You are on page 1of 31

MAKALAH HIGIENE INDUSTRI

“Emisi Udara”

Disusun Oleh :
Kelompok 7

Annisa Putri Indah Suci 1911213034


Aulia Erid Angelica 1911213004
Eka Putri Delni 1911212050
Viona Puti Chairunisa 1911213005

Dosen Pengampu :
Novia Wirna Putri, S.K.M., M.P.H.

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya karena telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Higiene Industri dengan
judul “Emisi Udara” tepat pada waktunya.

Semoga makalah yang telah disusun dapat memperkaya ilmu pengetahuan serta
pengalaman kepada para pembaca. Terlepas dari itu, penulis menyadari bahwa makalah ini
tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan dari
para pembaca sekalian demi penyusunan makalah yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Padang, 28 Maret 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Definisi Emisi Udara ................................................................................................... 3
2.2 Dampak Emisi Udara .................................................................................................. 3
2.3 Penyebab Emisi Udara ................................................................................................ 5
2.4 Industrial...................................................................................................................... 6
2.4.1 Industri Besi dan Baja .......................................................................................... 6
2.4.2 Industri Pulp dan Kertas....................................................................................... 7
2.4.3 Industri Semen ..................................................................................................... 9
2.5 Green House Gas Emission....................................................................................... 11
2.5.1 Definisi Gas Rumah Kaca (GRK)...................................................................... 11
2.5.2 Definisi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) ........................................................... 12
2.5.3 Sumber Emisi Gas Rumah Kaca ........................................................................ 12
2.5.4 Inventarisasi Gas Rumah Kaca .......................................................................... 13
2.5.5 Emisi Gas Rumah Kaca Menurut Jenis Sektor di Indonesia ............................. 16
2.5.6 Dampak Gas Rumah Kaca ................................................................................. 16
2.6 Global Warming ........................................................................................................ 17
2.6.1 Pengertian .......................................................................................................... 17
2.6.2 Dampak .............................................................................................................. 17
2.6.3 Penanggulangan ................................................................................................. 19
2.7 The Ozone Layer ....................................................................................................... 21
2.7.1 Lapisan Ozon ..................................................................................................... 21
2.7.2 Penipisan Lapisan Ozon ..................................................................................... 22
BAB III.................................................................................................................................... 25
PENUTUP ............................................................................................................................... 25

ii
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 25
3.2 Saran .......................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman, sektor transportasi, industry, otomotif semakin
berkembang dan menjadi kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Selain dapat memberikan
kemudahan pada pengguna, sektor transportasi juga memberikan dampak buruk bagi
lingkungan. Sektor transportasi menjadi penyebab tertinggi sebagai emisi dalam
pencemaran udara. Dilanjutkan dengan sektor industry yang tentu berperan besar bagi
kehidupan manusia dan tentunya memiliki dampak yang buruk juga bagi udara. Kegiatan
industry memiliki banyak kemungkinan untuk menjadi emisi dalam pencemaran udara.
Emisi udara adalah pencemar udara yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang
masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara, mempunyai dan/atau tidak mempunyai
potensi pencemaran udara. Sumber Emisi adalah sumber pencemar dari usaha dan/atau
kegiatan yang mengeluarkan Emisi. Baku Mutu Emisi adalah nilai pencemar udara
maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien. Beban
Emisi Maksimum adalah beban Emisi gas buang tertinggi yang masih diperbolehkan
dibuang ke udara ambien. Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, pada
makalah akan dibahas mengenai “Emisi Udara”

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Emisi Udara?
2. Bagaimana dampak emisi udara?
3. Apa penyebab dari emisi udara?
4. Bagaimana emisi udara di industrial?
5. Apa itu Green House Gas Emission?
6. Apa itu Global Warming?
7. Apa itu The Ozone Layer?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui mengenai emisi udara
2. Mengetahui dampak emisi udara
3. Mengetahui penyebab dari emisi udara

1
4. Mengetahui mengenai emisi udara di industrial
5. Mengetahui mengenai Green House Gas Emission
6. Mengetahui mengenai Global Warming
7. Mengetahui mengenai The Ozone Layer

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Emisi Udara


Emisi udara adalah pencemar udara yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang
masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara, mempunyai dan/atau tidak mempunyai
potensi pencemaran udara. Sumber Emisi adalah sumber pencemar dari usaha dan/atau
kegiatan yang mengeluarkan Emisi. Baku Mutu Emisi adalah nilai pencemar udara
maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien. Beban
Emisi Maksimum adalah beban Emisi gas buang tertinggi yang masih diperbolehkan
dibuang ke udara ambien.

