah Lembaga Otonom yang ada di
lingkungan Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas sebagaimana diatur
oleh peraturan perundang-undangan.
15. Angkatan 1 adalah semua Warga Negara yang sedang menjalani masa studi pada tahun
pertama di Fakultas Hukum Universitas Andalas.
16. Angkatan 2 adalah semua Warga Negara yang sedang menjalani masa studi pada tahun
kedua di Fakultas Hukum Universitas Andalas.
17. Angkatan 3 adalah semua Warga Negara yang sedang menjalani masa studi pada tahun
ketiga di Fakultas Hukum Universitas Andalas.
18. Angkatan 4 adalah semua Warga Negara yang sedang menjalani masa studi pada tahun
keempat di Fakultas Hukum Universitas Andalas.
19. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disebut TPS, adalah tempat dilaksanakannya
pemungutan suara.
20. Peserta Pemilu adalah:
a. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan dalam 1 (satu) pasang
oleh KAM atau gabungan KAM untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden;
b. Sekelompok perorangan yang dicalonkan mewakili suatu KAM yang telah terdaftar
pada PPU untuk Pemilu anggota DLM; dan
c. Perseorangan untuk Pemilu anggota DPA.
21. Warga Negara adalah Warga Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas
sebagaimana dimaksud dalam Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Andalas.
22. Pemilih adalah Warga Negara yang sedang tidak dicabut hak politiknya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
23. Kampanye adalah kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan Pemilih dengan
menawarkan visi, misi, program dan/atau citra diri Peserta Pemilu.
24. Masa Tenang adalah masa yang tidak dapat digunakan untuk melakukan Kampanye.
25. Anggaran Keuangan Pelaksanaan Program Kerja, selanjutnya disebut AKPPK, adalah
rancangan keuangan tahunan BEM yang disetujui oleh DLM.

BAB II

ASAS, PRINSIP, DAN TUJUAN

Pasal 2 – Asas

Pemilu dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, cepat, dan
sederhana.

Pasal 3 – Prinsip

Penyelenggaraan Pemilu harus memenuhi prinsip mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib,
terbuka, proporsional, akuntabel, efektif, dan efisien.

Pasal 4 – Tujuan

Pengaturan Penyelenggaraan Pemilu bertujuan untuk:

a. Memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis;


b. Mewujudkan Pemilu yang adil dan berintegritas;
c. Menjamin konsistensi pengaturan sistem Pemilu;
d. Memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan Pemilu; dan
e. Mewujudkan Pemilu yang efektif dan efisien.

BAB III

LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

Pasal 5 – Lembaga Penyelenggara Pemilu


(1) Lembaga Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang bertanggung jawab atas
Penyelenggaraan Pemilu, yaitu PPU dan Panwaslu.
(2) Wilayah kerja Lembaga Penyelenggara Pemilu meliputi seluruh wilayah Negara
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.
(3) Dalam menyelenggarakan Pemilu, Lembaga Penyelenggara Pemilu bebas dari pengaruh
pihak manapun berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

Pasal 6 – Kedudukan Lembaga Penyelenggara Pemilu

Lembaga Penyelenggara Pemilu berkedudukan di Pusat Kegiatan Mahasiswa Negara Mahasiswa


Fakultas Hukum Universitas Andalas.

Pasal 7 – Jumlah Anggota PPU

Jumlah anggota PPU terdiri atas 5 (lima) orang.

Pasal 8 - Jumlah Anggota Panwaslu

Jumlah anggota Panwaslu terdiri atas 7 (tujuh) orang.

Pasal 9 – Pimpinan PPU

(1) Pimpinan PPU terdiri atas 1 (satu) orang Ketua PPU dan 1 (satu) orang Sekretaris PPU.
(2) Pimpinan PPU dipilih dari dan oleh anggota PPU.
(3) Pimpinan PPU bertugas:
a. Memimpin kegiatan dan rapat PPU;
b. Bertindak untuk dan atas nama PPU ke luar dan ke dalam;
c. Memberikan keterangan resmi tentang kebijakan dan kegiatan PPU; dan
d. Menandatangani seluruh peraturan dan keputusan PPU.

Pasal 10 – Pimpinan Panwaslu

(1) Pimpinan Panwaslu terdiri atas 1 (satu) orang Ketua Panwaslu dan 1 (satu) orang Sekretaris
Panwaslu.
(2) Pimpinan Panwaslu dipilih dari dan oleh anggota Panwaslu.
(3) Pimpinan Panwaslu bertugas:
a. Memimpin kegiatan dan rapat Panwaslu;
b. Bertindak untuk dan atas nama Panwaslu ke luar dan ke dalam;
c. Memberikan keterangan resmi tentang kebijakan dan kegiatan Panwaslu; dan
d. Menandatangani seluruh peraturan dan keputusan Panwaslu.

Pasal 11 – Tugas, Wewenang, dan Kewajiban PPU

(1) PPU bertugas:


a. Merencanakan program dan anggaran Pemilu;
b. Menetapkan jadwal Pemilu;
c. Menyusun Peraturan dan Keputusan PPU;
d. Mengoordinasikan, mengendalikan, dan memantau semua tahapan Pemilu;
e. Mengoordinasikan, mengendalikan, dan memantau sosialisasi Penyelenggaraan
Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang PPU kepada
masyarakat;
f. Mengumumkan calon anggota DLM, calon anggota DPA, dan calon Presiden dan
Wakil Presiden terpilih; dan
g. Melaksanakan wewenang lain dalam Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) PPU berwenang:
a. Mengangkat, membina, dan memberhentikan anggota TPPS;
b. Menetapkan Peraturan PPU untuk setiap tahapan Pemilu;
c. Menetapkan KAM yang telah terdaftar dan Peserta Pemilu;
d. Menerbitkan Keputusan PPU untuk mengesahkan hasil Pemilu dan
mengumumkannya;
e. Melaksanakan wewenang lain dalam Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) PPU wajib:
a. Melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan Pemilu secara tepat waktu;
b. Memperlakukan Peserta Pemilu secara adil dan setara;
c. Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen Pemilu;
e. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemilu kepada Sidang Umum MPM;
f. Melaksanakan putusan MM mengenai penyelesaian sengketa hasil Pemilu;
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 12 - Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Panwaslu

(1) Panwaslu bertugas:


a. Mengawasi secara aktif tahapan pelaksanaan Pemilu;
b. Menyelidiki dugaan pelanggaran Pemilu oleh Peserta Pemilu;
c. Menetapkan suatu perkara sebagai pelanggaran Pemilu; dan
d. Memutus perkara dan menjatuhkan sanksi atas pelanggaran Pemilu oleh Peserta
Pemilu.
(2) Panwaslu berwenang:
a. Menyelidiki dugaan pelanggaran Pemilu; dan
b. Memutus perkara pelanggaran Pemilu.
(3) Panwaslu wajib:
a. Memperhatikan tiap-tiap temuan atau laporan dugaan pelanggaran Pemilu dengan
serius;
b. Memperlakukan Peserta Pemilu secara adil dan setara;
c. Mengumumkan putusannya mengenai pelanggaran Pemilu;
d. Menyampaikan Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu kepada Sidang
Umum MPM;
e. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen Pemilu; dan
f. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 13 – Syarat Anggota Lembaga Penyelenggara Pemilu

Syarat untuk menjadi anggota PPU atau anggota Panwaslu adalah:

a. Warga Negara yang telah menempuh masa studi di Fakultas Hukum Universitas Andalas
sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) semester pada saat diangkat, disertai dengan bukti
tertulis, dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Berintegritas dan berkepribadian yang kuat, jujur, dan adil;
d. Memiliki pengetahuan dan keahlian yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Pemilu dan
ketatanegaraan; dan
e. Bukan merupakan anggota DLM, anggota DPA, staf DLM, Presiden atau Wakil Presiden,
Menteri atau Sekretaris Menteri atau staf BEM atau yang setingkat dengannya, Hakim
Konstitusi atau Arbiter atau Mediator MM, atau pengurus KAM; atau telah mengundurkan
diri apabila masih berstatus anggota pada saat diangkat, disertai dengan bukti tertulis.

