HIKAYAT SI KANTAN
Tokoh:
Narator: Ibu Utsman
Kantan kecil : Dhaffasyah
Kantan dewasa: Papa Dhaffasyah
Ibu Kantan Umak Windi
IstriKantan —: Mama Dhaffasyah
Warga Desa 1 : Mama Nayla
Warga Desa 2 : Ummu Ajwa
Warga Desa 3 : Mama Alea
Warga Desa 4 : Mama Arkhan
Warga Desa 5 : Mama Dzakki
Narator
Di pulau Belitung, mengalir sebuah sungai besar yang dinamakan Sungai Cerucuk.
Di muara sungai ini ade pulau kecil yang berbentuk seperti kapal. Pulau yang berada
di tengah deras aliran sungai ini dipercaya oleh penduduk setempat sebagai jelmaan
kapal seseorang yang bemama Kantan. Menurut hikayat, si Kantan ini adalah
seorang anak yang durhaka kepada ibunya. Bagaimana kisahnya?
Musik: Lagu si Kantan (fade in)
Di sekitar Cerucuk ke Hulu
Pulau Kapal mengekang sungai
Dalam Riwayat zaman dahulu
Hidup pemuda burok perangai
Si Kantan nama anak durhaka (musik mulai fade out)
Kaya raya bertimbun harta..
Narator
Dahulu kala di kelekak Cerucuk, sebuah kampung kecil di tepi Sungai Cerucuk,
tinggallah seorang anak yatim bemama Kantan bersama ibunya. Kehidupan mereka
sangatlah kekurangan. Mereka hidup dari hasil hutan dan tangkapan sungai. Sejak
kecil, Kantan sudah terbiasa membantu Ibunya bekerja mencari kayu dan
memancing.Adegan 1
Kantan kecil dan ibunya berjalan sambil membawa kayu bakar
dan ambong. Kemudian duduk di batang kayu untuk melepas
lelah
Kantan kecil: Lapar mak, ikam ade ke mawak pemakan?
Umak Kantan: Umak ade mawak pisang rebus, Jang. Makan lah dulu. Ade bua
keremunting juak ne nak ke? (mengipas wajah kepanasan;
Kantan kecil:_ Aok lah Mak, kini mun la de ruma’ kite mancing bebulus mak ye.
Umak Kantan: Ye /a Jang, kini tulongek Umak ye (memberi Kantan wadah/pisang)
Penyanyi : Kayu Kayan/ Bua Utan
Adegan 2
Kantan kecil dan ibunya berjalan keluar panggung saat lagu
akan berakhir
Narator
Tak terasa waktu berlalu, atas kerja keras ibunya menghidupi anak sewata
wayangnya ini seorang diri, si Kantan pun tumbuh menjadi dewasa. Kantan tak
hanya gagah rupawan, ia juga tumbuh menjadi pemuda yang cerdas dan santun.
Kantan yang telah dewasa, ingin sekali mengubah nasib untuk membahagiakan
ibunya. la ingin merantau ke negesi seberang. la punya impian menjadi orang kaya
agar tidak terus-terusan hidup serba kekurangan. Suatu hari, Kantan menyampaikan
maksud merantau kepada ibunya.
Adegan 3
Kantan dewasa dan ibunya duduk di balai-balai. Kantan memijit
pundak ibunya.
Kantan: Mak, aku ne rase nak ngerantau Mak, nak ngubah nasib. Kiape menurut
ikam?
Umak Kantan: Ape Jang, kau nak ngerantau? Umak kan sape kini Jang, aii. Umak
ne ndak gik ade urang lain selain kau nak. Kan kiape lah Umak mun ndak ade kau...
Tinggal surang Umak nak.. (terkejut dan sedih,
Kantan :_Kantan nak nqubah nasib kite Mak. Ndak kan lah kite macam ini terus. Aku
nak e Umak idup nyaman dan bahagie. ljinek Kantan Mak ye, Kantan nak berusahe
benar agar kite hidup nyaman. Duekan Kantan Mak ye kelak Kantan balik
ngambelek Umak. (berdiri menghadap penonton kemudian duduk bersimpuh depanibun)
Umak Kantan: (wajah sedih) Pegilah Jang mun itu yang kau nak e. Umak izinek, Usa
Jupa kan Umak Jana ye, Umak tungqu kau ngambelek Umak mun kau la berhasel
kelak.
Narator
Maka pergilah si Kantan merantau setelah mendapat restu Ibunya. Berat hati Ibu
Kantan melepas anak semata wayangnya ini karena Ibu Kantan akan tinggal
sebatang kara di desanya. Kantan pun sebenarnya sayang dan tidak tega
meninggalkan Ibunya, tapi tekad dan niatnya mengubah nasib menjadi orang kaya
sungguh besar.
