You are on page 1of 18

“ANALISIS BUTIR SOAL”

DOSEN PENGAMPUH

Arfan Diansyah, M.Pd.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

Nia Elvina Girsang (3202421009)

Dwi Suci Amalia (3201121015)

Jacky Boris Saragih (3203321012)

MATA KULIAH: EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Penulis yakin masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.

Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya bisa diperbaiki.

Medan 30 Maret 2022

Kelompok 5

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................1

DAFTAR ISI .......................................................................................................................2

BAB I PENDAUHULUAN .....................................................................................................3

Latar Belakang Masalah ....................................................................................................4

Rumusan Masalah .............................................................................................................4

Tujuan..................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6

A. Konsep dasar analisis butir teks...................................................................................7

B. Cara dan teknik menganalisis soal...............................................................................8

C. Peran analisis butir teks guna meningkatkan analisis struktur teks .....................14

D. Bagaimana Peran analisis guna meningkatkan kompetensi guru dan hasil belajar peserta
didik......................................................................................................................15

BAB III PENUTUP..............................................................................................................18

Kesimpulan .......................................................................................................................18

Saran ................................................................................................................................19

Daftar Pustaka .................................................................................................................19

BAB I

3
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, penilaian merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari


proses belajar mengajar. Sistem penilaian yang baik akanmendorong guru menggunakan
strategi mengajar yang lebih baik danmemotivasi anak untuk belajar lebih giat. Penilaian
biasanya dimulai dengankegiatan pengukuran. Pengukuran (measurement) merupakan cabang
ilmustatistika terapan yang bertujuan untuk membangun dasar-dasar pengembangan tes yang
lebih baik sehingga menghasilkan tes yang berfungsisecara optimal, valid, dan reliabel.Proses
belajar mengajar dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau bersifat mekanis saja tetapi
mempunyai misi atau tujuan bersama. Dalam usahauntuk mencapai misi dan tujuan itu perlu
diketahui apakah usaha yangdilakukan sudah sesuai dengan tujuan? Untuk mengetahui
apakah tujuan pendidikan sudah tercapai perlu diadakan tes. Sebuah tes yang dapat
baiksebagai alat pengukur harus dianalisis terlebih dahulu. Dalam menganalisis butir soal
dalam tes harus memperhatikan daya serap, tingkat kesukaran, daya beda, fungsi pengecoh,
validitas dan reabilitas. Hal tersebut dilakukan agar tesyang diberikan kepada siswa sesuai
dengan daya serap siswa, tingkatkesukarannya, dan soal yang diberikan pun harus valid.
Sehingga, tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Rumusan masalah

1. Bagaimanan konsep dasar analisis butir teks


2. Bagaimana cara dan teknik menganalisis soal
3. Bagaimana Peran analisis butir teks guna meningkatkan analisis struktur teks
4. Bagaimana Peran analisis guna meningkatkan kompetensi guru dan hasil belajar
peserta didik

Tujuan Penulisan

4
1. Mengetahui konsep dasar analisis butir teks
2. Mengetahui cara dan teknik menganalisis soal
3. Mengerahui Peran analisis butir teks guna meningkatkan analisis struktur teks
4. Mengetahui Peran analisis guna meningkatkan kompetensi guru dan hasil belajar
peserta didik

BAB ll

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR ANALISIS BUTIR SOAL

Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru
untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Tugas melakukan evaluasi terhadap alat
pengukuran yang telah digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik pada

5
umumnya dilupakan oleh evaluator. Menurut Nana Sudjana (2006: 135), “Analisis butir soal
atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat
pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai”. Menurut Daryanto (2007: 177), “Analisis
soal adalah suatu prosedur sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang
sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun”. Adapun fungsi mengadakan analisis butir
soal, Arikunto (2009:205) mengatakan: membantu kita dalam mengidentifikasi butirbutir soal
yang jelek, memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-
soal untuk kepentingan lanjut, memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang
kita susun.

