Professional Documents
Culture Documents
Ilham Hafidz Fahry - P. Perawatan - Laprak 2
Ilham Hafidz Fahry - P. Perawatan - Laprak 2
Disusun oleh:
Nama : Ilham Hafidz Fahry
NIM : 031900022
Prodi/ Angkatan : Elektromekanika/ II
Tgl. Praktikum/ Tugas : 11 April 2022
Asisten Pendamping/ Dosen pengampu: Arga Susila Wicaksana
I. Tujuan Praktikum
Peserta praktikum dapat melakukan dan menerapkan kegiatan perawat-
an sistem elektro mekanik sistem pendingin primer dan sekunder reaktor
Kartini.
1
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2
Primer. Panas yang berpindah dalam penukar panas selanjutnya diambil
oleh sistem sekunder yang terdiri dari sistem pemipaan sekunder, pom-
pa serta menara pendingin. Bagan lengkap sistem pendingin primer dan
sekunder terlihar pada Gambar II.1
3
304L, pemakaian kedua macam bahan ini karena relatif tahan ter-
hadap radiasi dan korosi, penipisan ketebalan tangki akibat korosi
diamati secara berkala menggunakan teknik ultrasonografi.
Pengaman instalasi sistem pendingin primer, antara lain dilakuk-
an dengan cara:
1. Pipa-pipa disambung dengan ulir dilapis pita teflon dan dipa-
datkan dengan epoxy
2. Pipa masukan sirkulasi pada jarak 1,5 m dari bibir tangki diberi
lubang dengan diameter 8 mm pada ketinggian 0,42 m dari bibir,
dengan maksud bila sistem gagal atau bocor, maka permukaan
air tangki akan turun paling rendah hanya sampai batas lubang
3. Perbaikan atau penggantian pompa bila terjadi kerusakan dapat
dilakukan dengan menutup katup masuk dan keluar, sehingga
aliran balik pompa akan tertahan, selain itu masih terdapat check
valve pada saluran keluaran pompa
4. Katup keluaran pompa dipasang pada sisi tegak dengan maksud
agar tidak terjadi gangguan yang berupa benturan dari luar, se-
hingga bila pada sisi keluaran pompa terjadi kebocoran, katup
dapat ditutup dan air tidak mengalir keluar tangki
5. Untuk perbaikan bila terjadi kerusakan alat penukar panas, ma-
ka dapat dilakukan dengan menutup katup-katup yang masuk
tangki, sehingga tidak perlu mengosongkan tangki
6. Pompa dan alat penukar panas diletakkan di tempat yang rendah
dengan maksud mengurangi gangguan atau benturan dari luar
dan bila ada kebocoran dari luar, air dapat terkumpul pada ruang
rendah tersebut.
4
pelepasan panas ke lingkungan dilakukan dengan cara menyinggungk-
an butiran-butiran air dengan udara secara berlawanan arah di dalam
menara pendingin LBC-80, sehingga air akan melepaskan panasnya ke
udara secara difusi dan konveksi. Selanjutnya air yang sudah dingin
dipompa kembali ke alat pendingin.
Suhu air hasil pendinginan tergantung kepada : suhu air masuk,
kecepatan aliran air, suhu dan kelembaban relatif udara, kualitas me-
nara pendingin, termasuk pembutiran air dan kecepatan aliran udara.
Kecepatan alir air pendingin sekunder dapat 520 lpm (137 GPM)
jika memakai pesawat penukar panas plat atau 820 lpm (217 GPM)
jika memakai pesawat penukar panas shell and tube. Untuk perhi-
tungan, diambil suhu udara pendingin 30◦ C dan kelembaban relatif
68%
Suhu pendingin sekunder keluar dari cooling tower dihitung meng-
gunakan persamaan Merkel, yaitu:
Z T1
kaV dT
NDU = = (II.2)
L T2 Hs − H
5
Program ini berisi panduan perawatan secara umum yang mengatur
tanggungjawab keselamatan, pemenuhan Sumber Daya Manusia yang
terkualifikasi serta pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan. Program
ini kemudian diturunkan menjadi Standar Operating Prosedur (SOP)
sebagai panduan teknis dan administratif pelaksanaan dilapangan.