Adegan 4
Kantan pergi naik kapal
Narator
Tahun berganti tahun, karena Kantan adalah pemuda yang gigih dan pekerja keras,
ia pun berhasil menjadi pedagang yang sukses di tempat rantau. Selain itu, Kantan
juga berhasil memperistri seorang gadis cantik jelita dari keluarga terpandang di
sana. Bertahun-tahun merantau membuat Kantan tak pernah mengenalkan istrinya
pada ibu dan tanah kelahirannya. Tidak sekali-dua kali istri Kantan merajuk
meminta diajak balik kampung. Tak sekali dua kali juga Kantan merase rindu ibu
dan kampung halamannya. Namun impiannya untuk menjadi orang yang kaya raya
membuatnya hanya bekerja keras memperbesar perniagaannya dari hari ke hari.
Adegan 5
Kantan dan istrinya masuk.
Istri Kantan : Kanda, sebile lah Kanda ne nak ngajak Dinda balik kampong? Lejuk
koh.. Kanda ne ndak sayang kan Dinda rupee
Kantan: Kini lah baru, amun Kanda la ndak banyak agik qawe. Ini ikan agik nak
mukak cabang baru. Mual kini Kanda ajak balik kampong, Dinda kan lum isak ke
Kampong Kanda.
Istri Kantan ; Kanda ndak sindu ke kun mak mertue Dinda? La bertahun-tahun
Kanda ndak isak balik ninggok belau.. Kiape lah kabar belau de sanak?
Kantan :_(nanar menatap kearah lain tidak meniawab:
Dinda, kite istirahat dulu lah ke dalam, Kepek Kanda, nak baring rase e.
(Kantan merangkul istrinya masuk ke dalam mengalinkan pembicaraan)
Penyanyi : UmakNarator
Suatu hari tidak pues dengan sukses di satu negeri, Kantan merasa ingin
membesarkan perniagaannya ke negeri lain. Kantan pun menyampaikan maksud
tujuannya kepada istrinya untuk menemaninya berdagang di negeri lain.
Adegan 6
Kantan dan istrinya masuk.
Kantan : Dinda, Kanda nak ngelibarek usahe ke negeri seberang. Nak ke Dinda
ngawanek Kanda? Mungkin akan lama kite ne berlayar.
Istri Kantan: Mual be Dinda bersedia Kanda. Kemana pun Kanda pergi, di situlah
Dinda ade. Sape tau kini bisa singgah kampong halaman Kanda, la lejuk benar
Dinda nak ngeliat kampong halaman Kanda,
Kantan :_Ye /a amun kitu bersiaplah. Bekemas lah, suruh dayang-dayang nyiapek e,
mereka ikut kite dalam pelayaran ini, Dinda bawak juak ye semue barang dan
perhiasan Dinda.
Istri Kantan: Baik Kanda dengan senang hati. Dinda ke dalam dulu.
Narator
Di hari yang sudah ditentukan, berangkatlah Kantan dan rombongannya untuk
bemiaga di neger lain. Kantan membawa serta puluhan dayang dan pembantunya
dalam peifalenan ini. Mereka berlayar dengan kapal yang besar dan megah
membawa aneka barang, harta benda bahkan hewan ternak dan peliharaan.
Adegan 7
Kantan dan istrinya naik kapal didorong masuk.
Narator
Ketika melewati muara Sungai Cerucuk, Kantan merapatkan kapalnya ke daratan
demi menuruti keinginan istrinya singgah menengok kampong halamannya. Kantan
menyiapkan banyak sekoci untuk naik ke daratan. Pembantu dan para dayangnya
pun disuruhnya turun terlebih dahulu menyiapkan keperluan untuk singgah
bermalam.
Penari: Tarian Sekapur
Narator
‘Melihat keramaian di muara Sungai Cerucuk, banyak warga desa yang berduyun-
duyun datang melihat, kapal siapa gerangan yang merapat di desanya. Begitumegah dan mewah mengundang decak kagum.
Adegan 8
Warga bergerombol melihat kapal si Kantan
Warga desa 1: Ramai amat ken de muara to. Kapal sape ye itu?
Warga desa 2: Mak aii, lagak benar kapalnye..
Warga desa 3: Urang ejuak lagak, itu to ko liat, lagak segile.. Intan emas €
berkilavan..
Warga desa 5: Maakk renyek juak koh ngeliatnye.. lagak amat yee.. mudah2an see,
anak aku ne rejeki e bagus macam urang itu ye. (ngusap perut)
Warga desa 4: Yang Yang, ukan si Kantan ke itu? Mikak liat lah nok berdiri de
anjungan to, macam si Kantan.
Warga desa 1 dan 2: Bee. ive juak yee. macam Kantan ketingokane/ Ndak bulak
Jaa.itu Kantan
Warga desa 4 :_Gilak cepat berik tau Umak Kantan Yang, sebut anaknye la balik.
Cepat ke sanak (mencolek warga no 3)
Adegan 9
Warga desa no 3 berlari ke rumah Kantan menemui Ibu Kantan
Warga desa no 3: Makk.. Umak Kantaann., Makk.. (berteriak memanggil
Ibu Kantan: Ape Yang? (berjalan tertatih-tatin menghampiri)
Warga desa no 3: Ade kapal gede merapat di muara Cerucuk Mak. Kamek liat
macam si Kantan, anak ikam. Gedeeee mak kapal e. Yuk be aku kawanek ikam ke
sanak,
Ibu Kantan: Ye ken? Sebenar si Kantan anakku? Akhimyee anakku balik juak
(bejjalan tertatih-tatih digandeng warga desa,
Narator
Ibu Si Kantan mendatangi muara Sungai Cerucuk tempat kapal anaknya berlabuh.
