Professional Documents
Culture Documents
Tugas FINAL Makalah Perpajakan - Anggeraeni Efendi 1910421026
Tugas FINAL Makalah Perpajakan - Anggeraeni Efendi 1910421026
PERPAJAKAN
Disusun Oleh:
ANGGERAENI EFENDI
1910421026
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ujian akhir semester dosen pada mata kuliah perpajakan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang teknik
presentasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................... 3
A. Konsep Pbb................................................................................................. 34
BAB VII BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) .......... 42
E. Tarif Bphtb.................................................................................................. 45
A. Kesimpulan ................................................................................................. 48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatannegara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan
institusi di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam
fungsi. Beberapa fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang,
penegakan hukum, keamanan atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik ,
subsidi, dan operasional negara itu sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk
membayar utang negara dan bunga atas utang tersebut. Pemerintah juga
menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan kesejahteraan dan pelayanan
publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi
yang belum mendapat pekerjaan, dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air,
dan penanganan sampah juga menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu.
NPWP adalah nomor yang diberikan kepada WP sebagai suatu sarana dalam
administrasi perpajakanyang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya yang Dikeluarkan oleh
Ditjen Pajak merupakan satu set nomor yang dikelompokkan atas fungsinya untuk
angka pengecekan dan kode kantor KPP
a. fungsi NPPKP
• Dipergunakan sebagai identitas Pengusaha Kena Pajak
• Berguna untuk administrasi pemenuhan kewajiban Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah ( PPN dan PPnBM )
• Berguna untuk pengawasan administrasi perpajakan
b. Wajib Daftar & Punya NPPKP
• Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP diatas Rp.240.000.000,-
setahun atau melakukan penyerahan JKP diatas Rp.120.000.000,-
setahun
• Pengusaha yang melakukan kegiatan impor BKP (importir)
• Pengusaha yang melakukan kegiatan ekspor BKP (eksportir)
• Pedagang Eceran Besar , yaitu pedagang yang mempunyai omzet
penjualan diatas Rp.1.000.000.000,- setahun
c. Sanksi Tidak Punya NPWP / NPPKP
A. PPH PASAL 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan.
Supri adalah seorang dokter yang telah menikah dan mempunyai 3 anak
kandung. Supri bekerja sebagai pegawai tetap di Rumah Sakit Swasta Sehat
Selamanya dengan gaji sebulan Rp 25.000.000. Pada bulan Maret 2015, dia
menerima pembayaran dari rumah Rumah Sakit Sehat Selamanya berupa gaji Rp
25.000.000 dan menerima jasa medis sebagai dokter yang bersumber dari pasien
sebesar Rp 35.000.000. Ia membayar iuran pensiun sebesar Rp 250.000 setiap
bulanya.
Jawab :
Pendapatan
Gaji sebulan Rp 25.000.000
Pengurang
Biaya Jabatan (5% x Rp 25.000.000) Rp 500.000
PTKP (K/3)
15% x Rp 169.000.000 = Rp
25.350.000 Rp 27.850.000
PPh pasal 21 terutang sebulan : Rp 27.850.000/ 12 = Rp 2.320.833 dibulatkan
kebawah menjadi Rp 2.320.000
2) contoh soal 2 :
a. WP Pribadi Rp 54.000.000,00
b. Kawin Rp 4.500.000,00
c. 1 anak Rp 4.500.000,00
Jumlah PTKP Rp 63.000.000,00
PPh terutang:
a. 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000,00
b. 15% x Rp 178.600.000 = Rp 26.790.000,00
Jml PPh terutang setaun Rp 29.290.000,00
Sebulan Rp 2.440.833,00
3) contoh soal 3 :
Penghasilan
a. Gaji Rp 9.000.000
a. WP Pribadi Rp 54.000.000
b. Tanggungan 2
Rp 9.000.000
Jml PTKP
Rp 63.000.000
5% x 39.585.000 = Rp 1.979.250
4) contoh soal 4 :
Adisti karyawati dengan status menikah dan mempunyai tiga anak berkerja
pada PT Harya Kencana. Suami dari Adisti merupakan seorang Pegawai Negeri
Sipil di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Hapsari menerima gaji sebesar Rp
5.500.000,00 sebulan. PT Harya Kencana mengikuti program pensiun dan BPJS
Kesehatan. Perusahaan membayar iuran pensiun kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sebesar Rp 40.000,00
sebulan. Adisti juga membayar iuran pensiun sebesar Rp 30.000,00 sebulan,
disamping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua karyawannya
setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Adisti membayar iuran Jaminan
Hari Tua setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji. Pada bulan November 2016
disamping menerima pembayaran gaji, Adisti juga menerima uang lembur
(overtime) sebesar Rp 2.000.000,00. Hitunglah pajak terutangnya!