SOP perawatan sistem pendingin reaktor meliputi SOP 015.2 RN
00 02 STA 4 (Rev 0- Tbt 0) Perawatan Sistem Pendingin Primer dan
Sistem Pendingin Sekunder; SOP 008.2 RN 00 02 STA 4 (Rev 2- Tbt
1) Pemeriksaan Sistem Pemipaan, Pompa, Katup, Dan Filter; dan
SOP 023.2 RN 00 01 STA 4 (Rev 0- Tbt 0) Pengujian Alat Ukur
Tekanan Flowmeter dan Konduktivitas.
Periode perawatan sistem pendingin telah ditentukan dalam La-
poran Analisis Keselamatan (LAK) reaktor Kartini dan telah disetu-
jui oleg Bapeten dalam lampiran Izin Perpanjangan Operasi Reaktor
Kartini.
6
Tabel II.1: Form perawatan sistem pendingin primer
7
Tabel II.2: Form perawatan sistem pendingin sekunder
8
BAB III
DATA DAN ANALISIS
I. Data Praktikum
9
C Data Pemeriksaan Tekanan Sistem Pendingin dan
Laju Air
Penukar Panas
Komponen
Tube Plat
In 2 2,3
Primer
Kondisi Out 1,6 1,55
Tekanan ON In 0,65 3
Sekunder
Sistem Out 0,5 0,7
Pendingin In 1,4 0,6
Primer
(Kg/cm2 ) Kondisi Out 0,55 0,2
OFF In 0 0
Sekunder
Out 0 0
10
BAB IV
PENUTUP
I. Pembahasan
Pada praktikum ini, rekan praktikan melakukan perawatan preventif pada
Sistem Pendingin Gedung Reaktor Atom Kartini. Langkah perawatan
preventif ini berfungsi untuk mencegah kerusakan pada sistem pendingin.
Sistem pendingin berfungsi untuk memindahkan panas dari teras reaktor
kartini ke luar lingkungan. Panas dari teras reaktor harus dibuang karena
reaktor riset tidak memerlukan panas seperti halnya Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN). Sistem pendingin harus selalu beroperasi saat
reaktor sedang dioperasikan. Oleh sebab itu, perawatan preventif pada
sistem pendingin sangat penting untuk dilakukan. Sistem pendingin pada
reaktor kartini mempunyai denah seperti berikut.
Gambar IV.1
11
nutup jalur pipa supaya aliran fluida sesuai dengan apa yang diinginkan.
Valve tersebut diberi simbol Vs dan diberi nomor untuk mempermudah
membedakan antara valve yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat
mempermudah rekan praktikan dalam membaca dan memahami denah
dari sistem pendingin tersebut. Valve ini juga berfungsi untuk mengatur
aliran menuju He yang ingin digunakan ( Tabung atau Plat ).
Sebelum melakukan perawatan preventif, rekan praktikan memastikan
alat dan bahan yang diperlukan serta memakai alat pelindung diri su-
paya terhindar dari bahaya. Setelah itu, rekan praktikan menuju sistem
pendingin. Sistem pendingin ini terbagi menjadi dua yaitu, sistem pen-
dingin primer dan sekunder. Pada sistem pendingin sekunder, perawatan
preventif pertama yang rekan praktikan pastikan adalah kondisi pompa
sekunder 1, pompa sekunder 2, dan pompa sekunder 3. Rekan praktik-
an melakukan pengujian terhadap tingkat kebisingan dan tingkat vibrasi
pada pompa sekunder tersebut. Pada perhitungan tingkat kebisingan,
rekan praktikan menggunakan sound level meter dengan satuan desibel (
dB ). Dari data yang didapatkan rekan praktikan dapat menyimpulkan
bahwa pompa sekunder 2 dan pompa sekunder 3 bekerja dengan tingkat
kebisingan normal. Selanjutnya Pada perhitungan tingkat vibrasi, rekan
praktikan menggunakan vibration meter dengan satuan mm/s. Dari da-
ta yang didapatkan rekan praktikan dapat menyimpulkan bahwa pompa
sekunder 2 bekerja dengan tingkat vibrasi normal sedangkan pompa se-
kunder 3 bekerja dengan tingkat kebisingan tidak normal. Hal ini dapat
mengindikasikan terjadi kerusakan pada pompa sekunder 3. Oleh sebab
itu, rekan praktikan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih
lanjut terhadap pompa sekunder 3. Selanjutnya pada percobaan pompa
sekunder 1, terjadi anomali kerja sehingga data tingkat kebisingan dan
tingkat vibrasi yang didapatkan tidak stabil. Hal ini bisa saja disebabkan
oleh jalur dari pompa tidak sesuai sehingga aliran fluida di dalam pipa
tersumbat.
