Professional Documents
Culture Documents
Asma Khairunnisa I401192022
Asma Khairunnisa I401192022
Disusun oleh:
KHAIRUNNISA
I4061192022
Pembimbing
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun oleh:
Khairunnisa
LAPORAN KASUS
OLEH : Khairunnisa
PEMBIMBING : dr. Hilmi Kurniawan Riskawa, Sp.A, M.Kes
1.1 Identitas
An. ZQS jenis kelamin laki-laki berusia 3 tahun, tanggal lahir 25 Maret 2018
dengan nomor rekam medik 155065, nama ibu Ny. ES, dengan alamat pasien Jl.
Tanjungraya 11, Gg. 93 A/2, Saigon, Pontianak Timur, Kalimantan Barat,
dirawat di ruang Melati Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada selama 3 hari,
dari tanggal 14 Februari 2022 hingga 16 Februari 2022.
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis (dengan orang tua pasien) pada
tanggal 16 Februari 2021 pukul 13.00 WIB
Keluhan utama : Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang:
An. ZQS jenis kelamin laki-laki berusia 3 tahun, tanggal lahir 25 Maret 2018
dengan nomor rekam medik 155065, nama ibu Ny. ES, dengan alamat pasien Jl.
Tanjungraya 11, Gg. 93 A/2, Saigon, Pontianak Timur, Kalimantan Barat,
dirawat di ruang Melati Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada selama 3 hari,
dari tanggal 14 Februari 2022 hingga 16 Februari 2022.
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 18 jam SMRS, pasien lebih nyaman
duduk dibanding berbaring dan bicara dengan kalimat terbatas. Sesak muncul
secara tiba-tiba dan awalnya masih terasa ringan. Namun sesak dirasakan
semakin memberat dan menetap. Sesak dirasakan 4 kali dalam setahun. Sesak
disertai suara mengi. Sesaknya timbul saat cuaca dingin, makan es krim, coklat
dan terlalu lelah. Sesak membaik setelah di nebulisasi. Sesak nafas diawali
dengan batuk berdahak sejak 2 hari SMRS, namun dahaknya sulit dikeluarkan.
Batuknya terus menerus dan muncul tidak tergantung kondisi tertentu. Kemudian
keluhan disertai demam sejak 2 hari SMRS dengan suhu 37,5 oC. Demam turun
keesokan harinya setelah diberikan obat demam. Namun 1 hari SMRS, demam
tinggi dengan suhu 38oC diikuti sesak yang muncul kembali. Pasien juga
mengeluhkan pilek dengan keluar cairan berwarna kuning kental disertai mual
tanpa adanya muntah. Menurut ibu pasien, pasien tampak lemah, berkeringat dan
napasnya menjadi cepat dan berat.
Keluhan tanpa disertai dengan penurunan nafsu makan, pasien makan 3 kali
sehari. Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) pada pasien tidak
ada keluhan. Keluhan BAB cair maupun BAB hitam tidak ada. Pasien tidak
nyenyak tidurnya.
Pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan sesak dan kambuh sebanyak 4
kali dalam setahun. Serangan asma pertama kali pada usia 2 tahun. Pasien
kambuh pada bulan agustus, bulan september, bulan oktober dan bulan
desember.Pasien masuk ke rumah sakit sudah 4 kali, dan mendapat perawatan di
rumah sakit selama 2 hari dengan keluhan sesak napas yang disertai dengan
keluhan demam dan batuk berdahak. Saat pulang pasien dinyatakan sembuh
dengan diagnosa akhir asma dan diberikan obat untuk perawatan dirumah yaitu
puyer theofilin 50 mg 2x1, sirup Codipron 3x 5ml dan sirup cefixime 2x 5ml.
Dijumpai riwayat atopi pada ibu pasien berupa asma. Ibu pasien juga sering
kambuh dan membutuhkan inhaler. Riwayat alergi makan atau obat dalam
keluarga disangkal. Riwayat TB dalam keluarga disangkal.
