You are on page 1of 22

MAKALAH

TEKS AKADEMIK DAN TEKS NON – AKADEMIK

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Frinawaty L. Barus, S. Pd., M. Pd

Disusun Oleh : Kelompok 3

Donacia Febrianti Sianturi (3203121013)


Evi Elfridayana Sidabutar (3202421015)
Halimatu Sya’diah Siregar (3202121001)
Reni Sarapani Tarigan (3203121062)
Zeini Sealsa Afrida (3202421010)

PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang telah disusun oleh kelompok 3. Makalah ini berjudul Teks Akademik dan
Teks Non – Akademik yang bertujuan untuk menjelaskan teks akademik dan non –
akademik guna menambah ilmu pengetahuan.

Makalah ini kami susun juga sebagai pemenuhan atas mata kuliah Bahasa Indonesia
yang diampu oleh dosen Frinawaty L. Barus, S. Pd., M. Pd. Dalam proses pembuatan
makalah ini kami dibantu oleh berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu dan pihak – pihak
yang membantu kami.

Dalam penulisan makalah ini tentunya masih belum sempurna dan masih terdapat
banyak kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian agar makalah ini menjadi lebih baik lagi kedepannya. Apabila terdapat kesalahan
dalam penulisan kami menyampaikan maaf kepada para pembaca.

Medan, 14 Maret 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
Bab I : Pendahuluan................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Masalah..............................................................................................1
Bab II : Pembahasan................................................................................................2
A. Pengertian Teks Akademik dan Teks Non – Akademik................................2
B. Ciri – Ciri Teks Akademik dan Non – Akademik..........................................3
C. Perbedaan Teks Akademik Dengan Teks Non – Akademik..........................5
D. Teks Akademik dalam Berbagai Genre Makro..............................................14
E. Orisinalitas.....................................................................................................16
Bab III : Penutup.....................................................................................................18
A. Kesimpulan ...................................................................................................18
B. Saran...............................................................................................................18
Daftar Pustaka..........................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh manusia yang diucapkan dengan mulut
namun harus bermakna. Bahasa adalah bunyi beragam yang kemudian dapat dilambangkan
atau dituliskan. Melalui tulisan maka gagasan yang ingin disampaikan dapat dengan mudah
dipahami oleh para pembaca. Sehubungan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia kini
dilaksanakan berbasis teks. Buku teks pelajaran yang digunakan merupakan bentuk dari
genre makro teks akademik.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini ialah :

1. Apa itu teks akademik dan teks non – akademik ?


2. Bagaimana ciri – ciri teks akademik dan teks non – akademik ?
3. Apa saja perbedaan teks akademik dengan teks non – akademik ?
4. Bagaimana teks akademik dalam berbagai genre makro ?
5. Bagaimana orisinalitas teks akademik ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian teks akademik dan teks non – akademik.
2. Untuk mengetahui ciri – ciri dari teks akademik dan non – akademik.
3. Untuk mengetahui perbedaan teks akademik dan non – akademik.
4. Untuk mengetahui bentuk – bentuk teks akademik dalam berbagai genre makro.
5. Untuk mengetahui orisinalitas teks akademik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teks Akademik dan Teks Non – Akademik


1. Teks Akademik
Menurut KBBI, teks berarti wacana tertulis. Kridalaksana (2011: 238)
menyatakan bahwa teks adalah: (1) satuan bahasa terlengkap yang bersifat abstrak,
(2) deretan kalimat, kata, dan sebagainya yang membentuk ujaran, (3) ujaran yang
dihasilkan dalam interaksi manusia. Dilihat dari tiga pengertian teks yang
dikemukakan tersebut dapat dikatakan bahwa teks adalah satuan bahasa yang bisa
berupa bahasa tulis dan bisa juga berupa bahasa lisan yang dihasilkan dari interaksi
atau komunikasi manusia. Menurut Abidin, Yunus dkk (2014:16), teks akademik
atau karya tulis ilmiah merupakan tulisan yang membahas ilmu pengetahuan yang
disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang benar. Dengan
demikian teks akademik merupakan teks yang diproduksi dan digunakan dalam
keperluan akademik. Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam
berbagai laporan praktikum, dan artikel ilmiah misalnya buku, ulasan buku,
proposal penelitian, laporan penelitian dihasilkan dari interaksi atau komunikasi
manusia. Dengan demikian, teks akademik merupakan teks yang di produksi dan
digunakan dalam keperluan.

