You are on page 1of 37

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN


MENGGUNAKAN ALAT PERAGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2021/2022
SDN 1 SUGIHAN KEC. TOROH

Nama : Ricki Hermawan


NIM : 836793693
Kelas : 2
Mata Kuliah : IDIK4008

UPBJJ SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2021
ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas secara umum bertujuan penelitian adalah untuk meningkatkan
hasil pembelajaran untuk peserta didik Kelas 2 SDN 1 Sugihan Kec. Toroh. Secara
khusus bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan aktivitas peserta didik; (2)
Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran oleh guru; dan (3) Mengetahui hasil
belajar peserta didik yang mengacu pada Metode Problem Solving dan Media Realia
pada Kelas 2 SDN 1 Sugihan semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021 untuk materi
pemecahan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan penjumlahan. Penelitian
dilaksanakan dalam tiga siklus, di mana masing-masing-masing siklus terdiri dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I terdiri dari satu
pertemuan, demikian pula halnya dengan Siklus II dan siklus III. Data aktivitas
peserta didik digali dengan Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik, data hasil
belajar peserta didik diperoleh dengan Tes Hasil Belajar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik Kelas 2 SDN 1 Sugihan semester
ganjil tahun pelajaran 2020/2021 pada materi pemecahan masalah sehari-hari yang
berhubungan dengan Penjumlahan mengalami peningkatan dibanding pada tahap
Prasiklus setelah menggunakan Metode Problem Solving dan Media Realia.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakan Masalah


Dalam proses pembelajaran di Kelas 2 SDN 1 Sugihan, metode dan media
pembelajaran yang dilaksanakan sudah cukup bervariasi hanya saja guru masih
memonopoli kegiatan pembelajaran, sehingga hasil belajar masih belum
maksimal. Metode yang sering digunakan adalah ceramah dan diskusi, hanya
saja didalamnya siswa masih menyelesaikan masalah yang diberikan dengan
arahan dari guru saja tanpa siswa melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan proses pembelajaran. Media pembelajaran juga masih sepenuhnya
dikuasai oleh guru, guru tidak melibatkan siswa untuk mendemonstrasikan
media yang digunakan.
Inovasi belajar perlu dilakukan agar kegiatan belajar dikelas tidak
monoton, dan siswa tidak hanya menjadi pendengar saja dikelas, harus terjadi
komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik. Guru harus mampu
membuat siswa lebih aktif dan lebih terbuka dengan pendapat siswa. Guru yang
kompeten akan lebih mampu menciptakan suasana lingkungan belajar yang
efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar berada
pada tingkat yang lebih optimal. Seperti yang dikatakan Mulyasa dalam
Wulandari (2010) bahwa hasil belajar peserta didik sebagian ditentukan oleh
guru. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional yang mendukung proses pembelajaran matematika.
Guru yang cenderung menjadi penguasa di dalam kelas telah terbukti
membuat hasil belajar di Kelas 2 SDN 1 Sugihan kurang maksimal. Siswa
cenderung menjadi pendengar dan guru seperti menjadi sumber ilmu, siswa
tidak mengalami pengalaman langsung didalam belajar. Hasil evaluasi yang
diperoleh tidak maksimal dan tidak memenuhi KKM yang ditentukan disekolah.
Siswa juga tidak mengalami pengalaman belajar yang

2
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga guru harus mampu
membatasi perannya sebagai sumber ilmu, tetapi juga harus mampu menggali
pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Unuk melakukan perbaikan hasil pembelajaran maka dilakukan langkah-
langkah perbaikan sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
Dari fakta pembelajaran di kelas diperoleh permasalahan sebagai berikut :
a. Guru masih berpedoman bahwa siswa keberhasilannya dalam mengajar
adalah ketika siswa duduk diam di bangkunya masing-masing.
b. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
c. Siswa belum mengalami langsung kegiatan belajar dan hanya menjadi
pendengar saja.
d. Guru tidak menggunakan media pembelajaran.
2. Analisis masalah
Untuk membatasi masalah dan agar penelitian lebih terarah maka dari
permasalahan pada identifikasi dilakukan analisis sebagai berikut :
a. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran
b. Guru tidak menggunakan media pembelajaran
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Untuk melakukan perbaikan pembelajaran maka dikembangkan alternatif
pemecahan masalah deperti berikut:
a. Guru sebagai peneliti menggunakan metode pemecahan masalah
(problem solving) untuk meningkatkan hasil belajar
b. Guru sebagai peneliti mengembangkan proses pembelajaran dengan
menggunakan media benda kongkret (realia) untuk meningkatkan hasil
belajar.
Sehingga dilakukan perbaikan pembelajaran di Kelas 2 SDN 1 Sugihan,
dan diharapkan dengan metode Problem Solving dan media Realia dapat
meningkatkan hasil belajar siswa Kelas 2 SDN 1 Sugihan Kec. Toroh.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat
dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah metode problem
solving dan media realia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika materi Soal Cerita Kelas 2 SDN 1 Sugihan Kec. Toroh? ”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Melalui kegiatan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat:
1. Mengetahui kekurangan guru dalam mengajar dan dapat menemukan
pemecahan masalah dalam perbaikan pembelajaran matematika materi soal
Penjumlahan dengan teknik menyimpan
2. Meningkatkan hasil belajar matematika kelas 2
3. Meningkatkan pemahaman siswa tentang pemecahan masalah sehari-hari
yang berhubungan dengan penjumlahan dengan teknik menyimpan

D. Manfaat Pembelajaran Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang
diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis serta manfaat praktis pada
masyarakat luas, khususnya di bidang pendidikan:

