Professional Documents
Culture Documents
Dokumen Rencana Pengelolaan DAS Terpadu Di DAS Mahakam
Dokumen Rencana Pengelolaan DAS Terpadu Di DAS Mahakam
LAPORAN FINAL
RENCANA PENGELOLAAN DAS TERPADU
DI DAS MAHAKAM
Sumber Dana : DIPA BA 029 Balai Pengelolaan DAS Mahakam Berau Tahun 2009
Samarinda
2009/2010
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dibantu oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT). Pengelolaan DAS yang lintas
dilakukan koordinasi antara pusat dan daerah, hulu dan hilir sehingga
DAS Terpadu. Oleh karena itu, pada Tahun 2009 Balai Pengelolaan DAS
bersifat multi para pihak, multi sumberdaya alam dan multi sektoral.
C. Sasaran Lokasi
1. Pendekatan Sistem
aktifitas biotik, abiotik dan kultur membentuk suatu sistem yang dikenal
ABC. Dari aspek ruang wilayah DAS dipandang sebagai suatu sistem
yang terdiri atas bagian hulu, tengah dan hilir yang saling mempengaruhi
hilir.
2. Pendekatan Teknologi
Terpadu.
II – 2
3. Pendekatan Institusi/Kelembagaan
umum yang sering dibahas namun tidak pernah terwujud dalam aplikasi.
pokok dan fungsi yang telah ditetapkan, dan bukan terlrtak pada tingkat
4. Pendekatan Partisipatif
tertentu. Oleh sebab itu prinsip partisipatif merupakan ciri utama yang
pihak serta peraturan yang terkait dengan pengelolaan DAS. Data yang
2. Identifikasi Masalah
untuk menyepakati kondisi DAS yang ingin dicapai pada akhir periode
wilayah administrasi dan lintas disiplin ilmu guna mencapai tujuan yang
II – 6
baik lewat lokakarya ataupun suatu Focus Group Discusion (FGD) yang
6. Perumusan Kelembagaan
kajian tupoksi serta peran seluruh instansi terkait dalam konteks POAC
dan Lokakarya.
FGD.
DAS.
9. Perumusan Pendanaan
A. Kondisi Biofisik
geografis terletak antara 01º55’ Lintang Utara (LU) dan 01º09’ Lintang
Selatan (LS), serta antara 113º49’ Bujur Timur (BT) dan 117º41’ Bujur
2. Iklim
Kondisi iklim pada DAS Mahakam relatif sama dengan kondisi iklim
dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan
sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun
yaitu angin Muson Barat November-April dan angin Muson Timur Mei -
Oktober.
III – 4
seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali,
Gambar 3.2.
tinggi dari yang paling rendah dapat dipantau melalui Stasiun Meteorologi
Selor 1,35 knot dan tertinggi pada Stasiun Meteorologi Long Bawan
Stasiun Meteorologi
Unsur Iklim Sama- Balik- Tanjung Tanjung Long
Tarakan Nunukan
rinda papan Selor Redep Bawan
Suhu
Udara (oC)
minimum 23,43 22,88 24,00 22,71 23,02 18,83 23,42
maksimum 32,17 32,62 30,75 34,69 32,18 29,89 31,37
Kelembaban
Udara (%) 81,42 87,07 83,81 83,67 85,25 86,25 83,83
Tekanan
Udara (mb) 1.011,92 1.011,32 1.010,00 1.009,96 1.012,43 - 1.010,00
Kecepatan
Angin (knot) 1,81 6,30 5,17 1,35 3,58 51,00 5,17
Curah Hujan
Bulanan 195,40 267,32 183,28 204,22 180,03 122,39 181,28
(mm)
sepanjang tahun 2007 menurut stasiun secara rinci disajikan pada Tabel
3.3. Rata-rata curah hujan tertinggi selama tahun 2007 tercatat pada
Stasiun Meteorologi Tanjung Redeb dan Tanjung Selor yang terjadi pada
Tabel 3.3. Curah Hujan Bulanan yang Tercatat pada Beberapa Stasiun
Meteorologi dan Geofisika di Kalimantan Timur
– 2.000 mm sampai dengan > 4.000 mm. Selain itu, Gambar 3.2. juga
atau dapat dinyatakan bahwa sebaran curah hujan tahunan dari yang
atas permukaan laut (dpl) dari yang rendah ke tinggi diawali dari
Akibat perbedaan ketinggian tempat ini, maka pola aliran air Sungai
pada Gambar 3.3 dan luas wilayah menurut kelas ketinggian di atas
permukaan laut pada DAS Mahakam secara rinci disajikan pada Tabel
pada Gambar 3.4. dan luasan masing-masing kelas lereng disajikan pada
Tabel 3.5.