Menurut Wiratno (2014:1-2) teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud
dalam berbagai jenis, misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan
penelitian, laporan praktikum, dan artikel ilmiah. Jenis – jenis tersebut merupakan
genre makro yang masing – masing di dalamnya terkandung campuran dari
beberapa genre mikro seperti deskripsi, laporan, prosedur eksplanasi, eksposisi, dan
diskusi. Genre makro adalah genre yang digunakan untuk menamai sebuah jenis
teks secara keseluruhan, dan genre mikro adalah subgenre – subgenre yang lebih
kecil yang terdapat di dalamnya dan dipayungi oleh genre makro tersebut.

2
2. Teks Non – Akademik

Teks non – akademik adalah segala sesuatu di luar hal – hal yang tersirat ilmiah
dan tidak terikat pada satu teori tertentu. Jadi teks non – akademik merupakan karya
yang penulisnya tidak didukung oleh fakta, yang biasanya hanya berdasarkan fakta
pribadi. Teks non – akademik merupakan karangan yang menyajikan fakta pribadi
tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari – hari, bersifat
subjektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa
yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal). Contohnya, Novel,
Cerpen, dongeng dan lainnya.

B. Ciri – Ciri Teks Akademik dan Non – Akademik


Pendapat tentang teks akademik yang berkembang selama ini adalah bahwa teks
akademik mempunyai ciri – ciri antara lain sederhana, padat, objektif, dan logis. Akan
tetapi, selama ini pula belum terdapat bukti – bukti empiris yang linguistik tentang
pengertian sederhana, padat, objektif, dan logis tersebut. Akibatnya, ciri – ciri tersebut
biasanya hanya dipahami secara naluri tanpa didasarkan pada data atau teori tertentu
(Wiratno, dkk, 2014:3).

Tabel yang di bawah ini menunjukkan ciri – ciri teks akademik dan ciri – ciri teks
non – akademik.

Tabel 2.1 Ciri ciri Teks Akademik dan Non – Akademik

Perbedaan Teks Akademik (Teks Teks Non - Akademik


Ilmiah) (Teks Non Ilmiah)
Objek Adanya fakta objek yang Tidak ada objek yang
diteliti diteliti
Fakta Pengamatan Dibuktikan dengan Tanpa dukungan atau
pengamatan (Objektif) bukti
Tata Urutan Bersifat metodis dan Sesuai dengan alur
sistematis

3
Bahasa Menggunakan bahasa Menggunakan bahasa yang
yang ilmiah (bahasa baku non ilmiah (menggunakan
yang baik dan benar) bahasa baku yang baik)
Istilah Pemakaian istilah khusus Pemakaian istilah umum
Gaya Bahasa Formal Non formal dan popular
Isi Biasanya berisi Dapat bersifat persuasive,
pengamatan atau deskriptif, maupun kritik
penelitian tanpa didukung bukti.

Wiratno (2015:21) membagi ciri teks akademik menjadi 14 ciri, antara lain
sederhana dalam hal struktur kalimat, padat informasi, padat akan kata-kata leksikal,
banyak memanfaatkan nominalisasi, banyak memanfaatkan metafora gramatika, banyak
memanfaatkan istilah teknis, bersifat taksonomik dan abstrak, banyak memanfaatkan sistem
pengacuan esfora, banyak memanfaatkan proses relasional atributif untuk membuat
deskripsi, bersifat monolog dan untuk itu lebih banyak mendayagunakan jenis kalimat
indikatif – deklaratif, memanfaatkan bentuk pasif untuk memberikan tekanan kepada pokok
persolan yang dikemukakan, bukan kepada pelaku; dan akibatnya, teks akademik menjadi
objektif, bukan subjektif, biasanya mengambil genre faktual, seperti deskripsi, prosedur,
eksplanasi, eksposisi, dan diskusi, bukan penceritaan fiktif, tidak mengandung kalimat
minor, dan tidak mengandung kalimat takgramatikal.

Sesuai dengan cara pandang LSF pada strata leksikogrmatika, Wiratno (2012:5)
mengurai keempat ciri keilmiahan teks akademik ke dalam empat belas pilar. Empat di
antaranya dijadikan landasan dan acuan dalam teori penelitian ini. Berikut dijelaskan ciri
keilmiahan teks akademik.

1. Sederhana Struktur Kesederhanaan


Teks akademik terlihat dari struktur kalimat yang sederhana melalui
penggunaan kalimat simpleks yang lebih banyak daripada kalimat kompleks secara
ideasional menunjukkan logika kesederhanaan.