Pasal 14 – Panitia Seleksi Ad Hoc Anggota Lembaga Penyelenggara Pemilu

(1) Presiden membentuk keanggotaan Panitia Seleksi Ad Hoc yang bertugas untuk menyeleksi
dan menetapkan anggota PPU dan anggota Panwaslu terpilih.
(2) Panitia Seleksi Ad Hoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. 1 (satu) orang utusan Presiden;
b. 1 (satu) orang utusan dari KAM yang memiliki paling tidak 1 (satu) kursi di dalam
DLM; dan
c. 1 (satu) orang utusan DPA.
d. 2 (dua) orang anggota independen yang diangkat oleh anggota dari unsur pada
huruf a, b, dan c.
(3) Anggota Panitia Seleksi Ad Hoc dilarang mencalonkan diri sebagai calon anggota PPU
atau anggota Panwaslu.
(4) Komposisi Panitia Seleksi Ad Hoc terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang
sekretaris merangkap anggota, dan anggota.
(5) Pembentukan Panitia Seleksi Ad Hoc ditetapkan dengan keputusan Presiden.

Pasal 15 - Seleksi Terbuka Anggota Lembaga Penyelenggara Pemilu

(1) Panitia Seleksi Ad Hoc sebagaimana dimaksud dalam Pasal X melaksanakan tugasnya
secara terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
(2) Untuk memilih calon anggota PPU dan anggota Panwaslu, Panitia Seleksi Ad Hoc
melakukan tahapan kegiatan:
a. Mengumumkan pendaftaran bakal calon anggota PPU dan anggota Panwaslu;
b. Menerima pendaftaran bakal calon anggota PPU dan anggota Panwaslu;
c. Mengumumkan calon anggota PPU dan anggota Panwaslu yang memenuhi syarat
administratif;
d. Mengadakan uji kelayakan dan kepatutan secara terbuka bagi calon anggota PPU
dan anggota Panwaslu;
e. Menetapkan calon anggota PPU dan anggota Panwaslu terpilih dan
menyampaikannya kepada Presiden.
(3) Presiden menetapkan calon anggota PPU dan anggota Panwaslu terpilih berdasarkan hasil
uji kelayakan dan kepatutan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 16 – Pelantikan Anggota Lembaga Penyelenggara Pemilu

(1) Pelantikan anggota PPU dan anggota Panwaslu dilakukan oleh Presiden.
(2) Sebelum menjalankan tugas, anggota PPU dan anggota Panwaslu mengucapkan
sumpah/janji.
(3) Sumpah/janji anggota PPU atau anggota Panwaslu sebagai berikut:

“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji:

Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai anggota Panitia Pemilihan
Umum/Panitia Pengawas Pemilihan Umum Negara Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Andalas dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dengan berpedoman pada Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Andalas.

Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan wewenang akan bekerja dengan bersungguh-
sungguh, jujur, adil, dan cermat demi suksesnya Pemilihan Umum, tegaknya demokrasi
dan keadilan, serta mengutamakan kepentingan Negara Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Andalas daripada kepentingan pribadi atau golongan.”

Pasal 17 – Pemberhentian Anggota Lembaga Penyelenggara Pemilu

(1) Anggota PPU atau anggota Panwaslu berhenti karena:


a. Meninggal dunia
b. Berhalangan tetap sehingga tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajiban; atau
c. Diberhentikan dengan tidak hormat.
(2) Anggota PPU atau anggota Panwaslu diberhentikan dengan tidak hormat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c apabila:
a. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota PPU atau anggota Panwaslu;
b. Melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau kode etik; dan
c. Melakukan perbuatan yang terbukti menghambat PPU atau Panwaslu dalam
mengambil keputusan dan penetapan sebagaimana ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Pemberhentian anggota yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan (2) dilakukan oleh Presiden dengan memperhatikan pertimbangan dari DLM.
(4) Anggota PPU atau anggota Panwaslu yang diberhentikan dapat digantikan secara
antarwaktu dengan dilakukan oleh Presiden dengan memperhatikan pertimbangan dari
DLM.
(5) Anggota PPU atau anggota Panwaslu yang diangkat sebagai pengganti antarwaktu
ditetapkan oleh Presiden dengan sebuah Keputusan Presiden.

Pasal 18 – Pengambilan Keputusan Lembaga Penyelenggara Pemilu

(1) Pengambilan keputusan PPU atau Panwaslu dilakukan secara musyawarah dan mufakat.
(2) Tata tertib pengambilan keputusan PPU diatur oleh sebuah Peraturan PPU.
(3) Tata tertib pengambilan keputusan Panwaslu diatur oleh sebuah Peraturan Panwaslu.

Pasal 19 – Laporan Penyelenggaraan Pemilu dan Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu

(1) Dalam menjalankan tugasnya, PPU:


a. melaksanakan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
b. melapor kepada Sidang Umum MPM mengenai pelaksanaan tugas
penyelenggaraan seluruh tahapan pemilu dan tugas lainnya.
(2) Dalam menjalankan tugasnya, Panwaslu:
a. melaksanakan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
b. melapor kepada Sidang Umum MPM mengenai pelaksanaan tugas pengawasan
penyelenggaraan seluruh tahapan Pemilu dan tugas lainnya.
(3) Laporan Penyelenggaraan Pemilu dan Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu
disampaikan pada Sidang Umum MPM.

Pasal 20 – Pembubaran Lembaga Penyelenggara Pemilu

(1) PPU dibubarkan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah disampaikannya Laporan
Penyelenggaraan Pemilu pada Sidang Umum MPM.
(2) Panwaslu dibubarkan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah disampaikannya Laporan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu pada Sidang Umum MPM.

Pasal 21 – Peraturan dan Keputusan Lembaga Penyelenggara Pemilu

(1) Untuk menyelenggarakan Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, PPU atau
Panwaslu dapat membentuk Peraturan dan Keputusan
(2) Peraturan dan Keputusan PPU atau Panwaslu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pelaksanaan peraturan Undang-Undang ini.

Pasal 22 – Anggaran Belanja Lembaga Penyelenggara Pemilu

(1) Anggaran belanja PPU dan Panwaslu bersumber dari AKPPK.


(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola keuangan Lembaga Penyelenggara Pemilu
diatur dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 23 – Tim Penyelenggara Pemungutan Suara

(1) Dalam menjalankan tugasnya, PPU membentuk sebuah TPPS.


(2) TPPS berkedudukan di Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.

