You are on page 1of 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOMIELITIS

(By: Alfeus M.)

Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi
di tempat lain (mis. tonsilitis, lepuh, gigi terinfeksi, ISPA). Osteomielitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi di tempat dimana terdapat trauma atau resistensi rendah,
kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis.
ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis.
fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis
reumatoid, telah dirawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang,
pernah mengalami pembedahan sendi dan ortopedi sebelumnya serta mengalami infeksi luka
mengeluarkan nanah (pus).

Pencegahan
Pencegahan osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat
menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat
mengontrol erosi tulang. Antibiotika profilaksis diberikan untuk mencapai kadar jaringan
yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan
sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden
infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.

Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas,
dan Escherichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial,
gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan-stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma
atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas
medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di
sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses
tulang.
Pada perjalanannya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
1
terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan
tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat
mengempis dan membaik, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap rentan mengeluarkan
abses kambuhan sepanjang hidup pasien, yang disebut osteomielitis kronik.

Manisfestasi Klinis
Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia (mis. menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat, dan malaise
umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah
infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan
jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri
tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan
nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar
sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

Pemeriksaan Diagnostik
Pada osteomielitis akut, pemeriksaan sinar-x awal hanya menunjukkan pembengkakan
jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang,
pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat
membantu diagnosis definitif awal. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit
dan peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk
menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum, sequestra,
atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi area infeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya
normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan
organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat.

Penatalaksanaan
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per
hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah
dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih
antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika
intravena. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut
menurun akibat terjadinya trombosis. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme
penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak
telah terkontrol, antibotik dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk
meningkatkan absorbsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.

2
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotik, tulang yang terkena
harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi
secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting di kemudian hari.
Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris.
Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi
samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer
tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya
namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan
asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang
dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk meyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan
stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau penyokong eksterna untuk mencegah
terjadinya fraktur.

Proses Keperawatan Pasien Osteomielitis


Pengkajian
Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. nyeri lokal, pembengkakan, eritema,
demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan demam
sedang. Pasien dikaji adanya faktor risiko (mis. lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu menghindar dari
tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan. Pada osteomielitis akut,
pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata,
hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami hipertermi.
Pada osteomielitis kronik, hipertermi mungkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam
hari.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan
keterbatasan beban berat badan
3. Risiko infeksi: pembentukan abses tulang
4. Defisit pengetahuan mengenai program pengobatan

Intervensi Keperawatan
Peredaan Nyeri
Bagian yang terkena harus diimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme
otot. Sendi di atas dan di bawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih

3
dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa
sangat nyeri dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.
Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena harus dipantau. Teknik untuk mengurangi
persepsi nyeri dan analgetik yang diresepkan cukup berguna.

Perbaikan Mobilitas Fisik


Program pengobatan membatasi aktivitas. Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi dan
harus dilindungi dengan alat imobilisasi dan penghindaran stres pada tulang. Pasien harus
memahami rasional pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari
dalam batas fisik tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.

Mengontrol Proses Infeksi


Perawat memantau respons pasien terhadap terapi antibiotika dan melakukan
observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi. Bila diperlukan
pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan adanya peredaran darah yang
memadai (pengisapan luka untuk mencegah penumpukan cairan, peninggian daerah untuk
memperbaiki aliran balik vena, menghindari tekanan pada daerah yang di-graft), untuk
mempertahankan imobilitas yang dibutuhkan, dan untuk memenuhi pembatasan beban berat
badan.
Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein seimbang, vitamin C
dan vitamin D dipilih untuk meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang
penyembuhan.

Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah


Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika intravena,
dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah
termotivasi, dan keluarga harus mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif
terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program terapeutik.
Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Selain itu,
penggantian balutan secara steril dan teknik kompres hangat harus diajarkan. Pendidikan
pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervisi serta dukungan yang memadai
dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di
rumah.
Pasien diminta untuk melakukan observasi dan melaporkan bila terjadi hipertermi,
keluarnya pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.

Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
1. Mengalami peredaan nyeri
a. Melaporkan berkurangnya nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
c. Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
a. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
b. Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat
c. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tidak ada infeksi
a. Memakai antibiotika sesuai resep
4
b. Suhu badan normal
c. Tidak ada pembengkakan
d. Tidak ada pus
e. Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
f. Biakan darah negatif
4. Mematuhi rencana terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Melindungi tulang yang lemah
c. Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d. Melaporkan bila ada masalah segera
e. Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D
f. Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
g. Melaporkan peningkatan kekuatan
h. Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kembuhan nyeri, pembengkakan, atau
gejala lain di tempat tersebut.

You might also like