4
2. Padat Informasi
Teks akademik yang padat infomasi adalah teks yang padat akan informasi
dan padat akan kata-kata leksikal. Kepadatan informasi pada teks akademik dapat
dijelaskan dari dua sisi. Pertama, informasi dipadatkan melalui kalimat simpleks.
Kedua, informasi dipadatkan melalui nominalisasi (Wiratno 2014:22). Dalam
penelitian ini, kepadatan informasi dilihat dari segi penggunaan kalimat simpleks
yang diwujudkan dengan penggunaan sematan yang sedang dari segi nominalisasi,
pemadatan informasi diwujudkan dengan mengubah leksis non – benda (antara lain
verba, adjektiva, adverbia, konjungsi) menjadi kata benda (nomina).
3. Padat Kata Leksikal
Padat kata leksikal pada teks akademik adalah teks akademik lebih banyak
mengandung kata leksikal atau kata isi (nomina, verba – predikator, adjektiva, dan
advebia tertentu) daripada kata struktural (konjungsi, kata sandang, preposisi).
Halliday dalam Wiratno (2012:8) menyatakan bahwa semakin ilmiah suatu teks,
semakin besar pula kandungan kata – kata leksikalnya.
4. Memanfaatkan Nominalisasi
Ditemukan bahwa dalam realisasi leksis pada teks – teks akademik yang
dicontohkan nominalisasi digunakan untuk memadatkan informasi. Sebagai upaya
pembendaan, nominalisasi ditempuh dengan mengubah leksis non – benda (antara
lain verba, adjektiva, adverbial, konjungsi) menjadi leksis benda (nomina).
Nominalisasi pada teks akademik digunakan untuk mengungkapkan dengan lebih
ringkas dan padat (Wiratno, dkk, 2014:18-19). Nomina dapat diturunkan melalui
afiksasi. Afiksasi nomina adalah suatu proses pembentukan nomina denga
menambahkan afiks tertentu pada kata dasar.

C. Perbedaan Teks Akademik Dengan Teks Non – Akademik


Teks akademik atau yang sering juga disebut teks ilmiah berbeda dengan teks non –
akademik atau teks non – ilmiah. Teks akademik dan teks non – akademik ditandai oleh ciri
– ciri tertentu. Untuk membedakan keduanya, anda harus menelusuri ciri – ciri tersebut.
Dengan memahami ciri - ciri teks akademik anda akan merasa yakin bahwa jenis teks

5
tersebut memang penting bagi kehidupan akademik anda. Terbukti bahwa dalam menjalani
kehidupan akademik, anda harus membaca dan mencipta teks akademik. Perbedaan antara
teks akademik dan teks non – akademik perlu dijelaskan secara memadai dengan
mengidentifikasi ciri - ciri yang ada. Pendapat tentang teks akademik yang berkembang
selama ini adalah bahwa teks akademik mempunyai ciri - ciri antara lain sederhana, padat,
objektif, dan logis (lihat, misalnya, Sudaryanto, 1996, Moeliono, tanpa tahun; Moeliono,
2004). Akan tetapi, selama ini pula belum terdapat bukti – bukti empiris yang diajukan
untuk memberikan penjelasan yang memadai secara linguistik tentang pengertian
sederhana, objektif, dan logis itu (Wiranto, 2012). Akibatnya ciri - ciri tersebut biasanya
hanya dipahami secara naluri tanpa didasarkan pada data atau teori tertentu. Anda, sebagai
insan akademik, tentu harus dapat menjelaskan hal itu secara akademik berdasarkan
argumen yang kuat. Pengeksplorasian ciri - ciri keilmiahan pada teks akademik menjadi
penting karena teks akademik merupakan dimensi tersendiri apabila dibandingkan dengan
jenis – jenis teks yang lain (Bazerman, 1998:15-27), dan teks akademik cenderung
membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk memahamkan isinya kepada target pembaca
(Martin & Veel, Eds, 1998:31).

Teks akademik yang dihasilkan harus memperhatikan ada/ tidaknya penggunaan


kalimat minor. Kalimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap. Kalimat minor
berkekurangan salah satu dari unsur pengisi subjek atau finit/ prediktator. Akibatnya,
kalimat tersebut dapat dianalisis dari sudut pandang leksikogramatika, serta tidak dapat
pula dianalisis menurut jenis dan fungsinya. Keberadaan kalimat minor pada teks akademik
tidak saja menyebabkan tidak dapat diidentifikasinya unsur – unsur leksikogramatika secara
idesional dan interpersonal tetapi juga menyebabkan non – akademik, Anda dapat memper-
hatikan contoh teks berikut.

