You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PERAWATAN DAN PERBAIKAN


FASILITAS NUKLIR

PERAWATAN PREVENTIF SISTEM


PENDINGIN PRIMER DAN SEKUNDER
REAKTOR KARTINI

Disusun oleh:
Nama : Ilham Hafidz Fahry
NIM : 031900022
Prodi/ Angkatan : Elektromekanika/ II
Tgl. Praktikum/ Tugas : 11 April 2022
Asisten Pendamping/ Dosen pengampu: Arga Susila Wicaksana

JURUSAN TEKNO FISIKA NUKLIR


PRODI ELEKTROMEKANIKA
POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR
INDONESIA
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

I. Tujuan Praktikum
Peserta praktikum dapat melakukan dan menerapkan kegiatan perawat-
an sistem elektro mekanik sistem pendingin primer dan sekunder reaktor
Kartini.

1
BAB II
METODE PRAKTIKUM

I. Alat dan Bahan


1. penggaris
2. sound level meter
3. vibration meter
4. APD
5. kunci pas
6. tachometer
7. tang ampere meter
8. manometer

II. Dasar Teori


Untuk mendukung operasi reaktor Kartini dibutuhkan Sistem Struktur
dan Komponen (SSK) yang terbagi dalam SSK utama dan SSK Bandu.
SSK utama adalah SSK yang wajib beroperasi ketika reaktor Kartini ber-
operasi pada level daya. SSK utama antara lain Sistem Inetrumentasi dan
Kendali (SIK), Sistem Pendingin Primer dan Sekunder, Sistem Ventilasi,
Sistem Proteksi Reaktor. SSK Bantu adalah SSK yang tidak wajib bero-
perasi ketika reaktor beroperasi pada level daya. SSK Bantu antara lain
Sistem Pneumatik, Sistem pemurnian air, Sistem Pancing. Sistem utama,
dimana salah satunya adalah sistem mekanik yang antara lain meliputi:
sistem ventilasi, sistem pendingin dan sistem pompa untuk sirkulasi air
pendingin. Sistem mekanik tersebut di atas secara berkala harus dilakukan
perawatan agar kinerjanya selalu berada pada kondisi baik dan memenu-
hi batas kondisi normal sesuai persyaratan yang diijinkan, sehingga dapat
diperoleh jaminan keselamatan selama reaktor dioperasikan.
Sistem Pendingin berdungsi untuk memindahkan panas dari teras re-
aktor kartini ke luar lingkungan. Panas dari teras reaktor harus dibuang
karena reaktor riset tidak memerlukan panas sepertihalnya Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Panas reaktor Kartini dipindahkan me-
lalui air tangki reaktor kemudian disirkulasi melalui penukar panas dan
demineraliser oleg pompa yang menjadi satukesatuan Sispem pendingin

2
Primer. Panas yang berpindah dalam penukar panas selanjutnya diambil
oleh sistem sekunder yang terdiri dari sistem pemipaan sekunder, pom-
pa serta menara pendingin. Bagan lengkap sistem pendingin primer dan
sekunder terlihar pada Gambar II.1

Gambar II.1: Skema pendingin primer dan sekunder

A Sistem Pendingin Primer


Sistem pendingin primer didisain untuk mengambil panas dari teras
dan memindahkannya ke alat penukar panas. Sistem pendingin pri-
mer ini dilengkapi dengan pengukur laju aliran, pengukur suhu masuk
dan keluar, pengukur tekanan masuk dan keluar alat penukar panas.
Pengukur laju aliran Ultrasonic Flowmeter yang disambungkan ke
komputer.
Air pendingin primer dipompa menggunakan pomap sentrifugal
sebanyak sekitar 438 lpm melalui alat penukar panas untuk ditukark-
an panasnya dengan air sekunder.
Untuk menjaga kualitas air pendingin primer ini tetap bagus, ma-
ka sekitar 50 lpm dialirkan melalui demineralizer. Demineralizer ini
berisi resin penukar ion campuran Amberlite IRN-150 yang berguna
untuk membersihkan air dari ion-ion yang ada. Perhitungan disain
dari sistem pendingin primer ini dapat dinyatakan dengan perhitung-
an sebagai berikut :
Q = mCp ∆T (II.1)
dengan:
Q = kalor persatuan waktu yang dihasilkan di dalam rekator, J/det atau watt
m = Laju massa pendingin, kg/det
Cp = panas jenis pendigin, watt det/g/◦ K
∆T = beda suhu pendingin keluar teras dengan masuk teras, ◦ C
Bahan konstruksi yang digunakan sistem primer adalah aluminium Al
1.100 untuk tangki reaktor, sedangkan pipa-pipa air terbuat dari SS