Jawab :
Pendapatan
a. Gaji Rp 5.500.000,00
b. Overtime Rp 2.000.000,00
Pengurangan
PTKP TK/0
a. WP Pribadi (Rp54.000.000,00)
PKP setaun Rp 30.635.400,00
5% x Rp 30.635.000,00 = Rp 1.531.770,00
Biaya jabatan yang harus ditanggung Rafi setiap bulan adalah sebesar Rp.330.000.
Jadi, biaya jabatan yang harus ditanggung Rafi setiap tahun sebesar Rp. 3.960.000.
C. PPH PASAL 22
PPH Pasal 22 Adalah Pemungutan Pajak Yang Di Lakukan Atas Pembelian
Barang, Impor Barang Dan Pembelian / Penjualan Barang Di Bidang Usaha Tertenu.
Oleh Karna Itu yang Dilakukan Pemungukan Pph Pasal 22 Adalah Pemasuk Barang
Kepada Pemerintah , Impor Dan Pemasok/Beli Barang Dari Badan-Badan Tertentu.
Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 22 Adalah Pph Yang Di Pungut Oleh :
D. PPH PASAL 23
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan
yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Tarif dan Objek PPh Pasal 23 dipotong Pajak Penghasilan sebesar 2% (dua
persen) dari jumlah bruto dan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai
Pemotong Pajak harus memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada Wajib
Pajak Orang Pribadi atau badan yang telah dipotong PPh Pasal 23.
E. PPH PASAL 24
Pada dasarnya PPh Pasal 24 mengatur tentang besarnya kredit pajak yang
dapat diperhitungkan atas pemotongan pajak/ pajak yang dibayar/ pajak yang
terutang di luar negeri. Hal ini sesuai dengan ayat 1 dan 2 Pasal 24 UU PPh :
1. Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar
negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang ini
dalam tahun pajak yang sama.
2. Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar
pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak
boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-
undang ini.
F. PPH PASAL 25
Pajak Penghasilan (disingkat PPh) dikenakan terhadap Wajib Pajak dalam satu
periode tertentu yang dinamakan tahun pajak. Berdasarkan hal ini, maka
perhitungan dan penghitungan PPh dilakukan setahun sekali yang dituangkan
dalam SPT Tahunan. Nah, karena penghitungan PPh dilakukan setahun sekali,
maka penghitungan ini harus dilakukan setelah satu tahun tersebut berakhir agar
semua data penghasilan dalam satu tahun sudah diketahui. Untuk perusahaan,
tentu saja data penghasilan ini harus menunggu laporan keuangan selesai dibuat.
Dengan cara seperti itu tentu saja jumlah PPh terutang yang wajib dibayar baru
dapat diketahui ketika suatu tahun pajak telah berakhir. Agar pembayaran pajak
tidak dilakukan sekaligus yang tentunya akan memberatkan, maka dibuatlah
mekanisme pembayaran pajak di muka atau pembayaran cicilan setiap bulan.
Pembayaran angsuran atau cicilan ini dinamakan Pajak Penghasilan Pasal 25. Jadi
PPh pasal 25 mengatur tentang penghitungan besarnya pajak dalam tahun
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan.