Tabel 3.4. Kelas Ketinggian Tempat Di Atas Permukaan Laut (dpl) dan
Luasannya pada DAS Mahakam
kelerengan dari yang datar sampai curam pada DAS Mahakam tersebar
tersebar mulai datar sampai curam, kelas kelrengan pada DAS Mahakam
didominasi oleh kelas kelerengan landai (2 – 15%) dan agak curam (15 –
40%) yang secara berurutan sebesar 46,2% dan 26,3% dari luas DAS
terdiri dari batuan pasir kwarsa dan batuan liat. Dari struktur geologi, di
III – 12
daerah ini banyak dijumpai patahan dan lipatan yang pada umumnya
Luas Luas
No. Nama Formasi
(Ha) (%)
14. Kapuas Complex 246.208 3,187
15. Karamuan Formation 842.206 10,903
16. Kedango Formation 309.694 4,009
17. Kelai Granite 106.749 1,382
18. Kelinjau Melang 2.110 0,027
19. Kuaro Formation 1.407 0,018
20. Lake Deposits 336.249 4,353
21. Lebak Formation 496.108 6,423
22. Lurah Formation 73.511 0,952
23. Maau Formation 44.493 0,576
24. Mandai Group 15.828 0,205
25. Mangkupa Formation 2.990 0,039
26. Marah Formation 2.110 0,027
27. Mentarang Formation 906.923 11,741
28. Metulang Volcani 21.455 0,278
29. Nyaan Volcanics 176 0,002
30. Pulaubalang Formation 27.259 0,353
31. Pamaluan Formation 4.221 0,055
32. Selangkai Group 571.026 7,393
33. Sintang Intrusiv 17.410 0,225
34. Tanjung Formation 792.613 10,261
35. Tebang MΘlange 98.659 1,277
36. Telen Formation 6.859 0,089
37. Topai Granite 175.159 2,268
38. Wahau Formation 131.193 1,698
39. Young Volcanic R 151.594 1,963
40. No name 1.028.574 13,316
41. Luas Total 7.724.365 100,000
terdiri dari jenis tanah podsolik merah kuning, dengan tingkat kesuburan
relative rendah karena memiliki ‘top soil’ yang tipis. Pada dasarnya jenis
kondisi iklim Kalimantan Timur yang tergolong ke dalam tipe iklim Tropika
pada Gambar 3.6. dan peta sistem lahan (land system) di wilayah Provinsi
Luas Persentase
No. Jenis Tanah
(Ha) (%)
1. Dystropepts,Pale 230.875 3,0
2. Eutropepts,Kandi 1.840.955 23,8
3. Kandiudults, Pal 2.669.715 34,6
4. Dystropepts,Pale 898.051 11,6
5. Tropaquents, Tro 33.171 0,4
6. Troposaprists, T 444.971 5,8
7. Paleudalfs,Eutro 212.199 2,7
8. Tropaquepts, Flu 459.995 6,0
9. Eutropepts, Hapl 26.452 0,3
10. Dystropepts, Pal 95.093 1,2
11. Placorthods,Trop 812.886 10,5
Total 7.724.365 100,0
Luas Persentase
No. Sistem Lahan
(Ha) (%)
1. Bukit pandan 720.484 9,3
2. Telawi 6.645 0,1
3. Pendereh 1.140.652 14,8
4. Maput 777.883 10,1
5. Beriwit 371.629 4,8
6. Teweh 1.286.801 16,7
7. Lawangguang 720.399 9,3
8. Kajapah 86.703 1,1
9. Mantalat 132.808 1,7
10. Gunung Diangan 34.044 0,4
11. Lohai 60.464 0,8
12. Okki 25.999 0,3
13. Pulau Sebatik 50.360 0,7
14. Sebangau 123.069 1,6
15. Juloh 14.565 0,2
16. Kahayan 66.263 0,9
17. Putting 7.474 0,1
18. Rangankao 16.255 0,2
19. Honja 88.043 1,1
20. mendawai 56.614 0,7
21. Tewai Baru 91.007 1,2
22. Pakalunai 243.250 3,1
23. Sungai Tabang 89.030 1,2
24. Gambut 310.926 4,0
25. Klaru 72.411 0,9
26. Tandur 16.067 0,2
27. Barong Tongkok 189.340 2,5
28. Sungai Medang 64.951 0,8
29. Kapor 24.278 0,3
30. Beliti 19.307 0,2
31. Paminggir 33.184 0,4
32. Bakunan 60.267 0,8
33. Batu Ajan 131.930 1,7
34. Luang 7.142 0,1
35. Liang Paran 342.834 4,4
36. Barah 22.612 0,3
37. Gunung Baju 28.009 0,4
38. Tanjung 51.910 0,7
39. Tambera 5.730 0,1
40. Pakau 124.179 1,6
41. Mangkaho 8.847 0,1
Total 7.724.365 100,0
III – 18
sungainya relatif cepat dari bagian hulu menuju ke hilir atau muara sungai
dari suatu DAS. Selain itu, peta hidrologi (pola jaringan sungai) di wilayah
merupakan bagian hulu atau sumber air dari jaringan sungai sungai di
Mahakam. Hal ini dapat dilihat dengan bentuk sungai yang cenderung
terputus. Pada kawasan sungai yang datar, pengaruh pasang surut air
khususnya bila terjadi hujan lebat di kawasan hulu sungai yang curah
hujannya tinggi karena berupa wilayah pegunungan. Air yang datang dari
cekungan tersebut. Lebih hebat lagi banjirnya bila pada bagian hilir sungai
terjadi pasang air laut yang relatif tinggi. (pasang purnama). Selain itu,
6. Penutupan Lahan
terlihat pada Gambar 3.10., secara umum masih berwarna hijau, yaitu
maupun hutan lindung ini kurang lebih berkisar 5.700.000 hektar dengan
kawasan hutan ± 15.000 000 hektar, yaitu berupa kawasan hutan yang
hektar yang sebagian besarmangrove ini telah hilang dan telah berubah
primer yang belum terjamah. Di bagian Timur ini yang juga merupakan
Pola penutupan lahan menurut hasil analisis citra satelit pada tahun
2004 di wilayah Provinsi Kalimantan Timur (Laporan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2008 – 2027) disajikan pada
Tabel 3.10.
1. Kependudukan
kenaikan yang cukup berarti. Jumlah penduduk pada tahun 2003 sebesar
% Penduduk
No. Kab./Kota 2003 2004 2005 2006 2007
Tahun 2007
1. Kutai Barat 143.664 147.468 153.688 155.787 157.847 11,5
2. Kutai
Kartanegara 480.499 485.375 498.590 508.664 518.722 37,9
3. Kutai Timur 81.775 84.161 88.425 90.880 93.363 6,8
4. Malinau 2.594 2.625 2.796 2.953 3.117 0,2
5. Samarinda 561.471 567.997 583.786 590.519 597.075 43,6
JUMLAH 1.270.003 1.287.626 1.327.285 1.348.802 1.370.124 100,0
Sumber: Kalimantan Timur Dalam Angka Tahun 2008
III – 26
1,02–5,57 persen.
Kalimantan Timur juga tidak merata. Pada tahun 2007 porsi terbesar
Kalimantan Timur juga tidak merata. Pada tahun 2007 porsi terbesar
persen dari wilayah Kalimantan Timur dihuni oleh sekitar 53,73 persen
sekitar 46,27 persen menetap di daerah kota dengan luas 1,13 persen
Timur masih lebih banyak dibanding perempuan. Ini terlihat dari rasio jenis
Jumlah dan posisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring
angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja. Selama kurun waktu 2005-
berfluktuasi pada kurun waktu yang sama. Tahun 2005 TPAK laki-laki
sebesar 85,50 persen dan 2006 naik menjadi 87,38 persen, dan tahun
6 tahun dan 9 tahun, Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), dan
2. Pertanian
sebelumnya. Secara riil luas panen padi naik dari 150.549 ha pada tahun
2006 menjadi 155.484 ha di tahun 2007 atau naik sebesar 3,28 persen.
Hasil per hektarnya lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu dari 35,95
persen disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 6,07 persen dan
hasil per hektarnya juga meningkat dari tahun 2006 yang sebesar 44,51
kw menjadi 44,91 kw. Sementara itu pada padi bukan lahan sawah, hasil
per hektar mengalami kenaikan walaupun pada luas panen dan produksi
produksi padi yang dicapai sebesar 189.541 ton dalam tahun 2007, ini
Kabupaten Kutai Kartanegara. Hal ini terlihat baik pada jenis padi lahan
sawah maupun bukan lahan sawah dengan produksi dari total masing
ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Selama periode 2003-
peningkatan luas panen, kecuali kedelai dari luas panen sebesar 2.152 ha
tahun 2006 menjadi 1.521 ha pada tahun 2007, dan jagung dari 6.051 ha
tahun 2007.