2.2 Dampak Emisi Udara


a. Menimbulkan Penyakit
Udara kotor yang dihasilkan itu ternyata mengandung zat-zat yang berbahaya,
mulai dari zat-zat kimia, debu hingga membawa bibit-bibit penyakit. Penyakit yang
dihasilkan atau disebabkan oleh adanya pencemaran udara ini, antara lain seperti
sesak napas, asma, atau tidak menutup kemungkinan juga bisa menyebabkan
terjadinya kanker.
b. Membuat Mata Merah dan Iritasi
Debu yang beterbangan ini bisa masuk ke dalam mata, sehingga bisa membuat
mata menjadi merah dan mengganggu penglihatan kita. Sementara itu, untuk bisa
menjaga mata agar tak terkena oleh adanya debu ataupun kotoran, di saat kita sedang
melakukan perjalanan, sebaiknya untuk bisa mengenakan kacamata jalan dan setelah
itu mencuci muka jika sudah sampai di tempat tujuan.
c. Gatal dan Bersisik
Jika debu menempel pada kulit, maka bisa menimbulkan beberapa macam
gejala, sehingga kulit menjadi terasa gatal dan juga bersisik. Usahakan, untuk tetap
mandi secara teratur setiap hari, sehingga kulit tetap bersih, terawat dan sehat.
d. Iritasi pada Saluran Pernafasan
Dengan banyaknya debu-debu yang kotor dan kita hirup, tentu ini sangat tidak
baik untuk kesehatan manusia. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, maka bisa
menyebabkan pergerakan silia yang berubah menjadi lambat, bahkan tidak menutup
kemungkinan bisa terhenti, sehingga tidak bisa membersihkan saluran pernapasan.

3
e. Gangguan pada Pernafasan
Udara kotor yang mengandung karbondioksida dan gas beracun lainnya
memang sangat berbahaya bagi sistem pernapasan pada manusia. Udara kotor yang
masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan ini juga bisa menyebabkan
terjadinya infeksi saluran pernapasan akut, seperti contohnya asma dan juga
bronkitis. Tidak menutup kemungkinan, apabila kita terkena udara yang tercemar
secara terus-menerus, maka bisa berakibat sangat fatal, hingga ke kanker paru-paru.
f. Mengganggu Tumbuh Kembang Anak
Di dalam udara kotor ada yang namanya kandungan timbal, yang apabila
hingga masuk ke dalam salurna pernapasan anak, akan berdampak sangat berbahaya.
Bisa menyebabkan terjadinya penghambatan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan si anak tersebut. Timbal bisa mengganggu sel-sel yang sedang
tumbuh di dalam tubuh anak da bisa menyebabkan anak terkena anemia.
g. Pemanasan Global
Pemanasan global atau akrab kita kenal dengan nama global warming ini bisa
mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu bumi, yang juga menimbulkan air laut
yang ikut naik. Suhu bumi yang naik ini terjadi dikarenakan lapisan ozon bumi
sudah rusak. Padahal, fungsi dari lapisan ozon ini berguna untuk menjaga suhu
bumi, agar nantinya suhu bumi tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin.
Lapisan ozon bisa dengan mudah rusak akibat pencemaran udara yang dihasilkan
dari zat CFC atau klorofluorkarbon. Zat ini sendiri bisa dengan mudah kita temukan
di kulkas, AC (air conditioner) hingga aerosol.
h. Gangguan Sistem Reproduksi
Tidak hanya saluran pernapasan dan tumbuh kembang sang anak saja yang
bisa terganggu, pencemaran udara juga bisa mengganggu sistem reproduksi. Bahkan,
tidak menutup kemungkinan juga, tak hanya sistem reproduksi yang terganggu,
melainkan beberapa organ lain seperti ginjal dan jantung juga bisa terkena.
i. Tanaman Terganggu Hingga Mati
Tanaman atau tumbuhan memang sangat baik bagi kelangsungan makhluk
hidup yang lain. Tanaman bisa menghasilkan oksigen, sehingga jika kita hidup di
dataran tinggi atau pegunungan, akan terasa sejuknya karena polusi udara di sana
juga belum begitu banyak. Akan tetapi, dengan adanya polusi udara atau
pencemaran udara, tanaman juga bisa terserang penyakit. Penyakit itu mulai dari
bintik hitam, klorosis, nekrosis dan beberapa penyakit lain

4
j. Hujan Asam
Hujan asam adalah hujan yang mengandung asam nitrat dan asam sulfatyang
berbahaya. Asam ini dibentuk terutama oleh nitrogen oksida dan sulfur oksida yang
dilepaskan ke atmosfer ketika bahan bakar fosil dibakar. Asam jatuh ke bumi baik
sebagai curah hujan basah (hujan, salju, atau kabut) atau curah hujan kering (gas dan
partikulat). Beberapa dibawa oleh angin, kadang-kadang hingga ratusan mil. Di
lingkungan, hujan asam merusak pohon dan menyebabkan tanah dan badan air
menjadi asam, membuat air tidak cocok untuk beberapa ikan dan satwa liar lainnya.
Hal ini juga mempercepat peluruhan bangunan dan patung
k. Penipisan Ozon
Ozon adalah gas yang terjadi baik di dasar- dan di bagian atas atmosfer bumi,
yang dikenal sebagai stratosfer. Pada tingkat dasar, ozon merupakan pencemar yang
dapat membahayakan kesehatan manusia. Di stratosfer, ozon membentuk lapisan
yang melindungi kehidupan di bumi dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya.
Namun ozon “baik” ini "baik" secara bertahap dihancurkan oleh bahan kimia buatan
manusia yang disebut sebagai perusak ozon, termasuk chlorofluorocarbon,
hydrochlorofluorocarbons, dan halons. Zat-zat ini sebelumnya digunakan dan
kadangkadang masih digunakan dalam pendingin, agenfoaming, alat pemadam
kebakaran, pelarut, pestisida, dan propelan aerosol. Penipisan lapisan ozon
pelindung dapat menyebabkan peningkatan jumlah radiasi UV mencapai bumi, yang
dapat menyebabkan lebih banyak kasus kanker kulit, katarak, dan sistem kekebalan
tubuh terganggu. UV juga dapat merusak tanaman sensitif, seperti kacang kedelai,
dan mengurangi hasil panen
l. Perubahan Iklim Global
Atmosfer bumi menahan lebih banyak panas matahari, menyebabkan
temperatur rata-rata bumi meningkat sebuah fenomena yang dikenal sebagai
pemanasan global. Banyak ilmuwan percaya bahwa pemanasan global dapat
memiliki dampak signifikan pada kesehatan manusia, pertanian, sumber daya air,
hutan, satwa liar, dan daerah pesisir