Sedangkan tujuan analisis butir soal menurutt Thordik dan Hargn (1977) sebagaimana
dikutip Purwanto (2001:118) adalah sebagai berikut: pertama, Jawaban-jawaban soal tes
merupakan informasi diagnostic untuk meneliti pelajaran daari kelas itu dan
kegagalankegagalan belajarnya serta selanjutnya untuk membimbing beljar yang lebih baik.
Kedua, Jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan perbaikan (review) soal-soal
yang didasarkan atas jawaban- jawaban merupakan basis penyiapan tes-tes yanglebih baik
untuk tahun berikutnya. Di samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu
meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk
mengetahui informasi diagnostik pada peserta didik apakah mereka sudah/belum memahami
materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat
memberikan informasi yag sesuai dengan tujuannya di antaranya dapat menentukan peserta
didik mana yang telah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru.

Menurut Zuriyanti (2016) Manfaat analisis butir soal adalah : (1) menentukan soal-soal
yang cacat atau tidak berfungsi dengan baik; (2) meningkatkan butir soal melalui tiga
komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal; (3)
meningkatkan validitas soal dan reliabilitas; (4) merevisi soal yang tidak relevan dengan
materi yang diajarkan, ditandai dengan banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal
tertentu.

B. CARA MENGANALISIS SOAL

Dalam menganalis butir soal terdapat dua cara yang dapat digunakan yaitu menganalisi
soal secara kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik ini masing-masing memiliki keunggulan

6
dan kelemahan. Oleh karena itu teknik terbaik adalah menggunakan keduanya
(penggabungan).

1. Teknik Analisis Secara Kualitatif


Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal
secara kualitatif, antara lain yaitu teknik moderator dan teknik panel. Teknik
moderator merupakan menganalisis dengan cara berdiskusi yang di dalamnya terdapat
satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan
secara bersama-sama dengan beberapa ahli seperti guru yang mengajarkan materi,
ahli materi, penyusun atau pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa.
Teknik panel yakni suatu teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah
penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya materi, konstruksi, bahasa atau budaya,
kebenaran kunci jawaban atau pedoman penskoran. Dalam menganalisis butir soal
secara kualitatif, penggunaan format penelaahan soal akan sangat membantu dan
mempermudah prosedur pelaksanaannya.

2. Analisis Butir Soal Secara Kuantitatif


Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal didasarkan
pada data empirik. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua
pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan
modern.
Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui
informasi dari jawaban peserta didik tes guna meningkatkan mutu butir soal yang
bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik. Aspek yang perlu diperhatikan
dalam analisis butir soal secara klasik adalah setiap butir soal ditelaah dari segi:
tingkat kesukaran butir, daya pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban (untuk
soal bentuk obyektif) atau fungsi pengecoh pada setiap pilihan jawaban, reliabilitas
dan validitas soal

C. TEKNIK ANALISIS SOAL

Ada sejumlah karakteristik butir yang diuji yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda dan
efektivitas pengecoh. Setiap butir akan diperiksa mutunya dalam tiga karakteristik tersebut.
Butir yang baik adalah butir yang mempunyai tingkat kesukaran sedang, daya beda yang

7
tinggi dan pengecoh yang berfungsi efektif. Karakteristik butir itu diuji dengan cara tertentu
berdasarkan data hasil uji coba butir secara empiris pada siswa uji coba (Purwanto, 2016:99).

Selain itu, analisis butir soal juga dapat di uji dengan validitas dan reliabilitas. Analisis
validitas bertujaun mengkaji kesahihan alat ukur atau soal dalam menilai apa yang
seharusnya diukur atau mengkaji ketepatan soal tes sebagai alat ukur. Sedangkan realibilitas
mengkaji keajegan (stability) atau ketepatan hasil tes manakala tes tersebut diujikan kepada
siswa yang sama lebih dari satu kali, atau dari dua perangkat tes yang setara kepada obek
yang sama (Sudjana, 2017:149). Analisis butir soal pada penelitian ini yaitu validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh efektifivas menggunakan teknik
satistika.

