You are on page 1of 6

TUGAS MPS

“ Serah terima dengan menggunakan tekni SBAR”

DISUSUN OLEH:
NAMA: SOPIANTI
NIM: PO7220121 1734
KELAS: 1A KEPERAWATAN

DOSEN PENGAJAR
Dewi Puspa Rianda, SST.,MPH

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
Komunikasi SBAR : Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah
sakit adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan
handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang
disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap
eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat
digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf
di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan
untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan lainnya.

PENGERTIAN : Suatu standar sistem komunikasi antar tenaga kesehatan guna


mengkomunikasikan hal-hal mengenai pengelolaan pasien.

TUJUAN :Tercapainya Keselamatan Pasien terutama sasaran mengenai


Komunikasi yang Efektif.

KEBIJAKAN : Komunikasi antar petugas kesehatan dilakukan dengan metode


SBAR.

PROSEDUR : Langkah melakukan SBAR (Situation, Background, Assesment,


Recommendation) dan konfirmasi ulang.

1. Situation (S)
Situation adalah kondisi terkini yang terjadi pada pasien. Situation berisi
mengenai data pasien yang meliputi nama pasien, tanggal lahir, tanggal masuk,
hari perawatan, dokter yang bertanggung jawab, perawat yang bertanggung
jawab, nama ruangan, nomor tempat tidur, alasan masuk rumah sakit, diagnosa
medis, masalah keperawatan dan keluhan utama pasien.
Sebutkan:
 salam,
 identitas pelapor dan asal ruang perawatan,
 identitas pasien, dan
 alasan untuk melaporkan kondisi pasien, secara subyektif dan obyektif.

Dengan kata-kata, ”Selamat pagi/siang/malam, saya …. dari ruangan


… RS …, hendak melaporkan pasien Tn/Ny/An …. Saat ini kondisi pasien
….. dengan tanda-tanda vital ….”

2. Background (B)
Background menjelaskan kondisi pasien secara lengkap. Perawat akan
menyebutkan riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya, riwayat alergi, hasil
laboratorium, hasil rontgent, pengobatan dan intervensi keperawatan yang telah
dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan perawatan dan pengobatan

Sebutkan:
 latar belakang pasien, yaitu Riwayat Penyakit Sekarang (RPS),
 alasan pasien dirawat inap (bila rawat inap),
 pengelolaan pasien yang sudah berjalan, dan
 terapi yang diterima pasien sampai saat itu (yang signifikan).
Sudah dilakukan tindakan …. pengobatan …..”

3. Asessment (A)
Assessment merupakan pengkajian kondisi pasien terkini. Informasi
tersebutmeliputi tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, frekuensi nafas), tingkat
kesadaran, nyeri yang dirasakan, status nutrisi (berat badan, tinggi badan, index
massa tubuh), kemampuan buang air besar dan air kecil, keberadaan luka di tubuh
(khususnya luka dekubitus) dan informasi klinis lain yang mendukung.

Sebutkan penilaian kondisi pasien menurut pelapor (bila ada)


Dengan kata-kata, ”Menurut saya kondisi pasien mengarah ke ….”

4. Recommendation (R)
Recommendation menginformasikan tindakan keperawatan yang seharusnya
berdasarakan data situation, background, dan assessment meliputi rencana
tindakan yang akan dilakukan, rencana tindak lanjut, solusi yang bisa perawat
tawarkan kepada dokter, apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk
memperbaiki kondisi pasien, dan waktu yang diharapkan perawat saat tindakan
itu terjadi.

Instrumen timbang terima dengan metode SBAR ini meningkatkan


kemampuan perawat dalam mengidientifikasi keluhan dan kodisi pasien dengan
cepat dan sistematis sehingga segera diberikan solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut dalam bentuk pemberian perawatan dan pengobatan yang
tepat berdasar keluhan pasien. Selain itu, mempermudah penyampaian informasi
antar perawat dan tim kesehatan lain yang juga merawat pasien, seperti dokter,
farmasi, dan ahli gizi. Penggunaan instrumen yang tepat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dna berdampak pada kepuasan pasien selama dirawat di
rumah sakit.

Sebutkan rekomendasi untuk pasien menurut pelapor (bila ada)


Dengan kata-kata, ”Apa yang perlu dilakukan? Mohon dokter segera datang”
Dengan kata-kata, ”Pasien dengan diagnosis …. perawatan hari ke ….

 Konfirmasi ulang.
– Catat hasil pembicaraan pada secarik kertas,
– sebutkan ulang kepada pihak yang dilapori,
– bila benar, pihak yang dilapori menyatakan setuju dengan hasil tersebut.
– Pembicaraan selesai.

 Khusus untuk konsultasi perawat dengan dokter:


– Salin hasil pembicaraan di status pasien dengan urutan SBAR.
– Bubuhkan stempel untuk tempat tanda tangan dokter.
– Dalam waktu 1×24 jam, dokter yang dikonsuli harus membubuhkan tanda
tangan sebagai bentuk pengesahan instruksi tersebut

 Sistem komunikasi SBAR digunakan untuk mengkomunikasikan pasien dan


pengelolaannya, terutama komunikasi verbal baik langsung maupun melalui
sambungan telepon antar tenaga kesehatan yaitu antara:
– Perawat dengan dokter
– Konsultasi antardokter
– Antarbagian layanan kesehatan
– Pergantian petugas jaga (shift)

 Unit Terkait :
– Keperawatan.
– Dokter.
– Instalasi Rehabilitasi Medik.
– Laboratorium.
– Radiologi.
– Instalasi Gizi.
– Instalasi Gawat Darurat.
Contoh Komunikasi SBAR :
 Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1. Situation (S) : Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2017
sudah 3 hari perawatan, DPJP :dr Ria, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal
kronik.
Masalah keperawatan:
– Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
– Perubahan kebutuhan nutrisi kurang

2. Background (B) :
– Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
– Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
– Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
– Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
– Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
– Diet : rendah protein 1 gram

3. Assessment (A) :
– Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C,
RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine
sedikit, eliminasi faeses baik.
– Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
– Pasien masil mengeluh mual.

4. Recommendation (R) :
– Awasi balance cairan
– Batasi asupan cairan
– Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
– Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp
– Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
– Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur

You might also like