2.3 Penyebab Emisi Udara


a. Aktivitas Industri, Domestik, dan Transportasi
Tingginya aktivitas industri, domestik, dan transportasi menghasilkan emisi
yang cukup tinggi sehingga meningkatkan masalah lingkungan, salah satunya adalah

5
polusi udara. Menurunnya kualitas lingkungan dapat diduga dari tingginya konsumsi
bahan bakar.
b. Sektor Transportasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Japan International Cooperation
Agency (JICA) bahwa sektor transportasi diperkirakan menyumbang 70%
pencemaran udara di daerah perkotaan (JICA 1997). Emisi transportasi adalah
penyumbang pencemaran udara tertinggi. Ini dilihat dari sebagian besar kendaraan
bermotor menghasilkan emisi gas buang yang buruk. Emisi gas buang berupa gas
knalpot yang terjadi akibat terjadinya proses pembakaran yang tidak sempurna dan
mengandung timbal/timah
c. Penggunaan Barang Elektronik dan Otomotif
Menjamurnya penggunaan barang elektronik serta otomotif mengakibatkan
tingginya produksi emisi saat ini. Emisi gas rumah kaca inilah yang memicu
pemanasan global.

2.4 Industrial

Emisi udara di industrial di atur dengan baku mutu emisi. Baku mutu emisi adalah
batas maksimum emisi yang diperbolehkan dimasukkan ke dalam lingkungan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995, baku
mutu emisi udara pada kegiatan industri yang diatur adalah:

2.4.1 Industri Besi dan Baja


a. Baku mutu emisi untuk industry besi dan baja (berlaku efektif tahun 1995)

6
 Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2
 Volume gas dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atm)
 Untuk sumber pembakaran, partikulat dikoreksi sebesar 10% oksigen
 Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel
 Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu normal selama tiga bulan.
b. Baku emisi untuk industry besi dan baja (berlaku efektif tahun 2000)

 Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2


 Volume gas dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atm)
 Untuk sumber pembakaran, partikulat dikoreksi sebesar 10% oksigen
 Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel
 Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu normal selama tiga bulan.

2.4.2 Industri Pulp dan Kertas


a. Baku mutu emisi untuk industri pulp dan kertas (berlaku efektif tahun 1995)

7
 TRS ditentukan sebagai H2
 TRS meliputi adanya senyawa Hidrogen Sulfida, Metil Merkaptan, Dimetil
Sulfida, Dimetil Disulfida
 Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2
 Koreksi 8% oksigen untuk Tungku Recovery
 Koreksi 7% oksigen untuk Boiler
 Koreksi 10% untuk sumber lain (selain Tungku Recovery dan Boiler)
 Volume gas dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atm)
 Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel
 Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu normal selama tiga bulan.
b. Baku mutu emisi untuk industri pulp dan kertas (berlaku efektif tahun 2000)

8
 TRS ditentukan sebagai H2. TRS meliputi adanya senyawa Hidrogen
Sulfida, Metil Merkaptan, Dimetil Sulfida, Dimetil Disulfida
 Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2
 Koreksi 8% oksigen untuk Tungku Recovery
 Koreksi 7% oksigen untuk Boiler
 Koreksi 10% untuk sumber lain (selain Tungku Recovery dan Boiler)
 Volume gas dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atm)
 Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan dikembangkan
untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel
 Pemberlakuan BME untuk 95% waktu normal selama tiga bulan.

2.4.3 Industri Semen


a. Baku mutu emisi untuk industri semen (berlaku efektif tahun 1995)

9
 Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2
 Volume Gas dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atm)
 Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal: Kiln) harus
dikoreksi sampai 7% oksigen
 Standar diatas berlaku untuk proses kering
 Batas maksimum total partikel untuk:
 Proses basah = 250 mg/m3
 Shaft kiln = 500 mg/ m3
 Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan
total partikel
 Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan.
b. Baku mutu emisi untuk industri semen (berlaku efektif tahun 2000)

10
 Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2
 Volume Gas dalam keadaan standar (250C dan tekanan 1 atm)
 Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal: Kiln) harus
dikoreksi sampai 7% oksigen
 Standar diatas berlaku untuk proses kering
 Batas maksimum total partikel untuk:
 Proses basah = 250 mg/m3
 Shaft kiln = 500 mg/m3
 Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan
total partikel
 Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan.

2.5 Green House Gas Emission


2.5.1 Definisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Gas rumah kaca (GRK) adalah sejumlah gas yang menimbulkan efek rumah
kaca yang terdapat di atmosfer bumi. Gas rumah kaca ini berfungsi seperti kaca yang
meneruskan cahaya matahari tetapi menangkap energi panas dari dalamnya. Menurut
Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention

11
on Climate Change-UNFCCC), ada 6 jenis gas yang digolongkan sebagai GRK, yaitu:
CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O (dinitrogen oksida), HFC (hidro fluoro
karbon), PFC (per fluoro karbon), dan SF6 (sulfur heksa florida).

