You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

J DENGAN
PENYAKIT TRAUMA DADA DI RSUD KH.HAYYUNG
KAPUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Dosen Pembimbing : Julianti, S.Kep, Ns

DISUSUN OLEH :
JARNIATI (A.19.11.056)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBAA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KELAS DOMISILI SELAYAR
T.A. 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mah Kuasa,berkat limpahan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Askep ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny. J DENGAN PENYAKIT TRAUMA DADA DI RSUD
KH.HAYYUNG KAPUPATEN KEPULAUAN SELAYAR”
Dalam penilisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan
kesulitan baik dalam pembuatan asuhan keperawatan ini. Namun berkat bimbingan dan
arahan serta bantuan berbagai pihak Asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :

1. Ibu Dr. Muriyati, S.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba
2. Ibu Julianti, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing
3. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan moral maupun material,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penusunan makalah ini
4. Rekan – rekan mahasiswa/i yang telah memberikan bantuan dalam rangka penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulis Asuhan keperwatan ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan tenaga keperawatan
pada khususnya dalam meningkatkan perawatan pada pasien.

Selayar,05 April 2022

JARNIATI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................5

A. DEFINISI.............................................................................................................................5

B. ETIOLOGI...........................................................................................................................6

C. PATOFISIOLOGI..................................................................................................................7

D. MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................................8

E. KOMPLIKASI....................................................................................................................10

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................................................10

G. PENATALAKSANAAN MEDIS............................................................................................11

H. PATHWAY .................................................................................................................
12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................... ..........13

A. PENGKAJIAN....................................................................................................................13

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................................................13

C. INTERVENSI KEPERAWATAN...........................................................................................13

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN......................................................................................13

E. EVALUASI........................................................................................................................13

F. PATHWAY........................................................................................................................13

BAB IV PENUTUP..........................................................................................................................14

A. KESIMPULAN...................................................................................................................14

B. SARAN.............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut
(Sudoyo, 2010).

Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota
besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang
disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di
amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang
disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%.Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul
toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan
sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian (Sudoyo, 2010).

Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan adanya trauma
pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan trauma. Trauma toraks
dapat meningkatkan kematian akibat Pneumotoraks 38%, Hematotoraks 42%, kontusio
pulmonum 56%, dan flail chest 69% (Nugroho, 2015).

Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam, kecelakaan lalu lintas atau luka
tembak.Bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Akibatnya,
selain terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga
paru-paru. Oleh karena itu, pau-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita Nampak
kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka
menjadi berkurang (Sudoyo, 2010)

Trauma tumpul thoraks sebanyak 96.3% dari seluruh trouma thoraks, sedangkan sisanya
sebanyak 3,7% adalah trauma tajam. Penyebab terbanyak dari trauma tumpul thoraks masih
didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan mortalitas pada setiap
trauma yang disertai dengan trauma thoraks lebih tinggi (15,7%) dari pada yang tidak disertai
trauma thoraks (12,8%) pengolahan trauma thoraks, apapun jenis dan penyebabnya tetap
harus menganut kaidah klasik dari pengolahan trauma pada umumnya yakni pengolahan jalan
nafas, pemberian pentilasi dan control hemodianamik (Patriani, 2012).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang penulis angkat adalah :
1. Apa definisi Trauma dada?
2. Bagaimana etiologi Trauma dada?
3. Bagaimana patofisiologi Trauma dada?
4. Bagaimana pathway Trauma dada?
5. Bagaimana Komplikasi Trauma dada?
6. Bagaimana manifestasi klinik Trauma dada?
7. Bagaimana Pemeriksaan diagnostik Trauma dada?
8. Bagaiamana penatalaksanaan medis dan keperawatan Trauma dada?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Trauma dada
2. Untuk mengetahui etiologi Trauma dada
3. Untuk mengetahui patofisiologi Trauma dada
4. Untuk mengetahui pathway Trauma dada
5. Untuk mengetahui Komplikasi Trauma dada
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik Trauma dada
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostik Trauma dada
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan Trauma dada
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
sistem pernapasan (Rendy, 2012).
Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah trauma yang
mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada
pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab
trauma tajam.

B. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65% dan trauma
tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering adalah kecelakaan
kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al., 2010). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada
lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan
terguling (Sudoyo, 2010).
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap
karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab trauma toraks oleh
karena trauma tajam dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi
rendah seperti trauma tusuk, berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi
tinggi seperti pada tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah
adanya tekanan yang berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan Pneumotoraks
seperti pada aktivitas menyelam (Hudak, 2011).
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan sternum, rongga
pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan ini dapat terjadi tunggal
ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).
C. Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasi pernapasan
yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot -otot pernapasan
diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negative dari intratoraks.
Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif ke paru – paru selama inspirasi. Trauma
toraks mempengaruhi strukur - struktur yang berbeda dari dinding toraks dan rongga
toraks. Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitu dinding dada, rongga pleura, parenkim
paru, dan mediastinum. Dalam dinding dada termasuk tulang - tulang dada dan otot - otot
yang terkait (Sudoyo, 2009).
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh darah
ataupun udara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru termasuk paru –
parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat mengalami kontusio, laserasi,
hematoma dan pneumokel. Mediastinum termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar
dari toraks, cabang trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung
jawab untuk fungsi vital fisiologi kardiopulmoner dalam menghantarkan oksigenasi
darah untuk metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan darah,
salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari cedera toraks
(Sudoyo, 2009).
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa faktor,
antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera, cedera lain yang terkait,
dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien – pasien trauma toraks
cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara
sekunder akan berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).

D. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak, (2009) yaitu :
1. Temponade jantung
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
2. Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik

E. Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%, pneumotoraks
5%, hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum 20%. Dimana 50-60%
pasien dengan kontusio pulmonum yang berat akan menjadi ARDS. Walaupun angka
kematian ARDS menurun dalam decade terakhir, ARDS masih merupakan salah satu
komplikasi trauma toraks yang sangat serius dengan angka kematian 20-43% (Nugroho,
2015).
1. Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks yang paling
sering terjadi. Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding toraks, perdarahan masif
dapat terjadi karena robekan pada pembuluh darah pada kulit, subkutan, otot dan
pembuluh darah interkosta.
2. Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupun tidak
langsung. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah nyeri, yang meningkat pada
saat batuk, bernafas dalam atau pada saat bergerak.
3. Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta - kosta yang berdekatan patah
baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah kostokondral.
4. Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering kali disertai
dengan fraktur kosta multipel.
5. Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang paling umum
terjadi.
6. Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks pada trauma
tumpul toraks terjadi karena pada saat terjadinya kompresi dada tiba - tiba
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intra alveolar yang dapat menyebabkan
rupture alveolus. Gejala yang paling umum pada pneumotoraks adalah nyeri yang
diikuti oleh dispneu.

F. Penatalaksanaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma
lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B:
Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure
without causing hypothermia (Nugroho, 2015).
Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus
dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang
mengancam nyawa dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tension Pneumotoraks,
pneuomotoraks terbuka yang masif, hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail
chest yang besar (Nugroho, 2015).
Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan indikasi utama untuk
intubasi endotrakeal darurat. Resusitasi cairan intravena merupakan terapi utama dalam
menangani syok hemorhagik. Manajemen nyeri yang efektif merupakan salah satu hal
yang sangat penting pada pasien trauma toraks.
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani dekompresi
dengan torakosentesis jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube. Foto toraks harus
dihindari pada pasien - pasien ini karena diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan
pemeriksaan x - ray hanya akan menunda pelaksanaan tindakan medis yang harus segera
dilakukan (Hudak, 2011).

G. Pencegahan
Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami pada
kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang biasanya disebabkan
oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut
(Patriani, 2012) .
H. PATHWAY
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral teraba dingin
dan tampak sianosis, gangguan perfusi jaringan
b. Airway : Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR
35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan jalan napas.
c. Breathing : Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot –
otot pernapasan, pasien sesak dengan RR 35x/menit, gangguan pola napas.
d. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8 (E2V2M4)
e. Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral teraba
dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya baik.
2. Pengkajian Sekunder
a. Anamnesis
1) Identitas klien
Nama : Ny J
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 40 th
Alamat : Kota intang
Agama : islam
Bahasa : melayu
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Golongan dara :-
No. register :
Tanggal MRS : 21 Maret 2022
Diagnosa medis : Pulmonalis embolus
2) Identitas penanggung jawab :
Nama : Tn. E
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kota intang
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Suami
3) Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD KH. Hayyung , dengan kecelakaan bermobil,
pasien mengalami penurunan kesadaran dan ada bengkak dan jejas di bagian
dad sebelah kiri.
4) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Ny J (35 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit
karena mengalami kecelakaan bermobil. Pasien mengalami penurunan
kesadaran. Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil,
setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak
sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami penurunan
kesadaran, napas cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan
pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil
pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV,
TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC,
akral teraba dingin, tanpak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan,
dan napas cuping hidung.
b) Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali mengalami
kecelakaan tetapi belum perna separah ini sampai mengaami penurunan
kesadaran serta pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun

B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak
Kesadaran : Sopor
TTV : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 110x/menit
Respirasi : 35x/menit
Suhu : 38,7oC
1. Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3. Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot-
otot pernapasan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : Ada lesi dan nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan lendir
6. Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
tidak dicurigai fraktur cervikal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan
7. Toraks
Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan
dinding dada tidak simetris, terdapat otot bantu pernapasan.
Palpasi : Terdapat nyeri tekn dan ada pembengkakan
Auskultasi : Bunyi napas ronchi, suara ngorok, frekuensi napas 30x/menit
Perkusi : Snoring
8. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas
Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik
Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit
Perkusi : Tympani
9. Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blase
10. Ekstremitas
 Atas :Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang ada jejas
ditangan kanan, terpasang infus ditangan kiri, fleksi dan ekstensi (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Bawah : Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
11. Data tambahan pasien
a. Data psikologi
Keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan
b. Data social
Hubungan keluarga dan klien baik, terlihat dari keluarga yang selalu menunggu
klien.
c. Data spiritual
Klien beragama islam, keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan
klien.