Dari kejauhan terlihat tiang kapal dan anjungannya yang megah. Dada ibu Kantan
dipenuhi perasaan Bahagia yang membuncah. Rasa rindu dan syukur memenuhi hati
ibu Kantan demi melihat anak sewata wayangnya yang lama merantau tanpa
kabar. Sementara itu, si Kantan dan istrinya sedang naik ke daratan ketika bertemu
ibunya di tepi muara tersebut.
Adegan 10
Kantan, Istri Kantan, Ibu Kantan, warga desa bertemu.
Warga desa no 3: Mak.. benar kan uji aku, itu Kantan Mak. (berbisik ke ibu Kantan)
Ibu Kantan: Kantan? Kantan anakku., Ini umak Jang, akhimya kau balik juak nak
(bezalan tertatih-tath menghampir
Kantan : Sape ikam ne Nek? Umak aku la ndak gik ade. Sape ikam ngakuk ngakuk
jadi Umak aku? Sementang aku la kave, ikam senyaman-nvaman naakuk ngakuk.
‘Ngade ngade ikam Nek. (suara bagas menghardik sambil berkacak pinggang)Ibu Kantan: /ni Umak nak, Umak kau nok kau tinggalek merantau duluk (mengelus
dada dan menahan tangis)
Istri Kantan: Kanda, tengok lah dulu benar-benar. Sape tau memang beliau adalah
Umak Mertue Dinda. Kanda Ja bertahun-tahun ndak balik kampong, mungkin Kanda
Ja lupa wajah Ibunda Kanda. (berjalan menghampiri Ibu Kantan,
Kantan: Ngade-ngade kau. Ndak kan ade aku ndak kenal muke Umak aku. Aku
ngajak kau ke sinek ukan idang nasehatek aku. Sana kau balik ke kapal! (suara
bagas menghardik sambil berkacak pinggang)
Narator
Melihat anaknya bertengkar dengan istrinya membuat hati ibu si Kantan makin
hancur. Perasaannya sedi tak terkira, hatinya sakit tak terperi mendapat perlakuan
buruk dari anak semata wayangnya di depan penduduk desa dan seluruh dayang
dan pembantu si Kantan.
Adegan 10
Ibu Kantan: Auk Ja mun kitu se Tan aif. Mun kav ndak nak ngakuiek Umak. Umak
nok hine dine ini balik sajak. Kitu rupenye kau ngembalasan urang nok ngelahirkan
kau, nyusuek kau, lalu ngenagedean kau sampai kau pegi beranakat ngerantau.
(berjalan menjauhi Kantan,
Ibu Kantan: Amun benar die anak aku, beriklah die hukuman, sakit ati aku die ndak
nak ngakuiek aku. Amun benar die anak aku, biarlah kapal nok dibanggakan itu jadi
pulau sajak. (menengadahkan tangan ke langit sambil menangis)
Narator
Usai berkata seperti itu, Ibu si Kantan berjalan menjauhi muara Sungai Cerucuk
sambil menangis. Belum sempat ibu Kantan menutup mulutnya, tiba-tiba cuaca
berubeh dengan cepat. Mendung gelap tibattibe datang dan angin menderu dengan
kencang.
Backsound music fade in
Narator
‘Hujan deras dan angin ribut pun bagai ditumpahkan dari langit. Guruh dan guntur
menggelegar memekakkan telinga. Ombak bergulung tinggi menyapu semua yang
ada di muara Sungai Cerucuk. Badai yang terjadi menenggelamkan Kapal si Kantan
beserta semua isinya. Di depan mata Ibunya kapal megah si Kantan perlahantahan
tenggelam tersapu badai. Di balik deru suara badai, sayup-sayup terdengar suara si
Kantan meratap memilukan memanggil manggil Ibunya..
Kantan:Umak.. Umak.. Ampuniek anak ikam ini Mak... (suara meratap fade out)Adegan 10
i Kantan dan dayang-dayang penari posisi tiarap di lantai.
Narator
Setelah badai berlalu, kapal megah si Kantan beserta isinya lenyap ditelan sungai
Cerucuk. Tidek lame setelah kejadian itu, muncullah pulau kecil berbentuk seperti
kapal di tempat karamnya kapal si Kantan tersebut. Menurut hikayat penduduk
sekitar, pulau kecil yang muncul di tengah-tengah alur muara sungai Cerucuk itu
adalah jelmaan dari kapal si Kantan yang durheka kepada ibunya.
Demikian kisah Hikeyat Si Kantan, semoga kita semua dapat menjadi anak yang
berbakti kepada kedua orang tua.
Closing
‘Seluruh tim naik ke panggung dan melakukan penghormatan
Musik pengiring fade in