Intergorvermental Panel on Climate Change (IPCC) mengelompokkan sumber


emisi GRK dalam enam kategori sumber diantaranya adalah energi, proses Industri,
penggunaan zat pelarut dan produk-produk lainnya, pertanian, tata guna lahan dan
kehutanan, dan limbah.

2.5.2 Definisi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik


Indonesia Nomor 22 Tahu 2019 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi dan
Mitigasi Gas Rumah Kaca Bidang Energi, Gas Rumah Kaca yang selanjutnya
disingkat GRK adalah gas yang terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun
antropogenik, yang meyerap dan memancarkan radiasi inframerah. Sedangkan Emisi
GRK adalah lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu area tertentu dalam jangka waktu
tertentu.

2.5.3 Sumber Emisi Gas Rumah Kaca

Berdasarkan sumber dari United States Environmental Protection Agency


(EPA), terdapat beberapa sumber utama dari emisi gas rumah kaca di Amerika
Serikat, yaitu :

1. Transportasi (29 % dari Emisi GRK 2019)


Sektor transportasi menghasilkan bagian terbesar dari emisi gas rumah
kaca. Emisi gas rumah kaca dari transportasi terutama berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil untuk mobil, truk, kapal, kereta api, dan pesawat kita. Lebih
dari 90 % bahan bakar yang digunakan untuk transportasi berbasis minyak
bumi, yang terutama mencakup bensin dan solar.
2. Produksi listrik (25 % dari Emisi GRK 2019)

12
Produksi listrik menghasilkan bagian terbesar kedua dari emisi gas rumah
kaca. Sekitar 62 % listrik kita berasal dari pembakaran bahan bakar fosil,
sebagian besar batu bara dan gas alam.
3. Industri (23 % dari Emisi GRK 2019)
Emisi gas rumah kaca dari industri terutama berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil untuk energi, serta emisi gas rumah kaca dari reaksi kimia
tertentu yang diperlukan untuk memproduksi barang dari bahan mentah.
4. Komersial dan Perumahan (13 % dari Emisi GRK 2019)
Emisi gas rumah kaca dari bisnis dan rumah muncul terutama dari bahan
bakar fosil yang dibakar untuk panas, penggunaan produk tertentu yang
mengandung gas rumah kaca, dan penanganan limbah.
5. Pertanian (10 % dari Emisi GRK 2019)
Emisi gas rumah kaca dari pertanian berasal dari peternakan seperti sapi,
tanah pertanian, dan produksi beras.
6. Tata Guna Lahan dan Kehutanan (12 % dari Emisi GRK 2019)
Kawasan lahan dapat berperan sebagai penyerap (menyerap CO2 dari
atmosfer) atau sumber emisi gas rumah kaca. Di Amerika Serikat, sejak tahun
1990, hutan yang dikelola dan lahan lainnya adalah penyerap bersih, yaitu,
mereka telah menyerap lebih banyak CO2 dari atmosfer daripada yang mereka
keluarkan.

2.5.4 Inventarisasi Gas Rumah Kaca

Inventarisasi GRK adalah kegiatan untuk memperoleh data dan informasi


mengenai tingkat, status, dan kecenderungan perubahan emisi GRK secara berkala
dari berbagai sumber emisi dan penyerapnya.

Penyelenggara Inventarisasi GRK meliputi :

a. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;


b. Pemerintah Daerah Provinsi;
c. Kementerian dan/atau Lembaga Pemerintah Non Kementerian terkait; dan
d. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup dan kehutanan selaku National Focal Point untuk Perubahan
Iklim.

13
Penyelenggara inventarisasi GRK pada tingkat kabupaten/kota melaporkan hasil
penyelenggaraan inventarisasi GRK kepada penyelenggara pada tingkat provinsi.
Penyelenggara inventarisasi GRK pada tingkat menyampaikan laporan kepada
Menteri c.q. Dirjen selaku National Focal Point untuk Perubahan Iklim dengan
ditembuskan kepada Menteri Dalam Negeri c.q. Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah. Laporan penyelenggaraan Inventarisasi GRK disampaikan paling sedikit 1
(satu) kali dalam setahun.

Dalam penyelenggaraan inventarisasi GRK harus memenuhi prinsip :

1. Transparan, yaitu semua dokumen dan sumber data yang digunakan dalam
penyelenggaraan inventarisasi GRK harus disimpan dan didokumentasikan
dengan baik sehingga orang lain yang tidak terlibat dalam penyelenggaraan
inventarisasi GRK dapat memahami bagaimana hasil inventarisasi tersebut
disusun.
2. Akurat, yaitu perhitungan emisi dan serapan GRK merefleksikan emisi yang
sebenarnya dan dengan tingkat kesalahannya kecil.
3. Kelengkapan, yaitu dugaan emisi dan serapan untuk semua jenis GRK
dilaporkan secara lengkap dan apabila ada yang tidak diduga harus dijelaskan
alasannya.
4. Konsisten, yaitu estimasi emisi dan serapan GRK untuk semua tahun
inventarisasi menggunakan metode yang sama dengan kategori sumber
emisi/serapan yang sama sehingga merefleksikan perubahan emisi dari tahun ke
tahun.
5. Komparabel, yaitu dapat diperbandingkan dengan inventarisasi GRK dari
wilayah atau negara lain, dengan mengikuti metode dan format yang telah
disepakati.

