You are on page 1of 17

“TUGAS PERAWAT DALAM PATIENT SAFETY

MENGGUNAKAN TEKNIK SBAR”

DISUSUN OLEH :

MIRA FEBRI ANEL

PO72201211720

DOSEN PENGAJAR

DEWI PUSPA RIANDA,SST.,MPH

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik sehat maupun sakit (UU RI No 38, 2014). Perawat yang meberikan pelayanan
harus dapat mengatasi masalah pasien dengan fokus utama mengubah perilaku pasien
sehingga pasien dapat mandiri (Nursalam, 2015). Perawat harus memiliki
keterampilan dasar yang penting yaitu komunikasi sehingga dalam pelaksanaan
praktik keperawatan dapat dilaksanakan secara berkualitas (Kemenkes, 2016).

Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan


saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih yang berkerja sama. Komunikasi
yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi dan menyebabkan masalah keselamatan pasien dan akan menimbulkan
resiko kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan misalnya, kesalahan dalam
pemberian obat ke pasien, kesalahan melakukan prosedur tindakan perawat.
Komunikasi harus dibangun dengan aspek kejelasan, ketepatan sehingga dapat
meningkatkan keselamatan pasien (Hadi, 2016).

Komunikasi SBAR (situation, Background, Assessment, Recommendation)


merupakan metode komunikasi efektif terstruktur yang digunakan oleh perawat
dalam menyampaikan kondisi pasien kepada sesama perawat dan tim medis lainnya
(SNARS, 2017). Komunikasi efektif dengan metode SBAR memberikan solusi
kepada pihak rumah sakit untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi, seperti
timbang terima pasien, merujuk pasien, masalah kritis dan panggilan melalui telepon
(Simamora, 2018).
Komunikasi SBAR dapat membantu petugas kesehatan untuk malakukan
komunikasi yang efektif dan terstuktur serta menghemat waktu sehingga dapat
meningkatkan keselamatan pasien. Randmaa (2013) & Blom (2015) mengatakan
bahwa SBAR dapat meningkatkan komunikasi antar petugas kesehatan,
meningkatkan keselamatan pasien dan mengurangi insiden akibat kesalahan
komunikasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi SBAR

Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis


untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat
dan efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR untuk mencapai
keterampilan berfikir kritis serta menghemat waktu. (Rina, 2015).

Komunikasi Situation Background Assessment Recommendation (SBAR)


dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar pasien safety dari Kaiser
Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi antara dokter dan
perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk komunikasi dalam situasi
berisiko tinggi antara perawat dan dokter, tehnik SBAR juga dapat digunakan untuk
berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan antara perawat. Di Kaiser tempat
asalnya, tehnik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan tugas antara klinis, tetapi
juga untuk berbagai laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan via email atau
voice mail serta bagian IT untuk mengatasi masalah. (JCI, 2010 Dalam Penelitian
Rina, 2015).

SBAR merupakan kerangka komunikasi yang mempermudah mengatasi


hambatan dalam komunikasi. SBAR merupakan bentuk struktur mendasari
komunikasi antara pemberi informasi dengan penerima informasi. SBAR mudah
diingat yang praktis untuk komunikasi atau percakapan. SBAR tersusun sebagai
berikut:

S = Situation

B = Background
A = Assessment

R = Recommendation.

2.2 Tujuan Komunikasi SBAR

2.2.1 Tujuan Komunikasi SBAR

a. Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara


anggota tim perawatan kesehatan dengan dokter.

b. Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien saat ini dan
setiap perubahan terbaru yang terjadi atau untuk mengantisifasi apabila
terjadi perubahan.

c. Membantu staf menjadi advokat pasien.

Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR (Byred et al, 2009):

1. Meningkatkan keamanan keselamatan pasien (patient safety)

2. Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi informasi.

3. Meningkatkan kekuatan atau kejelasan dari para pemberi pelayanan kesehatan


dalam mengajukan permintaan peribahan perawatan pasien atau untuk
menyelesaikan informasi dalama keadaan kritis dengan benar dan akurat

4. Meningkatkan efektivitas kerja tim.

Manfaat komunikasi SBAR:

 Meningkatkan patient safety


 Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang
 Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang efektif
 Memberikan informasi terkait kondisi klien secara lengkap
 Komunikasi menggunakan SBAR dapat mengurangi insiden komunikasi yang
tidak terjawab dan telah terjadi melalui penggunaan asumsi, bantuan atau
ketidakjelasan sikap.