1. Teknik Kesukaran

Yang dimaksud tingkat kesukaran butir soal ialah proporsi peserta tes menjawab benar
terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal biasanya dilambangkan dengan p.
Makin besar nilai p (yang berarti makin besar proporsi yang menjawab benar terhadap butir
soal tersebut), makin rendah tingkat kesukaran butir soal itu. Yang berarti butir soal itu makin
mudah. Tingkat kesukaran butir soal berkisar antara 0.0 sampai dengan 1,0. Bila butir soal
mempunyai tingkat kesukaran 0.0 berarti tidak seorangpun peserta tes dapat menjawab butir
soal tersebut secara benar. Tingkat kesukaran 1.0 berarti bahwa semua peserta tes dapat
menjawab butir soal itu secara benar.

Rumus untuk menghitung tingkat kesukatan ialah

jumlah yang menjawab benar


P=
Jumlah seluruh pesertates

Dari rumus itu kita tahu bahwa tingkat kesukaran butir soal sangat dipengaruhi oleh
tingkat kemampuan anggota kelompok peserta tes. Bila satu butir soal diadministrasikan
kepada dua kelompok peserta tes yang berbeda tingkat kemampuannya maka hasilnya dapat
diperkirakan akan berbeda pula. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa tingkat
kesukaran butir soal tidak sepenuhnya merupakan ukuran karakteristik butir soal saja, tetapi
lebih merupakan kemampuan rata-rata kelompok peserta tes. Karena itu bila kita jumpai
suatu butir tes yang mempunyai tingkat kesukaran 0.45, maka interpretasinya ialah bahwa
butir soal itu mempunyai tingkat kesukaran 0.45 untuk kelompok peserta tes tersebut.

8
Tingkat kesukaran butir soal tidaklah menunjukkan bahwa butir soal tertentu itu baik atau
tidak baik. Tingkat kesukaran butir soal hanya menunjukkan bahwa butir soal itu sukar atau
mudah untuk kelompok peserta tes tertentu. Butir soal hasil belajar yang terlalu sukar atau
terlalu mudah tidak banyak memberi informasi tentang butir soal atau peserta tes. Untuk tes
hasil belajar, tingkat kesukaran yang dianggap baik adalah bila berkisar sekitar 0.50. atau
dengan kata lain, makin dekat tingkat kesukaran suatu butur soal tes hasil belajar ke 0.50,
makin baik butir soal tersebut bagi kelompok tertentu. Sebaliknya makin jauh tingkat
kesukarannya dari 0.50 maka makin kurang informasi yang kita peroleh tentang butir soal
dan kelompok peserta tes.

Untuk dapat mengkakulasi tingkat kesukaran butir soalmaka perlu dibuat tabel skor hasil
tes sebagai berikut:

Contoh di atas memperlihatkan bahwa tingkat kesukaran soal nomor 1 adalah 10 : 10


= 1,0, sedangkan butir soal nomor 10 tingkat kesukarannya adalah 3 : 10 = 0.3. jadi soal
nomor 1 sangat mudah bagi kelompok peserta tes ini, sedangkan butir soal nomor 10 dapat
dikategorikan sebagai soal yang sukar untuk kelompok peserta tes tersebut. Jika jumlah siswa
besar (50 orang atau lebih) maka perlu dibuat pembagian 3 kelompok, yaitu kelompok atas,
tengah dan bawah untuk memudahkan analisis. Kelompok tengah tidak diikutsertakan dalam
analisis butir soal.

9
Dalam penggunaan butir soal dengan komposisi seperti itu maka dapat diterapkan
penilaian berdasar acuan norma atau acuan patokan. Bila komposisi butir soal dalam suatu
naskah ujian tidak berimbang, maka penggunaan penilaian acuan norma tidaklah tepat,
karena informasi kemampuan yang dihasilkan tidaklah akan terdistribusi dalam suatu kurba
normal.