Pasal 24 – Jumlah Anggota, Pengangkatan, Pemberhentian, dan Pimpinan TPPS

(1) Anggota TPPS terdiri atas 9 (sembilan) orang yang berasal dari Warga Negara yang
mendaftar melalui sebuah proses perekrutan terbuka.
(2) Anggota TPPS diangkat dan diberhentikan oleh PPU.
(3) Dalam menjalankan tugasnya, TPPS dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua merangkap
anggota dan 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota.
(4) Ketua dan sekretaris dipilih dari dan oleh anggota TPPS.
(5) Pengangkatan dan pemberhentian anggota TPPS ditetapkan dengan sebuah Keputusan
PPU.

Pasal 25 – Tugas dan Kewajiban TPPS

(1) TPPS bertugas:


a. Melaksanakan Peraturan dan Keputusan PPU;
b. Melaksanakan semua tahapan Penyelenggaraan Pemilu;
c. Melaksanakan sosialisasi Penyelenggaraan Pemilu; dan
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh PPU.
(2) TPPS wajib:
a. Memperlakukan Peserta Pemilu secara adil dan setara;
b. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen Pemilu; dan
c. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 26 – Syarat Anggota TPPS

Syarat untuk menjadi anggota TPPS adalah:

a. Warga Negara yang telah menempuh masa studi di Fakultas Hukum Universitas Andalas
sekurang-kurangnya selama 1 (satu) semester pada saat diangkat, disertai dengan bukti
tertulis, dan dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Berintegritas dan berkepribadian yang kuat, jujur, dan adil;
d. Memiliki pengetahuan dan keahlian yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Pemilu dan
ketatanegaraan; dan
e. Bukan merupakan anggota DLM, anggota DPA, staf DLM, Presiden atau Wakil Presiden,
Menteri atau Sekretaris Menteri atau staf BEM atau yang setingkat dengannya, Hakim
Konstitusi atau Arbiter atau Mediator MM, atau pengurus atau anggota KAM; atau telah
mengundurkan diri apabila masih berstatus anggota pada saat diangkat, disertai dengan
bukti tertulis.
Pasal 27 – Pelantikan Anggota TPPS

(1) Pelantikan anggota TPPS dilakukan oleh PPU.


(2) Sebelum menjalankan tugas, anggota TPPS mengucapkan sumpah/janji.
(3) Sumpah/janji anggota TPPS sebagai berikut:

“Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji:

Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai anggota Tim Penyelenggara
Pemungutan Suara pada Panitia Pemilihan Umum Negara Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Andalas dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dengan berpedoman pada Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Andalas.

Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan wewenang akan bekerja dengan bersungguh-
sungguh, jujur, adil, dan cermat demi suksesnya Pemilihan Umum, tegaknya demokrasi
dan keadilan, serta mengutamakan kepentingan Negara Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Andalas daripada kepentingan pribadi atau golongan.”

Pasal 28 – Pembehentian Anggota TPPS

(1) Anggota TPPS berhenti karena:


a. Meninggal dunia
b. Berhalangan tetap sehingga tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajiban; atau
c. Diberhentikan dengan tidak hormat.
(2) Anggota TPPS diberhentikan dengan tidak hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c apabila:
a. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota TPPS;
b. Melanggar sumpah/janji jabatan dan/atau kode etik; dan
c. Melakukan perbuatan yang terbukti menghambat pekerjaan TPPS sebagaimana
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pemberhentian anggota yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan (2) dilakukan oleh PPU.
(4) Anggota TPPS yang diberhentikan dapat digantikan secara antarwaktu dengan dilakukan
oleh PPU.
(5) Anggota PPU yang diangkat sebagai pengganti antarwaktu ditetapkan oleh PPU dengan
sebuah Keputusan PPU.

Pasal 29 – Pembubaran TPPS

TPPS otomatis dibubarkan pada saat PPU dibubarkan.

BAB IV

PENYELENGGARAAN PEMILU

Pasal 30 – Waktu dan Tahapan Penyelenggaran Pemilu

(1) Pemilu dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali.


(2) Tahapan penyelenggaraan Pemilu meliputi:
a. Penghimpunan dan penetapan Daftar Pemilih;
b. Pendaftaran, verifikasi, dan penetapan KAM;
c. Pendaftaran calon, verifikasi, dan penetapan calon anggota DLM, anggota DPA,
dan Presiden dan Wakil Presiden;
d. Kampanye dan Masa Tenang;
e. Pemungutan dan penghitungan suara;
f. Penetapan hasil Pemilu; dan
g. Pengucapan sumpah/janji anggota DLM, anggota DPA, dan Presiden dan Wakil
Presiden terpilih.

Pasal 31 – Tempat, Sistem Penyelenggaraan, dan Jumlah Kursi Pada Pemilu

(1) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan di seluruh wilayah Negara
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas sebagai satu kesatuan daerah pemilihan.
(2) Pemilu untuk memilih anggota DLM dilaksanakan dengan sistem perankingan suara
terbanyak.
(3) Jumlah kursi anggota DLM ditetapkan sebanyak 21 (dua puluh satu) kursi.
(4) Pemilu untuk memilih anggota DPA dilaksanakan dengan kebijaksanaan masing-masing
Angkatan.
(5) Jumlah kursi anggota DPA ditetapkan sebanyak 9 (sembilan) kursi.

Pasal 32 – Model Penyelenggaraan Pemilu

(1) Pemilu dapat diselenggarakan secara luar jaringan maupun dalam jaringan.
(2) PPU menentukan model penyelenggaraan Pemilu dengan mempertimbangkan situasi dan
kondisi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas pada saat
diselenggarakannya Pemilu.
(3) PPU menetapkan model penyelenggaraan Pemilu melalui sebuah Keputusan PPU.

Pasal 33 – Pemilih

(1) Warga Negara berhak memilih.


(2) Warga Negara yang telah dicabut hak politiknya tidak mempunyai hak pilih.

Pasal 34 – Pendaftaran Pemilih

(1) Untuk memilih, Warga Negara harus terdaftar sebagai Pemilih.


(2) Pemilih didaftar 1 (satu) kali oleh PPU dalam Daftar Pemilih.
(3) Daftar Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat nama lengkap,
status kemahasiswaan, dan Nomor Induk Mahasiswa.
(4) PPU menerbitkan Daftar Pemilih dalam bentuk Keputusan PPU.

Pasal 35 - Pendaftaran KAM

(1) KAM yang telah disahkan sesuai peraturan perundang-undangan mendaftar untuk
mengikuti Pemilu kepada PPU.
(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud oleh ayat (1) merupakan syarat untuk mengajukan
Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan anggota DLM.
(3) PPU menetapkan KAM yang dapat mengikuti Pemilu melalui sebuah Keputusan PPU.
(4) Tata cara pendaftaran dan penetapan KAM untuk mengikuti Pemilu diatur lebih lanjut
dalam sebuah Peraturan PPU.