Pasien anak kedua dari dua bersaudara. lahir dengan secara spontan, pada saat
lahir bayi langsung menangis, usia kehamilan cukup bulan, dengan berat badan
lahir 2600 gram. Ibu pasien selalu memeriksakan kandungannya secara rutin ke
dokter kandungan. Total kunjungan Antenatal Care (ANC) yaitu 9 kali setiap
bulan sekali selama kehamilan. Selama kehamilan tidak ada ditemukan riwayat
demam, terjatuh atau terbentur, tekanan darah tinggi ataupun penyulit lainnya.
Pasien mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif hingga usia 2 tahun dan
dilanjutkan pemberian susu formula pada usia 2 tahun. MPASI diberikan saat
usia 6 bulan. Pasien makan dengan jadwal teratur dan sering makan makanan
yang dimasak dirumah.
Pasien tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap dikarenakan sesak yang
sering kambuh. Perkembangan dan pertumbuhan pasien sesuai dengan usia
normal. Pasien tengkurap pada usia 3 bulan dan berjalan pada usia 1 tahun lebih.
Pasien tinggal berempat dengan ayah, ibu dan adiknya. Ayahnya mempunyai
kebiasaan merokok. Ayahnya adalah seorang TNI dan ibu seorang ibu rumah
tangga.
1.3 Pemeriksaan Fisik (Senin, Tanggal 14 Februari 2022, perawatan Hari ke-1)
a. Kepala : Normocephal
h. Perut
1) Inspeksi : Supel, tidak tampak massa, tidak ada luka,
tidak terdapat lebam,
1.8 Pemantauan
1. 15 Februari 2022 pukul 07:00 WIB ( Hari rawat ke-2, Hari sakit ke-3)
BB=14,9 kg, TB=98cm
S: Saat ini keluhan sesak tidak ada, batuk berdahak (+) berkurang dan dahak
sulit dikeluarkan. Pilek (-) berkurang. Nyeri saat menelan (-), pilek (-), pusing
(-), Demam (-).Keluhan lemas masih menetap dan nafsu makan dan minum
baik. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Kualitas tidur pasien baik.
O:
a. Tanda Vital
Keadaan Umum : Tampak Lemah
Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 134x/ menit
Napas : 37x/ menit
Suhu : 36,6 oC
Saturasi Oksigen : 98%
b. Status Generalis
Thorax : Simetris, Retraksi (+)
Pulmo : SND ves (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (+/+)
Pemeriksaan Fisik lain dalam batas normal, sama dengan sebelumnya.
A: Asma intermitten serangan akut derajat ringan sedang
P:
a. IVFD Ringer Laktat (RL) 16 tpm makro
2. 16 Februari 2022 pukul 07:00 WIB ( Hari rawat ke-3, Hari sakit ke-10)
BB=14,9 kg, TB=cm
S: Saat ini keluhan sesak tidak ada, batuk berdahak (+) berkurang dan
dahak sulit dikeluarkan. Pilek (-) berkurang. Nyeri saat menelan (-), pilek
(-), pusing (-), Demam (-).Keluhan lemas masih menetap dan nafsu
makan dan minum baik. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Kualitas
tidur pasien baik.
O:
a. Tanda Vital
Keadaan Umum : Tampak Lebih Aktif
Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 135x/ menit
Napas : 24x/ menit
Suhu : 36.9 oC
Saturasi Oksigen : 99%
b. Status Generalis
Thorax : Simetris, Retraksi (-)
Pulmo : SND ves (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (+/+)
Pemeriksaan Fisik lain dalam batas normal, sama dengan sebelumnya.
A: Asma intermitten serangan akut derajat ringan sedang
P:
a. IVFD Ringer Laktat (RL) 16 tpm makro
b. Oksigen 2 lpm/NK (jika SpO2 < 92%)
c. Injeksi Paracetamol 150 mg/4-6 jam iv (k/p demam)
d. Injeksi Ampicilin 3x750 mg iv (H3)
e. Injeksi Cefotaxime 3 x 750 mg iv (H3)
f. PO. Theofilin 2x 50 mg pulv
g. PO. Flucadex syr 3x1 cth
h. PO. Eritromisin 2 x 5 ml
i. PO. Puyer batuk (dextamine 4 , cetirizine 2, salbutamol 2 mg 4, vit c
7 dibagi 12) 3x1 bks
j. Nebulisasi Ventolin resp + Farbivent 1 resp + NS 2 cc bergantian/6 jam
1.9 Prognosis
1.11 Ringkasan
An. ZQS jenis kelamin laki-laki berusia 3 tahun, tanggal lahir 25 Maret 2018
dengan nomor rekam medik 155065, nama ibu Ny. ES, dengan alamat pasien Jl.