Contoh 1:

BERDAMAI DENGAN COVID-19 COVID-19

Kelihatannya masih akan bertahan lama mengganggu kehidupan kita. Setiap


prediksi tentang perhitungan berakhirnya masa berlaku virus ini selalu saja dimentahkan

6
oleh situasi yang justru berlaku sebaliknya: korban semakin banyak bergelimpangan. Hal
ini tentu sangat menyedihkan sekaligus menyebalkan bagi kita yang terbiasa hidup bebas
dalam berinteraksi dan beraktivitas. Kita mungkin bisa menanyakan ke diri sendiri, sudah
berapa kali kita mengutuki COVID – 19 ini? Pandemi dan karantina atau new normal yang
saat ini dijalankan adalah sebuah masalah. Ya, tentu saja itu masalah. Bahkan sebagaian
orang menganggapnya sebagai masalah besar. Kita semua sepakat dengan itu. Lalu
kemudian bagaimana solusinya? Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak dikalahkan
oleh keadaan? Tentu saja jawabannya terkait dengan bagaimana kita menyikapi COVID –
19 ini.

Kita harus berdamai dengan virus. Itu adalah kuncinya. Kita harus melanjutkan
hidup. Kembali ke kehidupan yang menghidupi kita. Rasa takut yang berlebihan justru
membahayakan, tetapi sembrono dan mengabaikan protokol kesehatan juga tak kalah
berbahanyanya. Masker menjadi peranti wajib dalam beraktivitas. Perilaku hidup sehat
dengan rajin mencuci tangan dan membatasi sentuhan ke benda-benda umum juga harus
tetap dilaksanakan. Meski begitu, sepenuhnya kita juga harus menyadari bahy penggunaan
masker dan perilaku hidup sehat memang wajib kita terapkan meskipun tanpa adanya
COVID-19. Jadi, protokol kesehatan dalam rangke pencegahan virus corona ini sebenarnya
bertujuan secara tersirat untuk menuntun kita berperilaku sehat sepanjang hayat.

Dalam kondisi yang serba terbatas dan dibatasi ini, kita harus biss mengambil
hikmah atau nilai positifnya. Cita-cita konseptual yang menuntut kehidupan berbasis
konektivitas dalam jaringan kini mulai menjadi nyata. Pembelajaran di sekolah, perkuliahan
dan kegiatan perkantoran mulai nyaman dengan model digital. Tentu ini akan tetap
dipertahankan demi efisiensi kerja. Waktu yang tersisa, lebih banyak kita gunakan untuk
hal-hal lain yang selama ini tidak terkejar untuk kita laksanakan. Berdiam diri di rumah
sungguh teramat berharga apabila kita habiskan hanya untuk mengutuki keadaan. Ada
baiknya kita mulai berdamai dengan virus, bangkit, dan memanfaatkan situasi sambil
mengajukan pertanyaan sederhana kepada diri sendiri semisal, "berapa buku yang sudah
saya baca semasa COVID-19 ini?".

7
Contoh 2:

KESEDERHANAAN SAPARDI DJOKO DAMONO

Dalam buku apresiasi puisi yang berjudul Bilang Begini Maksudnya Begitu,
Sapardi medokumentasikan pandangan-pandangannya tentang puisi. Dia melihat bahwa
puisi tidak selalu bermakna tegas hitam-putih. Adakalanya puisi memancarkan cahaya
putih yang berubah menjadi warna bianglala di mata pembaca. Itulah yang disebut sebagai
sajak prismais. Bahasa-bahasa kiasan menjadi salah satu inti puisi sekaligus pembeda
antara puisi dengan kata-kata mutiara. Jadi, di dalam konteks tertentu, puisi bersifat
menyembunyikan maksud atau membelokkan makna. Apa yang ingin disampaikan
pengarang, bersembunyi di balik kata-kata yang secara tekstual tampak nyata di hadapan
pembaca. Ketika Sapardi mengatakan Aku ingin mencintaimu dengan sederhana/ dengan
kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api/ yang menjadikannya abu// Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana/ dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada
hujan/ yang menjadikannya tiada. Kata 'sederhana' menjadi kunci untuk mengagumí puisi
ini. Akan tetapi, kata 'sederhana' justru menjadi jebakan dalam memahami puisi ini.