3
304L, pemakaian kedua macam bahan ini karena relatif tahan ter-
hadap radiasi dan korosi, penipisan ketebalan tangki akibat korosi
diamati secara berkala menggunakan teknik ultrasonografi.
Pengaman instalasi sistem pendingin primer, antara lain dilakuk-
an dengan cara:
1. Pipa-pipa disambung dengan ulir dilapis pita teflon dan dipa-
datkan dengan epoxy
2. Pipa masukan sirkulasi pada jarak 1,5 m dari bibir tangki diberi
lubang dengan diameter 8 mm pada ketinggian 0,42 m dari bibir,
dengan maksud bila sistem gagal atau bocor, maka permukaan
air tangki akan turun paling rendah hanya sampai batas lubang
3. Perbaikan atau penggantian pompa bila terjadi kerusakan dapat
dilakukan dengan menutup katup masuk dan keluar, sehingga
aliran balik pompa akan tertahan, selain itu masih terdapat check
valve pada saluran keluaran pompa
4. Katup keluaran pompa dipasang pada sisi tegak dengan maksud
agar tidak terjadi gangguan yang berupa benturan dari luar, se-
hingga bila pada sisi keluaran pompa terjadi kebocoran, katup
dapat ditutup dan air tidak mengalir keluar tangki
5. Untuk perbaikan bila terjadi kerusakan alat penukar panas, ma-
ka dapat dilakukan dengan menutup katup-katup yang masuk
tangki, sehingga tidak perlu mengosongkan tangki
6. Pompa dan alat penukar panas diletakkan di tempat yang rendah
dengan maksud mengurangi gangguan atau benturan dari luar
dan bila ada kebocoran dari luar, air dapat terkumpul pada ruang
rendah tersebut.

No. Parameter Batas


1, pH 5,5-7
Tahanan jenis ≥0,3 MΩcm
2.
konduktivitas ≤3µS/cm
3. Kadar Na, Ca, Mg <=1 ppm

B Sistem Pendingin Sekunder


Sistem pendingin sekunder terdiri dari dari dua pesawat penukar pa-
nas (shell and tube dan plat), tiga buah pompa sekunder ( dua buah
pompa dihubungkan dengan pesawat penukar panas shell and tube,
dan satu buah pompa dihubungkan ke pesawat penukar panas plat)
dan dua buah menara pendingin. Sistem pendingin sekunder pada sa-
at menggunakan pesawat penukar panas shell and tube dilayani dua
pompa yang dioperasikan secara bergantian. Demikian juga menara
pendingin dioperasikan secara bergantian.
Sistem pendingin sekunder berfungsi mengambil panas dari pen-
dingin primer kemudian dibuang ke udara luar. Pembuangan atau

4
pelepasan panas ke lingkungan dilakukan dengan cara menyinggungk-
an butiran-butiran air dengan udara secara berlawanan arah di dalam
menara pendingin LBC-80, sehingga air akan melepaskan panasnya ke
udara secara difusi dan konveksi. Selanjutnya air yang sudah dingin
dipompa kembali ke alat pendingin.
Suhu air hasil pendinginan tergantung kepada : suhu air masuk,
kecepatan aliran air, suhu dan kelembaban relatif udara, kualitas me-
nara pendingin, termasuk pembutiran air dan kecepatan aliran udara.
Kecepatan alir air pendingin sekunder dapat 520 lpm (137 GPM)
jika memakai pesawat penukar panas plat atau 820 lpm (217 GPM)
jika memakai pesawat penukar panas shell and tube. Untuk perhi-
tungan, diambil suhu udara pendingin 30◦ C dan kelembaban relatif
68%
Suhu pendingin sekunder keluar dari cooling tower dihitung meng-
gunakan persamaan Merkel, yaitu:
Z T1
kaV dT
NDU = = (II.2)
L T2 Hs − H