III – 31
Tabel 3.13. Luas Panen, Hasil per Hektar dan Produksi Padi (Sawah dan
Ladang) pada Wilayah Kabupaten/Kota di DAS Mahakam
2.2. Perkebunan
Timur antara lain: karet, kelapa, kopi, lada, cengkeh, coklat, kelapa sawit
ton. Porsi terbesar baik untuk luas tanaman maupun produksi ditunjukkan
oleh tanaman kelapa sawit yang produksinya mencapai 2.041.133 ton dari
masing sebesar 33.796,50 ton dan 47.225,00 ton dari luas tanaman
sawit sebesar 205.949 ton dari luas tanaman 14.104 ha. Pada tahun
luasnya dari tahun ke tahun pada setiap jenis usaha perkebunan, hal ini
terlihat pada laju pertumbuhan tahun 2007 cukup tinggi yaitu 156.045 ha
Kabupaten/
Karet Kelapa Kopi Lada Cengkeh Kakao Klp Sawit Lain-lain
Kota
1. Kutai Barat 31.422,00 1.332,00 1.287,50 86,00 - 441,00 5.471,00 2.352,00
2. Kutai
18.415,00 11.835,50 3.840,00 10.137,50 124,50 2.159,50 60.859,00 2.306,50
Kartanegara
3. Kutai Timur 613,00 2.084,50 484,50 320,00 2,00 8.660,50 93.983,50 796,50
4. Malinau 50,00 404,00 1.470,00 121,00 34,00 3.475,00 - 133,50
5. Samarinda 802,50 965,50 378,50 241,00 9,50 1.004,50 331,50 532,00
Jumlah 51.302,50 16.621,50 7.460,50 10.905,50 170,0015.740,50 160.645,00 6.120,50
Sumber: Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2008
III – 33
Kabupaten/
Karet Kelapa Kopi Lada Cengkeh Kakao Klp Sawit Lain-lain
Kota
1. Kutai Barat 29.561,00 235,00 68,00 1,0 - 8,50 6.543,00 298,00
2. Kutai
6.127,00 4.759,50 1.630,00 7.457,00 6,50 411,00 256.855,00 579,00
Kartanegara
3. Kutai Timur 196,00 2.572,00 204,00 128,00 - 3.134,00 288.929,50 182,00
4. Malinau - 216,50 613,00 17,50 8,00 688,00 - 33,00
5. Samarinda 421,00 504,50 45,00 44,50 - 115,00 - 11,00
Jumlah 36.305,00 8.287,50 2.560,00 7.648,00 14,50 4.356,50 552.327,50 1.103,00
Sumber: Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2008
2.3 Kehutanan
10.842.293 hektar yang terbagi menjadi 6 (enam) fungsi hutan yaitu hutan
lindung, hutan suaka alam dan wisata, hutan produksi terbatas, hutan
adalah hutan produksi tetap dan hutan produksi yang dapat dikonversi
dengan luas areal hutan mencapai 3.064.559 ha atau 28 persen dari luas
hutan Kaltim.
dengan program HPH dan HTI juga program Reboisasi dan Rehabilitasi
luas HPH 6.482.603 ha, sedangkan luas Hutan Tanaman Industri (HTI)
III – 34
seluas 4.634 ha, kegiatan Hutan Tanaman Industri seluas 340.253 ha,
2006 mencapai 1.043.619,61 m3, kayu olahan lain yang juga dihasilkan
Tabel 3.16. Luas Hutan Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan pada
Wilayah Kabupaten/Kota di DAS Mahakam (Ha)
Hutan
Hutan Hutan Hutan Hutan Tetap Hutan
Kabupaten/ Hutan Produksi
Suaka Alam Produksi Produksi (3)+(4+(5) Pendidikan/
Kota Lindung yang Dapat
& Wisata Terbatas Tetap Penelitian
Dikonversi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Kutai Barat 745.551,41 5.500 587.644,98 643.578 1.236.722,98 892.125,22 -
2. Kutai
213.959 11.621 507.614 781.762 1.300.997,00 1.073.009 781.762
Kartanegara
3. Kutai Timur 454.708 54.710 1.090.893 969.952 2.115.555,00 1.043.716 -
4. Malinau 708.647 1.360.500 1.624.356 447.910 3.432.766,00 269.813 -
5. Samarinda - - - 386 386,00 62.075 -
Sumber: Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2008
Tabel 3.17. Jumlah Perusahaan, Luas HPH dan HTI pada Wilayah
Kabupaten/Kota di DAS Mahakam
2.4. Perikanan
Potensi perairan laut 98 ribu km2 dan perairan umum 2,28 juta Ha
perikanan rata-rata 350 tibu ton per tahun. Potensi perikanan terutama
Balikpapan, Tarakan dan Bontang dengan total luas wilayah 2000 hektar.
Perikanan Darat
Kabupaten/ Perikanan
Perairan Karamba Budidaya Jumlah
Kota Laut Tambak Kolam
Umum Pantai/ Laut
1. Kutai Barat - 8.110 - 373 1.858 - 10.341
2. Kutai
8.451 11.963 2.875 230 11.336 - 34.855
Kartanegara
3. Kutai Timur 4.102 1.282 549 97 110 80 6.220
4. Malinau - 352 - 69 108 - 529
5. Samarinda 764 226 - 83 17 - 1.090
Jumlah 13.317 13.823 3.424 479 11.571 80 42.694
Sumber: Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2008
III – 36
Perikanan Darat
Kabupaten/ Perikanan
Perairan Karamba Budidaya Jumlah
Kota Laut Tambak Kolam
Umum Pantai/ Laut
1. Kutai Barat - 895,1 - 53,6 227,9 - 1.176,6
2. Kutai
23.173,9 23.856,7 8.804,1 152,2 16.291,2 - 72.278,1
Kartanegara
3. Kutai Timur 3.200,9 851,8 4.735,0 4.457,0 3.278,0 18.254,0 34.776,7
4. Malinau - 18,3 - 26,3 1,1 - 45,7
5. Samarinda 13.594,6 3.988,4 - 4,9 4,3 - 17.592,2
Jumlah 39.969,40 28.715,20 13.539,10 4.640,40 19.574,60 18.254,00 124.692,70
3. Industri
dan industri kecil tersedia setiap tahun, sedangkan data mengenai industri
berkisar Rp. 1,23 trilyun. Dilihat dari jumlah perusahaan dan penyerapan
tenaga kerja, tahun 2005 menurun dibanding tahun 2004, akan tetapi
bangan migas dan non-migas. Dari kegiatan tersebut, minyak bumi dan
16,78 ton, tahun 2003 turun menjadi 14,40 ton, tahun 2004 turun kembali
menjadi 10,02 ton dan terendah 0,31 ton terjadi pada tahun 2007.
dari 10,84 ton pada 2002 turun menjadi sebesar 10,66 ton pada tahun
2003, dan pada 2004 turun lagi menjadi sebesar 9,03 ton. Di tahun 2007,
dari 15,38 juta barrel menjadi 13,14 juta barrel. Sedangkan produksi
minyak tanah juga mengalami penurunan dari 14,93 juta barrel menjadi
Produksi Minyak Bumi dan Gas Bumi pada tahun 2007 mengalami
MMSCF.