1. Manfaat Teoritis
a. Untuk peneliti sebagai sarana dalam membantu proses belajar mengajar.
b. Meningkatkan kreatifitas dan inovasi pembelajaran sehingga diharapkan
menjadi guru yang profesional.
c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai modal untuk
mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Meningkatkan kemampuan mengajar dan memperbaiki cara
mengajar, sehingga guru tidak menggunakan satu metode saja dalam
mengajar terutama mata pelajaran Matematika Kelas 2 SD

4
b. Bagi Siswa
Siswa termotivasi untuk terus belajar dan meningkatkan rasa
keingintahuannya.
c. Bagi Guru
Sebagai masukan yang bermanfaat dalam memotivasi belajar
siswa pada saat proses pembelajaran terutama untuk pada pembelajaran
matematika .
d. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai bahan masukan dalam pembinaan guru-guru untuk
memotivasi belajar siswa selama proses kegiatan belajar mengajar
(KBM) berlangsung.
e. Bagi Sekolah
Memperbaiki sistem pendidikan yang ada di sekolah dan
membantu sekolah untuk mengembangkan kreativitas dalam
menghadapi inovasi pendidikan.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Sukayati (2008) yang merujuk pada pendapat beberapa ahli,
agar kita lebih mengenal tentang PTK kita perlu mengetahui karakteristik atau
ciri-ciri secara umum dari PTK, yaitu:

1. PTK mengangkat problem atau permasalahan-permasalahan nyata dalam


praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Jadi PTK akan dapat
dilaksanakan bila guru sejak awal memang tahu dan mau menyadari
adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang
dihadapi di kelasnya. Selanjutnya berdasar persoalan-persoalan tersebut,
guru mencari pemecahan masalahnya secara profesional melalui PTK.

2. PTK dapat dilakukan secara bersama-sama dalam suatu tim, misal antara
guru dengan tenaga kependidikan yang lain. Dalam hal ini guru bukan
satusatunya orang yang meneliti, tetapi masih ada orang lain yang terlibat
dan berkedudukan sama. Tim tersebut yang merencanakan, melaksanakan,
dan membahas hasil penelitian secara bersama-sama.

3. PTK merupakan kegiatan penelitian yang tidak hanya berupaya untuk


memecahkan masalah, akan tetapi sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.
PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesional
guru karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan
sistematis, mampu membiasakan dan membelajarkan guru untuk menulis
serta membuat catatan (Suharjono, 2006). Karakteristik PTK menurut
Natawidjaya (1997) meliputi: Dirancang untuk mengatasi permasalahan
nyata, Diterapkan secara kontekstual, Terarah pada peningkatan kinerja
guru di kelas, Bersifat fleksibel, Data diperoleh langsung dari pengamatan
atas perilaku dan refleksi, Bersifat situasional dan spesifik.

6
Karakteristik PTK menurut Hopkins (1992) dalam Kisyani (2008):
Perbaikan pembelajaran dari dalam (An inquiry on practice from within), Usaha
kolaboratif antara guru dan dosen (A collaborative effort between school
teachers and teacher educators), Bersifat reflektif (A reflective practice made
public). Menurut Suyanto (1997) dalam Kisyani (2008), PTK mempunyai
karakteristik sebagai berikut.

1. Permasalahannya diangkat dari dalam kelas tempat guru mengajar yang


benar-benar dihayati oleh guru sebagai masalah yang harus diatasi. Masalah
tidak berasal dari luar atau disarankan oleh orang lain yang tidak tahu-
menahu masalah yang terjadi di dalam kelas. Masalah juga bukan berasal
dari hasil penelitian atau atau hasil kajian lain yang di luar penghayatan
guru.

2. PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif. Guru tidak harus sendirian
berupaya memperbaiki pembelajarannya. Ia dapat dibantu oleh pakar
pendidikan, oleh dosen LPTK, atau oleh kepala sekolah, pengawas, atau
bahkan oleh guru lain.

3. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu


untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Penelitian yang
dilakukan di kelas tidaklah selalu menampakkan PTK. Penelitian di kelas
yang tanpa memberikan tindakan apa-apa di kelas untuk
perbaikanpembelajaran bukanlah PTK. Itu hanya merupakan penelitian
kelas. Misalnya, penelitian tentang kemampuan membaca siswa kelas dua
sekolah dasar adalah penelitian kelas, bukan PTK. Penelitian semacam itu
hanya mendeskripsikan kemampuan membaca siswa kelas dua tanpa ada
tindakan perbaikan jika teryata kemampuan membaca siswa itu rendah.
Sebaliknya, jika guru berupaya untuk memperbaiki kondisi kemampuan
membaca yang rendah itu dengan tindakan tertentu, misalnya memilih bahan
bacaan yang menarik yang bergambar, yang berisi ceritera- ceritera lucu,
dan sebagainya, maka penelitian semacam itu adalah PTK.

7
IGAK Wardhani (2011,1.4) mengemukakan ide pokok Penelitian
Tindakan Kelas sebagai berikut.
1. Penelitian tindakan kelas adalah sebagai satu bentuk inkuiri atau
penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri
2. Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi
yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.
3. Penelitian tindakan kelas dlakukan dalam situasi social, termasuk situasi
pendidikan.
4. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki: dasar pemikiran dan
kepantasan praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut
dilaksanakan.
Mills (2000) dalam IGAK Wardhani (2011) mendefinisikan penelitian
tindakan sebagai “systematic inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah
atau kepala sekolah atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi
tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
Menurut IGAK Wardhani (2011) Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjannya sebaga guru, sehingga hasil belajarnya
menjadi meningkat.

B. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar


Masa dimana anak mengalami perkembangan pola berpikir adalah pada
masa Sekolah Dasar, akan tetapi setiap anak memiliki karakter masing-masing.
Guru dituntut untuk dapat memahami sifat dan sikap anak yang cenderung
banyak ingin tahu. IG.A.K.Wardani (2009) menyebutkan bahwa pada usia
Sekolah Dasar anak mulai memperhatikan keadaan sekeliling dengan objektif.
Anak memasuki masa belajar, pada masa ini anak mulai ingin mengetahui
segalka sesuatu, mereka ingin mengetahui segala sesuatu, mereka berusaha
menambah pengetauhan, kemampuan, maupun pengalamannya. Mereka
mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian
yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan
antara perasaan dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih,

8
namun perasaan akan kegagalan atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka
berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri, sehingga menghambat mereka
dalam belajar.
Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui
anak yaitu:
a. Tahap sensorimotor (0 – 2 th)
Anak mengembangkan konsep pada dasarnya melalui interaksi dunia fisik
b. Tahap pra operasional (2 – 7 th)
Anak sudah mulai mengembangkan dengan menggunakan bahasa
untuk menyatakan suatu ide, tetapi ide tersebut masih sangat tergantung
pada persepsi. Pada tahap ini anak telah mulai menggunakan simbol, dia
belajar untuk membedkan antara kata / istilah dengan objek yang diwakili
oleh kata / istilah. Anak tidak melihat bahasa banyaknya objek adalah tetap /
tidak berubah tanpa memperhatikan susunan ruang yang ditempati objek
tadi.
c. Tahap Operasional konkrit (7 – 12 th)
Anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda
konkrit untuk menyelidiki hubungan dan model hubungan abstrak. Bahasa
merupakan alat yang sangat penting, pada tahap ini anak sudah mulai
berfikir logis, akibat dari adanya kegiatan anak memanipulasi benda-benda
konkrit. Pada tahap in anak dapat mengelompokkan benda konkrit
berdsarkan warna, bentuk atau ukurannya.
d. Tahap operasional formal (12 tahun ke atas.)
Anak sudah mulai berfikir secara abstrak, dia dapat menyusun
hipotesis dari hal-hal yang abstrak menjadi dunia real dan tidak terlalu
tergantung pada benda-benda konkrit.
1. Menurut Basset dan Logan (1983) dalam (Sutrisno,2010).
a. Menjelaskan bahwa karakteristik anak Sekolah Dasar adalah: Mereka
semua alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan
dunia yang ada di sekitar mereka.
b. Mereka senang dengan bermain dan bergembira ria.

9
c. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal,
mengeksplorasi suatu situasi dan mencoba usaha-usaha baru.
d. Mereka biasanya bergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi,
mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan.
2. Menurut Vigotsky dan Brunner (1983) dalam (Sutrisno, 2010).
Anak itu mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi
sosial dan pelajaran dengan orang dewasa atau guru. Asalkan guru tersebut
menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau simbol, kemudian anak itu
tumbuh kearah pemikiran -pemikiran verbal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa anak sekolah dasar kelas V termasuk
ke dalam kategori operasional konkret (7-11 atau 12) yang merupakan awal
kegiatan rasional. Mereka melihat sesuatu berdasarkan persepsinya dan
masih suka bermain serta bergembira ria dan dalam belajar guru harus
menjembatani arti dengan bahasa dan tanda atau simbol. Oleh karena itu
penulis memilih media realia agar hasil belajar Kelas 2 SDN 1 Sugihan
dapat meningkat.

C. Karakteristik Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar


1. Hakekat Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika
di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika
yang kuat sejak dini.
Kata “matematika” berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani
yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”, juga
“mathematikos” yang diartikan sebagai “suka belajar”. Matematika secara
umum ditegaskan sebagai penelitian pola-pola dari struktur, perubahan dan
ruang, seorang mungkin mengatakan matematika adalah penelitian bilangan dan
angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma

10
yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi
matematika. Ada pendapat yang terkenal yang memandang matematika sebagai
pelayan dan sekaligus raja dari ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan, matematika
adalah ilmu dasar yang melandasi dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain
(Wikipedia Indonesia) dalam (Siti Aslikah, 2009).
Garis Besar Program Pengajaran Sekolah Dasar (1994:4) dalam (Siti
Aslikah, 2009) menyebutkan matematika sekolah dasar sebagai salah satu unsur
memasukkan instrumental, yang memiliki dasar abstrak dan berdasarkan
kebenaran konsisten, dianjurkan di sekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki
keterampilan matematika sebagai dasar peningkatan dan perluasan dari
matematika sekolah dasar untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari, siswa
mempunyai pandangan yang luas, memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatif,
dan disiplin, serta menghargai kegunaan matematika.

D. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Sunarto (dalam Lina, 2009: 4) dikemukakan beberapa pengertian
belajar oleh beberapa ahli, yaitu yang pertama oleh Cronbac “Belajar adalah
memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
Selanjutnya menurut Harold Spears “Belajar adalah mengamati, membaca,
berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk
atau arahan”. Pengertian belajar selanjutnya dikemukakan oleh Thursan
Hakim “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian
manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan
lain-lain”. Slameto (2003: 3) menegaskan bahwa belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Skinner yang di kutip oleh
Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan

11
pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan
respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.
Proses belajar tidak sama dengan perbuatan (performance) juga
tidaklah sama dengan kematangan yaitu dimana suatu fungsi berada dalam
keadaan siap pakai. Tetapi langkah dalam proses belajar memang
membutuhkan kematangan dan usaha. Untuk meningkatkan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan
lain-lain.
Setelah mengupas mengenai pengertian belajar dari para ahli dapat
diperoleh kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan pada diri seseorang
yang melakukan perbuatan belajar itu. Tujuan dari belajar adalah untuk
memperoleh hasil belajar yang baik maka setelah mengupas mengenai
belajar akan dilanjutkan pada pembahasan hasil belajar.