G. PPH PASAL 26
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah penerapan dari azas sumber yang
dianut dalam ketentuan Pajak Penghasilan di Indonesia. Ya, berdasarkan azas
sumber, penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang dinikmati oleh orang
atau badan di luar Indonesia, bisa dikenakan pajak di Indonesia. Bentuk
pemajakannya adalah dengan sistem witholding tax yang bersifat final yang diatur
dalam Pasal 26 Undang-undang Pajak Penghasilan 1984.
Dalam ketentuan Pasal 26 Undang-undang Pajak Penghasilan 1984, terdapat
empat jenis PPh Pasal 26 yaitu PPh Pasal 26 ayat (1), Pasal 26 ayat (2), Pasal 26
ayat (2a) dan Pasal 26 ayat (4). Masing-masing jenis PPh Pasal 26 ini memiliki ruang
lingkupnya sendiri.
PPh Pasal 26 ayat (1) adalah PPh Pasal 26 pada umumnya yaitu pemotongan
PPh terhadap Wajib Pajak luar negeri yang menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia. Bentuk penghasilan yang dipotong pada umumnya
sama dengan objek pemotongan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23.
Bisa simpulkan jika PPN dan PPnBM merupakan dua hal yang berbeda. PPN
merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai yang muncul
karena pemakaian faktor-faktor produksi oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
yang menyiapkan, menghasilkan dan memperdagangkan Barang Kena Pajak (BKP)
dan Jasa Kena Pajak (JKP).
Sementara, PPnBM merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang masuk
golongan barang mewah. Pengenaan PPnBM dibebankan pada produsen atau PKP
yang menghasilkan atau mengimpor barang mewah.
Dari pengertian tersebut sudah jelas bahwa PPN dan PPnBM merupakan jenis
pajak yang berbeda, meski metode penerbitan faktur pajak dan pelaporan SPT-
nya menggunakan mekanisme pelaporan yang sama.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah tersebut adalah:
Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari
suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif
misalnya 35% (tiga puluh lima persen).
Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat
dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam
harga BKP yang dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya.
Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya kepada PKP “X” dengan harga
jual Rp. 150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang
adalah:
PKP “D” dapat mengkreditkan PPN sebesar Rp. 5.000.000,00 yang dibayar pada
saat impor BKP tersebut terhadap PPN sebesar Rp. 15.000.000,00
Sedangkan PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 tidak dapat dikreditkan baik dengan
PPN sebesar Rp. 15.000.000,00 maupun dengan PPnBM sebesar Rp.
52.500.000,00
E. Contoh Soal (Minimal 5 Kasus)
1) Contoh 1 :
Jawab:
Apabila harga produksi mobil senilai Rp110.000.000 dan keuntungan yang
diinginkan PT A senilai Rp40.000.000 maka harga jual mobil tersebut senilai
Rp150.350.000. Dengan demikian, DPP atas mobil tersebut adalah senilai
Rp150.350.000. Selanjutnya, tarif PPnBM atas mobil yang diproduksi oleh PT A
ialah sebesar 20%.
Pajak yang terutang atas penyerahan BKP yang tergolong mewah tersebut.
= Rp 15.035.000
= Rp 30.070.000
2) Contoh 2 :
Jawab :
= Rp 20.000.000
= Rp 60.000.000
3) Contoh 3 :
Pihak A melakukan pembelian sepeda motor dari pihak B yang terikat dengan
kontrak pembelian. Apabila dalam pembuatan kontrak atau perjanjian tertulis
bahwa dalam kontrak sebesar Rp130.000.000 secara tegas dinyatakan sudah
termasuk PPN (sebesar 10%) dan PPnBM (sebesar 20%). Berapakah besaran PPN
dan PPnBM yang terutang?
Jawab :
= Rp 10.000.000
= Rp 20.000.000
umus penghitungan PPN dan PPnBM yang digunakan di atas telah diatur dalam
Pasal 11 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 (PP 1/2012). Merujuk pada uraian di atas,
besaran PPN dan PPnBM yang terutang adalah Rp10.000.000 dan Rp20.000.000.
4) Contoh 4 :
Sebagaimana contoh kasus 3, apabila dalam kontrak atau perjanjian tertulis tidak
dinyatakan dengan tegas PPN dan PPnBM termasuk dalam nilai kontrak, besarnya
DPP untuk menghitung PPN adalah senilai Rp130.000.000. Pertanyaannya,
berapakah PPN dan PPnBM yang terutang?