Penggunaan SBAR:

SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal, tertulis


lewat menyusun surat, dari berbagai keadaan perawatan pasien antara lain:

1. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap

2. Komunikasi pada kasus atau kondisi urgen dan non urgen

3. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon

4. Keadaan khusus antara dokter dengan perawat

5. Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter

6. Mendiskusikan dengan konsultasn professional lain misal terapi respiasi


fisioterapi

7 .Komunikasi pada saat perubahan shift jaga

8. Meningkatkan perhatian

9. Serah terima dari petugas ambulan kepada staf rumah sakit


2.3 Model Komunikasi SBAR

2.3.1 Model Konsep Komunikasi SBAR

Pelaksanaan Komunikasi tool SBAR disaat berkomunikasi secara


langsung berhadapan dengan tim kesehatan yang lain. Langkah-langkah
tersebut dijelaskan dibawah ini menurut Capital Health (2011) Quality
Improvement Tool dan menurut Rina (2015) konsep SBAR yaitu sebagai
berikut:

2.3.1.1 S (Situation)

Merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada pasien:

a. Mengidentifikasi diri, unit, pasien dan nomor kamar

b. Menentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini

c. Jelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali percakapan ini dan
menjelaskan bahwa pasien telah mengalami perubahan kondisi.

d. Nyatakan masalah secara singkat: Apa, kapan dimulai dan tingkat keparahan

2.3.1.2 B (Background)

Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi, meliputi:

a. Daftar pasien

b. Nomor medical record

c. Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan


d. Daftar obat terkijni, alergi dan hasil laboratorium

e. Hasil terbaru TTV pasien

f. Hasil laboratorium dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil dari tes
laboratorium sebagai pembanding

g. Informasi klinik lainnya

Jadi, background merupakan informasi penting tentang apa yang


berhubungan dengan kondisi pasien terkini.

a. Menyatakan tanggal tanggal penerimaan pasien, diagnosisnya, dan sejarah


medis pasien.

b. Berikan sinopsis atau ringkasan singkat dari apa yang telah dilakukan
selama ini.

2.3.1.3 A (Assessment/Pengkajian)

a. Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang terkini.

b. Ringkasan kondisi atau situasi pasien.

c. Jelaskan apa yang menjadi permasalahannya: “Saya tidak yakin apa


masalah dari pasien, namun kondisi pasien memburuk, dan tidak stabil,
sehingga perlu dilakukakn suatu tindakan”.

d. Memperluas pernyataan perawat dengan tanda-tanda dan gejalanya.

2.3.1.4 R (Recommendation)

a. Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu dilakukan untuk


mengatasi masalah pasien pada saat ini.

b. Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil tindakan


(misalnya: tes laboratorium, perawatan).
c. Perawat meromendasikan dokter untuk melakukan kunjungan kepada
pasien dan keluarga pasien.

d. Apakah ada tes lain yang diperlukan seperti: EKG

e. Perawat menyampaikan kepada dokter setiap terdapat pengobatan baru


atau apabila ada perubahan dalam perintah segera diinformasikan oleh
doter kepada perawat.

f. Jika terdapat perbaikan ataupun tidak adanya perbaikan kondisi pada


pasien, perawat akan menghubungi dokter kembali, menanyakan ke
dokter tindakan yang harus dilakukan perawat sampai ditempat (Capital
Health, 2011).

Standar Komunikasi Efektif SBAR di Rumah Sakit

2.3.1.1 Situation (kondisi terkini yang terjadi pada Klien)

a. Perawat menyebutkan nama dan umur klien

b. Perawat menyebutkan tanggal klien masuk ruangan dan hari perawatannya

c. Perawat menyebutkan nama dokter yang menangani klien

d. Perawat menyebutkan diagnose medis klien/masalah kesehatan yang


dialami klien (penyakit).

e. Perawat menyebutkan masalah keperawatan klien yang sudah dan belum


teratasi.

2.3.1.2 Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi klien terkini)

a. Perawat menjelaskan intervensi/tindakan dari setiap masalah keperawatan


klien

b. Perawat menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan


c. Perawat menyebutkan pemasangan alat invasif (infus, dan alat bantu lain
seperti kateter dll), serta pemberian obat dan cairan infuse.

d. Perawat menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan klien terhadap


diagnose medis/penyakit yang dialami klien

2.3.1.3 Assessment (hasil pengkajian dari kondisi klien terkini)

a. Perawat menjelaskan hasil pengkajian klien terkini

b. Perawat menjelaskan kondisi klinik lain yang mendukung seperti hasil lab,
rontgen dll

2.3.1.4 Recommendation/Rekomendasi

Perawat menjelaskan intervensi/tindakan yang sudah teratasi dan belum


teratasi serta tindakan yang harus dihentikan, dilanjutkan atau dimodifikasi.
Model SBAR:

Menurut Rina (2015) sebelum operan pasien:

a. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini


b. Kumpulkan data – data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan
c. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus
dilanjutkan
d. Baca & pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian perawat
shift sebelumnya
e. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian

Model penerapan komunikasi SBAR antara lain:

a. Operan

Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati laporan
yang berkaitan dengan kondisi klien. Tujuan dilakukan operan adalah untuk
menyampaikan kondisi klien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum
dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja.
Untuk mencapai tujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR. Operan
perawat secara modern dengan teknik SBAR menurut JCI (2010) adalah :

a. Pertama dengan mempersiapkan format pendokumentasian menggunakan teknik


SBAR pada masing-masing pasien setiap shift, buku catatan operan, dan rekam
medik pasien.
b. Kedua menyampaikan keadaan pasien dan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan
dan kemajuan keadaan pasien setelah tindakan dilakukan di nurse station sesuai
dengan metode SBAR.

c. Ketiga setelah operan nurse station dilanjutkan dengan melihat keadaan pasien
secara langsung dan menanyakan kepada pasien tentang kemajuan keadaan pasien
dan keluhan yang masih dirasakan, dan pemberian pendidikan kesehatan pada pasien
dan keluarga.