Kesederhanaan yang disampaikan Sapardi sebenarnya bukanlah an sich


kesederhanaan. Bagaimana bisa pengorbanan yang begitu besar, sehingga seseorang rela
menghilang dan menuju ke ketiadaan justru dikatakan sebagai sebuah kesederhanaan. Ada
semacam paradoks. Ketika Sapardi memilih diksi 'sederhana' sebenarnya dia tidak sedang
berbicara tentang kesederhanaan. Dia sedang mengajarkan kita tentang kerumitan
(sophistication) dan pengorbanan. Tidak ada yang jauh lebih berkorban selain seseorang
yang mengatakan pengorbanannya yang begitu besar sebagai suatu bentuk kesederhanaan.
Kita jadi teringat kata-kata ajaib simplicity is the ultimate sophistication dari Leonardo da
Vinci. Jadi, puisi Sapardi itu tidak serta merta berbicara tentang kesederhanaan
sebagaimana kaum budak cinta memahami kesederhanaan melalui representasi baju kumal,
rambut gondrong, motor vespa dan berkasih-kasihan di bawah guyuran hujan. Mereka tidak
akan sampai pada pemahaman bahwa menganggap pengorbanan besar yang dilakukan

8
adalah perkara sederhana, sesungguhnya merupakan hal yang paling rumit dalam
kehidupan ini.

Contoh 3:

BAKAT

Karena kesal nilai matematika di raport anaknya jelek, Pak Martin mendatangi
sekolah dan melampiaskan kekesalannya pada guru.

Pak Martin : Kenapa nilai matematika anak saya dapat merah begini? Anda bisa
mengajar atau tidak?!

Guru :Tenang dulu, Pak. Sabar.

Pak Martin : Matematika itu penting di era saat ini. Saya ingin nilai matematika anak
saya sempurna!

Guru : Memang benar bahwa nilai matematika anak bapak kurang bagus. Memang
benar bahwa pelajaran matematika itu penting bagi siswa. Akan tetapi apakah bapak
tidak melihat nilai-nilai mata pelajaran yang lain?

Pak Martin : Itu tidak penting!

Guru : Kami sudah berusaha maksimal dalam mengajar matematika, tapi tampaknya
bakat anak bapak tidak mengarah ke situ. Anak bapak justru sangat terampil dalam
melukis dan bermain basket. Pak, semua anak dilahirkan dengan bakat masing-masing.
Anak bapak sangat berbakat di bidang seni dan olahraga. Itu harus dapat syukuri
sebagai sebuah kelebihan yang tidak dipunyai semua orang.

Pak Martin terdiam

Berkaitan dengan hal itu perlu diketahui hal – hal berikut ini pertama di dalam teks
non – akademik banyak digunakan kata kita sebagai subjek kalimat sedangkan di dalam

9
teks akademik penggunaannya dihindarkan. Kedua, untuk menyatakan proses pada teks
akademik digunakan nomina sedangkan pada teks akademik pemakaian bahasa seyogyanya
selalu berusaha menggunakan nomina dalam menyatakan proses itu misalnya:

Verba → Nomina

Bertujuan →tujuan

Menelaah → telaah

bercakap-cakap → percakapan

Berkomunikasi → komunikasi

menggunakan/ digunakan → pengunaan

Nominalisasi digunakan dalam penulisan teks akademik untuk memadatkan


informasi. Prinsipnya adalah mengubah kata kerja menjadi bentuk nomina atau kata benda.
Contohnya yang terdapat dalam kalimat Oleh karena itu, sumbangan wanita terhadap
kelangsungan keluarga besar sekali. Nomina sumbangan dan kelangsungan adalah hasil
nominalisasi. Ketiga, dalam penulisan teks akademik bentuk pasif dimanfaatkan untuk
menghilangka pelaku manusia sehingga unsur kalimat yang berperan sebagai subjek
dijadikan pokok persoalan yang dibicarakan di dalam teks. Dengan menganggap pelaku
dianggap lebih penting dan karenanya ditemakan. Pemilihan tema seperti ini sangat
diperlukan karena teks akademik tidak membahas para pelaku tetapi membahas pokok-
pokok persoalan tertentu yang disajikan didalamnya. Pokok persoalan ditempatkan sebagai
tema pada kalimat-kalimat yang ada: dan penggunaan bentuk pasif dimaksudkan sebagai
strategi pemetaan tema tersebut. Contohnya "studi tentang lintas bahasa/budaya dapat
diperlukan. Keempat, dalam penulisan teks akademik kalimat kalimat yang digunakan
adalah kalimat gramatikal sedangkan dalam jam tag non-akademik sering terdapat juga
penggunaan kalimat yang tidak gramatikal.

