You are on page 1of 36

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 4

Kencingku sedikit-sedikit dan sakit


Disusun untuk Memenuhi Tugas Blok Pediatri

KELOMPOK 4

Tutor : dr. Riskiyah, MMRS


Ketua : Zaidah Maulidina (19910034)
Sekretaris I : Mada Erfan Fathony (19910045)
Sekretaris II : M. Nur Faizin (19910012)
Anggota : Moch. Endry Kurniawan (19910001)
Aldona Feronika (19910008)
Firaus Silahuddin Fauzi (19910020)
Mokhamad Syifa Haykal A. (19910026)
Naharin Dwi Indah K. (19910033)
Qanita Adzkia Novindra (19910043)
Andi Anis Rafi Assegaf (19910052)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2


SKENARIO ..................................................................................................................... 3
BAB I.................................................................................................................................5
1.1 IDENTIFIKASI KATA SULIT ........................................................................ 5
1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 6
BAB II ..............................................................................................................................7
2.1 BRAINSTORMING ............................................................................................. 7
2.2 PETA MASALAH ............................................................................................ 12
2.3 LEARNING OBJECTIVE ................................................................................. 13
BAB III ...........................................................................................................................14
3.1 PENJABARAN LEARNING OBJECTIVE ..................................................... 14
3.2 PETA KONSEP ................................................................................................ 31
3.3 SOAP .................................................................................................................. 32
BAB IV DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 35

2
SKENARIO 1

Kencingku sedikit-sedikit dan sakit

Seorang anak laki-laki bernama An. Yudi berusia 5 tahun diantar oleh Ibunya ke Unit
Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit dengan keluhan ketika kencing sedikit-sedikit dan
nyeri. Dokter kemudian melakukan anamnesa kepada ibu pasien dan pasien. Dari
anamnesa didapatkan bahwa kecing sedikit-sedikit dan nyeri ketika buang air kecil sudah
sejak 4 hari. Setelah mengalami nyeri kencing pasien demam tinggi dan mengeluh juga
nyeri perut dibagian bawah serta tidak bisa menahan kencing, kencing tidak berwarna
merah. Pasien suka menahan pipis di sekolah karena takut ke kamar mandi sendirian.
Riwayat beberapa hari yang lalu ada mual dan muntah 1x tetapi sekarang sudah tidak ada.
Pasien pernah penderita keluhan seperti ini sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran baik, Tekanan darah 100/80
mmHg, Nadi 90x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu tubuh 38,5°C, berat badan 15 kg,
abdomen supel, nyeri suprapubik, tidak ada nyeri ketok pada sudut kostovertebra, tidak
teraba massa abdomen. Pemeriksaan genitalia tampak fimosis negatif. Dokter lalu
menyarankan pasien untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Hasil Pemeriksaan Darah Rutin:

Leukosit: 13.000/m3

Hemoglobin: 12,5 g/dL

Hematokrit: 37%

Trombosit: 250.000/m3

LED: 15/jam

Urinalisis

Urine makroskopik urine jernih, protein (-), nitrit (+), leukosit esterase (+), Blood (-),
sedimen eritrosit 3-5/lpb, sedimen keukosit 12-16/lpb, bakteri (3+).

Sedimen urine: Leukosituria 22 sel/lpb

Kultur urine menunggu hasil.

Setelah melihat hasil lab, dokter menyarankan kepada ibu pasien agar pasien dirawat di
rumah saja dulu. Jika keluhannya tetap atau semakin berat maka sebaiknya pasien di

3
bawa kembali ke rumah sakit untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut. Dokter lalu
memberikan obat untuk dibawa pulang:

- Amoxicillin sirup 3x10ml (250mg)


- Paracetamol sirup 3x 11/4 cth

Dokter memberikan KIE agar pasien minum air putih yang banyak, tidak boleh menahan
kencing, tidak boleh pakai celana ketat kemudian kontrol 3 hari lagi.

4
BAB I

1.1 Identifikasi Kata Sulit


1. Fimosis :
- Kondisi kalup penis terlalu ketat dan tidak dapat ditaruj kebelakang. Dialami
Sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adhesi alamiah antara
preputium dengan glands penis. Menyebabkan penumpukan smegma
→penyebaran bakteri
- Ada dua, fisiologis dan patologis. Fisiologis karena ada perpisaan preputium
dan glans penis. Patologis karena adanya inflamasi kronik, sehingga
menyebabkan scar di orisium preputiu
- Prepusium penis yang tidak dapat diretraksi sampai ke korona glandis.
- Fisiologis normal terjadi pada bayi laki laki, bsia samai usia 3 tahun. Bisa
juga sampai remaja, dan jika tidak ada keluhan berarti normal.
2. Leukosit esterase
- Prinsipnya adalah dari penguaraian ester dari ester-granulosit dimana pada uji
dipstick menunjukkan warna biru. Mengukur kualitas leukosit bukan melihat
jumlah. > infeksi saluran kemih.
- Tes urin untuk mengetahui sel darah putih dan kelainan lain yang berkaitan
dengan infeksi.
- Akan ada dalam urin, untuk menghancurkan bakteri di urin. Jika ada bakteri,
leukosit esterase akan banyak.
3. Suprapubik
- Area abdomen yang letaknya dibawah umbilical, salah satu organ yang
didalamnya adalah kandung kemih
- Area abdomen dibawah umbilical, menunjukkan posisi kandung kemih.
- Adanya nyeri, merupakan indikasi adanya infeksi saluran kemih bawah.
- Nama lainnya regio hipogastrium.
4. Nitrit
- Kecurigaan ISK yang disebabkan enterobactericeae yang mengubah nitrat
jadi nitrit.
- Merupakan ion anorganik alami yang merupakan bagian dari nitrogen, jika
positif ada bakteri gram negative pada urin, karena pada bakteri ada enzim
reductase nitrat yang mengubah nitrat menjadi nitrit. Normalnya tidak ada.
- Nitrit sendiri adalah hasil pemecahan bakteri.

5
5. Sedimen urin
- Unsur yang tidak larut dalam urin, berasal dari darah ginjal dan saluran
kemih, penting untuk diagnosis dan mengarah ke kelainan ginjal dan saluran
kemih.
6. Urinalisis
- Tes pada urin yg digunakan untuk memeriksa, makroskopik, mikroskopik
untuk membantu mendiagnosis penyakit di sauran kemi.
7. Hematoktrit
- Kadar sel darah merah dalam darah. Jika mengalami kelebihan atau
kekurangan menandakan adanya ketidak normalan, misalanya pertanda
anemia

8. Nyeri ketok costovertebral


- Nyeri Ketika dilakukan pengetukan atau palpasi di sudut yang terbentuk dari
costae dan vertebrae yang merupakan gambaran dari letak ginjal

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa pasien mengalami nyeri saat buang air kesil sejak 4 hari yg lalu ?
2. Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien ?
3. Apakah ada hubungan keluhan pasien dengan demam tinggi, nyeri perut bagian
bawah, dan tidakk bisa menanahan kencing ?
4. Mengapa dokter perlu menanyakan “apakah kencingnya berwarna merah” ?
5. Apakah ada hubuungan pasien sering menahan kencing saat di sekolah dengan
keluhan sekarang ?
6. Apakah ada hubungan riwayat mual muntah 1x terhadap keluhan pasien ?
7. Mengapa terjadi keluhan berulang terhadap pasien ?
8. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan genitalia pada pasien ?
9. Apakah ada hubungan jika ada fimosis dengan keluhan psien ?
10. Bagaimana interpretasi darah rutin dan urinalisis ?
11. Mengapa dokter menyarankan di rawat di rumah dahulu ?
12. Mengapa dokter memberikan obat amoxicillin dan paracetmol ?
13. Megapa dokter meng-KIE pasien, untuk mium air yang banyak, tidak menahan
kencing, tidak menggunakan celana ketat dan kontrol 3 hari lagi ?
14. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien ?

