You are on page 1of 86

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID

DEKSAMETASON PADA PASIEN DI PUSKESMAS

MARGADANA

HALAMAN SAMPUL

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

RINA MELIANA

16080018

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

i
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID

DEKSAMETASON PADA PASIEN DI PUSKESMAS

MARGADANA

HALAMAN JUDUL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai

Gelar Derajat Ahli Madya

Oleh :

RINA MELIANA

16080018

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID


DEKSAMETASON PADA PASIEN DI PUSKESMAS
MARGADANA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

RINA MELIANA

16080018

DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

AGUS SUSANTO, S.Th. M. Ikom JOKO SANTOSO, M. Farm


NIDN. 0615088001 NIDN. 9906966989

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajuka oleh :

Nama : Rina Meliana

NIM : 16080018

Jurusan / Program Studi : DIII FARMASI

Judul Karya Tulis Ilmiah : Evaluasi Penggunaan Obat Kortikosteroid


Deksametason Pada Pasien Di Puskesmas Margadana

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Farmasi pada Jurusan/ Program Studi DIII Farmasi, Politeknik Harapan
Bersama Tegal.

TIM PENGUJI

Penguji 1 : Adila Prabasiwi, S.KM, M.KM (……………………….)

Penguji 2 : Agus Susanto, S.Th, M.Ikom (……………………….)

Penguji 3 : Joko Santoso, M.Farm (……………………….)

Tegal, 16 April 2019

Program Studi DIII Farmasi

Ketua Program Studi,

Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc., Apt


NIPY. 010.007.038

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA : Rina Meliana


NIM : 16080018
Tanda Tangan

Tanggal 16 April 2019

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Rina Meliana
NIM : 16080018
Jurusan / Program Studi : DIII Farmasi
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Politeknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Royalti Noneksklusif (None-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KORTIKOSTEROID
DEKSAMETASON PADA PASIEN DI PUSKESMAS MARGADANA
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti/Nonekslusif ini Politeknik Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.
Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tegal
Pada Tanggal : 16 April 2019

Yang menyatakan

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

(Rina Meliana)

vi
Motto

 “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Q.S Asy-Syah : 6)

 Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang.

 Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua

(Aristoteles)

Kupersembahkan untuk :

 Kedua orang tuaku.

 Kedua kakak ku

 Calon imamku kelak

 Keenam sahabatku, Ummi R, Intan YP,

Linda, Putri, Silfi, Rima

 Teman–teman seperjuangan farmasi

 Almamaterku (DIII Farmasi Politeknik

Harapan Bersama Tegal).

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

vii
PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

dengan rahmat, hidayah dan izin- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat Kortikosteroid

Deksametason Pada Pasien Di Puskesmas Margadana” Karya Tulis Ilmiah ini

bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program DIII Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis. Ucapan terima kasih ini penulis berikan terutama kepada :

1. Bapak Ir. MC. Chambali, B.Eng.EE. M.Kom, selaku Direktur Politeknik Harapan

Bersama Tegal

2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm. M.Sc. Apt, selaku Ka. Prodi D3 Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal

3. Bapak Agus Susanto, S.Th. M. Ikom selaku dosen pembimbing 1 yang telah

memberikan kritik, saran, nasehat, petunjuk, dan bimbingan kepada penulis dalam

penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

4. Bapak Joko Santoso, M. Farm selaku dosen pembimbing 2 yang telah

memberikan kritik, saran, nasehat, petunjuk, dan bimbingan kepada penulis dalam

penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

5. Puskesmas Margadana Kota Tegal yang sudah membantu dalam proses penelitian

ini. Terimakasih atas waktu dan bantuannya.

viii
6. Bapak dan Mama yang telah memberikan dukungan moral maupun material serta

doa dan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai

7. Sahabat - sahabat semua yang selalu memberikan dukungan serta dorongan untuk

terus semangat dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

8. Teman – teman Farmasi Angkatan 16 yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu terimakasih atas pertemanan selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan ampunan, melimpahkan rahmat, dan

mencurahkan karunia-Nya serta melipat gandakan pahala amal kebaikan semua

pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama proses penyelesaian

karya tulis ilmiah ini.

Untuk itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun lebih baiknya karya tullis. Akhirnya penulis berharap

semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tegal, 16 April 2019

Rina Meliana

ix
INTISARI

Meliana, Rina., Susanto, Agus., Santoso, Joko., 2019. Evaluasi Penggunaan


Obat Kortikosteroid Deksametason Pada Pasien Di Puskesmas Margadana.