2. Pengertian Hasil Belajar


Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Lina, 2009: 5), hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari
sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari
sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan
baik dan siswa bisa menerimanya. Menurut Winkel (dalam Lina, 2009:
5),“mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang
telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan menurut Arif Gunarso (dalam Lina,
2009: 5),”hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya.
Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik
dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang
setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan
dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

12
setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran.
Pemerolehan hasil belajar yang baik akan memberikan kebanggaan
pada diri sendiri, dan orang lain. Untuk itu guna memperoleh hasil belajar
yang baik siswa dihadapkan dengan beberapa faktor yang bisa membuat
siswa mendapatkan hasil belajar yang baik.

E. Metode Problem Solving


Bila kita tinjau dari pengertian problem solving dari asal kata
(etimologi) bahwa “ Problem, soal; masalah; teka teki.” (Poerwadarminta,
1980; 1580 ) Sedangkan kata solving dari kata solve, yaitu “menghancurkan;
melarutkan; menyelesaikan (soal).”
Kata solving dipergunakan seolah menunjukkan pada kata benda yang
berasal dari kata kerja yang disebut dengan Gerund. Jadi kata solving pada
problem solving bukanlah bermaksud kata kerja, melainkan menunjukkan kata
benda (mashdar) atau yang dibendakan. Dari itu kata problem solving dapat
diartikan pemecahan masalah.
Menururt para ahli bahwa metode problem solving adalah :
1. Metode Problem Solving yaitu metode yang dilakukan dengan cara
langsung menghadapi masalah, mengetahui dengan sejelas-jelasnya dan
menemukan kesukaran-kesukarannya sehingga dapat dipecahkan.( Abdul
Kodir Munsyi, 1981:77)
2. Guru dalam proses Belajar mengajar menguraikan bahwa metode Problem
Solving atau metode pemecahan masalah sama dengan metode Inguiry dan
Discovery yaitu : Metode Inquiry dan Discovery pada dasarnya dua metode
yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Inguiry artinya penyelidikan,
sedangkan discovery adalah penemuan. Dengan melalui penyelidikan siswa
akhirnya dapat memperoleh suatu penemuan.(Muhammad Ali, 1987:86)
3. Problem Solving adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran
dengan jalan melatih anak-anak untuk menghadapi masalah-masalah dari
yang paling sederhana sampai kepada masalah yang sulit.” (Zuhairini,
1998:99)

13
Dari beberapa definisi di atas mengenai metode problem solving tidak
diperoleh keterangan yang kontra antara pendapat satu dengan lainnya.
Kesemua pendapat tersebut pada prinsifnya adalah sama walau berbeda
redaksinya. Dari itu bisa dilihat unsur-unsur yang terdapat pada metode
problem solving ini antara lain:
1. Siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Ada masalah yang dihadapi sesuai yang harus dipecahkan, dianalisa dan
disimpulkannya,
3. Masalah tersebut diselesaikan siswa sendiri tanpa bantuan dari orang lain
(sebisa-bisanya) .
4. Sifatnya melatih kemampuan sesuai berfikir sendiri, menemukan sendiri,
dan merumuskan sendiri.
Dengan memperhatikan unsur-unsur di atas dapat disederhanakan
pengertian metode problem solving adalah: Suatu cara yang dilakukan
dalam pendidikan dan pengajaran untuk mencapai tujuan pelajaran tersbut
dengan melatih si terdidik menye1esaikan suatu permasa1ahan dari masa1ah
yang mudah sampai yang paling sulit dikerjakan sendiri, ditemukan sendiri, dan
disimpulkan sendiri.

F. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan
untuk lebih mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 2005). Media
pembelajaran menurut Mappa (1994:162) “Media dapat diartikan sebagai alat
bantu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, informasi dan bahan
pelajaran untuk merangsag pikiran, perasaan, perhatian, dan keterampilan
makna belajar”.
Media realia merupakan media yang ditampilkan merupakan benda
nyatanya. Pengguanaan media realia lebih mendekatkan peserta didik (penerima
pesan) dengan benda nyatanya sehingga akan semakin mudah memahaminya.
”Akan tetapi sebenarnya suatu benda asli merupakan benda yang paling tepat
guna, dibandingkan tiruannya”. (Latuheru, 1988:52).

14
Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau
sumber belajar. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata
dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat
langsung (observasi) benda nyata tersebut kelokasinya (Indriana, D. 2011).
Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk
sebagaimana adanya, tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali
dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang asli adalah
benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran
yang sebenarnya, dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Media realia sangat
bermanfaat terutama bagi siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap
benda tertentu. Misalnya untuk mempelajari binatang langka, siswa diajak
melihat badak yang ada di kebun binatang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa media berperan penting dalam proses
komunikasi , termasuk belajar mengajar. Melalui kegiatan menggunakan media
pembelajaran secara langsung diharapkan dapat memberikan pengalaman
belajar pada siswa Kelas 2 SDN 1 Sugihan dan dapat meningkatkan hasil
pembelajaran.

15
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek, Tempat, waktu, dan Pihak yang Membantu

1. Subjek dan Tempat Penelitian


a. Subjek penelitian adalah siswa Kelas 2 SDN 1 Sugihan yang terdiri atas
30 Siswa
b. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanaka di Kelas 2 SDN 1 Sugihan , Kecamatan Toroh ,
Kabupaten Grobogan.
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SDN 1 Sugihan, Kecamatan
Toroh, Kabupaten Grobogan. Dilaksanakan dua tahap yaitu:
1) Siklus I hari Sabtu, tanggal 5 Juni 2021
2) Siklus II hari Sabtu, tanggal 11 Juni 2021
3) Siklus III hari Sabtu, tanggal 17 Juni 2021

2. Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu


a. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus dengan jadwal penelitian
dijelaskan pada tabel berikut berikut :

