You are on page 1of 29

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1. Pengertian
Menurut Dep. Kes. RI, (2007) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir
2500 gram sampai 4000 gram.
Neonatus merupakan bayi baru lahir sampai usia 28 hari. Masa ini
merupakan masa penting, terjadi perubahan semua sistem akibat transisi dari
dalam ke luar uterus (Helen, 2008).
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 28 hari. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah
bayi berusia 8-28 hari. (Wafi Nur Muslihatun, 2010).

1.1.2. Fisiologi
1) Perubahan Pernafasan
Berikut adalah tabel mengenai perkembangana sistem pulmonal sesuai dengan
usia kehamilan
Usia kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari Kedua bronkus terbentuk
6 minggu Lobus ter diferensiasi
12 minggu Lobus ter diferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru matang

Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembang sistem


alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut:
a. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik).
b. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCo2 merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi )
c. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus
(stimulasi sensorik)
d. Reflek defleksi Hering Breur
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama
sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,
selain karena adanya surfakatan, juga karena adanya tarikan nafas dan
pengeluaran napas dengan merintih sehingga suara bisa tertahan didalam. Cara
neonatus bernapas dengan cara bernapas diafragmatik dan abdominal,
sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur. Apabila
surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga
terjadi atelektasis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia), neonatus masih dapat
mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik.
( Dewi dkk, 2010; h.13)
2) Perubahan metabolisme karbohidrat
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa,
sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena
itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi
dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari perubahan
karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah
mendapat susu, sekitar di hari keenam energi didapat dari lemak dan
karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 dan 40%. (Dewi dkk, 201; h.14)
3) Perubahan suhu tubuh
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stress fisik
akibat perubahan suhu diluar uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhu didalam
uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6°C sangat berbeda dengan kondisi
di luar uterus. Tiga faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas tubuh
bayi.
a. Luasnya permukaan suhu tubuh bayi
b. Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum berfungsi secara sempurna.
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tubuh ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat yang terdapat diseluruh tubuh, dan mereka mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat,
seorang bayi menggunakan glukosa untuk mendapatkan energi yang akan
mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang
oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stess dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin
banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan
mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Oleh karena itu, upaya
pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan wajib untuk
meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh normal pada
neonatus adalah 36,5-37,5°C melalui pengukuran di aksila dan rektum, jika
nilainya turun dibawah 36,5 °C maka bayi mengalami hipotermia.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada
masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Misalkan bayi baru lahir
dibiarkan basah dan telanjang selama menuggu plasenta lahir meskipun
lingkungan di sekitar bayi cukup hangat.

Gejala hipotermia
a. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, maka bayi menjadi kurang aktif,
letargi hipotonus, tidak kuat menghisap ASI, dan menangis lemah.
b. Pernapasan megap-megap dan lambat serta denyut jantung menurun.
c. Timbul sklerema, kulit mengeras berwarna kemerahan terutama di bagian
punggung, tungkai, dan lengan.
d. Muka bayi berwarna merah terang.

Hipotermia menyebabakan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan


berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru,
ikterus, dan kematian. ( Sulistyawati dkk, 2010; h.199)
4) Perubahan sirkulasi
Dengan perkembangan paru mengakibatkan tekanan O2 naik dan tekanan
CO2 menurun, sehingga menurunkan resistensi pembuluh darah paru sehingga
aliran darah meningkat. Hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis
mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus menutup. Dengan menciutnya
arteri dan vena umbilicalis kemudian tali pusat dipotong aliran darah dari
placenta melalui vena cava inferior dan foramen oval atrium kiri terhenti.
Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar
badan ibu.
1.1.3. Patofisiologi
Pada bayi baru lahir terjadi perubahan fisiologis yaitu pada sistem
respirasinya, jika terjadi tekanan pada rongga dada bayi akan sangat mungkin
terjadi hipoksia yang akan merangsang saraf pernafasan untuk pengeluaran
cairan paru sehingga terjadi ketidak efektifan pola nafas. Pada sistem
kardiovaskuler jika alveolus terisi O2 akan menyebabkan resistensi vascular yang
mengakibatkan terjadinya tekanan pulmonalis sehingga aliran darah paru masuk
ke jantung dan mengakibatkan gangguan perfusi jaringan.
Pada sistem gastrointestinal, apabila asam lambung meningkat dan
mengakibatkan kolik, maka akan mengakibatkan distress antara waktu
makan/menyusui sehingga menyebabkan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Bayi baru lahir masih harus beradaptasi dari keadaan hangat ke dingin
yang apabila suhu ruang terlalu dingin maka akan dapat menyebabkan penurunan
suhu tubuh dan mengakibatkan terjadinya risiko hipotermi pada bayi. Namun,
apabila suhu terlalu panas maka akan meningkatkan suhu bayi dan menyebabkan
hipertermi pada bayi.
Pada area pemotongan tali pusat merupakan tempat terbuka pada bayi
untuk bakteri dapat masuk jika pemotongan tali pusat yang tidak disertai dengan
perawatan tali pusat yang benar maka akan sangat mungkin terjadi resiko infeksi
pada bayi.