jika diselesaikan memamkai cara numerik Chebyshev


Z T1  
kaV dT ∼ T1 − T2 1 1 1 1
= = + + +
L T2 hw − ha 4 ∆h1 ∆h2 ∆h3 ∆h4
(II.3)
dengan:
NDU = jumlah satuan difusi
K = koefisien transfer massa, lb air/(j.ft2 )
a = luas kontak, ft3 /ft2 luasan datar
L = kecepatan alir air, lb/(j ft2 )
hw = entalpi campuran udara-air pada suhunya
ha = entalpo campuran udara-air pada suhu bola basah
T1 = suhu air masuk, ◦ F
T2 = suhu air keluar, ◦ F
∆h1 = (hw − ha ) pada suhu T2 + 0, 1(T1 − T2 )
∆h2 = (hw − ha ) pada suhu T2 + 0, 4(T1 − T2 )
∆h3 = (hw − ha ) pada suhu T1 − 0, 4(T1 − T2 )
Desain dari menara pendingin (merk: LBC-80) yang dipakai ada-
lah sebagai berikut debit air 275 GPM, RH 60%, suhu bola kering
84◦ F, suhu bola basah 75◦ F, suhu air masuk 93 ◦ F, suhu air kelu-
ar 84◦ F, kecepatan udara 540 m3 /menit, diameter isian menara 1760
mm dan tinggi isian 460 mm.

C Perawatan Sistem Pendingin Primer dan Sekun-


der
Reaktor Kartini mempunyai program perawatan untuk memastikan
SSK berfungsi dengan baik dan terjaga kehandalannya. Program ter-
sebut merupakan turunan dari peraturan Bapeten No. 5 tahun 2011.

5
Program ini berisi panduan perawatan secara umum yang mengatur
tanggungjawab keselamatan, pemenuhan Sumber Daya Manusia yang
terkualifikasi serta pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan. Program
ini kemudian diturunkan menjadi Standar Operating Prosedur (SOP)
sebagai panduan teknis dan administratif pelaksanaan dilapangan.
SOP perawatan sistem pendingin reaktor meliputi SOP 015.2 RN
00 02 STA 4 (Rev 0- Tbt 0) Perawatan Sistem Pendingin Primer dan
Sistem Pendingin Sekunder; SOP 008.2 RN 00 02 STA 4 (Rev 2- Tbt
1) Pemeriksaan Sistem Pemipaan, Pompa, Katup, Dan Filter; dan
SOP 023.2 RN 00 01 STA 4 (Rev 0- Tbt 0) Pengujian Alat Ukur
Tekanan Flowmeter dan Konduktivitas.
Periode perawatan sistem pendingin telah ditentukan dalam La-
poran Analisis Keselamatan (LAK) reaktor Kartini dan telah disetu-
jui oleg Bapeten dalam lampiran Izin Perpanjangan Operasi Reaktor
Kartini.

No. Komponen/Sistem Dilakukan


Sitem pendingin primer dan sekunder
Pemeriksaan kebocoran sistem pemipaan,
1. pompma, katup, dan flowmeter 2 kali/tahun
(primer dan sekunder)
Pengujian untuk kerja alat ukur tekanan,
alat ukur laju alir, dan alat ukur 2 kali/tahun
konduktivitas
Resin diganti apabila tahanan
Penggantian resin perangkat pemurnian air
jenis air primer setelah keluar
(demineralize)
dari demineralizer <5MΩcm
Pembersihan filter perangakat pemurnian air
1 kali/2tahun
(demineralizer)
Menara pendingin
2. Pemeriksaan fan 2 kali/tahun
Pembersihan sistem menara pendingin 2 kali/tahun
3. Kalibrasi alat ukur temperatur, pH, tekanan 1 kali/2tahun

III. Langkah Kerja


Lankah kerja perawatan preventif sistem pendingin reaktor kartini dirang-
kum menggunakan table di bawah ini.