Adapun tahapan dalam penyelenggaraan Inventarisasi GRK adalah sebagai


berikut :

1. Evaluasi terhadap hasil inventarisasi GRK tahun sebelumnya.


2. Identifikasi metodologi, ketersediaan data, termasuk lembaga-lembaga penyedia
data.
3. Pengumpulan data aktivitas dan faktor emisi.

14
4. Perhitungan emisi/serapan GRK untuk setiap sektor oleh lembaga yang
bertanggungjawab untuk melakukan perhitungan emisi/serapan GRK.
5. Analisis ketidakpastian untuk menilai tingkat akurasi dari emisi dugaan.
6. Analisis kategori kunci (sumber emisi/rosot utama).
7. Pengendalian dan penjaminan mutu.
8. Pelaporan Inventarisasi GRK.

Terdapat 2 (dua) pendekatan dalam penghitungan emisi GRK pada sektor energi
yaitu Pendekatan Sektoral (Sectoral Approach) dan Pendekatan Referensi (Reference
Approach). Pendekatan Sektoral dikenal juga sebagai Pendekatan “Bottom-Up”
sedangkan Pendekatan Referensi dikenal juga sebagai Pendekatan “Top-Down”.
Pada Pendekatan Sektoral penghitungan emisi dikelompokkan menurut sektor
kegiatan, seperti: produksi energi (listrik, minyak dan batubara), manufacturing,
transportasi, rumah tangga dan lain-lain. Sumber emisi yang diperhitungkan
meliputi emisi dari pembakaran bahan bakar di masing-masing sektor dan emisi
fugitive. Dari pengelompokan sektoral dapat diketahui sektor-sektor yang
menghasilkan banyak emisi GRK sehingga pendekatan secara sektoral ini bermanfaat
untuk menyusun kebijakan mitigasi.
Pada Pendekatan Referensi penghitungan emisi dikelompokkan menurut jenis
bahan bakar yang digunakan, tanpa memperhitungkan sektor di mana bahan bakar
tersebut digunakan. Pendekatan ini hanya memperhitungkan emisi dari pembakaran

15
bahan bakar. Basis perhitungan pada pendekatan ini adalah data pasokan bahan bakar
di suatu negara dan data bahan bakar yang tidak digunakan sebagai bahan bakar
namun sebagai bahan baku industri (misalnya gas yang digunakan sebagai bahan baku
industri pupuk).

2.5.5 Emisi Gas Rumah Kaca Menurut Jenis Sektor di Indonesia

Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistika, Emisi Gas Rumah Kaca menurut
jenis sektor (ribu ton CO2e) pada tahun 2000 – 2017 adalah sebagai berikut :

2.5.6 Dampak Gas Rumah Kaca

Emisi gas rumah kaca menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang biasanya
ditandai degan peningkatan suhu dan distribusi curah hujan, sehingga membawa
dampak yang luas dalam kehidupan manusia dan diperkirakan akan terus memburuk.
Menurut Harmoni (2009), dampak yang ditimbulkan dari GRK bagi kehidupan
manusia secara umum antara lain:
a. Meningkatnya risiko kebakaran hutan
b. Meningkatnya risiko epidemi penyakit infeksi dan risiko kehidupan manusia.
c. Meningkatnya kejadian kebanjiran dan kekeringan jika emisi GRK terus
bertambah.
d. Menurunnya produksi pertanian disebabkan oleh kekeringan dan kebanjiran.
e. Penurunan sumber daya air secara kualitatif maupun kuantitatif.
f. Meningkatnya erosi dan kerusakan infrastruktur.
g. Menurunnya potensi tenaga pembangkit listrik di daerah rawan kekeringan.

16
2.6 Global Warming
2.6.1 Pengertian

Pemanasan global yaitu meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan


daratan Bumi yang disebabkan oleh aktifitas manusia terutama aktifitas
pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, dan gas alam), yang
melepas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas
rumahkaca ke atmosfer. Atmosfer semakin penuh dengan gas-gas rumah kaca ini
dan ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak pantulan panas
Matahari dari Bumi.

2.6.2 Dampak
a. Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah
bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas
lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
perairan Utara tersebut. Daerah- daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan,
mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat
mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada
musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
b. Tinggi Muka Laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub,
terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut.
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi)
selama abad ke-20 , dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9
– 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah
pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah
Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara

17
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara- negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai .
c. Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanandari sebelumnya , tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika
mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air
irigasi dari gunung- gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami,
akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam . Tanaman pangan dan
hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat
d. Hewan dan Tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidupyang sulit menghindar dari
efek pemanasan inikarena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global , hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah
baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan
manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke
utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati . Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
e. Kesehatan Manusia
Di dunia yang angat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak
orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit
yang biasa ditemukan di daerah tropis seperti penyakit yang diakibatkan
nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena
mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka.
Saat ini, 45% penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh
nyamuk pembawa parasit malaria, persentase itu akan meningkat menjadi 60%
jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar
seperti malaria, demam dengue (demam berdarah), demam kuning, dan

18
encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan
penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan,
spora mold dan serbuk sari.