BBL
Perubahan fisiologis

System System Gastrointestinal Termoregulasi


Respirasi Kardiovaskuler Pemotongan tali
pusat
Adaptasi hangat
Tekanan Asam lambung
Alveolus terisi ke dingin Terbukanya
rongga dada meningkat
O2 Meningkatkan tempat bakteri
(hipoksia) panas untuk masuk
Terjadi kolik
Resistensi
Merangsang vascular paru Aktivitas otot Resiko infeksi
saraf Distress
pernafasan antara waktu
Tekanan Menangis,
pulmonalis makan
menggigil
Pengeluaran
cairan paru Resiko Suhu ruang
Aliran darah paru Resiko cedera
nutrisi dingin
masuk jantung
kurang dari
Ketidakefekti kebutuhan
fan bersihan Penurunan suhu
Gangguan perfusi tubuh tubuh
jalan nafas Peningkatan
jaringan suhu tubuh
Hipotermi
Hipertermi
1.1.4. Penanganan Bayi Baru Lahir
Tujuan utama perawatan bayi baru lahir adalah :
a. Membersihkan jalan nafas.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah dilahirkan. Apabila
bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas
dengan cara sebagai berikut :
1) Letakkkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras dan hangat.
2) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi
lebih bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur
lurus sedikit tengadah ke belakang.
3) Bersihkan rongga hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kasa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi akan
segera menangis.
5) Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan
otak. Oleh karena itu segera bersihkan mulut dan hidung bayi baru lahir.
Observasi warna kulit, adanya meconium dalam hidung atau mulut.
6) Bantuan untuk memulai pernafasan diperlukan untuk mewujudkan
ventilasi yang adekuat.
7) Dokter atau tenaga medis hendaknya melakukan pemompaan setelah 1
menit bayi tidak menangis.
b. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak
menentukan dan mempengaruhi bayi, kecuali bayi kurang bulan. Apabila
bayi lahir tidak menangis maka tali pusat segera dipotong untuk
memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5
cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat
steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali
pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70 % atau povidon iodin 10 %
serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan setiap
basah atau kotor. Sebelum memotong tali pusat . pastikan bahwa tali pusat
sudah diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
Cegah terjadinya kehilanhgan panas dengan mengeringkan tubuh bayi
dengan handuk atau kain bersih kemudian selimuti tubuh bayi dengan
selimut atau kain hangat, kering dan bersih. Tutupi bagian kepala bayi
dengan topi dan anjurkan ibu untuk mwmwluk dan menyusui bayinya serta
jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena bayi baru
lahir medah kehilangan panas tubuhnya.
d. Memberikan vitamin K.
Pemberian vitamin K dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
karena defisiensi vitamin K. Vitamin K diberikan peroral 1 mg/ hari selama
3 hari, sedangkan bayi yang beresiko tinggi diberi vitamin K parenteral
dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M.
e. Memberikan obat tetes/ salep mata.
Setiap bayi lahir perlu diberikan tetes mata atau salep mata setelah 5
jam bayi lahir untuk mencegah terjadinya penyakit mata karena klamidia.
Tetes atau salep mata yang diberikan adalah eritromisin 0,5 % atau
tetrasiklin 1 %.
f. Identifikasi bayi baru lahir
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia ditempat
penerimaan pasien. Kamar bersalin dan ruang rawat bayi. Peralatan yang
digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang halus dan tidak melukai,
tidak mudah robek dan tidak mudah lepas. Pada gelang atau alat identifikasi
harus tercantum :
1) Nama ( bayi, nyonya )
2) Tanggal lahir.
3) Nomor bayi.
4) Jenis kelamin.
5) Unit.
6) Nama lengkap ibu. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. Ukurlah berat
lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam
medik.
g. Mencegah terjadinya infeksi.
Dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang aseptik dan antiseptik.
Pemberian tetes atau salep mata untuk mencegah infeksi pada mata.
1.1.5. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir dilakukan untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan
perhatian. Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir adalah :
a. Suhu badan dan lingkungan.
Suhu badan bayi perlu diukur dan dicatat secara teratur untuk mengetahui
adanya peningkatan suhu tubuh sehingga dapat segera dilakukan tindakan
yang tepat dan cepat.
b. Tanda – tanda vital.
1) Suhu tubuh bayi diukur melalui ketiak atau dubur bayi.
2) Nadi dapat dipantau di semua titik – titik nadi perifer.
3) Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir adalah perut dan dada
bergerak bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar adanya suara
pada waktu inspirasi maupun ekspirasi. Gerak pernafasan 30 – 50 kali
permenit.
4) Tekanan darah dipantau bila ada indikasi.
c. Mandi dan perawatan kulit.
Dalam keadaan normal kulit bayi baru lahir adalah kemerahan dan terjadi
pengelupasan ringan. Mandi pada bayi baru lahir sangat diperlukan untuk
merawat kebersihan kulit dan menjaga kelembaban kulit dan suhu tubuh.
d. Pakaian.
Pakaian pada bayi dapat menjaga kehangatan suhu tubuh bayi. Sehingga
bayi tidak jatuh pada keadaan hipotermia. Pakaian juga dapat melindungi
kulit bayi dari resiko cidera/ tergores.
e. Perawatan tali pusat.
Perawatan tali pusat dilakukan secara aseptik dan antiseptik untuk mencegah
terjadinya infeksi pada tali pusat.