6
Tabel II.1: Form perawatan sistem pendingin primer

No. Kegiatan Status Keterangan


1. Surat Perintah Kerja (SPK)
2. Koordinasi Teknis
Pengawasan dan pelaksanaan
a. Pemakaian APD
b. Kondisi sumber tegangan ”OFF”
3.
c. Pembersihan dan perawatan membran valve
-kondisi membran valve
-kondisi fitting dan baut membran valve
-kondisi grease/oli
-kinerja valve dengan buka-tutup
-ganti membran jika bocor/sobek
d. pembersihan dan perawatan gate vale
-kinerja vale
-pelumasan ulir tuas gate valve
-kondisi gate vale
-kondisi fitting/ sambungan valve
-penggantaian seal tuas jika aus
-penggantian packing jika rusak, bocor
e. pembersihan dan perawatan pipa
-kondisi sambungan pipa
-pembersihan pipa
-pemeriksaan kebocoran aliran
-kondisi fitting/ sambungan pipa
-periksa dengan NDT jika perlu
Kriteria keberterimaan:
a. laju alir > 140 lpm
4. b. tingkat kebisingan (dB)
c. tingkat vibrasi pompa 1 (mm/s)
d. tingkat vibrasi pompa 2 (mm/s)
5. Pencatatan hasil kegiatan perawatan di log book

7
Tabel II.2: Form perawatan sistem pendingin sekunder

No. Kegiatan Status Keterangan


1. Surat Perintah Kerja (SPK)
2. Koordinasi Teknis
Pengawasan dan pelaksanaan
a. Pemakaian APD
b. Kondisi sumber tegangan ”OFF”
3.
c. Pembersihan dan perawatan membran valve
-kondisi membran valve
-kondisi fitting dan baut membran valve
-kondisi grease/oli
-kinerja valve dengan buka-tutup
-ganti membran jika bocor/sobek
d. pembersihan dan perawatan gate vale
-kinerja vale
-pelumasan ulir tuas gate valve
-kondisi gate vale
-kondisi fitting/ sambungan valve
-penggantaian seal tuas jika aus
-penggantian packing jika rusak, bocor
e. pembersihan dan perawatan pipa
-kondisi sambungan pipa
-pembersihan pipa
-pemeriksaan kebocoran aliran
-kondisi fitting/ sambungan pipa
-periksa dengan NDT jika perlu
4. Kriteria keberterimaan:
a. laju alir > 520 lpm HE Plat
b. laju alir > 820 lpm HE Tube
c. tingkat kebisingan (dB)
d. tingkat vibrasi pompa 1 (mm/s)
e. tingkat vibrasi pompa 2 (mm/s)
5. Pencatatan hasil kegiatan perawatan di log book

8
BAB III
DATA DAN ANALISIS

I. Data Praktikum

A Data Pompa Sistem Pendingin Sekunder


Tegangan antar fasa = 380V
Tegangan fasa-ground = 220V

Kebisingan Kebisingan Vibrasi awal Vibrasi Akhir


No. Nama Pompa
awal (dB) akhir (dB) (mm/s) (mm/s)
1. Pompa 1 - -
2. Pompa 2 61,56 82,2 0,9 5,1
3. Pompa 3 83,1 8

B Data Pompa Sistem Pendingin Primer


Tegangan antar fasa = 380V
Tegangan fasa ground = 220V

Kebisingan Kebisingan Vibrasi awal Vibrasi Akhir


No. Nama Pompa
awal (dB) akhir (dB) (mm/s) (mm/s)
1. Pompa 1 83,3 5
61,5 0
3. Pompa 2 83,6 8,1

9
C Data Pemeriksaan Tekanan Sistem Pendingin dan
Laju Air

Penukar Panas
Komponen
Tube Plat
In 2 2,3
Primer
Kondisi Out 1,6 1,55
Tekanan ON In 0,65 3
Sekunder
Sistem Out 0,5 0,7
Pendingin In 1,4 0,6
Primer
(Kg/cm2 ) Kondisi Out 0,55 0,2
OFF In 0 0
Sekunder
Out 0 0