Tabel 3. 1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No Penelitian Hari/ Tanggal
1 Siklus I Sabtu, 5 Juni 2021
2 Siklus II Sabtu, 11 Juni 2021
3 Siklus III Sabtu, 17 Juni 2021

b. Pihak yang membantu

16
Dalam Pelaksanaan Tindakan Kelas, guru sebagai peneliti dibantu oleh :
1) Supervisor I, yakni kepala sekolah Kelas 2 SDN 1 Sugihan sebagai
pengamat peneliti dalam kegiatan pembelajaran, yang memberikan
nilai pada APKG I dan APKG II.
2) Guru pembimbing PKP.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa, maka peneliti melakukan
perbaikan pembelajaran melalui pola Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Dalam
penelitian ini terdapat dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari
beberapa tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

1. Siklus I (Sabtu, 5 Juni 2021)


a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah dan perumusan masalah.
2) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran.
3) Menyusun lembar kerja siswa, media pembelajaran, serta menyusun
alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
1) Keatan Awal
- Berdoa, mengucapaka yel-yel ABITA (Aku Bangga Indonesia
Tanah Airku)
- Guru memberi salam serta memberi motivasi kepada siswa
- Memberi apersepsi dengan memberi pertanyaan yangmengacu
pada materi yang akan disampaikan.

2) Kegiatan Inti

17
a) Eksplorasi
- Guru memberi contoh permasalahan kepada siswa yg
berkaitan dengan penjumlahan
- Guru menunjuk siswa untuk mengerjakan contoh soal yg
diberikan guru
b) Elaborasi
- Guru menunjuk 2 orang siswa untuk melakukan
demonstrasi
- Guru memberikan lembar kerja siswa, dan membimbing
siswa mengerjakan LKS.
- Guru menunjuk siswa untuk maju kedepan membacakan
hasil pekerjaannya
- Siswa yang tidak maju memberikan komentar tentang hasil
pekerjaan siswa yang maju
c) Konfirmasi
- Guru dan siswa membuat kesimpulan tentang pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir
- Penguatan dan Evaluasi
c. Pengamatan/Teknik Pengumpulan Data/Instrumen
1) Selama proses pembelajaran berlangsung supervisor II sebaga
pengamat mengawasi jalannya pembelajaran dengan cermat. Pada
ahkir pembelajaran pengamat melaporkan pada guru berupa
masukan bijak secara lisan serta tulisan.
2) Dari hasil pengamatan diperoleh hal-hal sebagai berikut :
a) Guru belum menghubungkan kegiatan pembelajaran dengan
kegiatan pembelajaran sebelumnnya
b) Siswa belum melakukan hanya menyaksikan
kegiata pemecahan masalah.
c) Siswa masih kesulitan memahami soal cerita.
3) Teknik pengumpulan data

18
Nilai hasil pembelajaran diperoleh dari tes evaluasi pada akhir
pembelajaran.
d. Refleksi
1) Dalam proses pembelajaran masih banyak hambatan karena
terbentur oleh siswa yang belum menguasai cara menemukan
Penjumlahan teknik menyimpan dengan
2) Hasil tes formatif masih banyak siswa yang belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) di bawah 65.
3) Guru belum mengaktifkan semua siswa untuk melakukan kegiatan

2. Siklus II (Sabtu, 11 Juni 2021)


a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi
pada perbaikan pembelajaran siklus I.
2) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II
3) Menyusun lembar kerja siswa, media dan alat, serta menyusun alat
evaluasi.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
- Berdoa, mengucapaka yel-yel ABITA (Aku Bangga Indonesia
Tanah Airku)Guru memberi salam serta memberi motivasi
kepada siswa
- Memberi apersepsi dengan memberi pertanyaan tetang materi
yang lalu.
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
- Guru mengajarkan kembali cara menemukan Penjumlahan
teknik menyimpan dengan
- Guru memberi contoh soal di papan tulis kemudian bersama
siswa membahas cara penyelesaiannya.
b) Elaborasi

19
- Guru membentuk kelompok masing-masing 5 anak
- Guru membagikan LKS kepada siswa
- Setiap kelompok mengambil media/alat yang sudah
disediakan Guru.
- Siswa melakukan praktek pemecahan masalah yg berkaita
dengan FPB
- Setiap kelompok maju untuk membacakan hasil
pemerjaannya.
- Siswa melakukan pembuktian tentang hubungan FPB dan
kegiatan sehari-hari.
c) Konfirmasi
- Guru menjelaskan hubungan kegiatan sehari-hari dengan
Penjumlahan teknik menyimpan dengan sesuai dengan
kegiatan yang telah dilakukan siswa dalam pembelajaran.
- Guru dan siswa membuat kesimpulan tentang pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
3) Kegiatan Akhir
- Evaluasi.
c. Pengamatan
1) Selama proses pembelajaran berlangsung supervisor I dan
supervisor II mengawasi jalannya pembelajaran dengan cermat.
Pada akhir pembelajaran pengamat melaporkan pada guru hasil
pengamatannya.
2) Dari hasil pengamatan diperoleh hal-hal sebagai berikut :
a) Metode yang digunakan sudah efektif.
b) Siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar
c) Siswa belajar melakukan, tidak hanya menyaksikan.
d) Rata-rata Hasil belajar sudah memenuhi KKM, walaupun ada
berapa siswa nilainya dibawah KKM
d. Refleksi

20
Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II banyak terjadi
perubahan serta terjadi peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar
siswa. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran serta siswa lebih
percaya diri, itu terbukti siswa berani bertanya serta mempresentasikan
hasil kerja kelompok secara mandiri, dimana guru hanya mendampingi.
Siswa lebih senang belajar sambil melakukan daripada belajar dengan
hanya menyaksikan, terbukti siswa lebih mandiri dan lebih memahami
materi yang diberikan.walaupun siswa mengalami kesalahan dalam
kegiatan pemecahan masalah tetapi siswa menjadi tahu apa yang harus
mereka lakukan ketika mereka mencari jalan keluarnya.