Pasal 36 – Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden


(1) Peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden yang diusulkan dalam 1 (satu) pasang oleh KAM atau gabungan KAM yang telah
terdaftar pada PPU.
(2) Penentuan calon Presiden dan/atau calon Wakil Presiden dilakukan secara demokratis dan
terbuka sesuai dengan mekanisme internal KAM yang bersangkutan.
(3) KAM dapat melakukan kesepakatan dengan KAM lain untuk melakukan penggabungan
dalam mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.
(4) KAM atau gabungan KAM dapat mengumumkan bakal calon Presiden dan Wakil Presiden
sebelum penetapan calon anggota DLM dan anggota DPA.
(5) Bakal calon Presiden dan Wakil Presiden yang diumumkan oleh KAM atau gabungan
KAM harus sudah mendapatkan persetujuan dari bakal calon yang bersangkutan.

Pasal 37 – Syarat Calon Presiden dan Wakil Presiden

Persyaratan untuk menjadi calon Presiden dan Wakil Presiden adalah:

a. Warga Negara yang telah menempuh masa studi di Fakultas Hukum Universitas Andalas
sekurang-kurangnya selama 5 (lima) semester pada saat pencalonan, disertai dengan bukti
tertulis, dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri;
b. Setia kepada dan tidak pernah mengkhianati Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Andalas;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
e. Dicalonkan oleh Peserta Pemilu;
f. Tidak sedang dicalonkan sebagai anggota DLM atau anggota DPA;
g. Belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 1 (satu) kali masa
jabatan;
h. Merupakan anggota dari salah satu KAM yang telah telah terdaftar pada PPU; dan
i. Bersedia untuk tidak menjalani ujian komprehensif selama masa jabatan sebagai Presiden
atau Wakil Presiden jika terpilih, disertai dengan perjanjian tertulis dengan MPM.

Pasal 38 – Kewajiban Pengunduran Diri dari Jabatan Bagi Calon Presiden dan Wakil Presiden
(1) Anggota DLM, anggota DPA, staf DLM, Menteri atau Sekretaris Menteri atau staf BEM
atau yang setingkat dengannya, atau Hakim Konstitusi atau Arbiter atau Mediator MM,
yang dicalonkan sebagai calon Presiden atau calon Wakil Presiden harus mengundurkan
diri dari jabatannya.
(2) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat pada saat didaftarkan
oleh KAM atau gabungan KAM kepada PPU sebagai calon Presiden atau calon Wakil
Presiden yang dinyatakan dengan surat pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali.
(3) Surat pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah dokumen persyaratan
calon Presiden atau calon Wakil Presiden.
(4) Persyaratan dokumen calon Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan sebuah
Peraturan PPU.

Pasal 39 – Pendaftaran Calon Presiden dan Wakil Presiden

(1) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden didaftarkan oleh KAM atau gabungan KAM.
(2) Tata cara pendaftaran pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut
dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 40 – Verifikasi Calon Presiden dan Wakil Presiden

(1) PPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
administratif pasangan bakal calon Presiden dan Wakil Presiden.
(2) PPU memberitahukan hasil verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen
persyaratan administratif pasangan bakal calon Presiden dan Wakil Presiden kepada KAM
atau gabungan KAM yang mencalonkan.
(3) Dalam hal persyaratan administratif pasangan bakal calon Presiden dan Wakil Presiden
belum lengkap, PPU memberikan kesempatan kepada KAM atau gabungan KAM yang
mencalonkan untuk memperbaiki dan/atau melengkapinya.
(4) Tata cara verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
administratif pasangan bakal calon Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan
sebuah Peraturan PPU.

Pasal 41 – Pengumuman Hasil Verifikasi Calon Presiden dan Wakil Presiden


(1) PPU menetapkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang telah memenuhi syarat
setelah tahap verifikasi selesai sebagai Peserta Pemilu.
(2) PPU menetapkan nomor urut pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden secara terbuka.
(3) Tata cara pengumuman dan penetapan nomor urut pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden diatur lebih lanjut dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 42 – Keadaan Calon Presiden dan/atau Wakil Presiden Berhalangan dan Mekanisme
Penggantiannya

(1) Dalam hal pasangan calon atau salah seorang dari pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden berhalangan tetap sejak penetapan calon, KAM atau gabungan KAM dapat
mengajukan pasangan calon atau salah seorang dari pasangan calon Presiden dan Wakil
Presiden pengganti.
(2) PPU melakukan verifikasi dan menetapkan pasangan calon atau salah seorang dari
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden pengganti.
(3) Tata cara penggantian, verifikasi, dan penetapan pasangan calon Presiden dan/atau Wakil
Presiden pengganti diatur lebih lanjut dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 43 – Peserta Pemilu Anggota DLM

(1) Peserta Pemilu anggota DLM adalah sekelompok perorangan yang dicalonkan mewakili
suatu KAM yang telah terdaftar pada PPU.
(2) Penentuan calon anggota DLM dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan
mekanisme internal KAM yang bersangkutan.

Pasal 44 – Syarat Calon Anggota DLM

Persyaratan untuk menjadi calon anggota DLM adalah:

a. Warga Negara yang telah menempuh masa studi di Fakultas Hukum Universitas Andalas
sekurang-kurangnya selama 1 (satu) semester pada saat pencalonan, disertai dengan bukti
tertulis, dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri;
b. Setia kepada dan tidak pernah mengkhianati Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Andalas;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
e. Dicalonkan oleh Peserta Pemilu;
f. Tidak sedang dicalonkan sebagai Presiden, Wakil Presiden, atau anggota DPA; dan
g. Merupakan anggota dari salah satu KAM yang telah terdaftar pada PPU.

Pasal 45 – Kewajiban Pengunduran Diri dari Jabatan Bagi Calon Anggota DLM

(1) Anggota DPA, staf DLM, Presiden atau Wakil Presiden, Menteri atau Sekretaris Menteri
atau staf BEM atau yang setingkat dengannya, atau Hakim Konstitusi atau Arbiter atau
Mediator MM yang dicalonkan oleh Peserta Pemilu sebagai calon anggota DLM harus
mengundurkan diri dari jabatannya.
(2) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat pada saat didaftarkan
oleh Peserta Pemilu di PPU sebagai calon anggota DLM yang dinyatakan dengan surat
pengunduran diri yang tidak dapat ditarik kembali.
(3) Surat pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah dokumen persyaratan
calon anggota DLM.
(4) Anggota DLM yang sedang menjabat yang dicalonkan oleh Peserta Pemilu sebagai calon
anggota DLM harus mengambil cuti dari jabatannya.
(5) Pengambilan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diajukan kepada Badan
Kehormatan DLM secara tertulis dan dinyatakan dengan surat persetujuan cuti.
(6) Surat persetujuan cuti sebagaimana dimaksud oleh ayat (4) adalah dokumen persyaratan
khusus bagi calon anggota DLM yang merupakan anggota DLM yang sedang menjabat.
(7) Persyaratan dokumen calon anggota DLM diatur lebih lanjut dengan sebuah Peraturan
PPU.