Setelah melakukan pemeriksaan terhadap sistem pendingin sekunder,
rekan praktikan melanjutkan perawatan preventif menuju sistem pendi-
ngin primer yang berada di dalam ruang reaktor. Pada sistem pendingin
primer, perawatan preventif pertama yang rekan praktikan lakukan ada-
lah kondisi pompa primer 1, dan pompa primer 2. Rekan praktikan me-
lakukan pengujian terhadap tingkat kebisingan dan tingkat vibrasi pada
pompa primer tersebut. Pada perhitungan tingkat kebisingan, rekan prak-
tikan mendapatkan data dan dapat menyimpulkan bahwa pompa primer
1 dan pompa primer 2 bekerja dengan tingkat kebisingan normal. Se-
lanjutnya rekan praktikan melakukan pengujian terhadap tingkat vibrasi.
Dari data yang didapatkan rekan praktikan dapat menyimpulkan bahwa
pompa primer 1 bekerja dengan tingkat vibrasi normal sedangkan pom-
pa primer 2 bekerja dengan tingkat vibrasi tidak normal. Hal ini dapat
mengindikasikan terjadi kerusakan pada pompa primer 2. Oleh sebab itu,
rekan praktikan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
terhadap pompa primer 2.
12
Selanjutnya, rekan praktikan melakukan pemeriksaan dan perawatan
preventif terhadap kondisi tekanan sistem pendingin dan laju air. Da-
lam pemeriksaan tekanan sistem pendingin, rekan praktikan menggunak-
an alat ukur manometer yang terpasang pada pipa – pipa jalur aliran
fluida. Manometer ini diberi nama Pp untuk tekanan pada aliran primer
dan Ps untuk tekanan pada aliran sekunder. Nama tersebut juga diikuti
dengan pemberian nomor supaya dapat mudah membedakan tekanan in
dan tekanan out. Dari data tekanan sistem pendingin yang didapatkan
rekan praktikan dapat menyimpulkan bahwa tekanan pendingin pada se-
luruh sistem pendingin berada dalam kondisi normal (tidak melebihi 4,1
Kg/cm2). Selanjutnya, rekan praktikan melakukan pengujian terhadap
laju air sistem pendingin. Pengujian ini menggunakan alat ukur flow me-
ter yang terpasang pada pipa – pipa jalur aliran fluida. Flow meter ini
diberi nama Fp untuk laju air pada aliran primer dan Fs untuk laju air
pada aliran sekunder. Nama tersebut juga diikuti dengan pemberian no-
mor supaya dapat mudah membedakan antara laju air yang menuju HE
Tube dan HE Plat. Dari data laju air yang didapatkan, rekan praktikan
dapat menyimpulkan bahwa laju air aliran primer dan laju air sekunder
yang menuju HE Plat bekerja pada kondisi normal. Sedangkan, pada laju
air sekunder yang menuju HE Tube bekerja pada kondisi tidak norma ka-
rena nilai laju air kurang dari 820 LPM. Oleh sebab itu, rekan praktikan
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap laju air
sekunder yang menuju HE Tube.
II. Kesimpulan
1. Langkah perawatan preventif berfungsi untuk mencegah kerusakan
sebelum terjadi yang dalam kasus ini adalah kerusakan dari sistem
pendingin.
2. Sistem pendingin berfungsi untuk memindahkan panas dari teras re-
aktor kartini ke luar lingkungan.
3. Perawatan preventif pada sistem pendingin meliputi pemeriksaan ter-
hadap kondisi sistem pendingin sekunder, sistem pendingin primer,
dan kondisi sistem pemipaan, pompa, katup, dan filter.
4. Dari data yang didapatkan, rekan praktikan dapat menyimpulkan
bahwa beberapa kondisi dari sistem pendingin bekerja tidak normal,
seperti pompa sekunder 3, pompa sekunder 1, pompa primer 2, dan
laju air sekunder menuju HE Tube.
5. Disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada kom-
ponen pada sistem pendingin yang bekerja tidak normal.
13