Tanjungraya 11, Gg. 93 A/2, Saigon, Pontianak Timur, Kalimantan Barat,
dirawat di ruang Melati Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada selama 3 hari,
dari tanggal 14 Februari 2022 hingga 16 Februari 2022.
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 18 jam SMRS, pasien lebih nyaman
duduk dibanding berbaring dan bicara dengan kalimat terbatas. Sesak muncul
secara tiba-tiba dan awalnya masih terasa ringan. Namun sesak dirasakan
semakin memberat dan menetap. Sesak dirasakan 4 kali dalam setahun. Sesak
disertai suara mengi. Sesaknya timbul saat cuaca dingin, makan es krim, coklat
dan terlalu lelah. Sesak membaik setelah di nebulisasi. Sesak nafas diawali
dengan batuk berdahak sejak 2 hari SMRS, namun dahaknya sulit dikeluarkan.
Batuknya terus menerus dan muncul tidak tergantung kondisi tertentu.
Kemudian keluhan disertai demam sejak 2 hari SMRS dengan suhu 37,5 oC.
Demam turun keesokan harinya setelah diberikan obat demam. Namun 1 hari
SMRS, demam tinggi dengan suhu 38oC diikuti sesak yang muncul kembali.
Pasien juga mengeluhkan pilek dengan keluar cairan berwarna kuning kental
disertai mual tanpa adanya muntah. Menurut ibu pasien, pasien tampak lemah,
berkeringat dan napasnya menjadi cepat dan berat.
Keluhan tanpa disertai dengan penurunan nafsu makan, pasien makan 3 kali
sehari. Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) pada pasien tidak
ada keluhan. Keluhan BAB cair maupun BAB hitam tidak ada. Pasien tidak
nyenyak tidurnya.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital tubuh didapatkan nadi 145x/menit, nafas
40x/menit, saturasi oksigen 96% dan suhu 370C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan wheezing di kedua lapang paru. Tidak terdapat ronkhi dikedua lapang
paru, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Pasien didiagnosis asma intermitten derajat ringan sedang. Dirumah sakit
pasien mendapat terapi IVFD RL 16 tpm makro, Oksigen 2 lpm NK (jika SpO2
< 92%), Injeksi Parasetamol 150 mg/4-6 jam iv (k/p demam), Injeksi Ampicillin
3x750 mg iv, Injeksi Cefotaxime 3 x 750 mg iv, PO. Theofilin 2x 50 mg pulv.
PO. Flucadex syr 3x1 cth. PO. Eritromisin 2 x 5 ml. PO. Puyer batuk (dextamine
4 , cetirizine 2, salbutamol 2 mg 4, vit c 7 dibagi 12) 3x1 bks, Nebulisasi
Ventolin resp + Farbivent 1 resp + NS 2 cc bergantian/6 jam. Pasien diberikan
obat untuk perawatan dirumah yaitu sirup ranitidine 2x1 cth, sirup eritromisin
2x5 ml, sirup flucadex 3x1 cth dan puyer batuk (dextamine 4 , cetirizine 2,
salbutamol 2 mg 4, vit c 7 dibagi 12) 3x1 bks.