Pasal 46 – Pendaftaran Calon Anggota DLM

(1) KAM yang telah terdaftar pada PPU mendaftarkan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang
calon anggota DLM kepada PPU.
(2) Tata cara pendaftaran bakal calon DLM diatur lebih lanjut dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 47 – Verifikasi Calon Anggota DLM


(1) PPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
administratif bakal calon anggota DLM.
(2) PPU memberitahukan hasil verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen
persyaratan administratif bakal calon anggota DLM kepada KAM yang mencalonkan.
(3) Dalam hal persyaratan administratif bakal anggota DLM belum lengkap, PPU memberikan
kesempatan kepada KAM yang mencalonkan untuk memperbaiki dan/atau melengkapinya.
(4) Tata cara verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
administratif bakal calon anggota DLM diatur lebih lanjut dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 48 – Pengumuman Hasil Verifikasi Calon Anggota DLM

(1) PPU mengumumkan nama calon anggota DLM yang telah memenuhi syarat setelah tahap
verifikasi selesai.
(2) PPU menetapkan nomor urut calon anggota DLM secara terbuka.
(3) Tata cara pengumuman dan penetapan nomor urut calon anggota DLM diatur lebih lanjut
dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 49 – Keadaan Calon Anggota DLM yang Berhalangan dan Mekanisme Penggantiannya

(1) Dalam hal calon anggota DLM berhalangan tetap sejak penetapan calon, KAM dapat
mengajukan calon anggota DLM pengganti.
(2) PPU melakukan verifikasi dan menetapkan calon anggota DLM pengganti.
(3) Tata cara penggantian, verifikasi, dan penetapan calon anggota DLM pengganti diatur lebih
lanjut dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 50 – Peserta Pemilu DPA

(1) Peserta Pemilu DPA adalah calon perseorangan.


(2) Calon anggota DPA mencalonkan diri sendiri ke PPU.

Pasal 51 – Syarat Calon Anggota DPA

Persyaratan untuk menjadi calon anggota DPA adalah:


a. Warga Negara yang telah menempuh masa studi di Fakultas Hukum Universitas Andalas
sekurang-kurangnya selama 1 (satu) semester pada saat pencalonan, disertai dengan bukti
tertulis, dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri;
b. Setia kepada dan tidak pernah mengkhianati Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Andalas;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
e. Tidak sedang dicalonkan sebagai Presiden atau Wakil Presiden atau anggota DLM; dan
f. Bukan merupakan anggota dari salah satu KAM yang telah terdaftar pada PPU, disertai
oleh bukti tertulis.

Pasal 52 – Kewajiban Pengunduran Diri dari Jabatan Bagi Calon Anggota DPA

(1) Anggota DLM, staf DLM, Presiden atau Wakil Presiden, Menteri atau Sekretaris Menteri
atau staf BEM atau yang setingkat dengannya, atau Hakim Konstitusi atau Arbiter atau
Mediator MM yang mencalonkan diri sebagai anggota DPA harus mengundurkan diri dari
jabatannya.
(2) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat pada saat
mendaftarkan diri sebagai calon anggota DPA yang dinyatakan dengan surat pengunduran
diri yang tidak dapat ditarik kembali.
(3) Surat pengunduran diri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah dokumen persyaratan
calon anggota DPA.
(4) Anggota DPA yang sedang menjabat dan mencalonkan diri sebagai calon anggota DPA
harus mengambil cuti dari jabatannya.
(5) Pengambilan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diajukan kepada Ketua DPA secara
tertulis dan dinyatakan dengan surat persetujuan cuti.
(6) Surat persetujuan cuti sebagaimana dimaksud oleh ayat (4) adalah dokumen persyaratan
khusus bagi calon anggota DPA yang merupakan anggota DPA yang sedang menjabat.
(7) Persyaratan dokumen calon anggota DPA diatur lebih lanjut dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 53 – Pendaftaran Calon Anggota DPA

(1) Bakal calon anggota DPA mendaftarkan diri sendiri kepada PPU sebagai Peserta Pemilu.
(2) Tata cara pendaftaran bakal calon DPA diatur lebih lanjut dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 54 – Verifikasi Calon Anggota DPA

(1) PPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
administratif bakal calon anggota DPA.
(2) PPU memberitahukan hasil verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen
persyaratan administratif bakal calon anggota DPA.
(3) Dalam hal persyaratan administratif bakal calon anggota DPA belum lengkap, PPU
memberikan kesempatan kepada calon perseorangan untuk memperbaiki dan/atau
melengkapinya.
(4) Tata cara verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan
administratif bakal calon anggota DPA diatur lebih lanjut dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 55 – Pengumuman Hasil Verifikasi Calon Anggota DPA

(1) PPU mengumumkan nama calon anggota DPA yang telah memenuhi syarat setelah tahap
verifikasi selesai.
(2) PPU menetapkan nomor urut calon anggota DPA secara terbuka.
(3) Tata cara pengumuman dan penetapan nomor urut calon anggota DPA diatur lebih lanjut
dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 56 – Pelaksana dan Peserta Kampanye

Kampanye dilaksanakan oleh Peserta Pemilu dan diikuti oleh Warga Negara.

Pasal 57 – Materi Kampanye

(1) Materi Kampanye meliputi:


a. visi, misi, dan program pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden untuk
Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden;
b. visi, misi, dan program calon anggota DLM untuk Kampanye Pemilu anggota
DLM; dan
c. visi, misi, dan program calon anggota DPA untuk Kampanye Pemilu anggota DPA.
(2) Dalam rangka pendidikan politik, PPU wajib memfasilitasi penyebarluasan materi
Kampanye Pemilu calon Presiden dan Wakil Presiden, anggota DLM, dan anggota DPA.
Pasal 58 – Metode Pelaksanaan Kampanye

(1) Kampanye Pemilu dapat dilakukan melalui;


a. pertemuan terbatas;
b. pertemuan tatap muka;
c. pertemuan dalam jaringan;
d. penyebaran bahan kampanye Pemilu kepada umum;
e. pemasangan alat peraga di tempat umum;
f. media sosial;
g. iklan media massa cetak, media massa elektronik, dan internet;
h. rapat umum;
i. debat antar calon; dan
j. kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye Pemilu dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i difasilitasi oleh PPU.
(3) Kampanye dilaksanakan sejak setelah ditetapkan calon Presiden dan Wakil Presiden, calon
anggota DLM, dan calon anggota DPA sampai dengan dimulainya Masa Tenang.
(4) Tata cara Kampanye diatur lebih lanjut dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 59 – Masa Tenang

Masa Tenang berlangsung selama 1 (satu) hari sebelum pemungutan suara.

Pasal 60 – Dana Kampanye

(1) Dana Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden menjadi tanggung jawab KAM atau
gabungan KAM yang mencalonkan.
(2) Dana Kampanye Pemilu anggota DLM menjadi tanggung jawab KAM yang mencalonkan.
(3) Dana Kampanye Pemilu anggota DPA menjadi tanggung jawab perseorangan yang
mencalonkan.
(4) Ketentuan mengenai Dana Kampanye selanjutnya diatur dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 61 – Cara Memperoleh dan Bentuk Dana Kampanye

(1) Dana Kampanye dapat diperoleh dari:


a. Calon Presiden dan Wakil Presiden, calon anggota DLM, dan/atau calon anggota
DPA; dan
b. Sumbangan yang sah menurut hukum dan tidak mengikat yang berasal dari
perseorangan dan/atau kelompok.
(2) Dana Kampanye dapat berupa uang, barang, dan/atau jasa.