2. Daya Beda

Daya beda butir soal ialah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal
membedakan kelompok yang berprestasi tinggi (kelompok atas) dari kelompok yang
berprestasi rendah (kelompok bawah) di antara para pesert tes. Karena daya beda dihitung
dari hasil tes kelompok peserta ujian tertentu, maka dalam penafsiran daya bedapun haruslah
selalu dikaitkan dengan kelompok peserta tes (kelompo sampel) tertentu itu. Daya beda suatu
butir soan yang didasarkan pada hasil tes suatu kelompok belum tentu akan berlaku pada
kelompok yang lain, apalagi bila tingkat kemampuan masing – masing kelompok peserta tes
itu berbeda. Misanya, suatu butir soal yang diujikan kepada siswa jurusan sosiologi akan
sangat berbeda hasil dan interpretasinya bila butir soal tersebut diujikan kepada siswa jurusan
matematika. Daya beda butir soal biasa disimbolkan dengan D (huruf kapital).

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 1999 : 211)

Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan:

10
Dengan DP merupakan Indeks daya pembeda, BA adalah banyaknya peserta tes
kelompok atas yang menjawab soal dengan benar, BB adalah banyaknya peserta tes
kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA merupakan banyaknya peserta tes
kelompok atas, dan JB adalah banyaknya peserta tes kelompok bawah.

3. Analisis Pengecoh

Menganalisis fungsi pengecoh (distractor) dikenal dengan istilah menganalisis pola


penyebaran jawaban butir soal pada soal bentuk pilihan ganda. Pola tersebut diperoleh
dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban butir soal atau yang
tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dari pola penyebaran jawaban butir soal dapat
ditentukan apakah pengecoh berfungsi dengan baik atau tidak. Suatu pengecoh dapat
dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 % pengikut tes.

Cara melakukan analisis pengecoh Pertimbangan terhadap analisis pengecoh: a. Diterima,


karena sudah baik b. Ditolak, karena tidak baik c. Ditulis kembali, karena kurang baik Sebuah
pengecoh dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.

4. Validitas

Validitas merupakan kecermatan tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Suatu tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Menurut Arikunto
validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pengalaman. Validitas tes tersebut dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis meliputi
validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity). sedangkan validitas
empiris meliputi validitas "ada sekarang atau konkruen (concurrent validity) dan validitas
prediksi (predictivevalidity), Menurut Sukardi bahwa suatu tes valid apabila koefisien 0,5
dapat diterima, jika hanya satu-satunya, sebaliknya jika ternyata ada tes prediksi lain yang
sejenis dan mempunyai koefisien lebih tinggi maka koefisien 0,5 tidak diterima. Maka suatu
tes valid minimal koefiennya 0,5. Menurut Azwar butir soal dikatakan valid apabila suatu
koefisien validitas dianggap memuaskan apabila koefisien diperoleh berkisar antara 0,30
sampai 0,50 15 Validitas atau (kesahihan) tes dapat diartikan sebagai ketetapan dan
kecermatan tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Semakin tinggi koefisien maka
semakin cermat suatu tes. Pada penelitian ini berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh
dengan menggunakan anates diperoleh koefisien validitas sebesar 0, 24 termasuk klasifikasi
sangat rendah. Dari hasil analisis data menggunakan program anates diketahui bahwa dari 25

11
soal yang dianalisis diperoleh soal yang signifikan hanya 6 butir yaitu butir 1, 8, 9, 12, 17 dan
21. Butir tidak signifikan berjumlah 19 butir yaitu butir 2,3,4,5,6,7,10, 11, 13, 14, 15, 16, 18,
19, 20, 22, 23, 24, dan 25.

Suatu tes mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya,
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya tes tersebut.
Sebaliknya, suatu tes yang menghasilkan data tidak relevan dengan tujuan pengukuran
dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.

5. Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes merupakan konsistensi dari suatu tes dalam mengukur apa yang
seharusnya diukur sehingga pengukuran itu memberikan informasi yang dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila pengukuran pertama
dan kedua menunjukkan hasil yang hampir sama, sebaliknya apabila pengukuran pertama dan
kedua jauh berbeda maka reliabilitas suatu tes mempunyai reliabilitas rendah. Inti pokok dari
reliabiltas adalah sejauhmana hasil dari suatu pengukuran dapat dipercaya.Tujuan utama
mengestimasi reliabilitas adalah untuk menentukan seberapa besar variabilitas yang terjadi
karena adanya kesalahan pengukuran dan seberapa besar variabilitas tes yang sebenarnya,

Reliabilitas suatu tes dapat diperoleh dengan beberapa cara yaitu:

a) metode dua tes, disebut juga tes parallel atau setara (equivalen) yaitu dua tes yang
diberikan kepada sekelompok peserta tes. Dua hasil tes tersebut dicari korelasinya.
b) metode satu tes, sebuah tes diberikan dua kali kepada sekelompok peserta tes, tetapi
dalam waktu yang berbeda, kemudian kedua hasil tes tersebut dicari korelasinya.
c) Metode "split-half" (satu tes), suatu tes dibagi menjadi dua bagian yang sama tingkat
kesukarannya, sama isi dan bentuknya. Boleh dibagi ganjil-genap atau atas- bawah.
Kemudian dilihat skor dari masing masing bagian paruhan tes tersebut dan dicari
korelasinya.

Berbeda dengan metode pertama dan kedua yang setelah diketemukan koefisien korelasi
langsung ditafsirkan itulah koefisien realibilitas, maka dengan metode ketiga ini i tidak dapat
demikian. Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui

12
reliabilitas separo tes. Berdasarkan hasil analisis diperoleh reliabitas tes diperoleh sebesar
0,24 dengan menggunakan teknik belah yaitu ganjil dan genap.

D. PERAN ANALISIS BUTIR SOAL GUNA MENINGKATKAN KUALITAS


BUTIR SOAL

Peran penting analisis butir soal adalah untuk mengetahui kualitas soal serta dilakukan
tindakan lebih lanjut untuk merevisi soal jika terjadi kekurangan. Hal ini senada dengan
Anastasi dan Urbina (1997:184) tentang tujuan utama analisis butir soal dalam sebuah tes
yang disusun guru adalah untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau
dalam pembelajaran. Berdasarkan tujuan ini, lebih lanjut Anastasi dan Urbina (1997:184)
mengungkapkan manfaat analisis butir soal, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para
pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes
informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk peserta didik di kelas, (3)
mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes di
kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas. Lebih lanjut, menurut Nitko (1996:
308-309), manfaat lainnya adalah: (1) menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai
dengan yang diharapkan, (2) memberi masukan kepada peserta didik tentang kemampuan dan
sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas, (3) memberi masukan kepada guru tentang
kesulitan peserta didik, (4) memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan
kurikulum, (5) merevisi materi yang dinilai atau diukur, (6) meningkatkan keterampilan
penulisan soal.

Berdasarkan manfaat di atas terlihat bahwa analisis butir soal memberikan manfaat untuk
meningkatkan validitas dan realibilitas soal serta meningkatkan ketrampilan penulisan soal.
Oleh karena itu berdasarkan manfaat ini dapat terlihat bahwa analisis butir soal ini
memberikan peran dalam kualitas butir soal yang akan digunakan. Hal ini dapat dilihat dari
kualitas soal baik segi tingkat validitas soal yang valid secara isi, tingkat kesukaran yang
mempunyai tingkat proposional antara soal berkategori sedang, rendah dan tinggi, mampu
membedakan peserta didik yang kurang dan peserta didik yang pandai, serta mempunyai
pengecoh soal yang baik. Ketika penyusunan soal sudah memenuhi kriteria maka kualitas
butir soal pun akan meningkat sehingga sebuah soal tidak hanya sebagai alat ukur yang tidak
mengukur apa yang hendak diukur akan tetapi setiap ranah dari siswa atau hal yang harus
dievaluasi dari siswa dapat tergambar dari soal yang telah disusun.

13
E. PERAN ANALISIS SOAL GUNA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU
DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

Guru yang berkompetensi adalah guru yang profesional. Salah satu kompetensi yang
wajib dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, kompetensi seorang
guru tidak hanya menyusun alat evaluasi guna mengetahui pencapaian hasil belajar peserta
didik akan tetapi juga dapat mengevaluasi apakah evaluasi yang telah disusun sudah dapat
menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar yang memiliki kualitas yang
tinggi.

Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam melakukan kegiatan evaluasi, salah satunya
adalah dengan memberikan tes kepada peserta didiknya. Djemari (2009: 1-2) mengemukakan
bahwa tes merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau
pertanyaan. Tes merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran
terhadap kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran. Tes yang disusun
berdasarkan prinsip dan prosedur penyusunan tes akan menghasilkan tes dengan kualitas
baik. Hal ini senada yang diungkapkan Arifin (2009: 246) mengemukakan bahwa tes
hendaknya disusun berdasarkan dengan prinsip dan prosedur penyusunan tes. Oleh karena
itu, Guru sebaiknya harus mampu meningkatkan mutu tes yang disusunnya sehingga tes yang
diberikan kepada peserta didik harus memiliki kualitas yang baik.

Arifin (2009: 246) mengatakan bahwa analisis butir soal dirancang untuk mengetahui
cacat dalam butir tes sehingga dapat diperbaiki sebelum digunakan pada tes berikutnya, serta
digunakan untuk mengetahui tes yang diberikan terlalu sulit atau terlalu mudah untuk
dikerjakan oleh peserta didik. Analisis butir soal perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana butir soal tersebut dapat digunakan dalam pengujian tes dan sebagai salah satu kontrol
hasil prestasi belajar peserta didik

Arifin (2009: 246) mengatakan bahwa analisis butir soal dirancang untuk mengetahui
cacat dalam butir tes sehingga dapat diperbaiki sebelum digunakan pada tes berikutnya, serta

14
digunakan untuk mengetahui tes yang diberikan terlalu sulit atau terlalu mudah untuk
dikerjakan oleh peserta didik. Analisis butir soal perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana butir soal tersebut dapat digunakan dalam pengujian tes dan sebagai salah satu kontrol
hasil prestasi belajar peserta didik tidak membuat peserta didik berusaha lebih tinggi dalam
memecahkan soal tersebut, sedangkan soal yang terlalu sulit membuat peserta didik menjadi
putus asa untuk menyelesaikan soal tersebut. Sukardi (2008: 136) mengatakan bahwa tingkat
kesulitan atau indeks kesulitan adalah angka yang menunjukkan banyaknya peserta didik
yang menjawab benar dalam satu soal yang dilakukan dengan menggunakan tes objektif.
Dalam penyusunan tes atau butir soal, guru sebaiknya memperhatikan tingkat kesulitan tes
atau butir soal tersebut, sehingga akan didapatkan hasil yang sesuai. Sehingga sesuai paparan
di atas ketika guru mampu menganalisis soal dengan baik maka secara idak langsung guru
dapat meningkat kompetensinya dan hasil belajar peserta didikpun dapat dipercaya baik
secara kualitas maupun alat ukurnya.

Aspek selanjutnya adalah daya pembeda, seperti yang sudah dipaparkan di atas. Daya
pembeda merupakan kemampuan butir soal untuk membedakan peserta yang mampu dan
kurtang mampu. Tes dikatakan memiliki daya pembeda yang baik jika diberikan siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi, hasilnya baik, namun jika diberikan siswa yang mempunyai
kemampuan rendah maka siswa mempunyai nilai yang rendah pula. Aspek terakhir dari
analisis butir soal adalah keberfungsian pengecoh. Pembuatan pengecoh hendaknya
disesuikan dengan materi pelajaran, dan kebermanfaatan pengecoh ini sangat diperlukan
dimana peserta didik salah dalam memilih sebuah jawaban.