1.12 Pembahasan
dan usia 5 - 14 tahun sebesar 2,0%.4,5 Tingginya kejadian serangan asma pada
balita disebabkan oleh belum matangnya sistem imun (keseimbangan Th1/Th2).6
Kejadian serangan asma pada usia dibawah 5 tahun sering dikaitkan dengan
proses pematangan imunitas yang belum matang dan berkaitan dengan
keseimbangan antara Th1/Th2. Proses sensitisasi terjadi dari awal kehidupan dan
terbentuk bertahap dari proses rangsangan berupa infeksi virus atau pun berupa
alergen makanan sampai dengan rangsangan aeroalergen. Seringkali pada
kelompok usia ini, terutama pada umur 0–3 tahun, timbulnya gejala lebih dipicu
oleh virus. Gejala yang ditimbulkan sangat minimal pada fase awal, sampai
dengan terjadinya infeksi saluran napas yang lebih berat sehingga dapat memicu
terjadinya kaskade inflamasi yang signifikan dan berat. Proses tersebut
akanimempengaruhi modul respon imun yang akan lebih cenderung ke arah
aktivitas Th2. Kecenderungan aktivitas Th2 akan menurunkan produk IL-2 dan
IFN-γ oleh Th2. Respon IFN-γ yang rendah pada anak saat awal kehidupan akan
lebih berisiko untuk tersensitisasi oleh aeroallergen dan menderita asma pada usia
6 tahun dibandingkan dengan anak dengan respon IFN-γinormal.7,8
Pasien merupakan seorang anak laki-laki. Data Riskesdas tahun 2013 di 33
Provinsi di Indonesia menemukan bahwa distribusi frekuensi kejadian asma pada
anak berjenis kelamin laki-laki ditemukan lebihobanyak, yaitu sebanyak 81.864
anak (51,8%) dibandingkan dengan anak berjenis kelamin perempuan sebanyak
75.717 (48,2%).9Penelitian oleh Ariyani dkk tahun 2019 juga mendapatkan hasil
yang sama bahwa karakteristik asma pada anak yangidi rawat di RSUD Soedarso
Pontianak dan RSUD Sultan\Syarif Mohammad Alkadrie Pontianak tahun 2018-
2019 mayoritas dialami oleh anak berjenis kelamin laki- laki (57%) dibandingkan
dengan jenis kelamin perempuan (43%).10 Terjadinya asma pada masa kanak-
kanak lebih sering dialami pada anak laki- laki dibandingkanodengan anak
perempuan, setidaknya sampai masa pubertas. Hal tersebut berkaitan dengan
tingginya prevalensi atopi padaianak laki-laki dan disebabkan karena ukuran jalan
napas yang lebih kecil pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan
ketika berumur di bawah 10 tahun, yang menyebabkan anak laki-laki lebih
sensitive dan peka apabila terdapat obstruksi pada jalur napas.11
Pada pasien gejala utama yang muncul adalah sesak napas yang muncul
secara tiba-tiba dan menghilang setelah di nebulisasi. Dari keluhan ini dapat
dipikirkan adanya kelainan pada paru-paru, kelainan metabolik seperti asidosis
maupun uremia, atau adanya kelainan pada otak. Dari alloanamnesis tidak
didapatkan keluhan saat pasien buang air kecil, sehingga kemungkinan kelainan
metabolik dapat disingkirkan. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan penurunan
kesadaran ataupun kejang sehingga kelainan di sentral dapat disingkirkan. Oleh
karena itu, dapat dipastikan kelainan sesak yang terjadi diakibatkan oleh kelainan
pada paru-paru.12
Kemudian dari anamnesis, didapatkan bahwa ketika pasien mengalami sesak
pasien lebih nyaman duduk dibanding berbaring dan bicara dengan kalimat
terbatas. Sesak dirasakan 4 kali dalam setahun. Sesak disertai suara mengi.
Sesaknya timbul saat cuaca dingin, makan es krim, coklat dan terlalu lelah. Sesak
membaik setelah di nebulisasi. Sesak diawali batuk berdahak yang terus menerus
dan dahak sulit untuk dikeluarkan serta timbul gejala lain berupa demam,pilek
dengan keluar cairan berwarna kuning kental dan mual sehingga dapat dipikirkan
kemungkinan infeksi dan obstruksi saluran pernapasan. Penyebab infeksi dapat
disingkirkan karena sesak disertai suara mengi dan sesaknya berulang/episodik.