1.1.6. Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuh melalui 4 mekanisme
berikut :
a) Konduksi
konduksi dapat terjadi melalui benda-benda padat yang berkontak langsung
dengan kulit bayi.
b) Konveksi
Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20ºC dan sebaiknya tidak
berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC
yang kuat harus cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi harus
mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi ke udara sekitar bayi.
c) Evaporasi
Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat
melalui cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk
kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan. Akan jauh lebih baik
apabila menggunakan handuk hangat untuk mencegah hilangnya panas secara
konduktif.
d) Radiasi
Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat yang terdekat,
misalnya jendela pada musim dingin. Karena itu, bayi harus diselimuti,
termasuk kepalanya, idealnya menggunakan handuk hangat.
Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5-1ºC lebih tinggi
dibanding suhu ibunya. Sayangnya tidak jarang bayi mengalami penurunan
suhu tubuh menjadi 35-35,5ºC dalam 15-30 menit karena kecerobohan perawat
di ruang bersalin. Sebagian besar penyulit pada neonatus, seperti distress
pernapasan, hipoglikemi, dan gangguan pembekuan darah lebih sering terjadi
dan lebih berat bila bayi mengalami hipotermia.
Masalah tersebut dapat dicegah dengan melakukan persiapan sebelum
kelahiran dengan menutup semua pintu dan jendela dikamar bersalin dan
mematikan AC yang langsung mengarah pada bayi. Suhu dikamar bersalin
paling rendah 20ºC, dan harus lebih tinggi jika bayi prematur. Segera setelah
bayi lahir, bayi dikeringkan dan kemudian diselimuti / dibungkus rapat dengan
handuk hangat. Membiarkan bayi dalam keadaan telanjang seperti memandikan
ataupun saat melakukan kontak kulit ibu dengan bayi harus dilakukan dalam
ruangan yang hangat (23-25ºC) atau dibawah pemanas radian / infant radiant
warmer. (Prawirohardjo, 2009; h. 367)
Cara mencegah kehilangan panas yaitu dengan selimuti tubuh bayi
dengan kain bersih dan hangat setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong
tali pusat,selimuti kepala bayi karena bagian kepala bayi merupakan permukaan
tubuh yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika tidak
di tutupi. Tidak segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir . ( Dewi
dkk, 2010; h.14.)
1.1.7. Penilaian Bayi Untuk Tanda – Tanda Kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda –tanda kegawatan/
kelainan yang menunjukkan suatu penyakit.
a. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa
tanda – tanda berikut :
1) Berat lahir rendah ( 1500 – 2500 gram).
2) Sesak nafas.
3) Frekuensi pernafasan 60 X/mnt.
4) Gerak retraksi dada.
5) Malas minum.
6) Panas atau suhu badan bayi rendah.
7) Bayi kurang aktif.
b. Tanda – tanda bayi sakit berat.
Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda – tanda berikut ini :
1) Sulit minum.
2) Sianosis sentral ( lidah biru ).
3) Perut kembung.
4) Periode apneu.
5) Kejang / periode kejang – kejang kecil.
6) Merintih.
7) Perdarahan.
8) Sangat kuning.
9) Berat badan lahir < 1500 gram.