Pelaporan Kondisi Klien

Pelaporan Kondisi Klien dilakukan oleh perawat kepada tenaga medis lain
termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setipap kondisi klien kepada
dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi klien.
Pelaporan kondisi klien yang efektif dapat meningkatkan keselamatan klien. Faktor
yang dapat mempengaruhi pelaporan kondisi klien adalah komunikasi. Komunikasi
yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan klien.
Berbagai jurnal yang telah diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat
meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka keselamatan klien
meningkat.

Transfer klien

Transfer klien adalah perpindahan klien dari satu ruangan ke ruangan lain dan
dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Transfer klien dibagi menjadi transfer klien internal dan external. Transfer klien
internal adalah transfer antar ruangan didalam rumah sakit dan transfer klien external
adalah transfer antar rumah sakit. Transfer klien dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer.
Kemampuan dan pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah
memahami proses pra transfer, peralatan transfer, dan komunikasi saat transfer klien.
2.3 Contoh Komunikasi SBAR

2.3.1 Skenario Operan Antar Shift dengan Metode SBAR:

S : Situation

Pasien Tn.X (45 tahun)

Kamar 1

Dengan Dx. Asma

Kesadaran Composmentis

Klien masih mengalami sesak napas

Pernapasan dengan cuping hidung

Pernapasan cepat

Terdapat sekret yang kental

B : Background

- Telah diberikan terapi O2 sebanyak 2 liter


- Telah diberikan terapi nebulizer

A : Assessment

Pemeriksaan TTV :

 TD : 130/90 mmHg
 P : 22 x/m
 N : 84 x/m
 T : 36,8 C
 Diet TKTP
 Terapi IVFD RL 20 tpm

R : Recommendation

 Lakukan pemeriksaan TTV setiap 5 jam


 Lakukan pemberian terapi nebulizer 1-2x/jam
 Pantau pemberian terapi O2.

Situations Backgrounds
“dr. Ahmad, saya Ida, perawat Ruang Klien tersebut pasca operasi bedah
Fresia 2, saat ini Klien dokter yaitu Ibu digestif satu hari yang lalu. Riwayat
Lina dengan tanggal lahir 4 Oktober penyakit jantung dan paru-paru tidak
1955 mengeluh sesak nafas ada. Frekuensi napas 40 kali per menit
dan saturasinya 70%.
Assesment Recomendation
Suara nafasnya menurun di area dada Saya rasa sebaiknya Klien harus
kanan dengan adanya rasa nyeri ditangani segera. Apakah dokter akan
datang ? Ataukan Klien perlu segera
dipindahkan ke ICU ?

Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR (Haig, K.M., dkk.,
2006) :

Situation (S) - Sebutkan nama Anda dan unit


- Sebutkan identitas pasien dan
nomor kamar pasien.
- Sebutkan masalah pasien
tersebut (misalnya sesak nafas,
nyeri dada, dsb.
Background (B) - Sebutkan diagnosis dan data
klinis pasien sesuai kebutuhan :
- Status kardiovaskular (nyeri
dada, tekanan darah, EKG, dsb.)
- status respirasi (frekuensi
pernafasan, Sp02, analisis gas
darah, dsb.)
- Status gastro-intestinal (nyeri
perut, muntah, perdarahan, dsb.)
- Neurologis (GCS, pupil,
kesadaran, dsb.)
- Hasil laboratorium/pemeriksaan
penunjang lainnya.
Assessment (A) - Sebutkan problem pasien
tersebut :
- Problem kardiologi (syok
kardiogenik, aritmia maligna,
dsb.)
- Problem gastro-intestinal
(perdarahan massif dan syok).
Recommendation (R) - Rekomendasi (pilih sesuai
kebutuhan) :
Saya meminta dokter untuk :
- Memindahkan pasien ke ICU
- Segera datang melihat pasien
- Mewakilkan dokter lain untuk
datang
- Konsultasi ke dokter lain
- Pemeriksaan atau terapi apa
yang diperlukan
- Foto rontgen
- Pemeriksaan analisi gas darah
- Pemeriksaan EKG
- Pemberian oksigenasi
- Beta 2 agonis nebulizer
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, pada prinsipnya, komunikasi efektif


merupakan penyampaian informasi dengan benar, tidak terjadi salah persepsi
antara pemeberi informasi maupun penerima informasi. Sehingga, sebelum
komunikasi dihentikan, dilakukan klarifikasfi baik oleh pemberi informasi
maupun penerima informasi (read back). Penggunaan SBAR dalam komunikasi
merupakan keharusan dalam program keselamatan pasien dengan harapan
meminimalkan kesalahan dalam berkomunikasi. Dengan diterbitkan pedoman
komunikasi efektif ini, diharapkan semua petugas yang menangani pasien
melaksanakan melaksanakannya.

You might also like