Gejala mengi berulang dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik awal
untuk menuju diagnosis. Yang perlu dipertimbangkan untuk kemungkinan
diagnosis asma adalah anak, apabila anak hanya menunjukkan batuk sebagai satu-
satunya gejala, dan pada saat diperiksa tanda-tanda mengi, sesak dan lain-lain
tidak ditemukan. Kelompok yang patut diduga asma adalah anak-anak yang
menunjukkan batuk dan/atau mengi yang timbul secara episodik, cenderung pada
malam atau dini hari, musiman, setelah aktivitas fisik, serta adanya riwayat asma
dan atopi pada pasien atau keluarganya.13 Dyspnea cenderung bervariasi,
tergantung pada beratnya obstruksi aliran udara ekspirasi. Pada kasus yang berat
obstruksi jalan nafas, terdapat air hunger (udara yang terperangkap) mungkin
menjadi simptom yang utama, dan pasien seringkali ingin cepat- cepat duduk
untuk memudahkan bernafas. Ketidaknyamanan di daerah dada dan sesak
(sensasi karena tidak bisa menghirup udara dengan penuh) sering menyertai
dyspnea pada pasien dengan asma dan dapat menyerupai angina pectoris 14
Karakteristik batuk pada asma dari nonproduktif sampai produktif karena jumlah
sputum yang banyak yang berjenis mukoid dan seringkali sangat kuat. Eosinofil
dan debris yang lain menyebabkan sputum menjadi berwarna kuning, menetap
walaupun tidak ada infeksi. Kadang-kadang, batuk merupakan satu-satunya
manifestasi asma.15 Pencetus serangan asma diantaranya alergen, emosi atau stres,
obat- obatan, dan infeksi. Pencetus-pencetus serangan di atas dilengkapi dengan
pencetus lainnya dari internal maupun eksternal mengakibatkan timbulnya reaksi
antigen dan antibodi. Reaksi antigen dan antibodi akan mengeluarkan substansi
pereda alergi yang menjadi mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan. Zat
yang dikeluarkan dapat berupa histamin, bradikinin, dan anafilatoksin. Hasil dari
reaksi tersebut timbulnya tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos,
peningkatan permeabilitas kapiler, dan peningkatan sekret mukus.16
Pada pemeriksaan fisik di didapatkan wheezing di kedua lapang paru. Tidak
terdapat ronkhi dikedua lapang paru, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital tubuh didapatkan nadi 145x/menit, nafas
40x/menit, saturasi oksigen 96% dan suhu 370C. Wheezing, paling sering
dijumpai selama serangan asma akut, adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan suara yang dihasilkan karena turbulensi aliran gas melalui jalan
nafas yang sempit. Saat obstruksi lebih berat, wheezing menjadi lebih menyolok
dan dapat didengar selama fase awal ekshalasi. Ekshalasi yang dipaksa dapat
mempertunjukkan wheezing yang tidak dapat didengar selama bernafas tenang.
Derajat obstruksi jalan nafas dapat berubah dengan tiba-tiba, tidak adanya
wheezing pada kasus- kasus yang berat dapat menggambarkan tidak adanya aliran
udara yang cukup untuk membentuk suara ekspirasi. Adanya suara wheezing
yang terjadi berulang dan menetap diperkirakan karena obstruksi fokal jalan
nafas, misalnya menyempitnya bronkus.17
Pada pemeriksaan penunjang berupa darah lengkap dalam batas normal.
Kemudian pada pemeriksaan penunjang berupa foto thoraks cor dan pulmo tidak
tampak adanya kelainan.
Diagnosis asma dapat ditegakkan karena pada pasien ditemukan 5 dari 5
karakteristik berdasarkan kriteria diagnosis sesuai pedoman nasional asma anak
oleh IDAI dengan karakteristik sebagai berikut :18
• Gejala timbul secara episodik atau berulang.
• Timbul bila ada faktor pencetus.
- Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu
dingin, udara kering, makanan minuman dingin, penyedap rasa,
pengawet makanan, pewarna makanan.
- Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari.
- Infeksi respiratori akut karena virus, selesma, common cold,
rinofaringitis
- Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa berlebihan.
• Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya.
• Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan
dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih berat pada malam hari (nokturnal).
• Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan atau
dengan pemberian obat pereda asma.
Pasien ini didiagnosis asma intermitten serangan akut derajat ringan sedang
berdasarkan tabel 1 yang menunjukkan kekerapan gejala asma, dan tabel 2 yang
menunjukkan derajat keparahan serangan asma.18
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe, Nastini N. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke1. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2010
2. Priyanto Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Lembaga Studi dan Konsultasi
Farmakologi, Jakarta. 2009
3. Kokic. Global surveilance, prevention and control of chronic respiratory diseases.
2013
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2004: SKRT 2004-Volume 3.