Ada pendapat lain tentang perbedaan teks akademik dan non – akademik yakni :

1. Teks Akademik Bersifat Sederhana dalam Struktur Kalimat

10
Kesederhanaan teks akademik terlihat dari struktur kalimat yang sederhana
melalui penggunaan kalimat simpleks. Perbedaan antara kalimat simpleks dan
kalimat kompleks tidak diukur dari panjang pendeknya, tetapi dari jumlah aksi atau
peristiwa yang dikandung. Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya
mengandung satu aksi atau peristiwa, sedangkan kalimat kompleks adalah kalimat
yang mengandung lebih dari satu aksi atau peristiwa dan dapat dinyatakan dengan
hubungan parataktik atau hipotaktik. Betapa pun panjang sebuah kalimat simpleks,
secara struktural kalimat tersebut hanya tersusun dari tiga unsur secara linier, yaitu
unsur subjek (dicetak tebal), unsur predikator (digaris bawahi), dan unsur pelengkap
dan atau keterangan (dicetak miring). Studi ini menguji keterkaitan antara usia dan
kinerja manager.

Kesederhanaan struktur pada kalimat simpleks tersebut mendukung ciri


keilmiahan teksakademik. Kenyataan tentang penggunaan kalimat simpleks yang
lebih banyak daripada kalimat kompleks secara ideasional menunjukkan logika
kesederhanaan. Hal yang membuat kalimat simpleks kadang-kandag panjang,
sehingga terkesan tidak sederhana, adalah pemadatan informasi. Pemadatan
informasi secara umum terdapat pada kelompok nomina yang digunakan untuk
memperluas unsur subjek dan pelengkap. Dengan demikian, kesederhanaan pada
struktur kalimat simpleks belum tentu merupakan kesederhanaan pada struktur
kelompok nomina. Sering sekali, subjek dan pelengkap sebuah kalimat sangat
panjang, padahal kedua unsur itu hanya berupa kelompok nomina.

Apabila demikian halnya kekompleksan tidak terletak pada struktur kalimat,


tetapi pada struktur kelompok nomina yang digunakan untuk menyatakan subjek
dan pelengkap pada kalimat tersebut. Namun demikian, kenyataan tersebut tidak
berarti bahwa pada teks-teks akademik kalimat kompleks tidak digunakan. Pada
teks-teks tersebut, jenis kalimat kompleks tertentu tetap digunakan. Ternyata jenis
kalimat kompleks yang cenderung dipilih adalah kalimat kompleks yang
berhubungan secara hipotaktik (dengan konjungsi seperti apabila, karena, dan
ketika), bukan kalimat kompleks yang berhubungan secara parataktik (dengan

11
konjungsi seperti dan, kemudian, dan lalu). Secara logiko semantik, kalimat
kompleks hipotaktik yang demikian itu menunjukkan nilai logis dalam hal
persyaratan (untuk konjungsi apabila), sebab-akibat (untuk konjungsi karena), dan
sebab-akibat dan atau urutan peristiwa (untuk konjungsi ketika).

Di pihak lain, kalimat kompleks parataktik sebagaimana terlihat pada konjungsi


yang digunakan berfungsi sebagai ekstensi informasi yang lazim dijumpai pada
gaya non - akademik lisan. Buku itu ditulis oleh ilmuwan terkenal dan digunakan di
banyak universitas di dunia adalah contoh kalimat kompleks parataktik, dan buku
itu menjadi buku wajib di banyak universitas, karena buku itu memuat teori-teori
mutakhir adalah contoh kalimat kompleks hipotaktik.

2. Teks Akademik Padat Informasi

Yang dimaksud padat pada teks akademik adalah padat akan informasi dan
padat akankata-kata leksikal. Kepadatan informasi disajikan pada subbab ini,
sedangkan kepadatan leksikal. Kepadatan informasi pada teks akademik dapat
dijelaskan dari dua sisi. Pertama, informasi dipadatkan melalui kalimat simpleks.
Kedua, informasi dipadatkan melalui nominalisasi.

Pada sisi kalimat simpleks, informasi yang dipadatkan dapat berupa kalimat
sematan yang ditandai oleh “[[...]]” atau kelompok adverbia yang ditandai oleh
“[...]”, pemadatancampuran, yaitu pemadatan yang terjadi pada unsur baik subjek
maupun pelengkap.Pemadatan informasi yang lain hanya terjadi pada unsur subjek
atau pelengkap saja.

Dari kenyataan tentang besarnya jumlah kalimat simpleks yang disertai


pemadatan informasi pada teks-teks di atas, dapat digarisbawahi bahwa kalimat
simpleks digunakan sebagai salah satu cara untuk memadatkan informasi. Dengan
demikian, dari sisi pemadatan informasi melalui kalimat simpleks, semua teks yang
seperti itu dapat dikatakan menunjukkan ciri teks akademik secara ideasional.