6
BAB II

2.1 Brainstorming
1. Mengapa pasien mengalami nyeri saat buang air kecil sejak 4 hari yg lalu ?
• Berdasarkan hasil pemeriksaan, terlihat adanya infeksi dari saluran
kencing→nyeri, ada fimosis→nyeri juga, Kemungkinan terjadi karena
adanya infeksi→kolonisasi bakteri mengiritasi epitel kandung kemih dan
uretra →nyeri
• Nyeri saat buang air kecil karena ada proses inflamasi di saluran kemih,
bisa juga karena obstruksi. Demam karena adanya infeksi. Nyeri di bagian
perut bawah menandakan ada luka atau peradangan, dan biasanya di area
kandung kemih.

2. Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien ?
• Usia anak belasan tahun, sering terjadi di perempuan karena uretra lebih
pendek daripada laki laki dan lebih dekat dengan anus.
• Pada usia anak kecil lebih sering laki laki karena ada factor
predisposisi fimosis yang fisiologis. Kalau yang dewasa pada
perempuan.
• Penyakit ini bisa menyerang pada segala usia, tetapi pada bayi yang tidak
sunat itu memiliki prevalensi lebih tinggi. Perempuan >> karena
memiliki uretra lebih pendek maka menyebabkan mikroorganisme
mudah masuk.

3. Apakah ada hubungan keluhan pasien dengan demam tinggi, nyeri perut
bagian bawah, dan tidak bisa menanahan kencing ?
• Demam tinggi
Kolonisasi bakteri dan rangsangan eksogen→induksi leukosit untuk
mengeluarkan pyrogen endogen→memicu prostaglandin→ metabolisme
AA→meningkatkan suhu tubuh.
Adanya respon peradangan pada mukosa, sehingga kandung kemih tidak
mampu menampung urin, sehingga aada gangguan dan rasa sakit Ketika
buang air. Mediator inflamasi prostaglandin dan bradykinin.
• Nyeri perut bawah
Kandung kemih berongga→mudah kolonisasi bakteri→infeksi dan terisi
cairan→ mengembang→nyeri

7
• Tidak biisa tahan kencing
Dari pemeriksaan fisik→UTI Lower →(LUTS)→tidak bisa tahan
kencing atau netes terus(khasnya)

4. Mengapa dokter perlu menanyakan “apakah kencingnya berwarna merah”


?
• Untuk memastikan diagnosis. Kencing merah bisa karena ISK atas
(gangguan ginjal, tumor, prostat, dan kelainan genetic).

5. Apakah ada hubuungan pasien sering menahan kencing saat di sekolah


dengan keluhan sekarang ?
• Sering menahan kencing bisa menyebabkan
ISK: pembengkakan pada kandung kemih
Interstitial cistitis : terkumpul pada ureter
6. Apakah ada hubungan riwayat mual muntah 1x terhadap keluhan pasien ?
• Biasanya pada ISK bagian atas. Tergantung individu. Karena nyeri saat
buang air kecil sehingga menyebabkan stress emosional.
• Bisa terjadi karena adanya respon inflamasi, mengeluarkan
hormone stress (katekolamin), berefek di asam lambung.
Kemudian bisa menebabkan rasa mual muntah.
• Kemungkinan ISK→mual muntah merupakan factor risiko→ (atas) dan
bawah

7. Mengapa terjadi keluhan berulang terhadap pasien ?


• Akibat adanya infeksi, karena kebiasaan dr penderita. Misalnya cara
pembersiahan are genitalia dan pakaian yg terlalu ketat
• Anak-anak yg belum sirkumsisi dpt mengakibatkan infeksi
kembali
• Kebiasaaan anak serig menahan pipis, memicu koonisasi bakteri. (tdk
melakukakn pengobatan)

8. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan genitalia pada pasien ?


• Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran baik, Tekanan darah 100/80 mmHgn), Nadi 90x/menit,
pernapasan 24x/menit, suhu tubuh 38,5°C(demam), berat badan 15 kg,
abdomen supel, nyeri suprapubik(kemungkinan inflamasi), tidak ada
nyeri ketok pada sudut kostovertebra, tidak teraba massa abdomen.
Pemeriksaan genitalia tampak fimosis negatif. Dokter lalu menyarankan
pasien untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

8
9. Apakah ada hubungan jika ada fimosis dengan keluhan psien ?
• Fimosis merupakan factor risiko dari ISK→setiap buang air kencing→
ada sisa air kencing diujung penis(ballooning glands penis)→ media
untuk pertumbuhan bakteri→masuk asenden ke buli-buli
Nyeri Ketika miksi→ cenderung menahan kencing→ terjadi
penumpukan pada urin
Bladder
• Pada kondisi ini saat membuang air kencing, aka nada sisa urin, sehingga
menyebabkan bakteri masuk, dan masuk ke buli buli, lalu terjadilah
infeksi.
• Prepusium tetap melekat, sehingga menutupi orificium uretra eksterna
sehingga saluran miksi terhambat dan kesulitan buang air kecil → retensi
urin → ada bakteri → inflamasi dan adanya mediator inflamasi.
10. Bagaimana interpretasi darah rutin dan urinalisis ?
• Hasil Pemeriksaan Darah Rutin:
Leukosit: 13.000/m3 (tinggi 9000-12000)
Hemoglobin: 12,5 g/dL
Hematokrit: 37%
Trombosit: 250.000/m3
LED: 15/jam (meningkat) menandakan infeksi
Urinalisis
Urine makroskopik urine jernih, protein (-), nitrit (+)(tdk normal,
kerusakan pd ginjal untuk menyaring) ISK atas, leukosit esterase (+) (tdk
normal, normalnya tdk mengalamikebocoran), Blood (-), sedimen
eritrosit 3-5/lpb(tdk normmal), sedimen keukosit 12-16/lpb(tdk normal),
bakteri (3+)(banyak bakteri, mengindikasikan tdk normal).
Sedimen urine: Leukosituria 22 sel/lpb
Kultur urine menunggu hasil. Untuk mengetahui bakteri yg menginfeksi,
shg penting dilakukan

11. Mengapa dokter menyarankan di rawat di rumah dahulu ?


• Pasien belum menimbulkan klinis berat (muntah berulang, dehidrasi,
demam lebih dari 38). Pasien kesadaran masih bagus. Di RS biasanya
diberikan terapi parenteral sampai gejala membaik.