2.6.3 Penanggulangan
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas
rumah kaca.
a. Mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut
atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration
(menghilangkan karbon).
b. Mengurangi produksi karbon dioksida di udara adalah dengan reboisasi yang
dapat mengantisipasi global warming. Pohon, terutama yang muda dan cepat
pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya
melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia,
tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di
banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah
kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain , seperti untuk
lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi
hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi
semakin bertambahnya gas rumah kaca
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan
menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk
mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan
untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan
batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran
lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama
gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat
kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan
bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi
industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan
untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19 .
Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi.
Perubahan trend penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung
19
telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas
melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi
bila dibandingkan dengan batubara.
Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih
mengurangipelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun
kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya. Untuk
kendaraan bermotor, perlu digunakan alat penyaring khusus gas buangan pada
bagian knalpot (tempat keluar gas buangan) yang dapatmenetralisirdan mengurangi
dampak negatif gas buangan tersebut. Bisa juga dengan mengganti bahan bakar
dengan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, seperti tenaga surya
(matahari) atau biodisel. Perlu dikeluarkan regulasi tentang usia kendraan bermotor
yang boleh beroperasi agar tidak menimbulkan pencemaran.
Untuk skala industri, perlu dibuat sistem pembuangan dan daur ulang gas
buangan yang baik. Saluran buangan perlu diperhatikan, kearah mana akan
dibuang dan haruslah memperhatikan lingkungan sekitar. Reboisasi lahan yang
gundul merupakan salah satu langkah untuk menahan laju karbondioksida yang
berlebih diudara. Termasuk penanaman pohon-pohon disepanjang jalan raya yang
dapat menetralisir pencemaran udara disepanjang jalan raya. Tetapi tidak melepas
karbon dioksida sama sekali.
Selain itu diperlukan juga adanya pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah
adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau
\pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material
sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk
mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan .
Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam .
Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan
metode dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda
juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg
tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial
dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
Selain itu perlu diadakan kerjasama internasional untuk mensukseskan

20
pengurangangas-gas rumah kaca. Apabila pada suatu negara diterapkan peraturan
kebijakan lingkungan yang ketat, maka ekonominya dapat terus tumbuh walaupun
berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon
dioksida terbukti sulit dilakukan.
Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor
lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk
memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida. Oleh karena itu,
perlu adanya upaya yang serius, konsisten, dan kontinyu agar masalah kerusakan
lingkungan ini dapat diatasi atau diminimalisir. tumbuh kembali sedikit sekali
karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain ,
seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.

2.7 The Ozone Layer


2.7.1 Lapisan Ozon

Ozon adalah suatu bentuk oksigen dengan tiga atom (O3). Secara alamiah ozon
tersebar dalam stratosfer membentuk lapisan yang tebalnya kurang lebih 35 km. Di
lapisan stratosfer oksigen yang merupakan gas penyusun atmosfer selain dalam
bentuk molekul O2 juga atom O, ion positif O +, radikal O dan radikal O2. Hal ini
disebabkan terjadinya reaksi fotokimia oleh sinar ultraviolet yang berasal dari
matahari sampai ke lapisan atmosfer.
Konsentrasi ozon di lapisan stratosfer bervariasi menurut ketinggian. Lapisan
ozon yang tipis ini apabila dibandingkan dengan tebalnya seluruh atmosfer bumi
cukup efisien dalam menyaring semua sinar ultraviolet matahari yang berbahaya bagi
makhluk hidup di bumi. Oleh karena itu, ozon penting sekali bagi kehidupan di muka
bumi dari bahaya sengatan ultraviolet.
Semakin pendek panjang gelombang radiasi ultraviolet semakin besar pula
bahayanya terhadap kehidupan, tetapi semakin baik diabsorpsi oleh lapisan ozon.
Radiasi dengan panjang gelombang pendek ini dikenal sebagai ultaviolet-C (UV-C)
yang dapat mematikan makhluk hidup. Ultraviolet dengan panjang gelombang lebih
panjang, yaitu UV-A relatif kurang berbahaya, UV-B meskipun masih tetap
berbahaya, tetapi tidak sehebat UV-C bahayanya.

21
Awalnya molekul ozon hanya terdapat di lapisan stratosfer, seiring perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, molekul ozon telah memasuki lapisan troposfer.
Pada stratosfer sendiri yang seharusnya terkonsentrasi molekul ozon, malah terjadi
penipisan, molekul ozon pada stratosfer semakin berkurang.
Zat polutan (zat pencemar) meruapakan salah satu faktor penyebab masuknya
molekul ozon ke dalam lapisn troposfer. Zat polutan udara tersebut berasal dari
berbagai aktivitas di bumi baik dilakukan manusia maupun secara alami. Molekul
ozon terdistribusi tidak merata di atmosfer. Sampai saat ini 90% dari seluruh total
konsentrasi ozon berada di stratosfer, sedangkan 10% sisanya berada di troposfer.
Ozon pada lapisan stratosfer berfungsi sebagai filter sekaligus pelindung bumi
dari sinar ultraviolet matahari, sedangkan pada laipsan troposfer bersifat racun
(toksin), polutan bagi makhluk hidup di bumi, dan merupakan salah satu gas rumah
kaca yang dapat mengakibatkan kenaikan suhu permukaan bumi. Ozon pada lapisan
troposfer lebih banyak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan di lapisan
stratosfer. Hal tersebut dikarenakan aktivitas manusia seperti industri, transportasi,
dan pertanian yang merupakan sumber polusi udara.
Proses pembentukan dan berkurangnya konsentrasi akibat dari perusakan dan
gangguan mengakibatkan bertambahnya molekul. Secara alami, proses perusakan
molekul ozon dikendalikan oleh radiasi ultraviolet yang sering disebut Chapman
Reactions. Pembentukan dan perusakan molekul ozon sebagian besar disebabkan oleh
adanya katalis- katalis seperti NOx (nitrogen dioksida), CIOx (gugus klorin), dan
HOx (gugus hiroksil).
Pada daerah khatulistiwa konsentrasi ozon dipengaruhi oleh osilasi semi annual
(SAO = Semi Annual Oscifation) yakni sirkulasi udara yang berperiode musiman dua
kali dalam setahun dan QBO (Quasi Biennial Oseilation) yang berperiode satu tahun.
Dinamika atmosfer juga telah membawa dan memindahkan molekul ozon dari
stratosfer menuju troposfer, proses tersebut disebu intrusi stratosfer.