III – 38
dipastikan banyak dunia usaha, rumah tangga maupun sektor yang lain
4. Pertambangan Batubara
Kutai Kartanegara tercatat 687 izin KP, Kabupaten Kutai Barat tercatat
123 izin KP (kurun waktu tahun 2007 – 2009), dan di Kota Samarinda
5. Perekonomian Wilayah
sebesar 1,23 persen dengan migas dan non migas sebesar 9,56 persen.
dengan migas dan non migas 12,62 persen, maka pada tahun 2007, laju
sebelumnya.
persen menjadi 14,94 persen dan sektor Jasa-jasa dari sebesar 3,99
(5,63 persen).
III – 40
Struktur PDRB non migas didominasi oleh lima sektor yaitu sektor
(8,38 persen).
non migas naik 11,46 persen yaitu dari 10.289.313 menjadi 11.468.786 di
tahun 2007.
rupiah disusul Kota Bontang dengan nilai 52,8 triliun rupiah dan Kota
6. Kelembagaan
Dari sebanyak 1.410 desa definitif terdapat 403 desa yang masih
berstatus swadaya, 483 desa swakarsa dan 503 desa swasembada. Dari
Kabupaten/ Organisasi
Kota ORMAS LSM OKP Paguyuban Yayasan Profesi Keagamaan ORMAS
Fungsional
1. Kutai Barat 55 30 10 15 - 25 - 4
2. Kutai 63 80 133 34 40 107 56 60
Kartanegara
3. Kutai Timur 80 52 - 20 10 - - -
4. Malinau 82 35 14 8 10 1 16 3
5. Samarinda 50 82 95 53 40 3 1 -
Jumlah 330 279 252 130 100 136 73 67
Sumber: Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2008
III – 43
Tabel 3.25. Banyaknya Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Tenaga Honorer
Daerah pada Wilayah Kabupaten/Kota di DAS Mahakam
A. Identifikasi Masalah
1. Biofisik
Luas lahan kritis pada DAS merupakan kriteria utama dalam penentuan
kesejahteraan masyarakat.
Penyebab lahan kritis di Kaltim adalah akibat dari curah hujan yang
rentan terhadap erosi. Hal tersebut akan sangat meningkat pada saat
lahan dan pembukaan lahan lainnya yang tidak ramah lingkungan dan
kritis di DAS Mahakam seluas 2.974.504 Ha atau 38,5% dari luas DAS
2004). Perluasan lahan kritis ini diduga karena laju perluasan lahan kritis
dan penghijauan).
1.2. Sedimentasi
Mahakam, hal ini terjadi karena antara lain adanya aktivitas pembukaan
terjadinya sedimentasi.
banjir.
sebagai sumber air minum dan air bersih bagi masyarakat yang berada di
tertentu, misalnya pada saat hujan dihulu dan air turun ke Sungai
perusahaan dan limbah industri perkayuan, akan turut larut bersama arus
IV – 4
air yang cukup deras, dengan membawa berbagai partikel yang dapat
tercemar.
adalah akibat dari pembusukan gulma di danau yang pada saat air
hujan/besar ikut larut bersama air menuju ke sungai, hal ini menyebabkan
air danau dan sungai menjadi ”bangar” kurang oksigen, akibatnya ikan-
1.4. Banjir
pemukiman di Kaltim saat ini, bukan hanya di kota Samarinda, tetapi juga
Sungai Mahakam.
curah hujan yang tinggi dan air sungai menjadi meluap, apalagi bila air
sungai sedang pasang naik maka terjadilah arus balik air sungai (back
hutan dengan tidak terarah, pada eksploitasi hutan dan penyiapan lahan
satwa langka. selain itu juga satwa liar/satwa yang dilindungi yaitu Pesut
Sungai Mahakam.
Berbagai bentuk tata guna lahan dalam konsep pengelolaan DAS antara
lain tata guna hutan, peta arahan penggunaan lahan wilayah DAS dan
dan kawasan.
alam dan lahan yang dihadapi Kalimantan Timur saat ini. Diantara
konservasi.
semakin marak di Kaltim ini. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa konflik
yang memadai.
dimana prinsip ini menuntut agar ada distribusi manfaat dan beban secara
Malinau, Kutai Kartanegara dan Kutai Timur, serta 1 (satu) wilayah Kota
banjir, sebaliknya manfaat baiknya seperti ketersedian bahan baku air dari
dan lahan menjadi sasaran utama dari penduduk adalah lahan pertanian.
padat.
tinggi.
lahan kering dalam bentuk perladangan gilir balik ini menyebabkan setiap
tetap maka lahan yang akan dibuka oleh masyarakat semakin luas.
turun, yang pada akhirnya akan berakibat pada pembukaan lahan yang
lebih subur oleh masyarakat pula yang berarti lahan itu berada pada
wilayah hutan.
IV – 12
biologi dan serta orientasi, kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki oleh
petani itu sendiri. Di Kalimantan Timur jelas terlihat bahwa sistem usaha
pertanian pertanian ladang gilir balik merupakan sistem usaha tani yang
lahan tidak boleh dibuka berbagai macam, misalnya bila ada ular atau
yang akan dibuka, maka lahan tersebut tidak boleh dibuka, kalau
lahannya.