12
Akan tetapi, perlu digarisbawahi pula bahwa tidak semua kalimat simpleks
mengandung pemadatan informasi, dan bahwa kalimat kompleks juga berpotensi
mengandung pemadatan. Pada sisi nominalisasi, pemadatan informasi terjadi di
tingkat leksis. Nominalisasi adalah upaya pembendaan dari, misalnya, proses
(verba), kondisi (adjektiva), sirkumstansi (adverbia), dan logika (konjungsi). Bukti
bahwa nominalisasi berdampak pada pemadatan informasi dapat ditunjukkan
dengan ilustrasi sebagai berikut. Kata komunikasi atau interaksi pada Teks Bahasa
(Beratha, 2004) sesungguhnya merupakan pemadatan dari “serangkaian proses
tentang aktivitas seseorang (orang pertama) yang sedang berbicara kepada orang
lain (orang kedua), dan orang kedua tersebut mendengarkan sambil memberikan
tanggapan, sehingga orang pertama yang sebelumnya berperan sebagai penutur
kemudian berperan sebagai pendengar yang juga akan memberikan tanggapan untuk
didengarkan kembali oleh orang kedua”. Apabila proses tersebut diungkapkan
dengan kalimat, akan dibutuhkan sejumlah kalimat, tetapi sejumlah kalimat tersebut
dapat diungkapkan dengan hanya satu kata, komunikasi atau interaksi. Pemadatan
informasi melalui nominalisasi seperti itu sering merupakan pengungkapan leksis
secara inkongruen yang melibatkan metafora gramatika.

3. Objektif

Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan
atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek
(memverifikasi) kebenaran dan keabsahannya.

4. Netral

Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari
kepentingankepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh
karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau
mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

13
5. Sistematis

Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti
pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan
sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan
mudah alur uraiannya.

6. Logis

Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif
atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan
pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis
digunakan pola deduktif.

7. Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan)

Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu
menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional
(menggebugebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang
berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah
seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

8. Tidak Pleonastis

Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya


atau tidak berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran).

D. Teks Akademik dalam Berbagai Genre Makro


Seperti telah dinyatakan terdahulu, teks akademik atau teks ilmiah dapat terwujud
dalam bebagai jenis, misalnya buku, ulusan buku, proposal penelitian, laporan penelitian,
laporan pratikum, dan artikel ilmiah. Jenis-jenis tersebut merupakan genre makro yang
masing-masing di dalamnya terkandung campuran dari beberapa genre mikro seperti
deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eksposis, dan diskusi. Genre makro adalah genre
yang digunakan untuk menamai sebuah jenis teks secara keseluruhan, dan genre mikro

14
adalah subgenre-subgenre yang lebih kecil yang terdapat di dalamnya dan dipayungi oleh
genre makro tersebut.
1. Ulasan Buku
Dapat dikelompokkan menjadi buku ajar dan buku referensi. Buku referensi
adalah buku yang digunakan sebagai referensi atau bahan rujukan pada saat orang
menyusun karya ilmiah. Ulasan buku yang juga sering disebut dengan timbangan
buku adalah tulisan yang berisi tentang kritik terhadap buku yang dimaksud. Ulasan
seperti ini dibutuhkan pada saat menyajikan kajian pustaka dalam proposal
penelitian, laporan penelitian (yang berupa skripsi tesis dan disertasi). Ataupun
artikel ilmiah.
2. Proposal
Proposal merupakan tulisan yang berisi rancangan penelitian. Proposal dapat
berupa proposal penelitian atau proposal kegiatan. Proposal penelitian memiliki
struktur teks pendahuluan, landasan teori dan tinjauan pustaka, metodologi
penelitian. Meskipun begitu, setiap instansi, misalnya kampus pada dasarnya
memiliki gaya selingkung tersendiri dalam sistematika proposal.
3. Laporan Penelitian
Laporan dapat dikelompokkan menjadi laporan penelitian dan laporan
kegiatan. Laporan penelitian ditata dengan struktur teks deskripsi. Laporan
penelitian mengacu pada hasil penelitian. Skripsi, tesis, atau disertasi, secara
esensial sebenarnya merupakan bentuk laporan penelitian. Sebagaimana teks
proposal, teks laporan juga mengikuti gaya selingkung pada tiap instansi.
4. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah dapat dikelompokkan menjadi artikel penelitian dan artikel
konseptual. Dalam hal ini, artikel penelitian adalah artikel yang disusun berdasarkan
sebuah laporan penelitian, sedangkan artikel konseptual adalah artikel yang disusun
sebagai hasil pemikiran secara konseptual. Artikel ilmiah akan mendapat legalitas
akademiknya apabila dipublikasikan di jurnal yang bereputasi.