2.7.2 Penipisan Lapisan Ozon


Penipisan lapisan ozon merupakan salah satu isu kerusakan lingkungan yang
sedang menjadi perhatian seluruh masyarakat dibelahan bumi. Dampak yang
ditimbulkan akibat kerusakan lapisan ozon adalah pemanasan suhu di bumi,
mencairnya es di kutub, dan peningkatan permukaan air laut beberapa kali lipat.
Menipisnya lapisan ozon meningkatkan paparan radiasi sinar ultraviolet terutama UV-

22
B yang masuk ke permukaan bumi. Peningkatan radiasi sinar UV-B ini menyebabkan
masalah pada kesehatan manusia, antara lain, kerusakan jaringan kulit, seperti kanker
kulit dan penuaan dini, kerusakan pada mata seperti katarak, dan menurunnya daya
tahan tubuh sehingga mengakibatkan berbagai penyakit infeksi.
Hasil penelitian menemukan bahwa gas CFC (chlorofluorocarbon) yang
bertanggung jawab atas terjadinya lubang di lapisan ozon. CFC merupakan gas yang
berwarna biru tua, stabil, tidak mudah terbakar, mudah disimpan, dan murah
harganya. Oleh karena sifat-sifat itulah penggunaan CFC meluas di mana-mana. CFC
pertama kali digunakan pada lemari es, kemudian digunakan sebagai pendorong
aerosol dalam kaleng atau botol penyemprot, juga digunakan untuk membersihkan
sirkuit komputer yang halus. Sifat stabil dari CFC yang sangat bermanfaat di bumi ini
memberi peluang baginya untuk merusak lapisan ozon. CFC yang terdifusi ke
stratosfer akan mengalami pemutusan ikatan kimianya oleh radiasi UV-C
menghasilkan khlor-khlor bebas yang sangat reaktif, kemudian mengikat sebuah atom
oksigen biasa (O2).
Senyawa lainnya yang sekerabat dengan CFC adalah halon dan ternyata lebih
merusak lapisan ozon. Halon yang digunakan sebagai pemadam kebakaran ternyata
merusak ozon sepuluh kali lebih efektif dari CFC. Beberapa senyawa CFC ini sangat
membahayakan karena berumur panjang. Beberapa senyawa kimia lainnya yang
berperan dalam merusak lapisan ozon adalah CCl4 (karbon tetraklorida), CHCl3
(metil kloroform). Selain itu, NO2 (nitrogen dioksida) dan uap air yang dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar pesawat supersonik dapat juga merusak lapisan ozon.
Radiasi ultraviolet sangat berbahaya karena dapat merusak sel hidup dengan
berbagai efek yang ditimbulkannya. Radiasi UV-B yang dapat menembus lapisan
ozon dapat merusak materi genetik DNA dan penyebab utama kanker kulit. Selain
menimbulkan kanker kulit, radiasi ultraviolet juga melemahkan kemampuan tubuh
untuk mengatasinya dengan jalan menekan efisiensi sistem kekebalan sehingga
memudahkan kanker menyebar luas. Untuk setiap penipisan 1% lapisan ozon
diperkirakan sebanyak 2% radiasi ultraviolet sampai di permukaan bumi dan akan
menyebabkan peningkatan terjadinya kanker kulit 2% sampai 5%. Selain itu,
diketahui pula bahwa peningkatan kadar gas CO2 di atmosfer dapat menyebabkan
reaksi pembentukan ozon di stratosfer menurun, hal ini dapat menyebabkan kerusakan
ozon tidak teratasi

23
Perlindungan lapisan ozon (PLO) merupakan salah satu bagian dari upaya
perlindungan lingkungan secara menyeluruh. Pemerintah Indonesia telah
melaksanakan berbagai upaya untuk melarang adanya penggunaan bahan perusak
ozon (BPO), salah satunya Kementerian Lingkungan Hidup berupaya untuk
mengurangi penggunaan zat BPO berjenis Hydrocholorfluorocarbon (HCFC)
sebagai bahan pengganti sementara Cholorofluorocarbon (CFC), yang mana sejak
tanggal 30 Juni 2008 telah dilarang penggunaannya. Penggunaan BPO meskipun
sudah dilarang, namunmasih banyak masyarakat yang menggunakan barang yang
mengandung BPO. Barang yang mengandung BPO masih digunakan masyarakat
yakni air conditioner (AC), lemari es atau kulkas, bahan pelarut, bahan dorong dalam
penyembur (aerosol) seperti kaleng pengharum ruangan, penyemprot rambut
(hairspray), semprot nyamuk, minyak wangi (parfum), bodyspray, deodorant, busa
(foam), alat pemadam kebakaran, dan sebagainya.
Penanganan kerusakan lapisan ozon yang dilakukan pemerintah dengan cara
mencegah emisi BPO serta menghentikan produksi dan konsumsi BPO secara
bertahap. Disamping itu, masyarakat Indonesia masih banyak yang belum peduli
terhadap kerusakan lapisan ozon akibat penggunaan BPO tersebut, hal ini dikarenakan
barang yang mengandung bahan perusak ozon harganya lebih murah, selain itu
masyarakat tidak mengetahui produk mana sajakah yang tidak mengandung BPO,
serta sebagian besar masyarakat tidak mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan
dari penggunaan barang yang mengandung BPO, sehingga masyarakat masih banyak
membeli barang-barang yang mengandung BPO sampai saat ini.