Dengan semakin meningkatnya arus migran dari luar Kaltim serta dengan
tanpa melihat DAS sebagai suatu ekosistem yang utuh dari hulu hingga
tanpa adanya koordinasi dengan instansi lain yang memiliki tupoksi yang
masalah DAS tidak fokus terutama disebabkan karena belum adanya SIM
dan advokasi ingkungan dan sumberdaya alam saat ini lebih dominan
namun pada saat proyek tersebut selesai maka aktifitas juga tersendat.
siapa, berbuat apa dan bagaimana para pihak dapat berkoordinasi dan
masalah, yaitu masalah yang terkait dengan hidrologi, tata ruang dan
kelembagaan.
kejadiannya makin sering terjadi, fluktuasi aliran sungai yang makin tajam
wilayah yang tidak terarah oleh kegiatan eksploitasi hutan dan lahan oleh
kriteria yang berbeda selain itu data hasil Monev tidak terdokumentasi
Permasalahan
No. Penyebab Utama
Pokok
1. Lahan Kritis a. Curah hujan relatif tinggi.
b. Kondisi geofisik yang rentan seperti topografi/
kelerengan relatif curam dan jenis tanah relatif
rentan erosi.
c. Pembukaan hutan dan lahan termasuk
perambahan hutan.
d. Kegiatan perladangan yang tidak ramah
lingkungan.
e. Bencana kebakaran hutan dan lahan.
2. Sedimentasi a. Aliran permukaan, erosi, dan longsor.
b. Aktivitas eksploitasi hutan, penyiapan lahan HTI
dan perkebunan, serta pertambangan.
c. Pembukaan lahan untuk pembangunan
(pemukiman, fasilitas industri)
d. Pembuangan limbah sampah rumah tangga ke
sungai.
3. Kualitas air a. Aktivitas pertambangan (keasaman air,
(sungai/danau) pencucian dan pengendapan)
b. Aktivitas perkebunan (pestisida, herbisida dan
pupuk).
c. Limbah eksploitasi hutan (pembusukan sisa
penebangan dan limbah workshop).
d. Limbah industri perkayuan.
e. Pembuangan limbah sampah rumah tangga ke
sungai/danau).
f. Air bangar di danau (pembusukan gulma di
danau).
4. Banjir a. Curah hujan tinggi.
b. Perluasan lahan terbuka.
c. Pengurukan daerah/kawasan penyimpan air.
d. Drainase/kapasitas tampung saluran air yang
tidak memadai.
e. Terjadinya arus balik air sungai (back water).
f. Pembuangan sampah rumah tangga ke sungai/
danau).
5. Habitat Pesut a. Frekuensi transportasi air semakin meningkat,
Mahakam Terganggu terutama penggunaan kapal ponton.
b. Terjadinya kecenderungan pendangkalan danau
& sungai.
c. Meningkatnya populasi predator ikan (ikan
Toman, Patin).
d. Pesatnya perkembangan Eceng gondok terutama
di danau.
IV – 18
C. Rumusan Permasalahan
berikut :
1). Bagaimana menekan laju perluasan lahan kritis dan laju sedimentasi,
Mahakam.
pelibatan masyarakat.
V–1
DAS Mahakam seperti yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya serta
mengacu pada hasil rumusan diskusi dari para pihak dalam pengeloaan
Mahakam.
2). Terwujudnya kondisi tata air DAS Mahakam yang optimal meliputi
3). Terwujudnya kondisi lahan yang produktif sesuai daya dukung dan
masyarakat.
kawasan di Kalimantan Timur yang memiliki luas 8,2 juta hektar atau
920 km dengan luasnya 149.227 km2 serta memiliki lebar antara 300-500
meter Sungai ini melewati wilayah kabupaten Kutai Barat bagian hulu
lainnya. Setiap tahunnya tidak kurang dari 350.000 hektar hutan yang
jangka panjang (15 tahun) yang ini dicapai sesuai lingkup waktu rencana
Mahakam;
B. Strategi Pencapaian
dan proyek serta kegiatan untuk kurun waktu 15 tahun. Untuk ini
sebesar-besarnya bagi para pihak yang dalam hal ini adalah sektor
1). Adanya struktur pengelola (lembaga) dan mekanisme kerja yang jelas
hal ini sering disebut “One River, One Plan, One Management”;
Permasalahan yang ada pada saat ini serta arahan program utama
Tabel 5.1. Masalah dan Arahan Program Utama dalam Pengelolaan DAS
Mahakam Secara Terpadu.
Kelompok Program/Kegiatan
No. Pokok Masalah
Masalah Utama yg dapat Dilakukan
1. Lahan Kritis Meluasnya lahan Rehabilitasi dan
kritis akibat aktivitas reklamasi lahan.
manusia dalam Reboisasi dan
memanfaatkan penghijauan.
lahan. Penyuluhan
Adanya bencana kehutanan.
kebakaran hutan
dan lahan.
2. Sedimentasi Terjadinya Pengerukan sungai.
peningkatan laju Pengendalian erosi
sedimentasi. dan sedimentasi.
3. Kualitas air sungai Terjadinya Penyuluhan dan
/danau pencemaran air pendidikan
sungai dan danau. keterampilan.
Pola hidup bersih.
4. Banjir Banjir merugikan Pengerukan dan
masyarakat dan penataan alur
aktivitas sungai.
masyarakat Pembuatan
tergangu. embung dan polder.
5. Degradasi Keberadaan Penyelamatan
Keaneka-ragaman keaneka-ragaman keanekaragaman
Hayati hayati dan satwa hayati dan satwa
liar terganggu liar.
habitatnya Kerjasama dengan
sehingga terancam pihak-pihak terkait.
punah.
6. Degradasi Delta Rusaknya kawasan Pemetaan kawasan
Mahakam delta Mahakam. Delta Mahakam.
Keberadaan hutan Konservasi dan
mangrove semakin rehabilitasi hutan
sedikit dan mangrove.
terganggu.
7. Habitat Pesut Menurunnya Identifikasi serta
Mahakam kualitas habitat pengamatan siklus
Terganggu untuk Pesut hidup Pesut.
Mahakam sehingga Penelitian Populasi
ada kekhawatiran Pesut.
punahnya Pesut.
8. Tata Ruang dan Terjadinya tumpang Pengembalian
penggunaan Lahan tindih/overlapping status
V–6
pemanfaatan kawasan/lahan
ruang/kawasan. sesuai dengan
Penggunaan lahan peraturan
yang tidak sesuai perundangan yang
dengan fungsi berlaku melalui
peruntukannya. instansi yang
berwenang.
Sosialisasi
peraturan
perundangan
terkait.
9. Konflik Terjadinya konflik Manajemen konflik.
pemanfaatan yang bersifat Redistribusi lahan.
Sumberdaya Alam vertikal maupun
(SDA) dan lahan horizontal.
10. Permasalahan Hulu Belum ada kesepa- Koordinasi dan
– Hilir DAS katan antar kerjasama antar
Mahakam pemerintah daerah pemerintah daerah
tentang hulu – hilir kabupaten/kota di
DAS Mahakam. wilayah DAS
Mahakam.