1.1.8. Komplikasi yang Sering Terjadi Pada Bayi Baru Lahir.


a. Icterus neonatorum
Kira-kira 1/3 dari bayi yang baru lahir , memperlihatkan icterus antara
Hari ke 2 dan ke 5 yang dinamakan icterus fisiologis yang ditimbulkan oleh
hyperbilirubinaemia yang disebabkan oleh :
1) Penghancuran erytrocyt yang hebat.
Kehidupan intra uterin terdapat polycytaemia untuk mengimbangi kadar
O2 yang rendah. Sedangkan untuk kehidupan diluar tidak diperlukan
sedemikian banyak erythrocyt
2) Hati bayi belum berfaal baik, sehingga tidak dapat mengubah Bilirubin I
menjadi bilirubin II.Pada anak premature icterus biasanya lebih hebat dan
lebih lama lagi karena faal hati masih sangat kurang.
b. Kehilangan Berat Badan
Selama 3 atau 4 hari yang pertama bayi boleh dikatakan hampir tidak
kemasukan cairan ( Asi belum lancar ). Sedangkan bayi mengeluarkan
faeces, urine dan peluh dengan cukup banyak maka BB bayi turun.
Kehilangan BB tidak boleh lebih dari 10%.

1.1.9. Refleks Pada Bayi yangHarus Dikenali Sejak Lahir


1. Refleks menghisap (sucking reflex)
Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika Anda menyentuhkan puting
susu ke ujung mulut bayi. Refleks menghisapterjadi ketika bayi yang baru
lahir secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka.
2. Refleks menggenggam (palmar grasp reflex)
Refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan
ke bayi, indikasi syafar berkembang normal – hilang setelah 3-4 bulan Bayi
akan otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari telunjuk
kepadanya.
3. Refleks leher (tonic neck reflex)
Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi
ketika bayi Anda menoleh ke salah satu sisi.
4. Refleks mencari (rooting reflex)
Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian
pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah
benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat
dihisap. Refleks menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia
sekitar 3 hingga 4 bulan.
5. Refleks moro (moro reflex)
Releks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang baru lahir yang
terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi
yang baru lahir itu melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya
kebelakang, dan merentangkan tangan dan kakinya.
6. Babinski Reflex
Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika
bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal. Hilang
di usia 4 bulan.