Laju Air (LPM)


Primer Sekunder
Tube Plat Tube Plat
604,4 651 639,15 710,35

10
BAB IV
PENUTUP

I. Pembahasan
Pada praktikum ini, rekan praktikan melakukan perawatan preventif pada
Sistem Pendingin Gedung Reaktor Atom Kartini. Langkah perawatan
preventif ini berfungsi untuk mencegah kerusakan pada sistem pendingin.
Sistem pendingin berfungsi untuk memindahkan panas dari teras reaktor
kartini ke luar lingkungan. Panas dari teras reaktor harus dibuang karena
reaktor riset tidak memerlukan panas seperti halnya Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN). Sistem pendingin harus selalu beroperasi saat
reaktor sedang dioperasikan. Oleh sebab itu, perawatan preventif pada
sistem pendingin sangat penting untuk dilakukan. Sistem pendingin pada
reaktor kartini mempunyai denah seperti berikut.

Gambar IV.1

Bisa dilihat pada denah, pompa sekunder 1 dan pompa sekunder 2


terhubung dengan menara pendingin 1. Sedangkan, pompa sekunder 3
terhubung dengan menara pendingin 2. Pada pompa sekunder 1 dan
pompa sekunder 2 masing – masing terhubung dengan stainer yang ber-
fungsi sebagai penyaring atau pemisah kotoran dari aliran fluida sehingga
kotoran tersebut tidak ikut masuk kedalam jaringan pipa. Pada pipa –
pipa terdapat valve ( katup ) yang berfungsi untuk membuka dan me-

11
nutup jalur pipa supaya aliran fluida sesuai dengan apa yang diinginkan.
Valve tersebut diberi simbol Vs dan diberi nomor untuk mempermudah
membedakan antara valve yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat
mempermudah rekan praktikan dalam membaca dan memahami denah
dari sistem pendingin tersebut. Valve ini juga berfungsi untuk mengatur
aliran menuju He yang ingin digunakan ( Tabung atau Plat ).
Sebelum melakukan perawatan preventif, rekan praktikan memastikan
alat dan bahan yang diperlukan serta memakai alat pelindung diri su-
paya terhindar dari bahaya. Setelah itu, rekan praktikan menuju sistem
pendingin. Sistem pendingin ini terbagi menjadi dua yaitu, sistem pen-
dingin primer dan sekunder. Pada sistem pendingin sekunder, perawatan
preventif pertama yang rekan praktikan pastikan adalah kondisi pompa
sekunder 1, pompa sekunder 2, dan pompa sekunder 3. Rekan praktik-
an melakukan pengujian terhadap tingkat kebisingan dan tingkat vibrasi
pada pompa sekunder tersebut. Pada perhitungan tingkat kebisingan,
rekan praktikan menggunakan sound level meter dengan satuan desibel (
dB ). Dari data yang didapatkan rekan praktikan dapat menyimpulkan
bahwa pompa sekunder 2 dan pompa sekunder 3 bekerja dengan tingkat
kebisingan normal. Selanjutnya Pada perhitungan tingkat vibrasi, rekan
praktikan menggunakan vibration meter dengan satuan mm/s. Dari da-
ta yang didapatkan rekan praktikan dapat menyimpulkan bahwa pompa
sekunder 2 bekerja dengan tingkat vibrasi normal sedangkan pompa se-
kunder 3 bekerja dengan tingkat kebisingan tidak normal. Hal ini dapat
mengindikasikan terjadi kerusakan pada pompa sekunder 3. Oleh sebab
itu, rekan praktikan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih
lanjut terhadap pompa sekunder 3. Selanjutnya pada percobaan pompa
sekunder 1, terjadi anomali kerja sehingga data tingkat kebisingan dan
tingkat vibrasi yang didapatkan tidak stabil. Hal ini bisa saja disebabkan
oleh jalur dari pompa tidak sesuai sehingga aliran fluida di dalam pipa
tersumbat.
Setelah melakukan pemeriksaan terhadap sistem pendingin sekunder,
rekan praktikan melanjutkan perawatan preventif menuju sistem pendi-
ngin primer yang berada di dalam ruang reaktor. Pada sistem pendingin
primer, perawatan preventif pertama yang rekan praktikan lakukan ada-
lah kondisi pompa primer 1, dan pompa primer 2. Rekan praktikan me-
lakukan pengujian terhadap tingkat kebisingan dan tingkat vibrasi pada
pompa primer tersebut. Pada perhitungan tingkat kebisingan, rekan prak-
tikan mendapatkan data dan dapat menyimpulkan bahwa pompa primer
1 dan pompa primer 2 bekerja dengan tingkat kebisingan normal. Se-
lanjutnya rekan praktikan melakukan pengujian terhadap tingkat vibrasi.
Dari data yang didapatkan rekan praktikan dapat menyimpulkan bahwa
pompa primer 1 bekerja dengan tingkat vibrasi normal sedangkan pom-
pa primer 2 bekerja dengan tingkat vibrasi tidak normal. Hal ini dapat
mengindikasikan terjadi kerusakan pada pompa primer 2. Oleh sebab itu,
rekan praktikan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
terhadap pompa primer 2.