3. Siklus III (Sabtu, 17 Juni 2021)


a. Perencanaan
1) Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi
pada perbaikan pembelajaran siklus I.
2) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II
3) Menyusun lembar kerja siswa, media dan alat, serta menyusun alat
evaluasi.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
- Berdoa, mengucapaka yel-yel ABITA (Aku Bangga Indonesia
Tanah Airku)Guru memberi salam serta memberi motivasi
kepada siswa
- Memberi apersepsi dengan memberi pertanyaan tetang materi
yang lalu.
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi
- Guru mengajarkan kembali cara menemukan Penjumlahan
teknik menyimpan dengan
- Guru memberi contoh soal di papan tulis kemudian bersama
siswa membahas cara penyelesaiannya.
b) Elaborasi

21
- Guru membentuk kelompok masing-masing 5 anak
- Guru membagikan LKS kepada siswa
- Setiap kelompok mengambil media/alat yang sudah
disediakan Guru.
- Siswa melakukan praktek pemecahan masalah yg berkaitan
dengan penyumlahan dengan metode menyimpan
- Setiap kelompok maju untuk membacakan hasil
pemerjaannya.
- Siswa melakukan pembuktian tentang hubungan
penjumlahan dalam kegiatan sehari-hari.
c) Konfirmasi
- Guru menjelaskan hubungan kegiatan sehari-hari dengan
Penjumlahan teknik menyimpan dengan sesuai dengan
kegiatan yang telah dilakukan siswa dalam pembelajaran.
- Guru dan siswa membuat kesimpulan tentang pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
3) Kegiatan Akhir
- Evaluasi.
c. Pengamatan
1) Selama proses pembelajaran berlangsung supervisor I dan
supervisor II mengawasi jalannya pembelajaran dengan cermat.
Pada akhir pembelajaran pengamat melaporkan pada guru hasil
pengamatannya.
2) Dari hasil pengamatan diperoleh hal-hal sebagai berikut :
a) Metode yang digunakan sudah efektif.
b) Siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar
c) Siswa belajar melakukan, tidak hanya menyaksikan.
d) Rata-rata Hasil belajar sudah memenuhi KKM, walaupun ada
berapa siswa nilainya dibawah KKM
d. Refleksi

22
Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II banyak terjadi
perubahan serta terjadi peningkatan yang signifikan terhadap hasil
belajar siswa. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran serta siswa
lebih percaya diri, itu terbukti siswa berani bertanya serta
mempresentasikan hasil kerja kelompok secara mandiri, dimana guru
hanya mendampingi. Siswa lebih senang belajar sambil melakukan
daripada belajar dengan hanya menyaksikan, terbukti siswa lebih
mandiri dan lebih memahami materi yang diberikan.walaupun siswa
mengalami kesalahan dalam kegiatan pemecahan masalah tetapi siswa
menjadi tahu apa yang harus mereka lakukan ketika mereka mencari
jalan keluarnya.

C. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data pada penilitian ini salah satunya didapat dari catatan
pengamatan selama proses awal, siklus I sampai siklus II, dimana tahap
observasi ini dilakukan bersamaan dengan tahapan tindakan guru/peneliti
sekaligus sebagai penyampai materi. Sedangkan catatan dari supervisor
digunakan sebagai refleksi terhadap kemampuan guru dalam mengajar.
Dalam penelitian ini tidak menggunakan uji statistik. Pada hasil observasi
dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai
(data kuantitatif) kondisi awal, evaluasi siklus I dan siklus II serta antar siklus
maupun dengan indikator kinerja.

Proses Perbaikan yang dilaksanakan dari

23
Siklus I Siklus II Siklus III
SKOR (S) FREKUENSI FREKUENSI FREKUENSI
% % %
(F) (F) (F)

10 0 0,00 1 3,03 18 54,55


9 1 3,03 7 21,21 6 18,18
8 7 21,21 10 30,30 7 21,21
7 10 30,30 6 18,18 2 6,06
6 6 18,18 7 21,21 0 0,00
5 7 21,21 2 6,06 0 0,00
4 2 6,06 0 0,00 0 0,00
100,0 100,0
33 100,00 33 0 33 0

Siklus I, Siklus II dan Siklus III

Gambar 3.1
Grafik Perbaikan Pembelajaran dari Siklus I, Siklus II dan Siklus III

BAB IV
24
HASIL DAN PEMBAHASAN

25
A. Deskripsi Hasil Penilitian Perbaikan Pembelajaran
1. Siklus I : Sabtu, 5 Juni 2021
a. Tahap Perencanaan
Pada penilitian siklus pertama yang dilakukan oleh guru/peneliti adalah :
1) Guru membuat Rencana perbaikan pembelajaran dengan
berpedoman pada refleksi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran
yang sudah dilakukan pada pertemuan sebelumnya.
2) Guru menyiapkan media pembelajaran, dimana disini guru
menggunakan media permen
3) Guru membuat lembar kerja siswa
4) Guru menyusun lembar evaluasi pembelajaran.
Pembelajaran matematika yang direncanakan dengan materi Pemecahan
Masalah yang berhubungan dengan Penjumlahan teknik menyimpan
dengan menggunakan media realia. Pembelajaran ini didukung dengan
penerapan metode problem solving.
b. Tahap Pelaksanaan
Penelitian Siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada hari
Selasa, 5 Juni 2021 Dalam proses pembelajaran guru menggunakan
media realia yaitu permen berwarna merah, permen berwarna coklat
dan kantong plastik. Guru memberikan sebuah cerita ilustrasi tentang
permasalahan yang berhubungan dengan penjumlahan, dan
memberikan contoh soal untuk dikerjakan siswa. Guru membagikan
lembar kerja siswa kemudian meminta dua orang siswa untuk
melakukan demonstrasi sesuai lembar kerja siswa yang diberikan oleh
guru. Bersamaan dengan demonstrasi siswa mengerjakan lembar kerja
dengan bimbingan guru, kemudian mengerjakan evaluasi. Siklus I
dikatakan berhasil jika Pemahaman konsep siswa dengan kriteria
keberhasilannya yaitu 100 % dari seluruh siswa kelas 2 SDN 1 Sugihan
yang ditunjukkan dengan hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi
kriteria ketuntasan sebesar minimal (KKM) sekolah yaitu nilai 65 dan
peningkatan pemahaman konsep siswa dengan kriteria