7. Swallowing Reflex
refleks gerakan menelan benda-benda yang didekatkan ke mulut,
memungkinkan bayi memasukkan makanan ada secara permainan tapi
berubah sesuai pengalaman
8. Breathing Reflex
Refleks gerakan seperti menghirup dan menghembuskan nafas secara
berulang-ulang – fungsi : menyediakan O2 dan membuang CO2 – permanen
dalam kehidupan
9. Eyeblink Reflek
Gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata – fungsi : melingdungi mata
dari cahaya dan benda-benda asing – permanen dalam kehidupan Jika bayi
terkena sinar atau hembusan angin, matanya akan menutupatau dia akan
mengerjapkan matanya.
10. Puppilary Reflex
Gerakan menyempitkan pupil mata terhadap cahaya terang, membesarkan pupil
mata terhadap lingkungan gelap. – fungsi : melindungi dari cahaya terang,
menyesuaikan terhadap suasana gelap
11. Refleks tonic neck/posisi menengadah,
Muncul pada usia satu bulan danakan menghilang pada sekitar usia lima bulan.
Saat kepala bayi digerakkan kesamping, lengan pada sisi tersebut akan lurus
dan lengan yang berlawananakan menekuk (kadang-kadang pergerakan akan
sangat halus atau lemah).Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk melakukan
posisi ini atau jika reflek initerus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi
dimungkinkan mengalamigangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan
penelitian, reflek tonickneck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan
kepala bayi yang akanmenyiapkan bayi untuk mencapai gerak sadar.
12. Refleks tonic Labyrinthine / labirin
Pada posisi telentang, reflek ini dapat diamati dengan menggangkattungkai bayi
beberapa saat lalu dilepaskan. Tungkai yang diangkat akanbertahan sesaat,
kemudian jatuh. Hilang pada usia 6 bulan.
13. Refleks merangkak (crawling)
Jika ibu atau seseorang menelungkupkan bayi baru lahir, iamembentuk posisi
merangkak karena saat di dalam rahim kakinya tertekuk kearah tubuhnya.
14. Refleks berjalan dan melangkah (stepping)
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dantelapak
kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/orang tersebut akanmelihat
refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke depan. Jikatulang
keringnya menyentuh sesuatu, ia akan mengangkat kakinya sepertiakan
melangkahi benda tersebut.
15. Refleks yawning
Refleks seperti menjerit kalau ia merasa lapar, biasanyakemudian disertai
dengan tangisan.
16. Reflek Swimming
Reflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisiiair, ia
akan mulai mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang.

BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Tinjauan Asuhan Keperawatan


2.1.1 Anamnesa
a. Anamnesa identitas ibu bayi dan bayi melalu gelang yang dikenakan ibu
dan bayi
b. Anamnesa umum : aktivitas bayi, reflek bayi terhadap rangsangan, pola
menyusu
2.1.2 Pengkajian
Pemeriksaan bayi dsapat dilakukan segera setelah status kardiovaskuler aman
dan secara berkala.
a. Penampilan umum
1) BB 2500-4000 gram, akan berkurang 3-5 hari, tetapi tidak boleh > 10 %,
biasanya akan naik kembali setelah hari ke 8-12.
2) PB 46-56 cm.
3) Suhu 36,5-37,5 0C.
b. Kepala
1) Ukur : lingkar kepala
2) Periksa adanya caput atau cepal hematom, molding, fontanel anterior dan
posterior.
3) Periksa bentuk telinga.
4) Simetris tidaknya wajah.
5) Periksa mata:bentuk, letak, ukuran, pupil, reflek cahaya, adanya
perdarahan.
6) Periksa mulut : bibir, palatum, lidah, gigi.
7) Periksa hidung :simetris atau tidak.
8) Periksa leher: Ukuran simetris/tidak, Gerakan baik/kurang baik,
Pergerakan otot.

c. Kulit
1) Vernix caseosa
2) Lanugo terutama diwajah, bahu (lebih banyak pada premature)
3) Warna kulit (biasanya bayi akan mengalami akrosianosis, lalu badan akan
semakin merah jika ia menangis), adanya bintik-bintik, deskuamasi,
kering.
4) Pembesaran payudara.
5) Bercak meconium pada kulit, tali pusat, kuku jari.
6) Cairan amnion, bau.
7) Cari adanya jaundice dengan menekan kulit, maka warna kuning akan
lebih jelas.
d. Dada
1) Diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa
(diameter diukur sedikit diatas putting), lebih pendek daripada abdomen.
2) Pembesaran payudara, witch’s milk.
3) Palpasi/auskultasi PMI, frekuensi, kualitas HR (120-160 x/menit) dan
murmur.
4) Karakteristik respirasi, cracles, ronchi, suara nafas tiap-tiap sisi dada,
frekuensi 30-60 x/menit (dad dan perut bergerak bersama, hitung 1 menit
penuh), periode apnea.
e. Abdomen
1) Bentuk : simetris/tidak
2) Bising usus : ada/ tidak
3) Kelainan: cekung/cembung
4) Tali Pusat, pembuluh darah, perdarahan, kelainan tali pusat.
f. Neurologik
1) Tonus otot.
2) Reflek : moro reflek, tonik neck reflek, palmar graps reflek, walking
reflek, rooting reflek, sucking reflek.