9
12. Mengapa dokter meng-KIE pasien, untuk mium air yang banyak, tidak
menahan kencing, tidak menggunakan celana ketat dan kontrol 3 hari lagi ?
• Sering minum agar mendorong bakteri keluar, menahan kencing bisa
menyebabkan ISK karena bakteri mudah berkembang biak, pakaian ketat
menyebabkan keringat kemudian lembab dan banyak bakteri. Kontrol
tiga hari untuk melihat hasil terapi.
• Minum air putih→mampu membersihkan saluran kencing→kalau kurang
minum→ kurang kencing→risiko infeksi uretra→kerusakan dan timbul
keluhan
• mekasisme washout)→mekanisme terbaik membersihkan saluran
kencing→tidak menahan kencing→ketika ditahan→ meningkatkan
risiko mengalami ginjal jangka panjang
• tidak buang air kecil →genital lembab →mempermudah pertumbuhan
bakteri dan menyebabkan masuknya bakteri secara asenden
• Tidak memakai celana ketat→menimbulkan risiko iritasi→yang
memperparah keadaan
• Control 3 hari lagi→karena diharapkan gejala mnurun→apabila menetap,
disarankan untuk disunat
13. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien ?
• ISK→keluhan, leukositoria, bakteri
Wdx:ISK dan Pielonefritis(ddx))
• Terkena infeksi saluran kemih (atas dan bawah), kemungkinan yang
bawah (sistitis), karena di pemeriksaan fisik ada nyeri tekan suprapubic
(lokasi dari vesica urinaria)
• Karena gejalanya cocok dengan ISK bawah (ada proteinuria,
leukosituria, hematuria, uji nitrit positif, leukosit esterase positif).
Sedangkan untuk bakteri harus diperiksan ulang, 105 baru bisa disebut
ISK, 103 urin tengah.
• Diagnosis banding pyelonephritis, infeksi genitourinaria, urethritis.
14. Mengapa dokter memberikan obat amoxicillin dan paracetmol ?
• Pasien dirawat dirumah→ tidak ada tanda kegawatan→tidak bisa
kencing dan syok
• Paracetamol→ mengatasi efek-efek inflamasi →nyeri dan demam
• Amoxicillin→ mengeradiakasi dari bakteri yang menginfeksidan

10
menyebabkan ISK
• Bakteri gram negative yang paling sering adalah E.coli (resisten
penicillin)

11
2.2 Peta Masalah

12
2.3 Learning Objective
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi ISK pada anak
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan klasifikasi ISK pada anak
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Epidemiologi ISK pada anak
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Etiologi ISK pada anak
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Faktor Risiko ISK pada anak
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Patofisiologi ISK pada anak
7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Manifestasi Klinis ISK pada anak
8. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Kriteria Diagnosis ISK pada anak
9. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang ISK pada anak
10. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Diagnosis Banding ISK pada anak
11. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tatalaksana ISK pada anak
12. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Komplikasi ISK pada anak
13. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prognosis ISK pada anak
14. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pencegahan ISK pada anak
15. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Integrasi Islam ISK pada anak

13
BAB III

3.1 Penjabaran Learning Objective


1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi ISK pada anak
Beberapa definisi yang digunakan pada ISK:
• ISK: keadaan adanya pertumbuhan dan perkembangan bakteri dalam saluran kemih
hingga parenkim ginjal, dengan jumlah bakteri yang bermakna.
• ISK berulang: berulangnya gejala serangan ISK yang ditandai adanya interval masa
bebas gejala.
• ISK bawah: bila infeksi terjadi di uretra dan vesika urinaria (sistitis).
• ISK atas: bila infeksi terjadi pada saluran kemih bagian atas terutama parenkim ginjal.
Sering disebut pielonefritis.
• ISK simpleks: disebut juga ISK sederhana (uncomplicated UTI), adanya infeksi tanpa
lesi anatomik maupun fungsional saluran kemih.
• ISK kompleks: disebut juga ISK dengan komplikasi (complicated UTI), adanya infeksi
disertai lesi anatomik dan fungsional sehingga menyebabkan obstruksi mekanik maupun
fungsional saluran kemih. Termasuk pada kelompok ini adalah ISK pada neonatus dan
pielonefritis akut (andriani, 2010).
Infeksi saluran kemih (urinary tract infection=UTI) adalah bertumbuh dan berkembang biaknya
kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna.1,2,3

2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Klasifikasi ISK pada anak


Infeksi saluran kemih (urinary tract infection=UTI) adalah bertumbuh dan berkembang biaknya
kuman atau mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna :
Klasifikasi ISK

a. SK simtomatik adalah ISK yang disertai gejala dan tanda klinik. ISK simtomatik dapat
dibagi dalam dua bagian yaitu infeksi yang menyerang parenkim ginjal, disebut
pielonefritis dengan gejala utama demam, dan infeksi yang terbatas pada saluran kemih
bawah (sistitis) dengan gejala utama berupa gangguan miksi seperti disuria, polakisuria,
kencing mengedan (urgency).
b. ISK non spesifik adalah ISK yang gejala klinisnya tidak jelas. Ada sebagian kecil (10-
20%) kasus yang sulit digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis, baik berdasarkan
gejala klinik maupun pemeriksaan penunjang yang tersedia.
c. ISK simpleks (simple UTI, uncomplicated UTI) adalah infeksi pada saluran kemih yang
normal tanpa kelainan struktural maupun fungsional saluran kemih yang menyebabkan
stasis urin.
d. ISK kompleks (complicated UTI) adalah ISK yang disertai dengan kelainan anatomik dan
atau fungsional saluran kemih yang menyebabkan stasis ataupun aliran balik (refluks) urin.
Kelainan saluran kemih dapat berupa batu saluran kemih, obstruksi, anomali saluran
kemih, kista ginjal, bulibuli neurogenik, benda asing, dan sebagainya
e. ISK atipik adalah ISK dengan keadaan pasien yang serius, diuresis sedikit, terdapat massa
abdomen atau kandung kemih, peningkatan kreatinin darah, septikemia, tidak memberikan
respon terhadap antibiotik dalam 48 jam, serta disebabkan oleh kuman non E. coli.
f. Berdasarkan lokasinya, ISK dibagi menjadi :
14
• ISK atas atau pielonefritis, ISK yang biasanya disertai demam dan nyeri punggung.

• ISK bawah (sistitis dan urethritis), ISK yang pada umumnya lebih ringan, berupa
disuria, polakisuria, kencing mengedan atau urgensi. (Konsensus ISK IDAI. 2011)
Menurut Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak infeksi saluran kemih pada anak dapat
dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan
gejala, ISK dibedakan menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi infeksi,
ISK dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan kelainan saluran kemih, ISK
dibedakan menjadi ISK simpleks dan ISK kompleks.

a. ISK berdasarkan gejalanya


ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK simtomatik yaitu terdapatnya
bakteriuria bermakna disertai gejala dan tanda klinik. Sekitar 10-20% ISK yang sulit
digolongkan ke dalam pielonefritis atau sistitis baik berdasarkan gejala klinik maupun
pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non spesifik
b. ISK berdasarkan Lokasi Infeksi

• Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis)