Pasal 62 – Batas Besar Dana Kampanye Berbentuk Uang

(1) Dana Kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dalam bentuk uang tidak boleh
melebihi Uang Kuliah Tunggal kategori tertinggi di Fakultas Hukum Universitas Andalas
per calon.
(2) Dana Kampanye Pemilu anggota DLM dalam bentuk uang tidak boleh melebihi 2/3 (dua
per tiga) dari Uang Kuliah Tunggal kategori tertinggi di Fakultas Hukum Universitas
Andalas per calon.
(3) Dana Kampanye Pemilu anggota DPA dalam bentuk uang tidak boleh melebihi 1/2 (satu
per dua) dari Uang Kuliah Tunggal kategori tertinggi di Fakultas Hukum Universitas
Andalas per calon.

Pasal 63 – Anggaran Kampanye dan Laporan Belanja Kampanye

(1) Calon Presiden dan Wakil Presiden, calon anggota DLM, dan calon anggota DPA wajib
melaporkan Anggaran Kampanye kepada PPU selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum
masa Kampanye dimulai.
(2) Calon Presiden dan Wakil Presiden, calon anggota DLM, dan calon anggota DPA wajib
melaporkan Laporan Belanja Kampanye kepada PPU selambat-lambatnya 1 (satu) hari
sebelum PPU menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemilu kepada Sidang Umum
MPM.
(3) Calon yang tidak melaporkan Anggaran Kampanye dan/atau Laporan Belanja Kampanye
sebagaimana dimaksud oleh ayat (1) dan (2) melakukan pelanggaran Pemilu.
(4) Ketentuan mengenai Anggaran Kampanye dan Laporan Belanja Kampanye selanjutnya
diatur dengan sebuah Peraturan PPU.

Pasal 64 – Hari, Tanggal, dan Waktu Pemungutan Suara


(1) Hari, tanggal, dan waktu pemungutan suara Pemilu ditetapkan oleh PPU.
(2) Pemilu dilangsungkan pada Tempat Pemungutan Suara yang ditentukan oleh PPU.

Pasal 65 – Standar Perlengkapan Pemungutan Suara

(1) PPU bertanggungjawab dalam merencanakan dan menetapkan standar serta kebutuhan
pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara.
(2) Dalam hal Pemilu dilaksanakan secara luar jaringan sebagaimana diatur oleh Pasal 30 ayat
(1), perlengkapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud oleh ayat (1) terdiri atas:
a. Kotak suara;
b. Surat suara;
c. Tinta;
d. Bilik pemungutan suara;
e. Segel;
f. Alat untuk mencoblos pilihan; dan
g. Tempat pemungutan suara.
(3) Dalam hal Pemilu dilaksanakan secara dalam jaringan sebagaimana diatur oleh Pasal 30
ayat (1), perlengkapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud oleh ayat (1) terdiri atas:
a. Kotak suara virtual;
b. Surat suara virtual; dan
c. Bilik pemungutan suara virtual.
(4) Surat suara sebagaimana dimaksud oleh ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf b sekurang-
kurangnya memuat nama lengkap, nomor urut, dan foto calon.
(5) Selain perlengkapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperlukan
dukungan perlengkapan lainnya untuk menjaga keamanan, kerahasiaan, dan kelancaran
pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai spesifikasi teknis lain dari perlengkapan pemungutan
suara ditetapkan dalam Peraturan PPU.

Pasal 66 – Penyelenggaraan Pemungutan Suara

(1) Pemungutan suara Pemilu DPA dapat dilaksanakan sebelum Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden dan anggota DLM.
(2) Pemungutan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan anggota DLM diselenggarakan
secara serentak.

Pasal 67 – Pemilih yang Berhak Memilih dalam Pemungutan Suara

(1) Pemilih yang berhak untuk mengikuti pemungutan suara Pemilu adalah Pemilih yang
terdaftar dalam Daftar Pemilih.
(2) Sebelum memberikan suara, Pemilih wajib menunjukkan bukti identitas sebagai Warga
Negara.
(3) Bentuk bukti identitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah:
a. Kartu Tanda Mahasiswa; atau
b. Kartu Rencana Studi.

Pasal 68 – Pemimpin, Saksi, dan Pengawas Pemungutan Suara

(1) Pelaksanaan pemungutan suara Pemilu dipimpin oleh TPPS.


(2) Pelaksanaan pemungutan suara Pemilu disaksikan oleh saksi yang ditunjuk oleh Peserta
Pemilu.
(3) Pengawasan pemungutan suara Pemilu dilaksanakan oleh Panwaslu.

Pasal 69 – Pemberian Suara oleh Pemilih

(1) Pemberian suara Pemilu dilakukan oleh Pemilih.


(2) Pemberian suara untuk Pemilu dilakukan dengan cara:
a. mencoblos satu kali pada nomor, nama, atau foto calon Presiden dan Wakil
Presiden dalam satu kotak pada surat suara untuk Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden;
b. mencoblos satu kali pada nomor, nama, atau foto calon anggota DLM dalam satu
kotak pada surat suara untuk Pemilu anggota DLM;
c. mengikuti kebijaksanaan masing-masing Angkatan untuk Pemilu anggota DPA.

Pasal 70 – Kegiatan Sebelum Pemungutan Suara

(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, TPPS:


a. membuka kotak suara;
b. mengeluarkan seluruh isi kotak suara;
c. mengidentifikasi jenis dokumen dan peralatan; .
d. menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan; dan
e. memeriksa keadaan seluruh surat suara.
(2) Saksi, Panwaslu, dan Warga Negara berhak menghadiri kegiatan TPPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

Pasal 71 – Surat Suara Rusak dan Tidak Sah

(1) Apabila Pemilih menerima surat suara yang ternyata rusak, Pemilih dapat meminta surat
suara pengganti kepada TPPS, dan TPPS wajib memberikan surat suara pengganti hanya 1
(satu) kali.
(2) Pemilih tidak boleh membubuhkan tulisan dan/atau catatan apa pun pada surat suara
(3) Surat suara yang terdapat tulisan dan/atau catatan lain dinyatakan tidak sah.

Pasal 72 – Pemungutan Suara Ulang

Pemungutan suara dapat diulang apabila terjadi bencana alam dan/atau kerusuhan yang
mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak dapat digunakan atau penghitungan suara tidak dapat
dilakukan.

Pasal 73 – Penghitungan Suara

(1) TPPS menghitung suara Peserta Pemilu setelah waktu pemungutan suara berakhir.
(2) TPPS mengadakan penghitungan suara Peserta Pemilu secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Penghitungan suara Peserta Pemilu dipimpin oleh Ketua TPPS, disaksikan oleh saksi, dan
diawasi oleh Panwaslu.
(4) Warga Negara berhak hadir dalam penghitungan suara Peserta Pemilu.
(5) Ketua TPPS melakukan penghitungan suara dengan suara yang jelas dan terdengar dengan
memperlihatkan surat suara yang dihitung.
(6) Penghitungan suara dilakukan secara terbuka dan dicatat pada lembar/papan/layar
penghitungan dengan tulisan yang jelas dan terbaca.
(7) Hasil penghitungan suara dituangkan ke dalam berita acara pemungutan dan penghitungan
suara yang kemudian ditandatangani oleh Ketua TPPS dan saksi Peserta Pemilu yang hadir.
Pasal 74 – Penyampaian Hasil Penghitungan Suara

(1) TPPS menyampaikan hasil penghitungan suara kepada PPU dalam waktu 1 x 24 (satu kali
dua puluh empat) jam dengan melampirkan berita acara pemungutan dan penghitungan
suara.
(2) TPPS wajib menyegel, menjaga, dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah
penghitungan suara.