11. Ketergantungan Belum efektifnya Penyuluhan serta
penduduk terhadap peran sektor pendidikan
lahan. pertanian dalam keteram-pilan agar
penyediaan bisa berwiraswasta.
lapangan kerja. Aplikasi
Agroforestry.
12. Pemahaman Masih banyak Penyuluhan dan
Budaya Konservasi anggota pendidikan
yang masih lemah. masyarakat yang konservasi.
belum berperi laku
ramah lingkungan.
13. Kelembagaan Belum optimal dan Pembentukan
efektif lembaga lembaga pengelola
formal yang ada. DAS Mahakam.
14. Pelibatan Masih banyak Pemberdayaan
masyarakat sekitar tenaga kerja lokal masyarakat dan
dalam dunia usaha. tidak dapat penyuluhan.
ditampung dalam
kegiatan industri.
15. Pendanaan Terbatasnya dana Kapasitas building
yang tersedia serta dan penggalian
belum adanya dana dari pihak luar
anggaran dari negeri dan sektor
Pemerintah swasta.
Daerah.
V–7
missinya yaitu :
2). Meningkatkan produksi dan diversifikasi hasil hutan dan daya saing
kehutanan;
kompetesi SDA;
kehutanan.
koordinasi dan sinkronisasi dari berbagai pihak baik itu adalah lembaga
Pada saat ini telah dibentuk pada tingkat propinsi Kalimantan Timur Forum
V–9
lembaga yang bernama Dewan Sumber Daya Air. Secara lebih jelas dapat
1). Optimalisasi fungsi lembaga formal dan lembaga informal yang ada
akan dibentuk;
Management).
dengan wilayah laut seluas 1.021.657 hektar. Dari hasil paduserasi tahun
hutan yang didominasi oleh hutan dipterocarpa, yang saat ini sebagian
Sampai saat ini di Kaltim tidak kurang dari 2,5 juta ha telah
diberikan bagi perkebunan besar kelapa sawit (terdapat tidak kurang 145
perkebunan besar swasta dengan luas 1,8 juta ha memperoleh ijin dari
memiliki Hak Guna Usaha (HGU), dan baru seluas 187 ribu hektar yang
pengusahaan hutan (6,4 juta ha HPH (88 perusahaan) dan 1,7 juta ha HTI
hanya sekitar 141 ribu ha yang panen pada tahun 2005. Dalam berbagai
besar kelapa sawit akan terus ditambah hingga luasan 3,5 s/d 5 juta ha.
kita semua bahwa RTRWP Kaltim dapat disyahkan dalam tahun ini juga
lainnya.
sedang dilakukan kajian revisi RTRWP Kaltim. Selain itu, juga perlu
kegiatan pokok dalam pengelolaan DAS. Hasil dari kegiatan ini akan
dapat memberikan dampak positif pada sistem tata air, produktivitas hutan
dan lahan, dapat menurunkan tingkat laju erosi dan sedimentasi, serta
Suatu hal yang menonjol pada akhir-akhir ini juga maraknya kegiatan
Data statistik tahun 2009 total luas lahan yang termasuk dalam
yang termasuk kategori agak kritis seluas 8.247.907,07 Ha. Total luas
Ha. Untuk kawasan DAS Mahakam yang termasuk dalam kategori kritis
Kabupaten Kukar areal lahan yang termasuk agak kritis meliputi areal
juga dapat memanfaatkan hasil hutan non kayu yang dapat menopang
lestari.
revegetasi.
dan air.
Sejahtera", selain itu juga mencanangkan Kaltim Hijau (Kaltim Green) dan
Mahakam Berau, Balai Wilayah Sungai III Kaltim, BKSDA dll., instansi-
memiliki fungsi dan peran atau TUPOKSI baik formal maupun informal
Beberapa Visi dan Misi serta tugas pokok dari instansi yang terkait
Pemerintah Daerah .
berkualitas.
mempunyai fungsi:
Pemerintah Daerah;
bidang ekonomi;
V – 18
12). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
lingkungan hidup.
bertanggungjawab
wilayahnya.
Kabupaten/Kota;
kualitas lingkungan;
kualitas lingkungan;
dampak lingkungan;
lingkungan
Lingkungan (AMDAL);
lingkungan;
lingkungan;
lingkungan hidup;
fungsi DAS yang optimal melalui optimalisasi fungsi hutan dan lahan untuk
DAS.
sungai
agribisnis di pedesaan.
Tujuan :
daerah/negeri.
kegiatan yang memiliki personil, pendanaan dan fasilitas, dan arti yang
seperti misalnya yang di Pulau Jawa misalnya ada Badan Otorita Sungai
V – 24
Forum Daerah Aliran Sungai Kalimantan Timur (Forum DAS Kaltim) yang
juga organisasi yang bernama Dewan Sumber Daya Air yang merupakan
kerjanya meliputi seluruh Kalimantan Timur. Jadi bila ingin ada lembaga
yang lebih focus dan khusus untuk menangani pengelolaan terpadu pada
V – 25
kelompok kerja antar instansi terkait atau suatu lembaga atau badan.
setempat;
A. Tahapan Pelaksanaan
manajemen, hidrologi, lahan, dan sosial ekonomi. Sampai saat ini belum
tidak dapat dipisahkan dengan liputan wilayahnya. Oleh karena itu, dalam
implementasi kegiatan.
dan berperan aktif karena lembaga ini selain harus mampu untuk
2). Terwujudnya kondisi tata air DAS Mahakam yang optimal meliputi
3). Terwujudnya kondisi lahan yang produktif sesuai daya dukung dan
haruslah dalam bentuk badan usaha yang bersifat corporate yang mampu
VI – 3
wilayah 4 (empat) Kabupaten dan satu Kota, yaitu Kabupaten Kutai Barat,
Selain itu DAS Mahakam dengan wilayah yang luas, tersusun atas banyak
Samarinda.
lembaga pengelolanya, tetapi setelah itu lembaga ini tidak ada geraknya
eksekutif kelembagaan.
dan tekanannya.
pengelolaan DAS.
Indikator Tahun
No. Tahapan Kegiatan Pelaksana
Pencapaian (ovi) Pelaksanaan
1. Penyusunan model Forum DAS Kegiatan diskusi 2010 - 2011
kelembagaan Kaltim, BP DAS
Mahakam-Berau
Bappeda Prov.
2. Penyusunan Forum DAS Kegiatan diskusi 2011
organisasi dan tata Kaltim, BP DAS
kerja di tingkat Mahakam-Berau
Provinsi Bappeda Prov.
3. Penyusunan Forum DAS Kegiatan diskusi 2011
organisasi dan tata Kaltim, BP DAS dan sinkronisasi
kerja di tingkat Mahakam-Berau tata kerja
Kabupaten /Kota Bappeda
Kabupaten/Kota.
