You are on page 1of 8

Pengaruh Diagnosa Keperawatan Terhadap Pemberian Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Hipertensi

Clara Febiola Purba (febiolapurba02@gmail.com)

Latar Belakang

Derajat kesehatan yang optimal merupakan suatu hal yang penting, tetapi banyak
masyarakat yang kurang menyadari akan hal itu. Banyak penyakit yang mengancam sejak usia
muda antara lain hipertensi, diabetes, kanker dan penyakit paru. Hipertensi merupakan faktor
beresiko yang menyebabkan kematian dini, penyakit ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan dan
gaya hidup seseorang. Menurut (Dipiro,dkk,2011) hipertensi merupakan penyakit yang dapat
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah secara menetap. Umumnya seseorang dapat
dikatan mengidap penyakit hipertensi jika tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg.
Hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi
sekunder. Penyakit ini mematikan dikarenakan penderita tidak mengetahui bahwa dirinya
mengidap penyakit hipertensi. Hal tersebut mengakibatkan penderita datang untuk berobat pada
saat setelah timbulnya gejala atau kelainan organ akibat hipertensi. Maka diagnose keperawatan
sangat mempengaruhi terhadap pemberian asuhan keperawatan pada pasien.

Tahapan-tahapan diagnose keperawatan memungkinkan perawat untuk menganalisis data


yang diberikan oleh pasien. Menurut Nursalam (2008) instrument studi dokumentasi penerapan
standar asuhan keperawatan di rumah sakit menggunakan instrument A dari DEPKES yaitu
standar I (Pengkajian Keperawatan), standar II (Diagnosa Keperawatan), standar III
(Perencanaan Keperawatan), standar IV (Intervensi Keperawatan), standar V (Evaluasi
Keperawatan), dan standar VI (Catatan Asuhan Keperawatan). Diagnosa keperawatan dapat
menggambarkan suatu masalah atau penyakit yang di derita oleh pasien. Diagnose keperawatan
memberikan dasar untuk membuat asuhan keperawatan dan menentukann intervensi-intervensi
yang diperlukan untuk mecapai hasil yang maksimal. Diagnose yang diangkat berdasarkan
masalah yang ditemukan, perencanaan keperawatan, tindakan yang dilakukan dan evaluasi dari
proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Pemberian asuhan keperawatan
terfokus pada upaya penyembuhan suatu penyakit. Apabila perawat menemukan kesulitan
memilih diagnose keperawatan maka perawat perlu melakukan pengkajian ulang dengan cara
mengumpulkan data lebih lanjut. Sehingga pemberian asuhan keperawatan maksimal dan
tercapainya kesembuhan pada pasien.

Metode

Metode yang digunakan pada penulisan ini menggunakan metode literature review
dengan menggunakan pendekatan jurnal, buku dan ebook yang akurat dan berfokus pada
diagnose keperawatan pada pasien hipertensi. Adapun juga jurnal ataupun ebook yang digunakan
pada literature review dapat diakses melalui Google Scholar, Google Book, dan Jurnal
Keperawatan Indonesia.

Hasil

Hasil dari penelitian jurnal Sugiyati, S. (2014). Hubungan Pengetahuan Perawat dalam
Dokumentasi Keperawatan dengan Pelaksanaannya di Rawat Inap RSI Kendal. In PROSIDING
SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL (Vol. 2, No. 1) menyatakan bahwa Perawat di
Rumah Sakit Islam Kendal berpengetahuan baik 24 orang (80%) dan pelaksanaan dokumentasi
keperawatan dari jumlah rekam medik 90 pasien rata – rata baik (84,9). Dokumentasi
keperawatan tidak lengkap pada pengkajian 20%, diagnosa 12.6%, perencanaan keperawatan
28%, tindakan keperawatan 3%, evaluasi 8%, dan catatan keperawatan 16.4%. Catatan
keperawatan paling banyak ditemukan tidak ada pengesahan atau nama dan keduanya, serta
tulisan kurang dapat dibaca. Untuk menjaga mutu dan kelengkapan dokumentasi keperawatan
maka perlu adanya supervisi atau audit dokumentasi asuhan keperawatan secara kontinyu,
terjadwal serta tertib. Agar mengetahui secara obyektif hasil catatan asuhan keperawatan sesuai
dengan target dan standar yang dibakukan

Menurut jurnal Togubu, F. N., Korompis, G. E. C., & Kaunang, W. P. J. (2019).