Pasal 75 – Hasil Pemilu

(1) Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, anggota DLM, dan anggota DPA terdiri atas
perolehan suara pasangan calon atau calon secara perseorangan.
(2) PPU wajib menetapkan hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, anggota DLM, dan
anggota DPA secara terbuka segera setelah menerima berita acara pemungutan dan
penghitungan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, anggota DLM, dan DPA dari
TPPS.
(3) Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, anggota DLM, dan anggota DPA ditetapkan
oleh PPU melalui sebuah Keputusan PPU.
(4) Keputusan PPU sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditembuskan kepada Ketua MPM
untuk keperluan penjadwalan pengangkatan sumpah/janji dalam Sidang Umum MPM.

Pasal 76 – Penggantian Calon Setelah Hasil Pemilu Dihitung

(1) Penggantian calon Presiden dan/atau Wakil Presiden, anggota DLM, dan anggota DPA
terpilih dilakukan apabila calon terpilih yang bersangkutan:
a. Meninggal dunia; atau
b. Tidak lagi memenuhi syarat jabatan.
(2) Calon Presiden dan/atau Wakil Presiden, anggota DLM, dan anggota DPA terpilih
sebagaimana dimaksud oleh ayat (1) diganti oleh PPU dengan calon dengan perolehan
suara calon terbanyak berikutnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggantian calon terpilih diatur dengan sebuah Peraturan
PPU.

Pasal 77 – Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, Anggota DLM, dan Anggota DPA
(1) Calon anggota DLM dan anggota DPA terpilih dilantik menjadi anggota DLM dan anggota
DPA oleh MPM.
(2) Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden
oleh MPM.
(3) Sumpah/janji anggota DLM dan anggota DPA sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan ketentuan Konstitusi.

BAB V

PERSELISIHAN HASIL PEMILU

Pasal 78 – Perselisihan Hasil Pemilu

(1) Peserta Pemilu dapat mengajukan permohonan perselisihan hasil Pemilu dalam bentuk
permohonan arbitrase kepada Badan Arbitrase MM.
(2) Permohonan arbitrase sebagaimana dimaksud oleh ayat (1) diajukan secara tertulis dalam
waktu 24 (dua puluh empat) jam secara tertulis setelah PPU menetapkan hasil Pemilu.
(3) Badan Arbitrase MM memeriksa kelengkapan permohonan arbitrase dari Peserta Pemilu
untuk menentukan apakah laporan tersebut diterima atau ditolak.
(4) Dalam hal permohonan arbitrase Peserta Pemilu belum lengkap, Badan Arbitrase MM
dapat meminta Peserta Pemilu untuk melengkapinya dalam waktu 24 (dua puluh empat)
jam setelah permohonan diajukan.
(5) Badan Arbitrase MM menetapkan permohonan arbitrase dari Peserta Pemilu yang diterima
atau ditolak setelah ketentuan waktu pada ayat (4).
(6) Badan Arbitrase MM menyelenggarakan sidang arbitrase untuk mendengar permohonan
dari Peserta Pemilu dan memutus perkara permohonan dalam waktu 72 (tujuh puluh dua)
jam setelah menetapkan permohonan arbitrase diterima atau ditolak.
(7) Peserta Pemilu dapat mengajukan kasasi atas putusan Badan Arbitrase MM kepada Badan
Konstitusi MM dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah putusan Badan Arbitrase
MM dibacakan.
(8) Badan Konstitusi MM menyelenggarakan sidang untuk mendengar permohonan kasasi
dari Peserta Pemilu sebagaimana dimaksud oleh ayat (7) dan memutus perkara
permohonan dalam waktu 72 (tujuh puluh dua) jam setelah masuknya permohonan kasasi
dari Peserta Pemilu.

BAB VI

PELANGGARAN PEMILU

Pasal 79 - Jenis Pelanggaran Pemilu

Pelanggaran Pemilu terdiri atas:

a. Pelanggaran Pemilu Ringan;


b. Pelanggaran Pemilu Berat; dan
c. Pelanggaran Pemilu Khusus.

Pasal 80 - Pelanggaran Pemilu Ringan

(1) Pelanggaran Pemilu Ringan meliputi:


a. Melakukan Kampanye Pemilu di luar jadwal yang telah ditetapkan oleh PPU
dan/atau pada Masa Tenang;
b. Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau Peserta Pemilu
yang lain;
c. Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat;
d. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta Pemilu;
e. Menggunakan proses belajar-mengajar dan/atau tempat ibadah untuk Kampanye;
f. Tidak melaporkan Anggaran Kampanye dan/atau Laporan Belanja Kampanye;
g. Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari tanda
gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan; dan
h. Mengikutsertakan dosen dan tenaga kependidikan Universitas Andalas, Warga
Negara yang telah berakhir kewarganegaraannya, dan/atau Warga Negara yang
bukan Pemilih dalam Kampanye.
(2) Setiap orang yang terbukti melakukan Pelanggaran Pemilu Ringan diancam sanksi
peringatan tertulis.
(3) Peserta Pemilu yang terbukti melakukan Pelanggaran Pemilu Ringan diancam sanksi
peringatan tertulis dan/atau denda.
(4) Tindakan melakukan Pelanggaran Pemilu Ringan untuk kali kedua setelah diberikan sanksi
oleh Panwaslu dianggap telah melakukan Pelanggaran Pemilu Berat.

Pasal 81 - Pelanggaran Pemilu Berat

(1) Pelanggaran Pemilu Berat meliputi:


a. Melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Andalas;
b. Menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya dengan sengaja;
c. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada seseorang dan/atau Peserta Pemilu yang lain;
d. Mengacaukan, menghalangi, atau mengganggu jalannya Kampanye;
e. Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta Kampanye;
f. Dengan sengaja menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada
Pemilih supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu atau
menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah;
g. Dengan sengaja melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan seseorang,
dengan memaksa, dengan menjanjikan atau dengan memberikan uang atau materi
lainnya untuk memperoleh dukungan bagi Peserta Pemilu;
h. Memberikan keterangan yang tidak benar dalam Anggaran Kampanye dan/atau
Laporan Belanja Kampanye;
i. Dengan sengaja membantu Pemilih lain dalam memberikan suara;
j. Dengan sengaja pada waktu pemungutan suara memberikan suaranya lebih dari
satu kali;
k. Menghalang-halangi Pemilih untuk memberikan suara dengan kekerasan, ancaman
kekerasan, atau dengan menggunakan kekuasaan yang ada padanya; dan
l. Dengan sengaja menggagalkan pemungutan suara.
(2) Setiap orang yang terbukti melakukan Pelanggaran Pemilu Berat diancam sanksi larangan
memilih pada 1 (satu) kali Pemilu selanjutnya.
(3) Peserta Pemilu yang terbukti melakukan Pelanggaran Pemilu Berat diancam sanksi
diskualifikasi keikutsertaan dari Pemilu dan/atau larangan untuk mengikuti pada 1 (satu)
kali Pemilu selanjutnya.