Sudut pandang masyarakat mengenai status, cakupan, ketanggapan dan sistem
pelayanan kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2005.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Riset kesehatan dasar laporan nasional 2007. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2008.
6. Hoskins G, McCowan C, Neville RG, Thomas GE, Smith B, Silverman S. Risk
factors and costs associated with an asthma attack. Thorax. 2000;55:19-24.
7. Akib AAP. Asma pada Anak. Sari Pediatri. 2002;4(2):78-82.
8. Subbarao P, Mandhane PJ, Sears MR. Asthma: epidemiology, etiology and risk
factors. Cmaj. 2009;181(9):181-190
9. Dharmayanti I, Hapsari D, Azhar K. Asma pada Anak di Indonesia: Penyebab dan
Pencetus. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2015;9(4):320–326.
10. Ariyani, Untari EK, Rizkifani S. Gambaran Karakteristik Pasien Asma pada Anak di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit di Kota Pontianak. Jurnal Mahasiswa Farmasi
Fakultas Kedokteran UNTAN. 2019;4(1):1-8.
11. Trivedi M, Denton E. Asthma in children and adults—what are the differences and
what can they tell us about asthma?. Frontiers in pediatrics. 2019;7(256):1-15.
12. Pusponegoro HD, Hadinegoro SRS, Firmanda D, Tridjaja B, Pudjadi AH, Kosim MS,
et al. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Edisi ke-I. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2004. hlm. 351-4.
13. Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsensus
Nasional Asma Anak. Sari Pediatri 2000; 2:50-66.
14. Tim Kelompok Kerja Asma. Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Balai Penerbit FKUI Jakarta.2004
15. Stoelting, R.K. Anesthesia and Co-Existing Disease. Philadelphia. Churchill
Livingstone 2002
16. Somantri, Irman. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. 2012.
17. Sudoyo, A.W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI
18. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman nasional asma anak. Jakarta: IDAI; 2015.
19. Said M. Pneumonia. Buku Ajar Respiratori Anak. Edisi II. Ikatan Dokter Anaka
Indonesia. Jakarta: 2008.h.350-64.
20. Graber, MA. Terapi Cairan, Elektrolit, dan Metabolik.Edisi 2. Jakarta: Farmedia.
2003.
21. Katzung BG, Masters, SB. danTrevor, AJ. Farmakologi Dasar & Klinik, Vol.2,Edisi
12,Editor Bahasa Indonesia Ricky Soeharsono et al., Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta;2014,
22. Ikawati, Z. Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Pustaka
Adipura.2007
23. Hardjosaputro S.L. Purwanto, dkk. DOI Data Obat di Indonesia. 11 ed. T Muliapurna
Jayaterbit. 2008:506;511;533.
24. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. ISO Indonesia. Volume 43. PT ISFI Penerbitan.
Jakarta. 2008: 397;403.
25. Tambayong Jan. Farmakologi untuk Keperawatan. Widya Medika. Jakarta. 2001: 61-
67.
26. Tjay Tan Hoan dan Rahardja Kirana, 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya, PT. Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta
27. Global Initiative for Asthma, , Global Strategy for Asthma Management and
Prevention, Global Initiative for Asthma.2014
28. PDPI. Asma. Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2007
29. Gedik AH, Cakir E, Ozkaya E, Ari E, Nursoy M. Can Appropriate Diagnosis and
Treatment of Childhood Asthma Reduce Excessive Antibiotic Usage? Med Princ
Pract. 2014;23(5):443–7. (https://www.karger.com/Article/FullText/363750)
30. Istiantoro, Y.h., dan Gan, V.H.S. 1995, Penissilin, Sefalosporin dan Antibiotika Beta
Laktam lainnya, Farmakologi dan Terapi, Edisi keempat, Bagian Farmakologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. 109-203. 189-206. 207-222. 234-
247.622-644. 661-674. 714-737.
31. Katzung B.G. Farmakologi: Dasar Dan Klinik Buku 2. 1st ed. Jakarta: Salemba
Medika; 2012. p.484.
32. Gallagher, J.C. & MacDougall, C., 2018. Antibiotic Simplified. 4th ed. Jones&
Bartlett Learning