26
keberhasilannya yaitu 100 % dari seluruh siswa kelas 2 SDN 1 Sugihan
Semester I yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa yang
mencapai 10% atau ≥10%.
c. Hasil pengamatan
Pengamatan pada siklus I yang dilaksanakan oleh guru dengan
menggunakan alat tes lembar evaluasi. Dari siklus I diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Nilai Hasil Tes dengan Menggunakan Lembar Evaluasi Siklus
I kelas 2 Semester 1 Kelas 2 SDN 1 Sugihan
FREKUENSI
NO SKOR (S) (F) % SXF
1 10 0 0,00 0
2 9 1 3,03 9
3 8 7 21,21 56
4 7 10 30,30 70
5 6 6 1,09 36
6 5 7 0,00 35
7 4 2 0,00 8
33 55,64 214

Gambar 4.1
Diagram Distribusi Nilai Hasil Tes Siklus 1

Lembar Evaluasi Siklus II Semester 1 Kelas 2


SDN 1 Sugihan
Teknik Bentuk Instrumen/ Soal

27
Cara
Penilaian Instrumen No. Cara Mendatar Cara Panjang
Pendek
Tes essay dan 1. 154 + 329 = …….. 154 154 = ……. + …….
kinerja 329 + 329 = ……. + ……. +
…….. = ……. + …… + …….
= ……. + …….
= …….
2. 247 + 281 = …….. 247 247 = ……. + …….
281 + 281 = ……. + ……. +
…….. = ……. + …… + …….
= ……. + …….
= …….
3. 309 + 186 = …….. 309 309 = ……. + …….
186 + 186 = ……. + ……. +
……. = ……. + …… + …….
= ……. + …….
= …….
4. 234 + 195 = …….. 234 234 = ……. + …….
195 + 195 = ……. + ……. +
……. = ……. + …… + …….
= ……. + …….
= …….
5. 114 + 258 = …….. 114 114 = ……. + …….
258 + 258 = ……. + ……. +
……. = ……. + …… + …….
= ……. + …….
= …….

Tabel 4.3
Analisis dan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Tes dengan Menggunakan
Lembar Evaluasi Siklus II Semester 1 Kelas 2 SDN 1 Sugihan
N SKOR (S) FREKUENSI % SXF
(F)

28
O
1 10 1 3,03 10
2 9 7 21,21 63
3 8 10 30,30 80
4 7 6 18,18 42
5 6 7 1,27 42
6 5 2 0,00 10
7 4 0 0,00 0
33 74,00 247

Dari hasil analisis tes formatif siklus II, masih ada 13 siswa yang belum
tuntas atau belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sekolah yaitu 65.
Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes formatif siklus II dapat dilihat pada
gambar 4.2 berikut :

90
80
80
70
63
60
SKOR (S)
50
40 42 42 FREKUENSI (F)
%
30 30. 3
21. SXF
20 2 0 18 .
1
10 10 9 7 1 81 0 76
86 7 10
10
0 13. 3 1.27 5 4
0 2
1 2 3 4 5 06.00 07.00

Gambar 4.2
Diagram Ketuntasan Hasil Tes Siklus II Semester 1

Kelas 2 SDN 1 Sugihan

Dari hasil diatas dapat diketahui hasil perbaikan pembelajaran


siklus II sudah menunjukkan peningkatan. Jika sebelum dilakukan
perbaikan pembelajaran hasil materi pemecahan masalah yang berkaitan
dengan Penjumlahan teknik menyimpan dengan belajar siswa kelas 2
semester 1, hanya 5 orang yang memenuhi KKM menjadi 7 siswa dari 33
Siswa dan rata-rata hasil belajar siswa dari 41,7 menjadi 55.

29
Sesuai dengan kajian teori yang digunakan, terbukti bahwa metode
dan media yang digunakan sudah cukup efektif, hanya saja masih perlu
dilanjutkan ke siklus II karena hasil belajar belum memenuhi KKM dan
persentase dari ketuntasan hasil belajar siswa hanya 35%. Sehingga
peneliti melakukan perbaikan pembelajaran siklus II untuk meningkatkan
hasil belajar.

2. Siklus II : Sabtu, 11 Juni 2021


a. Tahap Perencanaan
Pada penilitian siklus kedua yang dilakukan oleh guru/peneliti adalah :
1) Guru membuat refleksi dari kegiatan perbaikan pembelajaran siklus
I, dan merencanakan perbaikan untuk dilakukan pada siklus II.
2) Guru membuat Rencana perbaikan pembelajaran dengan
berpedoman pada refleksi yang diperoleh dari kegiatan
pembelajaran yang sudah dilakukan pada silus I.
3) Guru menyiapkan media pembelajaran, dimana disini guru
menggunakan media permen.
4) Guru membuat lembar kerja siswa
5) Guru menyusun lembar evaluasi pembelajaran.
Pembelajaran matematika yang direncanakan dengan materi Pemecahan
Masalah yang berhubungan dengan Penjumlahan teknik menyimpan
dengan menggunakan media realia. Pembelajaran ini didukung dengan
penerapan metode problem solving. Peneliti tidak melakukan perubahan
metode dan media pembelajaran, perubahan hanya dilakukan pada
proses pembelajaran dengan meningkatkan partisipasi siswa
dalamkegiatan pembelajaran. Jika pada siklus siswa hanya menyaksikan
demonstrasi, tetapi pada siklus ini siswa berperan aktif melakukan
kegiatan pemecahan masalah.
b. Tahap Pelaksanaan
Penelitian Siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada hari
Kamis, Sabtu, 11 Juni 2021. Dalam proses pembelajaran guru tidak
banyak melakukan perubahan kegiatan pembelajaran, hanya saja siswa
dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru tetap