Pasal 82 – Pelanggaran Pemilu Khusus

(1) Presiden dan Wakil Presiden, anggota DLM, anggota DPA, Hakim Konstitusi, Arbiter,
atau Mediator MM, anggota PPU, dan/atau anggota Panwaslu oleh karena jabatannya
dilarang melakukan suatu tindakan yang menguntungkan salah satu Peserta Pemilu.
(2) Tindakan yang menguntungkan sebagaimana dimaksud oleh ayat (1) adalah:
a. Menggunakan perangkat dan/atau fasilitas sekretariat BEM, DLM, DPA, MM,
PPU, dan/atau Panwaslu untuk keperluan Peserta Pemilu;
b. Menggunakan dana anggaran BEM, DLM, DPA, MM, PPU, dan/atau Panwaslu
untuk keperluan Peserta Pemilu; dan
c. Memakai identitas dan/atau atribut BEM, DLM, DPA, MM, PPU, dan/atau
Panwaslu pada masa Kampanye.
(3) Dalam hal Presiden dan/atau Wakil Presiden melanggar ketentuan ayat (1), pelanggaran
tersebut adalah bentuk melakukan perbuatan tercela sebagaimana diatur oleh Pasal 8 ayat
(2) Konstitusi Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.
(4) Dalam hal Hakim Konstitusi, Arbiter, dan/atau Mediator MM melanggar ketentuan ayat
(1), pelanggaran tersebut adalah bentuk melakukan perbuatan yang merendahkan martabat
dan kewibawaan MM sebagaimana diatur oleh Pasal 12 ayat (3) huruf a Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2021 tentang Mahkamah Mahasiswa.
(5) Dalam hal anggota DLM dan/atau anggota DPA melanggar ketentuan ayat (1), pelanggaran
tersebut adalah bentuk pelanggaran kode etik sebagaimana diatur oleh peraturan
perundang-undangan dan/atau peraturan turunan yang mengatur mengenai DLM dan/atau
DPA.
(6) Dalam hal anggota PPU dan/atau anggota Panwaslu melanggar ketentuan ayat (1), anggota
tersebut diancam dengan pemberhentian dari jabatannya.

Pasal 83 – Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilu


(1) Pelanggaran Pemilu berasal dari temuan dan/atau laporan pelanggaran.
(2) Temuan pelanggaran Pemilu merupakan hasil pengawasan aktif Panwaslu.
(3) Laporan pelanggaran Pemilu merupakan laporan langsung Pemilih dan/atau Peserta
Pemilu kepada Panwaslu pada setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan temuan dan laporan pelanggaran Pemilu
diatur dengan sebuah Peraturan Panwaslu.

Pasal 84 – Pelaporan Pelanggaran Pemilu

(1) Pelanggaran Pemilu dilaporkan kepada Panwaslu.


(2) Laporan pelanggaran Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara
tertulis dan paling sedikit memuat:
a. Nama pelapor;
b. Pihak terlapor;
c. Waktu dan tempat kejadian perkara; dan
d. Uraian kejadian.
(3) Panwaslu menjaga kerahasiaan isi laporan dan tidak boleh membeberkannya kecuali
diperintahkan demikian dalam konteks pemeriksaan sengketa hasil Pemilu oleh MM.
(4) Tata cara pelaporan pelanggaran Pemilu diatur lebih lanjut dalam Peraturan Panwaslu.

Pasal 85 – Penyelidikan Pelanggaran Pemilu

(1) Panwaslu mengetahui atau menerima laporan tentang terjadinya suatu pelanggaran Pemilu
dan segera melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan.
(2) Penyelidikan dilakukan oleh anggota Panwaslu yang ditunjuk oleh Ketua Panwaslu sebagai
penyelidik pada laporan tertentu.
(3) Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik Panwaslu berwenang untuk melakukan:
a. Penggeledahan;
b. Penyitaan benda;
c. Pemeriksaan surat;
d. Pemeriksaan saksi; atau
e. Pemeriksaan di tempat kejadian.
(4) Penyelidik Panwaslu membuat berita acara untuk setiap tindakan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3).
(5) Selepas berita acara sebagaimana dimaksud oleh ayat (4) selesai, penyelidik Panwaslu
menetapkan seseorang atau Peserta Pemilu sebagai terduga Pelanggaran Pemilu.
(6) Tata cara penyelidikan pelanggaran Pemilu diatur lebih lanjut dalam Peraturan Panwaslu.

Pasal 86 - Bukti Pelanggaran Pemilu

(1) Alat bukti yang sah adalah:


a. Keterangan terduga, yaitu apa yang terduga nyatakan di sidang tentang perbuatan
yang ia lakukan, ketahui sendiri, atau alami sendiri;
b. Keterangan saksi, yaitu apa yang saksi nyatakan di sidang Panwaslu;
c. Surat, yaitu:
i. Berita acara atau surat lain yang dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang
memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat
atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas
tentang keterangannya itu;
ii. Surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata
laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi
pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
iii. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari
alat pembuktian yang lain;
d. Informasi elektronik, yaitu satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk, tetapi
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDJ), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah
diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya dan dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan;
e. Data elektronik, yaitu setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
komputer atau sistem elektronik termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,
gambar, peta rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses,
simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang
yang mampu memahaminya dan dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya,
dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan; dan
f. Petunjuk, yaitu perbuatan, kejadian, atau keadaan yang kerena persesuaiannya, baik
antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pelanggaran itu sendiri,
menandakan bahwa telah terjadi suatu pelanggaran Pemilu dan siapa pelakunya,
dinilai oleh hakim setelah diadakan pemeriksaan dengan cermat dan seksama.
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

Pasal 87- Acara Pemeriksaan Pelanggaran Pemilu

(1) Dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam sejak seseorang atau Peserta Pemilu ditetapkan
sebagai terduga pelanggaran Pemilu oleh penyelidik Panwaslu, Panwaslu menggelar
sidang untuk mengadili perkara tersebut.
(2) Panwaslu mengadili perkara pelanggaran Pemilu dengan majelis hakim yang berjumlah
ganjil dan dipimpin oleh seorang ketua yang ditunjuk oleh Ketua Panwaslu.
(3) Penyelidik Panwaslu yang menangani laporan dan menyelidiki laporan perkara tersebut
menjalankan fungsi penuntut dalam sidang Panwaslu mengenai pelanggaran Pemilu.
(4) Terduga dapat menunjuk seseorang dengan surat untuk mewakilinya dalam sidang.
(5) Jika terduga atau wakilnya tidak hadir di sidang, pemeriksaan perkara dilanjutkan.
(6) Dalam hal putusan diucapkan di luar hadirnya terdakwa, surat amar putusan segera
disampaikan kepada pelanggar.

Pasal 88 - Penegakan Putusan Pelanggaran Pemilu

(1) Putusan Panwaslu bersifat final dan mengikat.


(2) Surat amar putusan Panwaslu diserahkan kepada PPU dan dipublikasikan secara luas.
(3) PPU melaksanakan amar putusan Panwaslu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 89

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

(1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pemilihan Umum;


(2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2013 tentang Pemilihan Umum; dan
(3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan BEM Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Pemilihan Umum Menjadi Undang-Undang Negara Mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Andalas

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 90

Peraturan pelaksana dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 90 (sembilan puluh)
hari terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 91

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan


penempatannya dalam Lembaran Negara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas.
16 JANUARI

16 JANUARI

16 JANUARI

2022 2

You might also like