4. Koordinasi Forum DAS Kegiatan 2012
Kaltim, BP DAS kunjungan ke
Mahakam-Berau, daerah/lapangan
Bappeda
Kabupaten/Kota.
5. Pembuatan Forum DAS Keputusan 2012
Keputusan Kaltim, BP DAS Gubernur :
Gubernur dan Mahakam-Berau, Susunan
Peraturan Gubernur Biro Hukum, Biro organisasi
Ortal, Bappeda lembaga
Provinsi. pengelola
Peraturan
Gubernur tentang
tata kerja
lembaga
pengelola
6. Pembuatan Forum DAS Keputusan 2012
Keputusan Kaltim, BP DAS Bupati/Walikota
Bupati/Walikota dan Mahakam-Berau, Susunan
Peraturan Biro Hukum, Biro organisasi
Bupati/Walikota Ortal, Bappeda lembaga
Kabupaten/Kota. pengelola
Peraturan
Bupati/Walikota
tentang tata kerja
lembaga
pengelola
VI – 6
konservasi.
B. Organisasi Pelaksana
pengelola DAS Provinsi melakukan analisis dan telaah dari hasil kegiatan
mana yang perlu dilanjutkan dan penentuan prioritasnya. Dari hasil telaah
prasarana, baik itu yang berupa sarana dan prasarana untuk kegiatan
pengelolaan DAS itu sendiri, tetapi juga sarana dan prasarana dalam
VI – 12
Mahakam meliputi wilayah yang sangat luas dengan kondisi yang cukup
Mahakam.
3). Dana lainnya yang dapat digali dari sumber pendanaan internasional,
dan evaluasi yang efektif yang memenuhi tuntutan standar kriteria dan
pencatatan data dan fakta yang dapat digunakan untuk mengukur kriteria
input, hasil kegiatan (output), dampak kegiatan (impact and outcome) dan
program kegiatan melalui proses analisis data dan fakta dari hasil
yang telah ditetapkan. Kriteria dan standar pengelolaan DAS terdiri dari
tertentu.
agar relevan dengan prinsip dan tujuan pengelolaan DAS terpadu dimana
air yang optimal, lahan yang produktif sesuai daya dukungnya (carrying
secara garis besar dan kualitatif meliputi kriteria pokok penggunaan lahan,
Tabel 7.1. Kriteria yang digunakan dan dianggap relevan untuk menentukan tercapainya pengelolaan DAS yang
berkelanjutan pada masing-masing komponen pengelolaan DAS
Aktivitas Kriteria
Ekosistem Kelembagaan Teknologi Dana
Perencanaan
Menggunakan Melibatkan partisipasi aktif para Memanfaatkan Pendanaan
pendekatan ekosistem pihak yang berkepentingan dari hulu teknologi dapat
dari hulu sampai hilir sampai hilir (lintas sektor dan lintas pengumpulan dan bersumber dari
Memadukan rencana wilayah administrasi pemerintahan). pengolahan data dan pemerintah,
pemanfaatan/pengguna Memuat kejelasan wewenang (siapa informasi yang tepat pemerintah
an, konservasi, berbuat apa). guna dan daerah dan non
rehabilitasi, restorasi Rencana yang disusun disyahkan berhasilguna (GIS, pemerintah.
dan reklamasi sumber oleh pejabat yang berwenang remote sensing, Pendanaan
daya hutan, lahan dan sehingga mempunyai kekuatan Modelling, dll) dikelola secara
air. hukum yang jelas. Mempertimbangkan transparan dan
Mempertimbangkan Didukung oleh sumberdaya manusia kearifan lokal dan akuntabel.
kondisi biofisik, sosial yang mempunyai kompetensi dan rencana harus
ekonomi dan kapabilitas yang memadai. bersifat adaptif
kelembagaan secara terhadap perubahan
komprehensif. yang terjadi.
Pembinaan
sumberdaya manusia
oleh pihak yang
berwenang.
VII – 5
Pengorganisasian
Mencakup Koordinasi, Pembentukan lembaga koordinasi Membangun sistem Pendanaan
Integrasi, Sinkronisasi PDAS pada berbagai tingkat (misal kerja antar para pihak dapat
dan Sinergi (KISS) Forum PDAS) yang anggotanya dari yang memungkinkan bersumber dari
berbagai sektor yang perwakilan para pihak KISS bisa berjalan pemerintah,
terlibat dalam berkepentingan. optimal dan efektif . pemerintah
pengelolaan Terdapat kejelasan hubungan tata Memanfaatkan daerah dan non
sumberdaya alam di kerja (fungsi dan peran para pihak teknologi tepat guna pemerintah.
DAS dari hulu sampai dalam lembaga koordinasi untuk KISS pada
hilir. pengelolaan DAS). setiap tahapan Identifikasi
Melibatkan berbagai Harus ada komitmen dan loyalitas penyelenggaraan potensi
disiplin ilmu/kepakaran dari para anggota untuk pengelolaan DAS penerapan cost
baik dari biofisik, sosial melaksanakan kesepakatan- sharing dengan
ekonomi maupun kesepakatan. menerapkan
budaya. beneficiaries –
and polluters-
pay principles.
Dana harus
dikelola secara
transparan dan
akuntabel.
Penertiban Dilakukan agar Setiap instansi/para pihak berfungsi Menggunakan teknik- Pemerintah wajib
pelaksanaan dan berperan sesuai ketentuan yang teknik penelitian, menyediakan
pemanfaatan/penggunaa ada. penyelidikan, dana untuk
n sumberdaya alam tidak Lembaga koordinasi/forum DAS pemeriksaan dan pengendalian
menyalahi ketentuan dan membantu instansi pemerintah dalam penyidikan yang tepat PDAS secara
tidak menimbulkan pengendalian PDAS terpadu. dan akurat. berkesinambung
kerusakan ekosistem Dilakukan penertiban terhadap an.
DAS. penyimpangan secara adil. Dikelola secara
transparan dan
akuntabel
VII – 8
Kriteria dan standar kinerja DAS perlu ditentukan untuk mengetahui status
agar relevan dengan prinsip dan tujuan pengelolaan DAS terpadu dimana
air yang optimal, lahan yang produktif sesuai daya dukungnya (carrying
secara garis besar dan kualitatif meliputi kriteria pokok penggunaan lahan,
fluktuasi debit maksimum dan debit minimum akan semakin besar, yang
wilayah (RTRW) dan/atau zona kelas kemampuan lahan yang ada di DAS.
semakin tidak sehat karena lahan yang diusahakan tidak sesuai dengan
besarnya erosi aktual (ton/ha/tahun) terhadap nilai batas erosi yang bisa
maka semakin jelek kinerja DAS tersebut dan sebaliknya semakin kecil
indeks erosi di suatu DAS, maka kinerja DAS tersebut semakin sehat.
