You are on page 1of 1

Skenario 1 untuk Mahasiswa PSPD 2019

Satu atau dua yang kita bawa?

Saat tengah menikmati nasi goreng di depan UGD sambil menikmati cerahnya purnama,
dokter muda Kai dan Aufa yang memang sedang jaga di stase EM, mendapat notifikasi
pada smartphone-nya dari dr. Tya agar bersiap menjemput pasien dengan ambulans 119.
Sebagai bagian dari EMR, Kai dan Aufa segera bergegas menyiapkan diri untuk
berangkat. Sesaat sebelum berangkat, dr. Tya berpesan pada keduanya agar
memaksimalkan perawatan prahospital non-invasif sebagai upaya memanfaatkan waktu
kritis agar meningkatkan luaran pasien.
Setelah menempuh perjalanan 10 km, Kai dan Aufa agak gugup menyaksikan kerumunan
orang di TKP. Aufa tampak semakin gugup ketika menyaksikan ada 2 korban di
hadapannya! Ia mendadak merasa lumpuh dan tidak tahu darimana proses pertolongan
dimulai. Kai yang tampaknya berhasil mengendalikan diri, pelan-pelan meyakinkan Aufa
bahwa kita bisa memulainya dengan triage lapangan.
Tampak 1 orang laki-laki 50 tahunan tidak sadarkan diri dengan posisi telentang, serta 1
perempuan 25 tahunan dengan posisi duduk di tanah yang berteriak-teriak kalap kesakitan
dan minta segera dibawa ke RS, serta tampak patah dibetis kirinya dengan darah yang
mengalir pelan dari lukanya. Kedua korban ini berada di pinggir jalan raya yang tengah
sepi, dan tampak ada sepeda motor tergeletak di sebelahnya.
Kai dan Aufa tak berhasil mendapat informasi meyakinkan terkait MOI ataupun NOI dari
kedua korban ini, dikarenakan tidak ada saksi mata saat kejadian. Satu-satunya saksi mata
adalah korban perempuan, tetapi terus histeris panik!
Sesaat setelah memastikan proteksi diri dengan memperhatikan standard precaution, Kai
dan Aufa segera melakukan penilaian primer pada keduanya. Didapatkan korban laki-laki
tidak responsif, nafas melambat dengan nadi radialis teraba kuat. Sedang korban
perempuan semakin histeris minta segera dibawa ke RS.

Terjadi kebingungan sesaat kemudian!


Laki-laki tua, ataukah perempuan muda yang harus dibawa ke RS lebih dahulu? Sedang
ambulans hanya satu. Ataukah dua-duanya dibawa bersamaan dalam satu ambulans?

Entah atas pertimbangan apa, setelah sempat bengong kebingungan beberapa lama, Kai
dan Aufa memutuskan membawa laki-laki tua dengan ambulans 119, dan meninggalkan
perempuan muda bersama penonton di TKP. Sepanjang perjalanan meninggalkan TKP,
sambil melakukan penilaian sekunder Kai bertanya pada Aufa apakah korban dibawa ke
Puskesmas terdekat ataukah langsung ke RS rujukan. Aufa tak mampu menjawab. Ia
masih memikirkan teganya dirinya meninggalkan korban perempuan di TKP.
Kai memutuskan melakukan komunikasi medik ke dr. Tya di RS Rujukan. dr. Tya tampak
gusar karena berkali-kali informasi melalui radiomedik ambulans tidak jelas.

You might also like