Sistitis adalah keadaan inflamasi pada mukosa buli-buli yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih bawah (sistitis) terutama bakteri
Escherichia coli, Enterococcus, Proteus, dan Staphylococcus aureus yang masuk ke
buli-buli melalui uretra.
Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK bawah, antara lain nyeri di daerah
suprapubis bersifat sering berkemih, disuria, kadang terjadi hematuria (Imam, 2013).
Penelitian yang dilakukan pada 49 anak berusia 6-12 tahun yang terbukti sistitis
dengan biakan urin, ditemukan gejala yang paling sering adalah disuria atau frekuensi
(83%) diikuti enuresis (66%), dan nyeri abdomen (39%).
• Infeksi Saluran Kemih Atas (Pielonefritis)
Pielonefritis adalah keadaan inflamasi yang terjadi akibat infeksi pada pielum dan
parenkim ginjal. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih atas (pielonefritis) adalah
Escherichia coli, Klebsiella sp, Proteus, dan Enterococcus fecalis.
Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK atas, antara lain demam tinggi, nyeri di
daerah pinggang dan perut, mual serta muntah, sakit kepala, disuria, sering berkemih.2
c. ISK Berdasarkan kelainan saluran kemih
Berdasarkan kelainan saluran kemih ISK diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu ISK
uncomplicated (sederhana) dan ISK complicated (rumit). Istilah ISK uncomplicated
(sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi
maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran
kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran
kemih, atau adanya penyakit sistemik, kelainan saluran kemih dapat berupa RVU, batu
saluran kemih, obstruksi, anomali saluran kemih, buli-buli neurogenik, benda asing, dan
sebagainya kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika2,4

3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Epidemiologi ISK pada anak


ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada anak. Kejadian ISK tergantung pada umur dan
jenis kelamin.
Prevalensi ISK pada neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat menjadi 14%
pada neonatus dengan demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi asimtomatik, bakteriuria
didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%. Risiko ISK pada anak sebelum pubertas 3-5% pada anak
15
perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan demam berumur kurang dari 2 tahun,
prevalensi ISK 3-5%.
Data studi kolaboratif pada 7 rumah sakit institusi pendidikan dokter spesialis anak di Indonesia
dalam kurun waktu 5 tahun (1984-1989) memperlihatkan insidens kasus baru ISK pada anak
berkisar antara 0,1%-1,9% dari seluruh kasus pediatri yang dirawat.16 Di RSCM Jakarta dalam
periode 3 tahun (1993-1995) didapatkan 212 kasus ISK, rata-rata 70 kasus baru setiap
tahunnya.5

4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Etiologi ISK pada anak


Infeksi saluran kemih disebabkan berbagai jenis mikroba, seperi bakteri, virus, dan jamur.
Penyebab ISK paling sering adalah bakteri Escherichia coli. Bakteri lain yang juga
menyebabkan ISK adalah Enterobacter sp, Proteus mirabilis, Providencia stuartii, Morganella
morganii, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus faecalis, dan bakteri lainnya. Bakteri Proteus dan Pseudomonas sering dikaitkan
dengan ISK berulang, tindakan instrumentasi, dan infeksi nosokomial. Bakteri patogen dengan
virulensi rendah maupun jamur dapat sebagai penyebab ISK pada pasien dengan
imunokompromais. Infeksi Candida albicans relatif sering sebagai penyebab ISK pada
imunokompromais dan yang mendapat antimikroba jangka lama.6
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Faktor Risiko ISK pada anak
Faktor risiko ISK antara lain:

a. Peningkatan usia
b. Komorbiditas: sistokel, diabetes mellitus, menopause, serta gangguan pengosongan
kandung kemih seperti pada kasus trauma korda spinalis dan prolaps organ panggul
c. Terdapatnya benda asing pada saluran kemih, seperti kateter
d. Aktivitas seksual, termasuk penggunaan spermisida dan spermicide-coated condom
e. Riwayat ISK pada keluarga
f. Riwayat ISK berulang
g. Gizi buruk
h. Kebersihan diri (hygiene)
i. Disfungsi pengosongan urin
j. Refluks vesikouretral
k. Abnormalitas saluran genitourinaria
l. Anak laki laki yang belum sirkumsisi6,7,8
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Patofisiologi ISK pada anak

16
Pada kebanyakan kasus, patofisiologi infeksi saluran kemih (ISK) atau urinary tract
infection dimulai ketika uropathogenic Escherichia coli (UPEC) masuk ke saluran kemih
melalui meatus traktus urinarius sebelum naik (ascending) ke uretra dan lumen kandung

17
kemih. Infeksi yang terisolasi di kandung kemih dan saluran kemih bawah tanpa tanda dan
gejala disebut sebagai sistitis uncomplicated atau sistitis simpleks.
Infeksi Saluran Kemih Uncomplicated
Infeksi pada saluran kemih akibat jalur ascending dimulai dari kolonisasi pada area periuretra
oleh flora saluran gastrointestinal dan kemudian terjadi kolonisasi pada uretra. Patogen
kemudian melakukan migrasi ke kandung kemih dan melakukan ekspresi pada pili dan adhesin
yang menyebabkan kolonisasi dan invasi pada sel payung kandung kemih.
Sistem kekebalan tubuh kemudian mengaktifkan respons inflamasi dengan infiltrasi neutrophil
untuk mengeradikasi bakteri. Akan tetapi, beberapa bakteri dapat menghindari sistem imun
melalui invasi sel inang dan juga melakukan perubahan morfologi yang dapat menyebabkan
resistensi terhadap neutrofil dan membentuk biofilm.
Bakteri yang bertahan melewati sistem imun kemudian memproduksi toksin dan protease yang
merusak sel inang dan juga menyediakan nutrisi penting untuk pertahanan bakteri dan proses
migrasi ke ginjal. Apabila terjadi kolonisasi pada ginjal, maka bakteri dapat mengeluarkan
toksin yang merusak sel ginjal pada inang. Apabila pasien tidak menjalani terapi, maka
patogen dapat melewati sawar epitel tubuler pada ginjal dan menyebabkan bakteremia.
Infeksi Saluran Kemih Complicated
ISK complicated umumnya memiliki patofisiologi yang menyerupai ISK uncomplicated. Akan
tetapi, pada ISK complicated umumnya terjadi gangguan kandung kemih. Salah satu penyebab
umum dari ISK complicated adalah pemasangan kateter.
Respons imun akibat pemasangan kateter menyebabkan akumulasi fibrinogen pada
kateter, yang merupakan lingkungan yang cocok untuk kolonisasi uropatogen dengan
cara ekspresi protein pengikat fibrinogen. Langkah selanjutnya sama dengan proses
infeksi pada ISK uncomplicated, yaitu infiltrasi neutrofil, multiplikasi uropatogen,
pembentukan biofilm, kerusakan epitel, dan infeksi pada ginjal. Uropatogen yang
menyebabkan ISK complicated dapat menyebabkan bakteremia dengan melewati
sawar sel epitel tubuler.6,7,8

7. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Manifestasi Klinis ISK pada anak


Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, tergantung pada usia, tempat infeksi dalam
saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas reaksi peradangan. Sebagian ISK
pada anak merupakan ISK asimtomatik dan umumnya ditemukan pada anak umur
sekolah, terutama anak perempuan. Umumnya ISK asimtomatik tidak berlanjut menjadi
pielonefritis.
Pada bayi, gejala klinik ISK juga tidak spesifik dan dapat berupa demam, nafsu makan
berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi abdomen penurunan berat
badan, dan gagal tumbuh. Infeksi saluran kemih perlu dipertimbangkan pada semua
bayi dan anak berumur 2 bulan hingga 2 tahun dengan demam yang tidak jelas
18
penyebabnya. Infeksi saluran kemih pada kelompok umur ini terutama yang dengan
demam tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.
Pada anak besar gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala lokal saluran
kemih berupa polakisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol. Dapat juga ditemukan
sakit perut, sakit pinggang, atau demam tinggi. Setelah episode pertama, ISK dapat
berulang pada 30-40% pasien terutama pada pasien dengan kelainan anatomi, seperti
refluks vesikoureter, hidronefrosis, obstruksi urin, divertikulum kandung kemih, dan
lain lain.
Gejala klinik ISK pada anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas reaksi peradangan,
letak infeksi (ISK atas dan ISK bawah), dan umur pasien. Sebagian ISK pada anak merupakan
ISK asimtomatik, umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, terutama anak perempuan dan
biasanya ditemukan pada uji tapis (screening programs). ISK asimtomatik umumnya tidak
berlanjut menjadi pielonefritis dan prognosis jangka panjang baik.1

Pada masa neonatus, gejala klinik tidak spesifik dapat berupa apati, anoreksia, ikterus atau
kolestatis, muntah, diare, demam, hipotermia, tidakmau minum, oliguria, iritabel, atau distensi
abdomen. Peningkatan suhu tidak begitu tinggi dan sering tidak terdeteksi. Kadang-kadang
gejala klinik hanya berupa apati dan warna kulit keabu-abuan (grayish colour).1
Pada bayi sampai satu tahun, gejala klinik dapat berupa demam, penurunan berat badan, gagal
tumbuh, nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, dan distensi abdomen.
Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan. Demam yang tinggi dapat disertai kejang.1
Pada umur lebih tinggi yaitu sampai 4 tahun, dapat terjadi demam yang tinggi hingga
menyebabkan kejang, muntah dan diare bahkan dapat timbul dehidrasi. Pada anak besar gejala
klinik umum biasanya berkurang dan lebih ringan, mulai tampak gejala klinik lokal saluran
kemih berupa polakisuria, disuria, urgency, frequency, ngompol, sedangkan keluhan sakit perut,
sakit pinggang, atau pireksia lebih jarang ditemukan.2
Pada pielonefritis dapat dijumpai demam tinggi disertai menggigil, gejala saluran cerna seperti
mual, muntah, diare. Tekanan darah pada umumnya masih normal, dapat ditemukan nyeri
pinggang. Gejala neurologis dapat berupa iritabel dan kejang. Nefritis bakterial fokal akut
adalah salah satu bentuk pielonefritis, yang merupakan nefritis bakterial interstitial yang dulu
dikenal sebagai nefropenia lobar.2

8. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Kriteria Diagnosis ISK pada anak


Anamnesis

- Pada sistitis akut

• Demam

• Susah buang air kecil

19
• Nyeri saat di akhir BAK

• Sering BAK

• Nocturia

• Anyang-anyangan

• Nyeri suprapubic

- Pada pielonefritis akut

• Nyeri pinggang
• Demam tinggi
• Menggigil
• Mual
• Muntah
• Nyeri pada sudut kostovertebra
Pemeriksaan fisik

• Demam
• Flank pain (nyeri ketok pinggang belakang/costovertebral angle)
• Nyeri tekan suprapubic
Pemeriksaan penunjang

• Darah perifer lengkap


• Urinalisis
• Ureum dan kreatinin
• Kadar gula darah
Di layanan sekunder

• Urine mikroskopik berupa peningkatan > 103 bakteri per lapang pandang
Kultur urin (untuk pasien yang memiliki riwayat kekambuhan ISK atau infeksi dengan
komplikasi)

Faktor Resiko Menurut Suharyanto dan Abdul (2008) faktor resiko yang umum pada
penderita ISK adalah :
• Ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan isinya
secara sempurna

• Penurunan daya tahan tubuh

• Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter dan prosedur
sistoskopi

20
Faktor-faktor yang meningkatkan kepekaan terhadap infeksi saluran kemih (UTI)
(Sukandar, E., 2004)

Kepekaan terhadap ISK rekuren dari kelompok pasien dengan saluran kemih normal (ISK tipe
sederhana) lebih besar pada kelompok antigen darah nonsekretorik dibandingkan kelompok
sekretorik. Penelitian lain melaporkan sekresi IgA urin meningkat dan diduga mempunyai
peranan penting untuk kepekaan terhadap ISK rekuren. (Sukandar, E., 2004)4,11

9. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang ISK pada anak


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis ISK adalah urinalisis. Kultur
urine merupakan baku emas untuk diagnosis ISK.
Tes dipstik urin
Tes dipstick urine merupakan pemeriksaan penunjang yang paling umum digunakan untuk
mendiagnosis ISK. Namun, hasil negatif pada dipstick urine tidak dapat menyingkirkan
diagnosis ISK sepenuhnya. Sampel urine yang disarankan adalah sampel midstream.
Pada ISK umumnya dapat ditemukan bakteri atau sel darah putih pada urine. Hasil pH urine
8,5–9,0 mengindikasikan organisme urea-splitting, seperti Klebsiella, Proteus, atau Ureaplasma
urealyticum. Hasil pH basa umumnya menandakan adanya batu ginjal struvit atau batu karena
infeksi.
Adanya nitrit pada urine mengindikasikan infeksi bakteri. Hal ini dikarenakan dibutuhkan
bakteri untuk perubahan nitrat ke nitrit dalam urine. Akan tetapi, proses ini terjadi selama 6 jam,
sehingga pasien lebih disarankan menjalani pemeriksaan urine pada pagi hari setelah bangun
tidur.
Leukosit esterase menandakan terdapatnya sel darah putih pada urin yang mengindikasikan
adanya respons imun terhadap bakteri pada urine. Hematuria juga dapat ditemukan akibat
adanya infeksi bakteri pada sel transisional kandung kemih

21
Urinalisis Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik urine dapat digunakan untuk melihat tipe organisme, serta
mengidentifikasi adanya eritrosit dan leukosit urine secara langsung. Penemuan bakteri
pada urinalisis mikroskopik dapat membantu diagnosis ISK. Apabila ditemukan 5-10
leukosit per lapang pandang, maka hasil dianggap abnormal dan diagnosis ISK dapat
dipikirkan jika terdapat gejala ISK. Pemeriksaan ini tidak diperlukan pada pasien sistitis
simpleks dengan gejala tipikal. Pemeriksaan urinalisis mikroskopik dapat bermanfaat
jika manifestasi klinis atipikal.
Kultur Urine dan Sensitivitas
Pemeriksaan kultur urine dan sensitivitas merupakan pemeriksaan yang paling spesifik
dan sensitif sehingga menjadi pemeriksaan baku emas dalam diagnosis ISK.
Pemeriksaan ini dapat berguna untuk membedakan infeksi rekuren dari relaps dan
menentukan antibiotik yang tepat.
Pemeriksaan kultur urine umumnya hanya diperlukan pada pasien ISK complicated,
seperti pasien dengan komorbid dan pasien hamil. Hasil kultur urine dengan
pertumbuhan > 10 colony forming units (CFU) menunjukkan diagnosis infeksi.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai mengalami ISK
dengan gejala berat atau persisten. Pemeriksaan ini digunakan untuk menyingkirkan
diagnosis banding ISK, seperti batu ginjal, hidronefrosis, abses renal, dan jaringan parut
pada ginjal.
CT Scan Abdomen atau Pelvis
Kebanyakan pasien ISK tidak memerlukan pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan CT
scan abdomen atau pelvis dapat digunakan pada pasien yang menunjukkan gejala berat
atau tidak membaik dengan terapi antibiotik adekuat. Pemeriksaan ini juga dapat
bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis abses perirenal atau renal pada pasien yang
tidak respons terapi antimikroba setelah durasi > 7 hari.
Sitoskopi
Pemeriksaan sitoskopi digunakan untuk melihat langsung kandung kemih dan
menyingkirkan diagnosis banding ISK lainnya, seperti tumor, batu kandung kemih,
benda asing, dan divertikulum.12,13,14,15,16

10. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Diagnosis Banding ISK pada anak

22
Diagnosis banding pada ISK:
a. Recurrent cystitis
b. Uretritis
c. Pielonefritis
d. Gagal ginjal
Diagnosis banding lainnya termasuk infeksi virus, demam pasca vaksinasi, batu
saluran kemih, benda asing vagina, orkitis, uretritis sekunder akibat penyakit menular
seksual, penyakit Kawasaki, radang usus buntu, infeksi streptokokus grup A, dan, pada
remaja wanita, infeksi panggul. Ciri khas masing-masing kondisi memungkinkan
pembedaan langsung dari ISK.11,17

11. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tatalaksana ISK pada anak

Tata laksana ISK didasarkan pada beberapa faktor seperti umur pasien, lokasi
infeksi,gejala klinis, dan ada tidaknya kelainan yang menyertai ISK. Sistitis dan
pielonefritis memerlukan pengobatan yang berbeda. Keterlambatan pemberian
antibiotik merupakan faktor risiko penting terhadap terjadinya jaringan parut
pada pielonefritis. Sebelum pemberian antibiotik, terlebih dahulu diambil
sampel urin untuk pemeriksaan biakan urin dan resistensi antimikroba.
Penanganan ISK pada anak yang dilakukan lebih awal dan tepat dapat
mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut.
Sampai saat ini masih belum ada keseragaman dalam penanganan ISK pada
anak, dan masih terdapat beberapa hal yang masih kontroversi. Beberapa
protokol penanganan ISK telah dibuat berdasarkan hasil penelitian multisenter
berupa uji klinis dan meta-analisis, meskipun terdapat beberapa perbedaan
tetapi protokol penanganan ini saling melengkapi. Secara garis besar, tata
laksana ISK terdiri atas: 1. Eradikasi infeksi akut, 2. Deteksi dan tata laksana
kelainan anatomi dan fungsional pada ginjal dan saluran kemih, dan 3. Deteksi
dan mencegah infeksi berulang.
a. Eradikasi infeksi akut
Tujuan eradikasi infeksi akut adalah mengatasi keadaan akut, mencegah
terjadinya urosepsis dan kerusakan parenkhim ginjal. Jika seorang anak
dicurigai ISK, berikan antibiotik dengan kemungkinan yang paling sesuai

23
sambil menunggu hasil biakan urin, dan terapi selanjutnya disesuaikan
dengan hasil biakan urin. Pemilihan antibiotik harus didasarkan pada pola
resistensi kuman setempat atau lokal, dan bila tidak ada dapat digunakan
profil kepekaan kuman yang terdapat dalam literatur. Umumnya hasil
pengobatan sudah tampak dalam 48-72 jam pengobatan. Bila dalam waktu
tersebut respon klinik belum terlihat mungkin antibiotik yang diberikan
tidak sesuai atau mungkin yang dihadapi adalah ISK kompleks, sehingga
antibiotik dapat diganti. Selain pemberian antibiotik, dianjurkan untuk
meningkatkan asupan cairan.
Penelitian tentang lama pemberian antibiotik pada sistitis menunjukkan
tidak ada perbedaan dalam outcome anak dengan pemberian antibiotik
jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjang. Oleh karena itu, pada
sistitis diberikan antibiotik jangka pendek. Biasanya, untuk pengobatan ISK
simpleks diberikan antibiotik per oral selama 7 hari, tetapi ada penelitian
yang melaporkan pemberian antibiotik per oral dengan waktu yang lebih
singkat (3-5 hari), dan efektifitasnya sama dengan pemberian selama 7 hari.
NICE merekomendasikan penanganan ISK fase akut, sebagai berikut:
- Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk ke
dokter spesialis anak, pengobatan harus dengan antibiotik parenteral.

- Bayi ≥ 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas:

• Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak .

• Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang


resistensinya masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman,
seperti sefalosporin atau ko-amoksiklav.

• Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi dengan


antibiotik parenteral, seperti sefotaksim atau seftriakson selama 2-
4 hari dilanjutkan dengan antibiotik per oral hingga total lama
pemberian 10 hari.

- Bayi ≥ 3 bulan dengan sistitis/ ISK bawah:

24
• Berikan antibiotik oral selama 3 hari berdasarkan pola resistensi
kuman setempat. Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman, dapat
diberikan trimetroprim, sefalosporin, atau amoksisilin.

• Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan klinis harus dinilai
kembali, dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk melihat
pertumbuhan bakteri dan kepekaan terhadap obat.

Di negara berkembang didapatkan resistensi kuman uropatogen yang tinggi


terhadap ampisilin, kotrimoksazol, dan kloramfenikol, sedangkan
sensitivitas sebagian besar kuman patogen dalam urin mendekati 96%
terhadap gentamisin dan seftriakson. Berbagai antibiotik dapat digunakan
untuk pengobatan ISK, baik antibiotik yang diberikan secara oral maupun
parenteral, seperti terlihat pada tabel 1 dan tabel 2.

b. Pengobatan sistitis akut


Anak dengan sistitis diobati dengan antibiotik per oral dan umumnya tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit,namun bila gejala klinik cukup berat
misalnya rasa sakit yang hebat, toksik, muntah dan dehidrasi, anak harus

25
dirawat di rumah sakit dan diberi pengobatan parenteral hingga gejala
klinik membaik. Lama pengobatan umumnya 5 – 7 hari, meskipun ada yang
memberikan 3-5 hari, 6 atau 7 hari.
Untuk sistitis akut, direkomendasikan pemberian antibiotik oral seperti
trimetoprim-sulfametoksazol, nitrofurantoin, amoksisilin,
amoksisilinklavulanat, sefaleksin, dan sefiksim. Golongan sefalosporin
sebaiknya tidak diberikan untuk menghindari resistensi kuman dan
dicadangkan untuk terapi pielonefritis. Menurut Garin dkk., (2007),
pemberian sefiksim pada sistitis akut terlalu berlebihan. ISK simpleks
umumnya memberikan respon yang baik dengan amoksisilin, sulfonamid,
trimetoprim-sulfametoksazol, atau sefalosporin.
c. Pengobatan pielonefritis
Para ahli sepakat bahwa antibiotik untuk pielonefritis akut harus
mempunyai penetrasi yang baik ke jaringan karena pielonefritis akut
merupakan nefritis interstitialis. Belum ada penelitian tentang lamanya
pemberian antibiotik pada pielonefritis akut, tetapi umumnya antibiotik
diberikan selama 7-10 hari, meskipun ada yang menuliskan 7-14 hari atau
10-14 hari.
Pemberian antibiotik parenteral selama 7 - 14 hari sangat efektif dalam
mengatasi infeksi pada pielonefritis akut, tetapi lamanya pemberian
parenteral menimbulkan berbagai permasalahan seperti masalah kesulitan
teknik pemberian obat, pasien memerlukan perawatan, biaya pengobatan
yang relatif mahal, dan ketidaknyamanan bagi pasien dan orangtua,
sehingga dipikirkan untuk mempersingkat pemberian parenteral dan diganti
dengan pemberian oral. Biasanya perbaikan klinis sudah terlihat dalam 24-
48 jam pemberian antibiotik parenteral. sehingga setelah perbaikan klinis,
antibiotik dilanjutkan dengan pemberian antibiotik per oral sampai selama
7-14 hari pengobatan.
Secara teoritis pemberian antibiotik yang lebih singkat pada anak
mempunyai keuntungan antara lain efek samping obat lebih sedikit dan
kemungkinan terjadinya resistensi kuman terhadap obat lebih sedikit. Pada