Erosi yang lebih tinggi dari yang ditoleransi (nilai indeks erosi > 1) akan
VII – 10
tampungnya.
dengan faktor praktek konservasi tanah dan air. Variasi nilai pengelolaan
lahan berkisar antara 0-1. Nilai pengelolaan lahan yang semakin kecil di
dalam DAS, maka kinerja DAS semakin baik dan sebaliknya semakin
besar nilai pengelolaan lahan di suatu DAS, maka kinerja DAS tersebut
semakin tidak sehat karena infiltrasi air ke dalam tanah menurun, tetapi
koefisien regim sungai dalam suatu DAS, maka semakin baik kinerja tata
air dalam suatu DAS yang mengalir dalam suatu aliran sungai.
Sebaliknya, semakin besar nilai koefisien regim sungai dalam suatu DAS,
maka semakin jelek kinerja tata air dalam suatu DAS yang dicirikan
Banjir adalah debit aliran sungai yang secara relatif lebih besar dari
biasanya akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat tertentu
secara terus menerus, sehingga air limpasan tidak dapat ditampung oleh
alur/palung sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi
daerah sekitarnya. Disamping itu juga terdapat banjir bandang yang pada
dasarnya adalah banjir besar yang datang dengan tiba-tiba dan mengalir
banjir yang berasal dari air hujan yang jatuh dan diproses oleh daerah
air hujan yang jatuh diatasnya secara nyata meningkatkan jumlah aliran
indikator indeks penggunaan air adalah semakin kecil (< 1), maka
semakin baik kinerja tata air dalam suatu DAS yang berarti bahwa
kondisi tata air yang jelek dalam suatu DAS karena air di DAS tersebut
terjadi kekeringan dalam suatu DAS, maka semakin buruk kinerja DAS
tersebut.
jumlah curah hujan yang jatuh di suatu DAS berubah menjadi aliran
aliran sungai adalah semakin kecil nilai koefisien tersebut, maka semakin
baik kinerja suatu DAS. Sebaliknya semakin besar nilai koefisien limpasan
maka semakin jelek kinerja suatu DAS. Nilai koefisien limpasan yang
yang tertutup oleh lapisan kedap air seperti beton, aspal dan bangunan
terangkut (kadar lumpur) dalam aliran air sungai yang berasal dari proses
dilihat dari besarnya kadar lumpur (kekeruhan) air sungai, atau banyaknya
endapan sedimen pada badan-badan air dan atau waduk. Makin tinggi
kadar sedimen yang terbawa oleh aliran berarti kondisi DAS makin tidak
sehat, demikian sebaliknya makin kecil kadar sedimen yang terbawa oleh
Indikator lain dalam kriteria tata air adalah tingkat pencemaran air
DAS yang dievaluasi dengan melihat parameter kualitas air atau mutu air
dari suatu badan air atau aliran air di sungai. Kondisi kualitas air
limbah pertanian, dan lain-lain. Kualitas air dapat dilihat dari kondisi
kualitas air limpasan, air sungai, dan/atau air sumur. Kondisi DAS tidak
sehat jika nilai unsur-unsur fisika, kimia, dan biologi yang ada dalam tubuh
air telah melebihi nilai ambang batas standar untuk penggunaan tertentu.
VII – 14
ekonomi dengan sumber daya alam (tanah, air dan vegetasi) baik
atau tidaknya kegiatan positif konservasi tanah dan air secara mandiri
air lebih tinggi. Sebaliknya kondisi DAS diperkirakan sangat tidak sehat
apabila tidak ada individu yang hidup dalam suatu komunitas masyarakat
jumlah kepala keluarga petani. Makin besar jumlah penduduk makin besar
keluarga petani dalam suatu DAS, maka semakin besar potensi kerusakan
dan hutan semakin terancam. Sebaliknya jika terdapat cukup luas lahan
pendapatan yang berasal dari usaha lahan, maka lahan akan semakin
penduduk terhadap lahan akan semakin kecil dan diharapkan DAS lebih
sehat.
tani dan hasil dari non-usaha tani. Dengan asumsi hasil usaha pertanian
kondisi DAS diasumsikan lebih baik dari DAS yang rata-rata pendapatan
termasuk lembaga lokal yang ada di DAS. Jika lembaga lokal berperan
dalam pelestarian sumberdaya alam di DAS, maka kinerja DAS bisa baik
lebih sehat, sebaliknya jika konflik antar lembaga yang ada relatif banyak,
menganalisis perubahan jumlah unit usaha KUB terutama unit usaha yang
alam. Apabila unit usaha KUB bertambah maka diasumsikan kondisi DAS
Mahakam secara umum antara lain meliputi kriteria dan indikator sebagai
berikut:
Pengelolaan Lahan;
2). Kriteria Tata Air DAS meliputi indikator-indikator Debit Air Sungai,
utama DAS Mahakam manakala tidak bisa diukur dan dianalisis dengan
dan fungsi monitoring dan evaluasi DAS seperti BPDAS, Bapedalda, Balai
Kegiatan pengawasan dan penertiban harus terkait langsung dengan hak dan
pengelolaan DAS.
VIII. REKOMENDASI
pengendaliannya.
VIII – 2
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005. Laporan Antara Penyusunan Data Base Spasial DPS Telake
dan Aplikasi SISDA Kabupaten Pasir. Kerjasama antara Proyek
Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai, Dinas PU dan Kimpraswil
Prop. KalTim dengan PT Hilmy Anugerah, Samarinda.
BP–DAS Mahakam Berau, 2004. Data Lahan Kritis Menurut DAS dan Sub DAS
di Provinsi Kalimantan Timur.
Hardwinarto, S., 2006. Pengaruh Luasan Penutupan Lahan dan Lahan Kritis
terhadap Kondisi Hidroorologis pada 26 DAS di Kalimantan Timur.
Journal “Frontir ” Univ. Mulawarman, Samarinda, Des. 2006.
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Timur skala
1 : 250.000, 1999.
Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, 1991. Badan Koordinasi Survey
dan Pemetaan Nasional.
Schmidt, F.H. and J.H.A. Ferguson, 1951. Rainfall types based on wet and dry
period ratios for Indonesia with Western New Guinea. Kementerian
perhubungan, Djawatan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.
TNC, 2002. Folio Text for Maps and Figures Ilustrating East Kalimantan
Terrestrial Ecoregional Planning Process. The Nature Conservancy,
Samarinda.