g. Kelamin
1) Bayi perempuan, labia mayora/minora, sekresi vaginal, kelainan, Anus.
2) Bayi laki-laki, skrotum, testis, penis, kelainan.
h. Punggung
Adanya benjolan atau tidak ( bayi harus ditengkurapkan)
i. Ekstremitas
1) Kelengkapan jari, adanya sindaktili dan polidaktili.
2) Bentuk ekstremitas, bandingkan panjang kedua kaki, tinggi lutut, dan
gerakannya dengan menekuk kedua paha kekanan kiri abdomen.
j. Pemeriksaan APGAR score
APGAR Pemeriksaan 0 1 2
Appearance/ Inspeksi Biru/pucat Badan merah, Semua merah
warna kulit seluruh tubuh ekstremitas biru
Pulse/ Auskultasi Tidak terdengar < 100 x/menit > 100 x/menit
denyut jantung jantung
Grimace/ Menghisap atau Tidak ada Menyeringai Menangis keras
reflek iritabily rangsang lain respon
Activity/ Inspeksi Lemah Fleksi ekstremitas Gerak aktif
tonus otot
Respiration/ Inspeksi Tidak ada Menangis lemah Gerakan
Pernafasan gerakan atau merintih pernafasan kuat/
pernafasan menangis kuat
Total score :
0-3 : Asfiksia berat
4-6 : Asfiksia sedang
7-10 : Asfiksia ringan

2.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan


a Diagnosa Keperawatan : Resiko Hiportemia
Definisi :Rentan terhadap kegagalan termoregulasi yang dapat mengakibatkan suhu
tubuh dibawah rentang normal diurnal, yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Resiko :
 Agens farmaseutikal  Pemakaian pakaian yang tidak adekuat
 Berat badan ekstrem  Penurunan laju metabolisme
 Ekonomi rendah  Terapi radiasi
 Kerusakan hipotalamus  Terapi beraktivitas
 Konsumsi alkohol  Transfer panas (mis. Konduksi,
 Kurang pengetahuan pemberi asuhan konveksi, evaporasi, radiasi)
tentang hipotermia  Trauma
 Kurang suplai lemak subkutan  Usia
 Lingkungan bersuhu rendah
 Malnutrisi
Dewasa dan anak : suhu tubuh rendah akut

 Hipotermia berat, suhu inti mendekati  Hipotermia sedang, suhu inti


300 C mendekati 320 C
 Hipotermia ringan, suhu inti
mendekati 350 C
Dewsa dan anak : pasien cidera

 Hipotermia berat, suhu inti mendekati  Hipotermia suhu inti mendekati 350 C
320 C
Neonatus

 Hipotermia tingkat 1, suhu inti  Memandikan bayi baru lahir terlalu


mendekati 36,50 C dini
 Hipotermia tingkat 2, suhu inti  Peningkatan area permukaan tubuh
mendekati 360 C terhadap rasio berat badan

 Hipotermia tingkat 3, suhu inti  Peningkatan kebutuhan oksigen


mendekati 350 C  Peningkatan pulmonary vascular
rasistant (PVR)
 Hipotermia tingkat 4, suhu inti
 Penundaan menyusu ASI
mendekati 340 C
 Penurunan laju metabolik
 Kontrol vaskular tidak efektif
 Termogenesis menggigil tidak efektif
 Melahirkan di luar rumah sakit
tanpa rencana
 Melahirkan di luar rumah sakit
yang berisiko tinggi