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT DAERAH KOTA TIDORE
KEPULAUAN. KESMAS, 8(3). dilakkukan peneliti pada bulan Agustus 2018 diperoleh Data
standar minimal pelayanan Rekam Medik RSD Kota Tidore Kepulauan tahun 2018 dengan
indikator kelengkapan pengisian rekam medik 48 jam setelah selesai pelayanan terdapat cakupan
persentasi kelengkapan pengisian dokumen rekam medik pada bulan Januari 5%, Februari 6%,
Maret 0%, April 0%, Mei 0% dan Juni 0% dari target pencapaian 100% dengan salah satu
permasalahan dokter/perawat tidak mengisi dengan lengkap form rekam medik pasien dan hasil
observasi pendokumentasian asuhan keperawatan ditemukan semua dokumen di ruang rawat
inap yang memiliki cara pendokumentasian yang sama dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi tidak didokumentasi dengan benar dan lengkap dan juga
belum ada audit dokumen kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan untuk ruang rawat
inap.

Pembahasan

Diagnose keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang actual atau potensial. Diagnose
keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
yang merupakan tanggung jawab perawat. Diagnose keperawatan merupakan pernyataan yang
menggambarkan perubahan status kesehatan kline, perubahan-perubahan tersebut menyebabkan
masalah dan tidak menguntungkan pada kemampuan kline untuk berfungsi. Diagnose
keperawatan dapat diterapkan untuk semua area keperawatan seperti medical bedah, kesehatan
ibu dan anak, pediatric, kesehatan komunitas. Diagnose keperawatan untuk orang dewasa
contohnya imobilitas, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen. Batasan karakteristik (tanda dan gejala) merupakan kelompok petunjuk klinik yang
menggambarkan tingkah laku, tanda dan gejala yang menggambarkan diagnose keperawatan.
Batasan karakteristik diperoleh selama tahap pengkajian, memberikan bukti bahwa ada masalah
dalam kesehatan seseorang. Gejala (data subjek) adalah perubahan-perubahan yang dapat
dirasakan oleh pasien dan diekspresikan secara verbal kepada perawat. Hindari membuat
diagnose keperawatan berdasarkan sepotong data, identifikasikan minimal tiga tanda dan gejala
yang bertujuan untuk memberikan bukti yang cukup dan mendukung untuk pemilihan diagnose
keperawatan. Diagnose keperawatan mencerminkan actual atau potensial (risiko tinggi) yang
memerlukan penanganan. Maka harus mengambil data secara benar dan konkrit agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal. Perawat selalu di tuntut untuk memberikan
asuhan keperawatan yang benar atua rasional.

Proses asuhan keperawatan merupakan tugas dan kewajiban seorang perawat dari pasien
datang sampai pasien pulang, dimulai dengan pengkajian secara menyeluruh, kemudian
menegakkan diagnosa keperawatan dari data pengkajian tersebut, serta melaksanakan intervensi,
implementasi dan evaluasi keefektifan diagnosa awal yang sudah ditegakkan. Pendokumentasian
asuhan keperawatan adalah proses pelaksanaan pencatatan asuhan keperawatan yakni dari
pengkajian saat masuk sampai pasien dinyatakan sehat. Diagnosis yang diangkat berdasarkan
masalah yang ditemukan, perencanaan keperawatan, tindakan yang dilakukan serta evaluasi dari
proses asuhan keperawatan yang diberikan.

. Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi
merupakan penyebab utama gagal jantung, gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam -
diam“ karena orang dengan hipertensi sering ridak menampakkan gejala. Hipertensi
juga salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan mempunyai tingkat
mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas
seseorang. Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai hipertensi primer atau hipertensi
esensial dan hipertensi sekunder. Penyebeb hipertensi primer adalah gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alcohol yang berlebihan, kopi, obat-obatan, dan faktot genetic. Sedangkan hipertensi
sekunder penyebabnya penyakit ginjal, jantung coroner, diabetes, dan kelainan system saraf
pusat. Komplikasi yang terjadi apabila tekanan darah tinggi tidak diobati dan ditanggulangi,
maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada
organ jantung, otak, ginjal dan mata, sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung,
resiko stroke, kerusakan pada ginjal dan kebutaan.

Proses pengakajian ditandai dengan pengumpulan informasi terus menerus dan


keputusan professional yang mengandung arti terhadap informasi yang
dikumpulkan. Pengumpu lan data keluarga berasal dari berbagai sumber: wawancara,
observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga.
Pengkajian Data Subjektif :

1. Adanya faktor risiko : riwayat keluarga (menderita penyakit jantung, hipertensi,


stroke, diabetes, dan hiperlipidemia)
2. Adanya riwayat hipertensi, obat-obat yang digunakan, kepatuhan, pemeriksaan
lanjutan
3. Adanya riwayat penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, ginjal, diabetes,
hyperlipidemia
4. Merokok, konsumsi alcohol
5. Kebiasaan makan : riwayat peningkatan atau penurunan berat badan
6. Kebiasaan gerak badan
7. Pekerjaan, stress, manajemen stress
8. Pengetahuan tentang hipertensi

Pengkajian Data Objektif :

1. Periksa tekanan darah 2 kali (lengan kanan dan kiri)


2. Berat baadan dan tinggi badan
3. Funduskopi mata untuk mengetahui adanya penyempitan atau perdarahan arteriole
4. Leher : bruit karotis, distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid
5. Auskultasi jantung : adanya murmur, peningkatan kecepatan denyut jantung, tanda-
tanda hipertrofi ventrikel kiri
6. Abdomen : bruit, tumor, pembesaran orga-organ abdominal
7. Ekstermitas : warna kulit, edema, hangat, nadi perifer, auskultasi arteri femoralis
untuk mengetahui adanya bruit
8. Pengakajian neurologis
9. Uji laboratorium : darah lengkap, kimia darah, lipid, kreatinin, urinalisis rutin

Selanjutnya adalah diagnose keperawatan :

1. Deficit pengetahuan (faktor-faktor risiko hipertensi, pengobatan) yang berhubungan


dengan tidak ada informasi, kurang respons terhadap informasi, tafsiran yang salah
tentang informasi
2. Ketidakefektifan manajemen pengobatan yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup
pasien, harga obat, efek samping obat
3. Ketidakpatuhan yang berhubungan dengan tidak adanya pengetahuan (sifat hipertensi)
pengobatan yang rumit, efek samping obat

Hasil yang diharapkan dari asuhan yang akan diberikan :


1. Dapat menjelaskan dengan tepat sifat dari hipertensi dan efeknya pada organ-organ vital
(otak, ginjal, dan jantung)
2. Menyebutkan dengan tepat pola hidup yang perlu dimodifikasi untuk mencegah faktor-
faktor risiko
3. Menyebutkan dengan tepat efek dan efek samping obat-obatan yang digunakan
4. Meminum obat-obat antihipertensi yang diberikan dokter pada waktu yang ditetapkan
secara konsisten

Intervensi keperawatan :

Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis


keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan tujuan,
mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas,
intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga
tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja Selanjutnya merawat anggota
keluarga dengan cara mendemonstrasikan tekn ik relaksasi (nafas dalam). Selanjutnya
melakukan konseling dan memotivasi keluargauntuk dapat memodifikasi
lingkungan yang nyaman dan Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah hipertensi. Intervensi diagnosa ketiga Resiko tinggi terjadinya
komplikasi b/d ketidakmampuan keluarga dalam merawat keluarga yang sakit Sesuai
dengan tugas perawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah dengan cara
mengakaji pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut dari hipertnsi, dan
mendiskusikan akibat la njut dari hipertensi. Selanjutnya mengambil keputusan dengan
mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi masalah dalam keluarga.
Selanjutnya merawat anggota keluarga dengan cara mendemonstrasikan obat tradisional
(parutan sari mentimun). Selan jutnya melakukan konseling dan memotivasi untuk dapat
memodifikasi lingkungan yang nyaman dan Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah Hipertensi.