E. Orisinalitas

15
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis teks akademik. Secara
kaidah kebahasaan, teks akademik harus ditulis dengan menggunakan bahasa formal atau
baku. Di samping itu, teks akademik yang baik juga memiliki standar orisinalitas dalam
penyusunannya. Menurut KBBI, orisinal berarti asli. Jadi, teks akademik yang disusun
bukan merupakan teks hasil plagiasi atau copy paste dari teks-teks yang sudah ada. Teks
akademik yang dihasilkan merupakan teks asli atau tulen dari buah pikir penulisnya. Pada
era keterbukaan data seperti saat ini, siapa pun mudah untuk memeroleh data atau teks yang
kemudian nantinya akan disusun dalam bentuk teks akademik yang baru. Hanya saja, dalam
praktik etiknya, teks akademik haruslah mengacu pada diri penulisnya sendiri, dan bukan
semata-mata bersumber dari penulis lain. Rujukan atau referensi memang diperlukan
selama penulis mencantumkan sumber rujukannya. Meski begitu, referensi tersebut juga
harus disusun dengan menggunakan bahasa sendiri.

Di dunia akademik, orisinalitas menjadi salah satu tolok ukur kualitas penulis. Bahkan,
plagiasi menjadi sebuah dosa akademik yang sulit untuk diampuni. Maka dari itu, beberapa
universitas sudah menerapkan cek plagiasi bagi dosen dan mahasiswanya ketika hendak
memublikasikan karya ilmiahnya. Kampus menggunakan aplikasi Turnitin untuk melihat
similarity atau kesamaan antara satu teks dengan teks-teks lain yang sudah ada di internet.
Semakin banyak seorang penulis melakukan copy paste dari teks-teks lain, maka akan
semakin banyak pula persentase similarity-nya. Dengan demikian, teks yang dihasilkan
dianggap tidak orisinal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar teks akademik yang disusun lolos cek plagiasi,

1. Tandai teks yang merupakan karya sendiri dan teks yang merupakan hasil copy
paste.
2. Fokus pada teks yang merupakan copy paste, dan buat dalam bentuk parafrase.
3. Teknik parafrase merupakan teknik mengubah susunan kalimat dan mengubah
beberapa suku kata tanpa mengubah arti atau makna kalimat tersebut.
4. Setiap kutipan biasanya ditulis dengan menggunakan bahasa sendiri. Jangan semata-
mata melakukan copy-paste.

16
5. Perbanyak membaca agar wawasan menjadi luas dan mampu menghasilkan teks
yang orisinal dan bersumber dari bacaan sendiri, tanpa melakukan plagiasi.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teks akademik atau karya tulis ilmiah merupakan tulisan yang membahas ilmu
pengetahuan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang benar.
Dengan demikian teks akademik merupakan teks yang diproduksi dan digunakan dalam
keperluan akademik. Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai
laporan praktikum, dan artikel ilmiah misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian,
laporan penelitian dihasilkan dari interaksi atau komunikasi manusia. Teks non – akademik
adalah segala sesuatu di luar hal – hal yang tersirat ilmiah dan tidak terikat pada satu teori
tertentu. Jadi teks non – akademik merupakan karya yang penulisnya tidak didukung oleh
fakta, yang biasanya hanya berdasarkan fakta pribadi. Teks akademik mempunyai ciri – ciri
antara lain sederhana, padat, objektif, dan logis. Struktur Kesederhanaan, Padat Informasi ,
Padat Kata Leksikal , Memanfaatkan Nominalisasi. Teks akademik dan teks non –
akademik ditandai oleh ciri – ciri tertentu. Untuk membedakan keduanya, anda harus
menelusuri ciri – ciri tersebut. Seperti telah dinyatakan terdahulu, teks akademik atau teks
ilmiah dapat terwujud dalam bebagai jenis, misalnya buku, ulusan buku, proposal
penelitian, laporan penelitian, laporan pratikum, dan artikel ilmiah. teks akademik yang
baik juga memiliki standar orisinalitas. Jadi, teks akademik yang disusun bukan merupakan
teks hasil plagiasi atau copy paste dari teks-teks yang sudah ada.

B. Saran
Kami menyadari bahwasanya makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami sebagai penulis mohon kiranya para pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun sehingga kedepannya kami dapat menyempurnakan
makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Gurning, B. (t.thn.). Struktur Informasi Teks Akademik. 29-40.

Widiastuti. (t.thn.). Analisis Ciri Keilmiahan Teks Akademik Pada Teks Laporan Hasil
Observasi (Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X).

Buku ajar mata kuliah wajib umum Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi

19

You might also like