NOC : Termoregulasi Kode : 0800


Definisi : Keseimbangan antara produksi panas, mendapatkan panas dan kehilangan
panas
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
Berat ada
SKALA OUT OUTCOME
SKALA COME 1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN
KESELURUH HAN
INDIKATOR
080009 Merasa 1 2 3 4 5 NA
merinding saat
dingin
080010 Berkeringat saat 1 2 3 4 5 NA
panas
080011 Menggigil saat 1 2 3 4 5 NA
dingin
080017 Denyut jantung 1 2 3 4 5 NA
apikal
080012 Denyut nadi 1 2 3 4 5 NA
radial
080013 Tingkat 1 2 3 4 5 NA
pernapasan
080015 Melaporkan 1 2 3 4 5 NA
kenyamanan
suhu
080001 Peningkatan suhu 1 2 3 4 5 NA
kulit
080018 Penurunan suhu 1 2 3 4 5 NA
kulit
080019 Hipertermia 1 2 3 4 5 NA
080020 Hipotermia 1 2 3 4 5 NA
080003 Sakit kepala 1 2 3 4 5 NA
080004 Sakit otot 1 2 3 4 5 NA
080005 Sifat lekas marah 1 2 3 4 5 NA
080006 Mengantuk 1 2 3 4 5 NA
080007 Perubahan warna 1 2 3 4 5 NA
kulit
080008 Otot berkedut 1 2 3 4 5 NA
080014 Dehidrasi 1 2 3 4 5 NA
080021 Kram panas 1 2 3 4 5 NA
080022 Stroke panas 1 2 3 4 5 NA
080023 Radang dingin 1 2 3 4 5 NA

NOC :Termoregulasi : Baru Lahir Kode : 0801


Definisi : Keseimbangan antara produksi panas, mendapatkan panas dan kehilangan
panas selama 28 hari pertama setelah melahirkan
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
Berat ada
SKALA OUT OUTCOME
SKALA COM 1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN
KESELURUH
INDIKATOR
080106 Berat badan 1 2 3 4 5 NA
080107 Thermogenesis 1 2 3 4 5 NA
yang tidak
menggigil
080108 Mengambil 1 2 3 4 5 NA
postur retensi
panas untuk
hipotermia
080109 Mengambil 1 2 3 4 5 NA
postur kehilangan
panas untuk
hipertermia
080110 Penyepihan dari 1 2 3 4 5 NA
incubator [bayi]
ke boks bayi
080113 Keseimbangan 1 2 3 4 5 NA
asam basa
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
berat ada
080116 Suhu tidak stabil 1 2 3 4 5 NA
080117 Hipertermia 1 2 3 4 5 NA
080118 Hipotermia 1 2 3 4 5 NA
080119 Nafas tidak 1 2 3 4 5 NA
teratur
080120 Takipnea 1 2 3 4 5 NA
080103 Kegelisahan 1 2 3 4 5 NA
080104 Kelesuan 1 2 3 4 5 NA
080105 Perubahan warna 1 2 3 4 5 NA
kulit
080111 Dehidrasi 1 2 3 4 5 NA

080112 Glukosa darah 1 2 3 4 5 NA


tidak stabil
080114 Hiperbilirubinem 1 2 3 4 5 NA
ia

NIC: Perawatan hiportemia kode 3800


Definisi : Pencegahan hilangnya panas, penghangatan kembali, dan pengawasan
pasien yang memiliki suhu tubuh inti rendah/tidak normal sebagai akibat dari
lingkungan sekitar yang tidak terinduksi.
Aktivitas-aktivitas :
 Monitor suhu pasien, menggunakan  Berikan pengobatan denga hati-hati
alat pengukur dan rute yang paling (misalnya, waspada akan adanya
tepat metabolisme yang tidak dapat
 Bebaskan pasien dari lingkungan diprediksi, monitor adanya
yang dingin peningkatan tindakan atau toksisitas,
 Bebaskan pasien dari pakaian yang dan pertimbangkan untuk tetap
dingin dan basah menggunakan pengobatan IV
 Tempatkan pasien pada posisi sampau suhu inti 300 C)
supine/telentang, minimalkan  Monitor adanya gejala-gejala yang
perubahan orthostatic berhubungan dengan hipotermia
 Minimalkan stimulasi pada pasien ringan (misalnya, takipnea,
(misalnya, memegang perlahan dan dysarthria, menggigil, hipertensi,
hindari gerakan yang berlebihan) dan diuresis), hipotermia berat
untuk menghindari tercetusnya (misalnya, ollguria, tidak adanya
fibrilasi ventrikel refleks neurologi, edema paru dan

 Dorong pasien yang mengalami ketidak normalan asam basa)

hipotermia uncomplicated untuk  Monitor adanya syok pemanasan


mengkonsumsi cairan hangat, tinggi kembali
karbohidrat tanpa alkohol dan kafein  Monitor warna dan suhu kulit
 Bagi panas tubuh, gunakan baju
yang tidak terlalu tebal untuk
memfasilitasi pemindahan panas