Jawab :
DPP = Rp 130.000.000
= Rp 13.000.000
= Rp 26.000.000
Dengan demikian, besaran PPN dan PPnBM yang terutang ialah Rp13.000.000 dan
Rp26.000.000
5) Contoh 5 :
Toko Samson menjual kulkas sebanyak 20 kulkas dengan harga satuannya sebesar
Rp6.000.000. Lalu, berapakah PPN terutang toko Samson yang wajib disetorkan?
Jawab :
Jadi, PPN terutang yang wajib disetorkan Toko Samson adalah sebesar
Rp12.000.000.
BAB V
BEA MATERAI
Dengan kata lain, Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas
pemanfaatan dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi
pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal
diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan dan dokumen yang digunakan
sebagai alat bukti di pengadilan. Beberapa istilah terkait Bea Materai:
1. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan
maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang
dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan
2. Benda materai adalah materai tempel dan kertas materai yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia.
3. Tandatangan adalah tandatangan sebagaimana lazimnya dipergunakan,
termasuk pula paraf, teraan atau cap tandatangan atau cap paraf, teraan
cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tandatangan.
4. Pemateraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Materai yang
dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea
Meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya.
5. Pejabat Pos adalah Pejabat Perusahaan Umum Pos dan Giro yang diserahi
tugas melayani permintaan pemeteraian kemudian.
A. Konsep Pbb
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/ atau memperoleh manfaat atas Bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
Ketentuan Subjek Pajak yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia
lebih dari Seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu Dua belas Bulan,
Sedangkan ketentuan Subjek pajak Badan yaitu Didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia.
Jika subjek pajak dalam waktu yang lama berada diluar wilayah letak objek
pajak sedangkan peralatannya dikusakan kepada orang atau badan, orang atau
badan yng diberi kuasa dapat ditunjuk sebagi wajib pajak oleh direktur jenderal
pajak.
Dasar perhitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2002 tanggal 13 Mei 2002 Tentang
Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak Untuk Penghitungan PBB, maka
besarnya Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) untuk perhitungan PBB ditentukan sebagai
berikut:
Saat jatuh tempo STP adalah satu bulan sejak diterimanya STP oleh Wajib Pajak.
Konsekuensi jika saat jatuh tempo STP terlampaui adalah adanya denda
administrasi dalam STP. Besarnya denda administrasi karena Wajib Pajak
terlambat membayar pajaknya, melampaui batas waktu jatuh tempo SPPT adalah
sebesar 2% sebulan yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari
pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
SKP dapat diterbitkan karena memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut apabila:
Jumlah pajak yang terutang dalam SKP yang penerbitannya disebabkan oleh
pengembalian SPOP Lewat 30 (tiga puluh) hari setelah diterima Wajib Pajak adalah
sebesar pokok pajak ditambah dengan denda administrasi 25% dihitung dari
pokok pajak.
Sedangkan jumlah pajak yang terutang dalam SKP yang penerbitannya disebabkan
oleh hasil pemeriksaan atau keterangan lainnya, adalah selisish pajak yang
terutang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainnya dengan pajak
yang terutang berdasarkan SPOP ditambah denda administrasinya 25% dari selisih
pajak yang terutang.
D. Tarif Pajak Bumi Dan Bangunan
a. Tarif PBB adalah paling tinggi sebesar 0,3% (pasal 80).