12
Selanjutnya, rekan praktikan melakukan pemeriksaan dan perawatan
preventif terhadap kondisi tekanan sistem pendingin dan laju air. Da-
lam pemeriksaan tekanan sistem pendingin, rekan praktikan menggunak-
an alat ukur manometer yang terpasang pada pipa – pipa jalur aliran
fluida. Manometer ini diberi nama Pp untuk tekanan pada aliran primer
dan Ps untuk tekanan pada aliran sekunder. Nama tersebut juga diikuti
dengan pemberian nomor supaya dapat mudah membedakan tekanan in
dan tekanan out. Dari data tekanan sistem pendingin yang didapatkan
rekan praktikan dapat menyimpulkan bahwa tekanan pendingin pada se-
luruh sistem pendingin berada dalam kondisi normal (tidak melebihi 4,1
Kg/cm2). Selanjutnya, rekan praktikan melakukan pengujian terhadap
laju air sistem pendingin. Pengujian ini menggunakan alat ukur flow me-
ter yang terpasang pada pipa – pipa jalur aliran fluida. Flow meter ini
diberi nama Fp untuk laju air pada aliran primer dan Fs untuk laju air
pada aliran sekunder. Nama tersebut juga diikuti dengan pemberian no-
mor supaya dapat mudah membedakan antara laju air yang menuju HE
Tube dan HE Plat. Dari data laju air yang didapatkan, rekan praktikan
dapat menyimpulkan bahwa laju air aliran primer dan laju air sekunder
yang menuju HE Plat bekerja pada kondisi normal. Sedangkan, pada laju
air sekunder yang menuju HE Tube bekerja pada kondisi tidak norma ka-
rena nilai laju air kurang dari 820 LPM. Oleh sebab itu, rekan praktikan
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap laju air
sekunder yang menuju HE Tube.

II. Kesimpulan
1. Langkah perawatan preventif berfungsi untuk mencegah kerusakan
sebelum terjadi yang dalam kasus ini adalah kerusakan dari sistem
pendingin.
2. Sistem pendingin berfungsi untuk memindahkan panas dari teras re-
aktor kartini ke luar lingkungan.
3. Perawatan preventif pada sistem pendingin meliputi pemeriksaan ter-
hadap kondisi sistem pendingin sekunder, sistem pendingin primer,
dan kondisi sistem pemipaan, pompa, katup, dan filter.
4. Dari data yang didapatkan, rekan praktikan dapat menyimpulkan
bahwa beberapa kondisi dari sistem pendingin bekerja tidak normal,
seperti pompa sekunder 3, pompa sekunder 1, pompa primer 2, dan
laju air sekunder menuju HE Tube.
5. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada kom-
ponen pada sistem pendingin yang bekerja tidak normal.

13

You might also like