NIC : Manajemen Imunisasi/Vaksinasi


Definisi : memonitor status imunisasi, memfasilitasi akses untuk imunisasi, dan
menyediakan imunisasi untuk mencegah penyakit menular
Aktivitas-aktivitas :
 Informasikan individu mengenai  Berikan injeksi pada bayi di bagian
imunisasi protektif untuk melawan paha anterolateral, sesuai kebutuhan
penyakit yang tidak diwajibkan olek  Ingatkan individu/keluarga ketika
undang-undang (misalnya, influensa, imunisasinya ada yang belum
pneumokokus, dan vaksinasi dilakukan
hipatitis B)  Observasi anak selama beberapa
 Gunakan prinsip 5 benar dalam waktu tertentu setelah pemberian
pemberian obat vaksin.
 Catat riwayat kesehatan pasien dan
riwayat alergi

NOC :Keparahan Infeksi..........................................................................Kode : 0703


Definisi :Keparahan tanda dan gejala infeksi
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
Berat ada
SKALA COME
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
OUT KESELURUHAN
HAN
INDIKATO
R
070301 Kemerahan 1 2 3 4 5 NA
070302 Vesikel yang tidak 1 2 3 4 5 NA
mengeras
permukaannya
070303 Cairan (luka) yang 1 2 3 4 5 NA
berbau busuk
070304 Sputum purulen 1 2 3 4 5 NA
070305 Drainase purulen 1 2 3 4 5 NA
070306 Piuria/nanah dalam 1 2 3 4 5 NA
urin
070307 Demam 1 2 3 4 5 NA
070329 Hipotermia 1 2 3 4 5 NA
070330 Ketidakstabilan 1 2 3 4 5 NA
suhu
070333 Nyeri 1 2 3 4 5 NA
070334 Jaringan lunak 1 2 3 4 5 NA
070309 Gejala-gejala 1 2 3 4 5 NA
gastrointestinal
070310 Limfadenopati 1 2 3 4 5 NA
070311 Malaise 1 2 3 4 5 NA
070312 Menggigil 1 2 3 4 5 NA
070313 Gangguan kognisi 1 2 3 4 5 NA
yang tidak bisa
dijelaskan
070331 Lethargy 1 2 3 4 5 NA
070332 Hilang nafsu 1 2 3 4 5 NA
makan
070319 Infiltrasi x-ray 1 2 3 4 5 NA
dada
070320 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA
darah
070335 Kolonisasi (pada) 1 2 3 4 5 NA
alat bantu akses
vaskular
070321 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA
sputum
070322 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA
cairan
serebrospinal
070323 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA
area luka
070324 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA
urin
070325 Kolonisasi kultur 1 2 3 4 5 NA
feses
070326 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
jumlah sel darah
putih
070327 Depresi jumlah sel 1 2 3 4 5 NA
darah putih

b Diagnosa Keperawatan : Resiko Infeksi


Definisi : Rentan mengalami invansi dan multiplikasi organisme motogenik yang
dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Resiko :
 Kurang pengetahuan untuk  Obesitas
menghindari pemajanan patogen  Penyakit kronis (mis. Diabetes
 Malnutrisi melitus)
 Prosedur invansif
Pertahanan tubuh primer tidak adekuat

 Gangguan integritas kulit  Pecah ketuban lambat


 Gangguan peristalsis  Penurunan kerja siliaris
 Merokok  Perubahan pH sekresi
 Pecah ketuban dini  Stasis cairan tubuh
Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat

 Imunosupresi  Supresi respon inflamasi (mis.


 Leukopenia Interleukin 6 [TL-6], C-reactive
 Penurunan haemoglobin protein[CRP])
 Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat

 Terpajan pada wabah

NOC

2.1.4 Evaluasi
a. Tidak terjadi hipotermi
b. Hipotermi tidak menjadi aktual
c. Tidak terjadi infeksi pada tali pusat
d. Bayi dalam keadaan baik dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi
Menyusu

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan anak balita. Jakarta :
Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Jakarta :
Bina Pustaka

Bulechek, Gloria. M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification. Singapore :


Elsevier

Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification. Singapore :


Elsevier

You might also like