24
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Emisi udara adalah pencemar udara yang dihasilkan dari kegiatan manusia yang
masuk / dimasukkannya ke dalam udara dan mempunyai / tidak potensi pencemaran
udara. Dampak dari emisi udara yaitu menimbulkan penyakit, membuat mata merah dan
iritasi, gatal dan bersisik, iritasi pada saluran pernafasan, dan lain – lain. Penyebab dari
emisi udara yaitu aktivitas industri, domestik, transportasi, dan penggunaan barang
elektronik dan otomotif. Emisi udara di industrial di atur dengan baku mutu emisi yang
di atur antara lain industri besi dan baja, pulp dan kertas, dan semen.
Emisi gas rumah kaca adalah lepasnya gas rumah kaca ke atmosfer pada suatu area
tertentu dalam jangka waktu tertentu. Sumber emisi gas rumah kaca antara lain berasal
dari transportas, produksi listrik, industri, komersial dan perumahan, pertanian, tata guna
lahan dan kehutanan. Inventarisasi GRK adalah kegiatan untuk memperoleh data dan
informasi mengenai tingkat, status, dan kecendrungan perubahan emisi GRK secara
berkala dari berbagai sumber emisi dan penyerapnya. Dampak adanya GRK antara lain
yaitu meningkatnya risiko kebakaran hutan, risiko epidemic penyakit infeksi dan
kehidupan manusia, dan lain – lain.
Global warming atau pemanasan global yaitu meningkatnya temperature rata – rata
atmosfer, laut, dan daratan bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Pemanasan
global berdampak terhadao cuaca, tinggi muka laut, pertanian, hewan dan tumbuhan, dan
kesehatan manusia. Ozon adalah suatu bentuk oksigen dengan tiga atom (𝑂3). Penipisan
lapisan ozon merupakan salah satu isu kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap
pemanasan suhu bumi, mencairnya es kutub, dan lain – lain.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab
itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran untuk memaksimalkan keberhasilan
makalah selanjutnya. Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Untuk segala saran dan kritik yang membangun selalu penulis nantikan
agar dapat memperbaiki kekurangan yang ada pada makalah ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2019. Emisi Gas Rumah Kaca Menurut Jenis Sektor (ribu ton
CO2e) 2000 – 2017. Diakses melalui
https://www.bps.go.id/statictable/2019/09/24/2072/emisi-gas-rumah-kaca-menurut-
jenis-sektor-ribu-ton-co2e-2001-2017.html pada 27 Maret 2022 pukul 23.00 WIB.

Banten, D. (no date) Dampak Pencemaran Udara, dlhk.bantenprov. Banten. Available at:
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/Dampak_Pencemaran_Udara.pdf.
(Accessed: 28 March 2022).

Elviana, Yuwono, A. S. and Chadirin, Y. (2016) ‘Analisis Beban Emisi Udara Primer Di
Provinsi Bangka Belitung’, Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 1(2), pp. 91–99.

Hijriani, A. (2021). Studi Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca (CO2 dan CH4) dari
Aktivitas Rumah Tangga di Kota Binjai.

Ismiyati, Marlita, D. and Saidah, D. (2014) ‘Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor’, Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik, 01(03), pp. 241–
248. Available at: https://media.neliti.com/media/publications/112707-ID-
pencemaran-udara-akibat-emisi-gas-buang.pdf.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak

Kumalawati, R., Normelani, E., Kartika, N. Y., Isnasyauqiah, I., Riadi, S., Nurandini, D., &
Efendi, M. 2020. Inventarisasi Perlindungan Lapisan Ozon (Studi di Kota
Banjarmasin). Banjarmasin : Lambung Mangkurat University Press.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 22 Tahu
2019 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi dan Mitigasi Gas Rumah Kaca
Bidang Energi.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor


P.73/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2017 Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan
Pelaporan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 11 tahun 2021 tentang Baku
Mutu Emisi Mesin dengan Pembakaran Dalam.

26
Pratama, R., & Parinduri, L. (2019). Penaggulangan Pemanasan Global. Buletin Utama
Teknik, 15(1), 91-95.

PTBA, C. (2021) Emisi Udara & Iklim, PTBA.co.id. Available at:


https://www.ptba.co.id/esg/kinerja-lingkungan/emisi-udara-iklim (Accessed: 28
March 2022).

Republik Indonesia. 2012. Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca


Nasional (Buku II). Jakarta : Kementerian Lingkungan Hidup.

United States Environmental Protection Agency (EPA). Sources of Greenhouse Gas


Emissions. Diakses melalui https://www.epa.gov/ghgemissions/sources-greenhouse-
gas-emissions pada tanggal 27 Maret 2022 pukul 23.30 WIB.

27

You might also like