26
kebanyakan kasus, antibiotik parenteral dapat dilanjutkan dengan oral
setelah 5 hari pengobatan bila respons klinik terlihat dengan nyata atau
setidak-tidaknya demam telah turun dalam 48 jam pertama. Tidak ada bukti
yang meyakinkan bahwa pengobatan 14 hari lebih efektif atau dapat
mengurangi risiko kekambuhan. Dianjurkan pemberian profilaksis
antibiotik setelah pengobatan fase akut sambil menunggu hasil pemeriksaan
pencitraan. Bila ternyata kasus yang dihadapi termasuk ke dalam ISK
kompleks (adanya refluks atau obstruksi) maka pengobatan profilaksis
dapat dilanjutkan lebih lama. Berbagai penelitian untuk membandingkan
pemberian antibiotik parenteral dengan antibiotik per oral telah dilakukan.
Hoberman dkk. melakukan penelitian multisenter, uji klinik tersamar
(randomized clinical trial) pada 306 anak dengan ISK dan demam, yang
diterapi dengan sefiksim oral dan dibandingkan dengan sefotaksim selama
3 hari yang dilanjutkan dengan sefiksim per oral sampai 14 hari, dan hasil
pengobatan tidak berbeda bermakna. Disimpulkan bahwa sefiksim per oral
dapat direkomendasikan sebagai terapi yang aman dan efektif pada anak
yang menderita ISK dengan demam.
Montini dkk., melaporkan penelitian pada 502 anak dengan diagnosis
pielonefritis akut, yang diterapi dengan antibiotik ko-amoksiklav peroral
(50 mg/kgbb/hari dalam 3 dosis) selama 10 hari dibandingkan dengan
seftriakson parenteral (50 mg/kgbb/hari dosis tunggal) selama 3 hari,
dilanjutkan dengan pemberian ko-amoksiklav peroral (50 mg/kgbb/hari
dalam 3 dosis) selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
pielonefritis akut, efektivitas antibiotik parenteral selama 10 hari sama
dengan antibiotik parenteral yang dilanjutkan dengan pemberian per oral.
d. Pengobatan ISK pada neonatus
Pada masa neonatus, gejala klinik ISK tidak spesifik dapat berupa apati,
anoreksia, ikterus, gagal tumbuh, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak
mau minum, oliguria, iritabel, atau distensi abdomen. Kemampuan
neonatus mengatasi infeksi yang belum berkembang menyebabkan mudah
terjadi sepsis atau meningitis, terutama pada neonatus dengan kelainan

27
saluran kemih. Pengobatan terutama ditujukan untuk mengatasi infeksi
bakteri Gram negatif. Antibiotik harus segera diberikan secara intravena.
Kombinasi aminoglikosida dan ampisilin pada umumnya cukup memadai.
Lama pemberian antibiotik pada neonatus dengan ISK adalah 10-14 hari.
Pemberian profilaksis antibiotik segera diberikan setelah selesai pengobatan
fase akut.
e. Bakteriuria asimtomatik
Pada beberapa kasus ditemukan pertumbuhan kuman > 105 cfu/mL dalam
urin tanpa gejala klinik, baik gejala klinik ISK bawah (disuria, urgency, dan
frekuensi) ataupun gejala klinik ISK atas seperti demam, menggigil, nyeri
sekitar ginjal. Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak Bakteri pada
bakteriuria asimtomatik biasanya bakteri dengan virulensi rendah dan tidak
punya kemampuan untuk menyebabkan kerusakan ginjal meskipun kuman
tersebut mencapai ginjal. Secara umum disepakati bahwa bakteriuria
asimtomatik tidak memerlukan terapi antibiotik, malah pemberian
antibiotik dapat menambah risiko komplikasi antara lain meningkatkan
rekurensi pada 80% kasus. Kuman komensal dan virulensi rendah pada
saluran kemih dapat menghambat invasi kuman patogen, dengan demikian
kuman komensal tersebut dianggap berfungsi sebagai profilaksis biologik
terhadap kolonisasi kuman patogen.
f. Pengobatan suportif

Selain terapi kausal terhadap infeksi, pengobatan suportif dan simtomatik


juga perlu diperhatikan, misalnya pengobatan terhadap demam dan muntah.
Terapi cairan harus adekuat untuk menjamin diuresis yang lancar. Anak
yang sudah besar dapat disuruh untuk mengosongkan kandung kemih setiap
miksi. Higiene perineum perlu ditekankan terutama pada anak perempuan.
Untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin HCl (Pyridium)
dengan dosis 7 – 10 mg/ kgbb/hari. Perawatan di rumah sakit diperlukan
bagi pasien sakit berat seperti demam tinggi, muntah, sakit perut maupun
sakit pinggang.11

28
12. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Komplikasi ISK pada anak
Pielonefritis akut, ISK dengan komplikasi seperti gagal ginjal, hipertensi, ISK disertai
sepsis atau syok.11

13. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prognosis ISK pada anak


Prognosis pada infeksi saluran kemih (ISK) uncomplicated terbilang sangat baik. Pasien
yang menjalani pengobatan antibiotik dengan tepat dan cepat umumnya dapat sembuh
sempurna..Akan tetapi, pada ISK complicated, seperti pyelonephritis, yang tidak
ditangani segera dapat menyebabkan komplikasi berat.
ISK asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi pielonefritis dan prognosis jangka
panjang baik. Prognosis pada infeksi saluran kemih (ISK) simpleks terbilang sangat
baik, dengan pengobatan antibiotik yang tepat maka penderita dapat sembuh sempurna.
Pasien dengan sistitis tanpa komplikasi biasanya mengalami perbaikan gejala dalam 3
hari setelah dimulainya terapi antibiotik.12,19

14. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pencegahan ISK pada anak

a. Memperbaiki status gizi anak


b. Edukasi tentang pola hidup sehat

c. Menghilangkan atau mengatasi factor risiko, seperti

• Mendeteksi kelainan saluran genitourinaria dengan pemeriksaan


pencitraan

• Melakukan sirkumsisi pada anak laki laki

d. Menciptakan suasana yang mengurangi tekanan psikologik anak dalam


keluarga

e. Pemberian antibiotic profilaksis (namun masih diperdebatkan)19

15. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Integrasi Islam ISK pada anak


Pada dasarnya Agama Islam adalah agama yang memang sangat kuat kaitannya dengan
persoalan kebersihan dan juga kesucian. Kita diwajibkan agar senantiasa dalam
menjaga kesucian maupun kebersihan. Baik kebersihan badan maupun kebersihan
lingkungan atau tempat tinggalnya. Nabi Muhammad SAW juga sudah telah bersabda

29
mengenai hal yang berhubungan dengan kebersihan dan kesucian diri kita ini. Bahkan
didalam kita menunaikan atau melaksanakan berbagai ibadah misalnya shalat,dan
sebagainya juga memang diwajibkan dalam keadaan suci. Baik suci dari hadast kecil
ataupun hadast besar untuk menghilangkan kotoran ataupun najis yang menempel pada
tubuh kita. Untuk cara menghilangkan hadast kecil maupun besar juga ada beberapa
metode yang dapat digunakan misalnya mandi besar dan berwudhu.