C. Analisa data

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds : Trauma thorak Nyeri Dada
 Penolong mengatakan ada
bengkak dan jejas di bagian Perda rahan jaringan
dada pasien intersitium

 Penolong mengatakan dada


pasien membentur stir Reabsorsi darah

Do :
Hemathorak
 Tampak ada bengkak dan
jejas di dada pasien
Merangsang
 Pengkajian PQRST
reseptor nyeri dada
 Region : Tampak ada
pleura viseralis dan
bengkak dan jejas didada
perientalis
pasien sebelah kiri

Diskontinuitas
jaringan

2. Ds : Hematoraks Ketidakefek
 Penolong mengatakan tifan bersihan jalan
pasien muntah darah Ekspensi paru napas
Do :
 suara napas ngorok Gangguan ventilasi

 Terdapat lendir dan


gumpalan darah di mulut
pasien
 Frekuensi napas 35x/menit

D. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri dada berhubungan dengan bengkak, jejas dan infark paru-paru
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang berlebih,
gumpalan darah yang menghalangi pernapasan

E. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan kriterial Intervensi


1. Nyeri dada Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama :
Manajemen nyeri
berhubungan dengan keperawatan penurunan
Observasi
bengkak, jejas dan nyeri dengan kriteria hasil :
 Identifikasi
infark paru-paru  Mampu mengontrol
lokal,karakteristik,d
nyeri (tahu penyebab
urasi ,frekuaensi,
nyeri, mampu
kualitas,intensitas
mengguanakan tehnik
nyeri
nonfarmakologi untuk
 Identifikasi skla
mengurangi nyeri,
nyeri
mencari bantuan)
 Identifikasi respons
 Mampu mengenali
non verbal
nyeri (skala, intensitas,
 Identifikasi faktor
frekuensi dan tanda
yang memperberat
nyeri)
dan memperingan
 Menyatakan rasa
nyeri
nyaman setelah nyeri
 Identifikasi
berkurang
pengetahuan dan
kenyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
 Identifikasi pengaru
nyeri pada kualitas
hidup\
 Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
 Berikan tehnik non
farmokologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik,biofeedback,
terapi pijak, aroma
terapi, tehnik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan )
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode ,dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan tehnik non
farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama :


bersihan jalan napas keperawatan diharapakan Manajemen jalan nafas
berhubungan dengan ketidakefektifan jalan napas Observasi
secret yang berlebih, napas efektif dengan kriteria  Monitor pola
gumpalan darah yang hasil : nafas ( frekwensi,
menghalangi  Suara napas bersih, kedalaman, usaha
pernapasan tidak ada sianosis, nafas)

mampu bernapas  Monitor bunyi

dengan mudah nafas tambahan

 Menunjukan jalan ( mis. Gurgling,

napas yang mengi, wheezing,

pasten(irama napas rongkhi kering)

dalam rentang normal,  Monitor sputum

tidak ada suara napas (jumlah, warna,

abnormal) aroma)

 Mampu Terapeutik

mengidentifikasi dan  Pertahankan

mencegah faktor yang kepatenan jalan

menghambat jalan nafas dengan

napas heat/tilt dan chin-


lift ( jaw-thrust
jika curiga trauma
servikal)
 Posisikan semi-
fowler atau fowler
 Berikan minum
hangat
 Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
 Lakukan
penghisapan
lendir kurang dari
15 detik
 Lakukan
hiporeksigenasi
sebelum
penghisapan
endroktrakeal
 Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep McGill
 Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya
karena gejala-gejala umum dan rancu (Sudoyo, 2010)
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota
besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang
disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di
amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang
disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15% penderita trauma
tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan
tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian (Sudoyo, 2010).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
sistem pernapasan (Rendy, 2012).

B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini
bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna
evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Padilla, Hari. 2017; STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA. Jakart


selatan :Dewan pengurus pusat. Selasa, 05 April 2022

Padilla, Hari. 2018 ; STANDAR INTERENSI KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta selatan;


Dewan pengurus pusat. Selasa, 05 April 2022

Padilla, Hari. 2019 ; STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta selatan;


Dewan pengurus pusat. Selasa, 05 April 2022

H, Pramuti. 2021 ; “Askep gadar trauma dada”


https://id.scribd.com/document/511368833/Askep-Gadar-Trauma-Dada-Fix. Selasa, 05 April
2022

You might also like