b. Tarif PBB untuk wilayah Jakarta :
• NJOPKP kurang dari Rp 200.000.000 = 0,01%
• NJOPKP Rp 200.000.000 – Rp 2.000.000.000 = 0,1%
• NJOPKP Rp 2.000.000.000 – Rp 10.000.000.000 = 0,2%
• NJOPKP diatas Rp 10.000.000.000 = 0,3%
• NJOPKP kurang dari Rp 1.000.000.000 dengan luas dibawah
100m2 yang dimaksud adalah rumah/rusun/rusunami yang berada
diluar real estate tidak dikenakan PBB (sesuai dengan PERGUB No. 259
tahun 2015 tentang pembebasan PBB perdesaan dan perkotaan atas
rumah)
c. Tarif PBB untuk wilayah Kota Depok :
• NJOPKP kurang dari Rp 1.000.000.000 = 0,125%
• NJOPKP diatas Rp 1.000.000.000 = 0,25%
d. Tarif PBB untuk wilayah Kota Bekasi :
• NJOPKP sampai dengan Rp 500.000.000 = 0,1%
• NJOPKP diatas Rp 500.000.000 = 0,15%
• NJOPKP diatas Rp 1.000.000.000 = 0,25%
e. Tarif PBB untuk wilayah Kota Bogor :
• NJOPKP kurang dari Rp 1.000.000.000 = 0,1%
• NJOPKP diatas Rp 1.000.000.000 = 0,2%
f. Tarif PBB untuk wilayah Kabupaten Bogor :
• NJOPKP kurang dari Rp 1.000.000.000 = 0,11%
• NJOPKP diatas Rp 1.000.000.000 = 0,22%
E. Contoh Soal
1) Contoh soal 1 :
Perum Perumnas mendirikan Rumah Susun dengan data sebagai data sebagai
berikut:
c. Bangunan Bersama
d. Bangunan Sarana
Jawab :
NJOP Bangunan
PBB Tipe 36
NJOPTKP = 12.000.000
PBB Tipe 48
2) Contoh soal 2 :
Jawab :
= Rp 8.000,00
3) Contoh soal 3 :
Ibu Desi punya properti rumah seluas 60 meter persegi dengan nilai Rp500.000
per meter. Rumahnya berdiri di atas tanah seluas 100 meter persegi dengan nilai
Rp1.000.000 per meter.
Jawab :
Nilai Pajak Bumi dan Bangunan yang harus dibayar adalah: 0,5% x Rp26.000.000
= Rp130.000.
BAB VII
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)
A. Konsep Bphtb
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan.
Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan
hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan (disengaja) atau peristiwa
hukum (otomatis/tidak disengaja) yang mengakibatkan perolehannya hak atas
tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.
Prolehan hak pada dasarnya ada dua yaitu: Pemindahan hak dan perolehan
hak baru.
Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh :
Dalam hal NPOP tidak diketahui atau lebih rendah daripada Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP) PBB pada tahn terjadinya perolehan, dasar pengenaan BPHTB yang
dipakai adalah NJOP PBB. Yang dimaksud dengan harga transaksi adalah harga
yang terjadi dan telah disepakati oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam hal
NJOP PBB pada tahun terjadinya perolehan belum ditetapkan, besarnya NJOP PBB
ditetapkan oleh Mentri Keuangan.
E. Tarif Bphtb
Tarif pajak yang dikenakan atas objek BPHTB adalah 5%.
Wajib Pajak A membeli sebidang tanah di Kota Malang seharga Rp. 100 juta, NJOP
PBB pada tahun terjadinya transaksi adalah Rp.95 juta. Jika NJOPTKP kota Malang
atas transaksi tersebut sebesar Rp. 60 juta, maka tentukan BPHTB yang terutang
atas perolehan hak Tersebut !
Jawab :
= Rp. 40.000.000 x 5%
= Rp. 2.000.000,-
2) contoh soal 2 :
Budi menerima hibah wasiat dari ayak kandungnya sebidang tanah dan bangunan
dengan nilai pasar Rp. 500.000.000,-, SPPT NJOP-nya Rp. 450.000.000 Apabila
NPOPTKP ditetapkan Rp. 300.000.000, maka BPHTBnya adalah :
Jawab :
NPOP = Rp. 500.000.000,-
3) contoh soal 3 :
Suatu Yayasan Panti Asuhan Anak yatim memperoleh hibah wasiat sebidang
Tanah dan Bangunan dengan nilai pasar Rp. 1.000.000.000,00. SPPT dengan NJOP
Rp. 900.000.000. Apabila NPOP TKP Rp. 300.000.000, maka BPHTB adalah :
Jawab :