Evaluasi Keperawatan:

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga


dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki produktivitas yang tinggi
dalam mengembangkan setiap anggo ta keluarga. Sebagai komponen kelima dalam proses
keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah tujuan yang telah ditetapkan
akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi

Penutup

Setelah dipaparkan seperti diatas maka dapat disimpulkan bahwa diagnose keperawatan
merupakan penilaian klinik yang dilakukan oleh perawat secara sistematis dan konkrit. Diagnose
keperawatan melalui proses pengkajian objektif dan subjektif, apabila data yang dikaji kurang
atau bermasalah maka perawat harus mengkaji ulang secara teliti kembali. Apabila diagnose
keperawatn sudah diputuskan maka perawat mengetahui asuhan keperawatan apa yang dapat
diberikan kepada pasien.

Saran

Penulis menyarankan para pembaca untuk tetap meningkatkan derajat kesehatan individu.
Meningkatkan derajat kesehatan indvidu dimulai dari diri sendiri, seperti pergerakan badan
dilakukan, memakan makanan yang sehat, dan mengontrol emosi atau stress seseorang.

Referensi

Allen, C. V. (2010). Memahami Proses Keperawatan. EGC.

Asmi, A. S., Husaeni, H. (2019). Keperawatan Home Care Pada Keluarga dengan Masalah
Kesehatan Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada (10)2

Astar, F., Tamsah, H., & Kadir, I. (2018). Pengaruh Pelayanan Asuhan Keperawatan terhadap
Kepuasan Pasien di Puskesmas Takalala Kabupaten Soppeng. YUME: Journal of
Management, 1(2).

Lisiswanti, R., & Dananda, D. N. A. (2016). Upaya pencegahan hipertensi. Jurnal


Majority, 5(3), 50-54.
Mary, B., & Siswandi, Y. (2008). Klien gangguan kardiovaskular Seri asuhan
keperawatan. Jakarta: EGC.

Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan, J. (2017). Penguatan kinerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan melalui pelatihan ronde keperawatan di rumah sakit royal prima
medan. Jurnal pengabdian kepada masyarakat, 23(2), 300-304.
Simamora, R. H. (2019). Socialization of Information Technology Utilization and Knowledge of
Information System Effectiveness at Hospital Nurses in Medan, North Sumatra. Editorial
Preface From the Desk of Managing Editor…, 10(9).

S. P. W., Krianto, T., & Priwahyuni, Y. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT JIWA.
NERS JURNAL KEPERAWATAN, (12)2.

Sudarsono, E. K. R., Sasmita, J. F. A., Handyasto, A. B., Kuswantiningsih, N., & Arissaputra, S.
S. (2017). Peningkatan Pengetahuan Terkait Hipertensi Guna Perbaikan Tekanan Darah pada
Pemuda di Dusun Japanan, Margodadi, Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian
kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 3(1), 26-38.

Sugiyati, S. (2014). Hubungan Pengetahuan Perawat dalam Dokumentasi Keperawatan dengan


Pelaksanaannya di Rawat Inap RSI Kendal. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL &
INTERNASIONAL (Vol. 2, No. 1)

Sumaryati, M. (2018). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Keluarga Ny” M”
Dengan Hipertensi Dikelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 205-209.

Togubu, F. N., Korompis, G. E. C., & Kaunang, W. P. J. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI
RUMAH SAKIT DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. KESMAS, 8(3).

You might also like