30
menggunakan media realia yaitu permen berwarna merah, permen
berwarna biru, permen berwarna coklat dan kantong plastik. Guru
membahas kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnnya. Kemudian guru membentuk kelompok untuk melakukan
kegiatan pemecahan masalah. Siswa diberikan lembar kerja dan
melakukan kegiatam sesuai langkah kerja pada LKS. Guru tidak
membagikan media realia tetapi siswa mengambil sendiri media yang
digunakan untuk mengerjakan LKS, dengan demikian siswa akan lebih
aktif dalam pembelajaran. Siklus II dikatakan berhasil jika Pemahaman
konsep siswa dengan kriteria keberhasilannya yaitu 100 % dari seluruh
siswa Kelas 2 SDN 1 Sugihan Semester I yang ditunjukkan dengan
hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi kriteria ketuntasan sebesar
minimal (KKM) sekolah yaitu nilai 65 dan peningkatan pemahaman
konsep siswa dengan kriteria keberhasilannya yaitu 100 % dari seluruh
siswa Kelas 2 SDN 1 Sugihan Semester I yang ditunjukkan dengan
peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai 10% atau ≥10%.
c. Hasil pengamatan
Pengamatan pada siklus II yang dilaksanakan oleh guru dan dengan
menggubakan alat tes lembar evaluasi. Dari hasil dapat diketahui hasil
perbaikan pembelajaran siklus II sudah menunjukkan peningkatan. Jika
sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran hasil materi pemecahan
masalah yang berkaitan dengan Penjumlahan teknik menyimpan dengan
belajar siswa kelas 2 semester 1, hanya 7 orang yang memenuhi KKM
menjadi 16 siswa dari 33 Siswa dan rata-rata hasil belajar siswa dari 55
menjadi 75,5.
Sesuai dengan kajian teori yang digunakan, terbukti bahwa metode dan
media yang digunakan sudah efektif, dan peneliti tidak perlu
melanjutkan kesiklus selanjutnya karena rata-rata hasil belajar dan
persentase ketuntasan sudah memenuhi kriteria.

Tabel 4.5

31
Distribusi Nilai Hasil Tes Formatif dengan Menggunakan

Lembar Evaluasi Siklus III Semester 1 Kelas 2 SDN 1 Sugihan

NO SKOR FREKUENSI % SXF


(S) (F)
1 10 18 54,55 180
2 9 6 18,18 54
3 8 7 21,21 56
4 7 2 6,06 14
5 6 0 0,00 0
6 5 0 0,00 0
7 4 0 0,00 0
33 100,00 304

Jika disajikan dalam bentuk diagram maka akan diperoleh gambar


sebagai berikut:
200
180 180
160
140
120
100
80
60 54.5 5 54 56
40 18 18.1
21.2 1
96 8 87 14
20 10 6 5
7 26.06 4
0
1 2 3 4 005.00 006.00 007.000
0 0
Gambar 4.3
Diagram Distribusi Nilai Hasil Tes dengan Menggunakan Lembar
Evaluasi Siklus

BAB V
SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dipaparkan pada bab sebelumnya
dalam penelitian yang telah dilaksanakan di Kelas 2 SDN 1 Sugihan Kec. Toroh

32
maka dapat disimpulkan bahwa melalui Metode Problem solving dan Media
Realia dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran Matematika Kelas 2 Semester I tahun 2021/2022 di
SDN 1 Sugihan dengan materi “Pemecahan masalalah sehari-hari yang
berhubungan dengan Penjumlahan teknik menyimpan dengan” pada Siklus I
dengan rata-rata nilai 55 dan pada Siklus II denga rata-rata nilai 75,5 pada
Siklus II.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Setelah penelitian ini berhasil dan terbukti dengan metode Problem
Solving dan media realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti
memberikan masukan bagi :
1. Kepala Sekolah untuk memberikan kesempatan bagi para guru untuk
mengembangkan pengetahuannya dan kemampuannya dalam
melaksanakan kegiatan belajar dikelas agar lebih variatif dan menarik,
dengan mengikuti seminar tentang metode mangajar dan cara memilih
media yang menarik untuk pembelajaran.
2. Guru untuk tidak memilih satu metode saja sehingga anak menjadi bosan
didalam kelas, tetapi menggunakan metode dan media yang membuat anak
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Walaupun dalam penelitian ini dapat memberikan hasil yang positif yaitu
dapat memperbaiki pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, namun
peneliti berharap ada penelitian lanjutan tentang penggunaan metode problem
solving dan media realia dalam kegiatan pembelajaran untuk aspek yang lain
dan juga pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

33
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kodir Munsyi, Nasa’I Hasyim, dan Mukhrin. 1981. Pedoman Mengajar Bimbingan
Praktis Untuk Calon Guru. SurabayaAl: Ikhlas

Ali, Muhammad. 1987. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Aslikah, Siti. 2009. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Tentang


Kecepatan dengan Menggunakan Metode Kerja Kelompok di SD N Rambeanak I,
Kec. Mungkid Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2010. Skripsi, Salatiga : Universitas
Kriten Satya Wacana

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/terampil/article/view/1810

https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jpsd/article/view/3857/0

34
35

You might also like