HR. At- Turmudzi :

Artinya : “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan, bersih
(dan) menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus (dan)
menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu”. (HR. At-
Turmudzi).

30
3.2 Peta Konsep

31
3.3 SOAP

SOAP
TABEL ALUR PENGELOLAAN PASIEN
DATA UMUM PASIEN
Nama : An. Yudi
Usia : 5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

S = SUBJECTIVE
Keluhan Utama:
- Kencing sedikit-sedikit dan nyeri ketika buang air kecil sudah sejak 4 hari.
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Demam tingg, nyeri perut dibagian bawah serta tidak bisa menahan kencing, kencing tidak
berwarna merah.
Riwayat Penyakit Terdahulu:
- Mual dan muntah 1x tetapi sekarang sudah tidak ada. Pasien pernah penderita keluhan
seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga: (-)
Riwayat Pengobatan: (-)
Riwayat Sosial dan Kebiasaan:
- Pasien suka menahan pipis di sekolah karena takut ke kamar mandi sendirian.

O = OBJECTIVE
- Keadaan Umum : tampak sakit sedang, kesadaran baik.
- Tekanan Darah : 100/80 mmHg
- Denyut Nadi : 90x/menit
- Respiratory Rate : 24x/menit
- Suhu : 38,5°C
- BB : 15 kg
- Abdomen : supel, nyeri suprapubik, tidak ada neri ketok pada sudut
kostovertebra, tidak teraba massa abdomen.
- Genitalia : tampak fimosis negatif

A1 = INITIAL ASSESSMENT
Differential Diagnosis (DDx):

32
- Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis)
- Infeksi Saluran Kemih Atas (Pielonefritis)
- Bakteriuria asimtomatik
- Uretritis
- Orchitis
- Batu saluran kemih
P1 = PLANNIG DIAGNOSTIC
Pemeriksaan Darah Rutin:

- Leukosit : 13.000/m3
- Hemoglobin : 12,5 g/dL
- Hematokrit : 37%
- Trombosit : 250.000/m3
- LED : 15/jam

Urinalisis:

- Urine makroskopik : urine jernih, protein (-), nitrit (+), leukosit esterase (+), blood (-),
sedimen eritrosit 3-5/lpb, sedimen leukosit 12-16/lpb, bakteri (3+).
- Sedimen urine : leukosituria 22 sel/lpb

Kultur Urine:

- Menunggu hasil.

A2 = ASSESSMENT
Working Diagnois (WDx):
- Infeksi Saluran Kemih Pada Anak (Level SKDI: 4)

P2 = PLANNING

33
Planning Therapy (PTx):

- Amoxicillin sirup 3x10ml (250mg)


- Paracetamol sirup 3x 11/4 cth

Planning KIE (P KIE):

- Minum air putih yang banyak


- Tidak boleh menahan kencing
- Tidak boleh pakai celana ketat
- Kontrol 3 hari kemudian

34
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. INDONESIA, I. D. A., & NEFROLOGI, U. K. K. U. INFEKSI SALURAN KEMIH PADA


ANAK.
2. Pardede, S. O. (2018). Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis

dan Tata Laksana. Sari Pediatri, 19(6), 364-374.

3. Sumber : Dokter, I., Indonesia, A., & Koordinasi, U. K. (2011). Ikatan Dokter Anak

Indonesia (Idai) Unit Kerja Koordinasi (Ukk) Nefrologi Konsensus Infeksi Saluran

Kemih Pada Anak

4. Purnomo, B. B., 2014. Dasar-dasar urologi. Malang: CV Sagung Seto

5. Rani Purnama Sari, Muhartono. 2018. Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan

Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita di Universitas Lampung.

Majority | Volume 7 | Nomor 3

6. Triasta; Setiabudi, Djtnika; Rachmadi, Dedi. 2016. Faktor Risiko Kecurigaan Infeksi

Saluran Kemih pada Anak Laki-Laki Usia Sekolah Dasar.Sari Pediatri 18(2). p.137-141

7. Flores-Mireles AL, Walker JN, Caparon M, Hultgren SJ. Urinary tract infections:

Epidemiology, mechanisms of infection and treatment options. Nature Reviews

Microbiology. 2015;13(5):269-284

8. Klein RD, Hultgren SJ. Urinary tract infections: microbial pathogenesis, host-pathogen

interactions and new treatment strategies. Nat Rev Microbiol. 2020;18(4):211-226.

doi:10.1038/s41579-020-0324-0

9. Jones KV, Asscher AW. Urinary tract infection and vesico-ureteral reflux. Dalam:
Edelmann CM, Bernstein J, Meadow SR, Spitzer A, Travis LB, penyunting. Pediatric
Kidney Disease vol. II edisi ke-2. Boston: Little Brown, 1992;h.1943-91
10. Bensman A, Dunand O, Ulinski T. Urinary tract infection. Dalam: Avner ED, Harmon

WE, Niaudet P, Yoshikawa N, penyunting. Pediatric Nephrology, edisi ke-6,

SpringerVerlag,Berlin Heidelberg, 2009,h.1229-310.

35
11. IDI. 2017. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Primer Edisi 1. Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia

12. Bono MJ, Reygaert WC. Urinary Tract Infection. In: StatPearls. Treasure Island (FL):

StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470195/

13. Chu CM, Lowder JL. Diagnosis and treatment of urinary tract infections across age

groups.

14. Am J Obstet Gynecol. 2018 Jul;219(1):40-51. doi: 10.1016/j.ajog.2017.12.231. Epub

2018 Jan 2. PMID: 29305250.

15. Gupta K, Grigoryan L, Trautner B. Urinary Tract Infection. Ann Intern Med. 2017 Oct

3;167(7):ITC49-ITC64. doi: 10.7326/AITC201710030. PMID: 28973215.

16. Hooton TM. Gupta K. Acute simple cystitis in women. Uptodate. 2021.

17. Sukandar, E., 2004, Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal:553-557

18. Sumber : Dokter, I., Indonesia, A., & Koordinasi, U. K. (2011). Ikatan Dokter Anak

Indonesia (Idai) Unit Kerja Koordinasi (Ukk) Nefrologi Konsensus Infeksi Saluran

Kemih Pada Anak.

19. IDAI. 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak

Indonesia

36

You might also like