Berdasarkan uraian di atas peran analisis butir soal berhubungan erat dengan peningkatan
kualitas pembelajaran serta peningkatan kompetensi guru. Melalui analisis butir soal semua
komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau
tidak, tidak hanya itu, Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, melihat
perkembangan hasil belajar peserta didik. Pada akhirnya, guru akan mendapat gambaran
mengenai efektifitas proses pembelajaran. Selain itu, guru dapat memutuskan tindak lanjut
bagi siswa yang mendapat hasil belajar baik maupun kurang baik. Semua itu akan tercapai
jika guru menyusun atau memilih alat yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan.
Sehingga, di dalam penyusunan sebuah soal evaluasi tidaklah langsung disusun secara
sembarangan, karena terdapat kaidah-kaidah yang telah ditentukan dalam membuat soal
evaluasi walaupun demikian masih saja terdapat guru dalam membuat soal evaluasi secara
dadakan atau tanpa persiapan- persiapan yang telah ditentukan. Hal ini akan berdampak pada

15
kualitas butir soal yang telah disusun sehingga mengakibatkan hasil belajar peserta didik
belum tentu dapat dipercaya.

Guru sebagai seorang evaluator merupakan hal yang tidak kalah urgensinya dengan
peranan yang lain. Dilihat dari fungsinya evaluasi bisa berfungsi sebagai evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfungsi untuk melihat berbagai kelemahan guru
dalam mengajar. Artinya hasil dari evaluasi ini digunakan sebagai bahan masukan untuk
memperbaiki kinerja guru. Evaluasi sumatif digunakan sebagai bahan untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian peran guru sebagai
seorang evaluator, menunjukkan ke dalam dua hal, yaitu peran untuk melihat keberhasilannya
dalam mengajar dan peran untuk menentukan ketercapaian siswa dalam menguasai
kompetensi sesuai dengan kurikulum sehingga peranan inilah yang sangat berpengaruh
terhadap kualitas kompetensinya

BAB lll

KESIMPULAN DAN SARAN

1 Kesimpulan

Tes merupakan salah satu bentuk instrumen evaluasi untuk mengukur seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai pokok-pokok materi yang sudah
diajarkan, untuk itu seorang guru harus melakukan tes kepada peserta didik setiap pemberian
materi yang telah dianggap selesai untuk mengetahui apakah dia bisa menerima atau
memahami materi yang sudah diberikan oleh seorang guru.

16
Ada dua bentuk tes yang digunakan, antara lain tes standar dan tes buatan guru. Tes
terstandar adalah tes yang disusun oleh suatu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang
khusus menyelenggarakan secara professional. Sedangkan tes buatan guru adalah tes yang
dibuat seorang guru untuk merumuskan bahan dan tujuan khusus untuk kelasnya sendiri dan
masih dalam ruang lingkup sekolah tempat dia mengajar.

Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang
baik, soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan
sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Dalam analisis soal ada beberapa hal
yang penting yaitu mencari taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal.

2. Saran

Sebagai manusia biasa setiap orang pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan, diantaranya
adalah pola pikir tiap individu yang berbeda-beda, ada yang cerdas, pintar dan kurang pintar,
untuk itu dalam suatu lembaga pendidikan hal inilah yang sangat diperhatikan. Cara
pengukuran pola pikir yang dilakukan lembaga pendidikan (sekolah) yaitu melalui tes. tes-tes
yang diberikan oleh pendidik harus mempunyai bobot soal yang dianggap baik, dan soal-soal
itu harus benar-benar diperhatikan cara penyusunannya

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. N., & Widayati, A. (2012). Analisis butir soal tes kendali mutu kelas XII SMA
mata pelajaran ekonomi akuntansi di kota Yogyakarta tahun 2012. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, 10(1).

Diansyah, Arfan., dan Abdul Haris Nasution. 2021. Penilaian Hasil Belajar. Medan: Obelia
Publisher.

Elviana, E. (2020). Analisis butir soal evaluasi pembelajaran pai menggunakan program
anates. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 10(2), 209-
224.

Fitrianawati, M. (2017). Peran analisis butir soal guna meningkatkan kualitas butir soal,
kompetensi guru dan hasil belajar peserta didik.

17
Sanusi, R. N. A., & Aziez, F. (2021). Analisis Butir Soal Tes Objektif dan Subjektif untuk
Keterampilan Membaca Pemahaman pada Kelas VII SMP N 3 Kalibagor. Metafora:
Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan Sastra, 8(1), 99-109.

18

You might also like