Deksametason merupakan kortikosteroid dengan aktivitas utama


glukokortikoid. Deksametason digunakan terutama sebagai agen anti-inflamasi
atau imuno supresan. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan obat
deksametason ditinjau dari aspek tepat indikasi, dosis dan interval waktu
pemberian obat pada pasien di Puskesmas Margadana.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi


adalah resep pasien yang mendapatkan terapi obat deksametason di Puskesmas
Margadana pada bulan Januari – Desember 2017 berjumlah 7.163 resep, sampel
yang diambil berjumlah 100 resep dengan cara purposive sampling. Data
ketepatan indikasi, dosis, dan interval waktu pemberian dianalisis berdasarkan
pedoman ISO (Informasi Spesialite Obat).
Hasil penelitian ini diperoleh data karakteristik pasien berdasarkan usia
terbanyak yaitu pada usia dewasa (26-45 tahun) sebanyak 43 pasien (43%), jenis
kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 53 pasien (53%). Evaluasi
penggunaan obat deksametason pada pasien di puskesmas margadana berdasarkan
tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat interval waktu pemberian 100% sesuai.
Kata kunci :Deksametason, Evaluasi Indikasi, Dosis, dan Interval waktu.

x
Abstract

Meliana, Rina., Susanto, Agus., Santoso, Joko., 2019. The Evaluation of Using
Dexamethasone Corticosteroid Drugs in Patients at Margadana Publik Health
Center.

Dexamethasone is a corticosteroid with the main activity of


glucocorticoids. Dexamethasone is used primarily as an anti-inflammatory or
immunosuppressant agent. The purpose of this study was to evaluate the use of
dexamethasone drugs in terms of the exact aspects of the indication, dose and
time interval for drug administration to patients at Margadana Publik Health
Center.

This research method used descriptive quantitative methods. The


population was the prescription of patients who get dexamethasone drug therapy
at Margadana Publik Health Center in January - December 2017 in total of 7,163
prescriptions, 100 samples taken by purposive sampling. Data on the accuracy of
indications, doses, and time intervals for administration were analyzed based on
ISO guidelines (Drug Specialite Information).

The results of this study obtained data on the characteristics of patients


based on the most age, namely in the adult age (26-45 years) as many as 43
patients (43%), the most sex are women as many as 53 patients (53%). Evaluation
of the use of dexamethasone drugs in patients at the Margadana Community
Health Center is based on the right indication, the right dose, and the appropriate
100% appropriate time interval.

Keywords: Dexamethasone, Evaluation of Indications, Dosage, and Time


Interval.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................................... vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................... vii
PRAKATA........................................................................................................... viii
INTISARI................................................................................................................ x
ABSTRAK ..............................................................................................................xi
DAFTAR ISI......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Batasan Masalah .............................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
1.6 Keaslian penelitian........................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7
2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 7
2.1.1 Penggunaan Obat Rasional..................................................................... 7
2.1.1.1 Rasionalitas Ditinjau Dari Tepat Indikasi................................... 8
2.1.1.2 Rasionalitas Ditinjau Dari Tepat Dosis ...................................... 9
2.1.1.3 Rasionalitas Ditinjau Dari Tepat Interval Waktu ....................... 9
2.1.2 Penggunaan Obat Di Puskesmas .......................................................... 10
2.1.3 Kortikosteroid....................................................................................... 11
2.1.3.1 Definisi Kortikosteroid ............................................................. 11
2.1.3.2 Penggolongan Kortikosterod .................................................... 12
2.1.3.3 Kontra Indikasi Kortikosteroid ................................................. 13

xii
2.1.3.4 Efek Samping Kortikosteroid ................................................... 13
2.1.3.5 Mekanisme kerja kortikosteroid ............................................... 14
2.1.3.6 Prinsip Penggunaan kortikosteroid ........................................... 15
2.1.4 Deksametason....................................................................................... 15
2.1.4.1 Pengertian Deksametason ......................................................... 15
2.1.4.2 Sifat Fisikokimia....................................................................... 16
2.1.4.3 Sediaan Deksametason ............................................................. 17
2.1.4.4 Dosis Deksametason ................................................................. 17
2.1.4.5 Indikasi Deksametason ............................................................. 18
2.1.4.6 Kontraindikasi Deksametason .................................................. 18
2.1.4.7 Efek Samping Deksametason ................................................... 20
2.1.4.8 Mekanisme Kerja Deksametason ............................................. 20
2.1.5 Puskesmas............................................................................................. 21
2.1.5.1 Definisi Puskesmas ................................................................... 21
2.1.5.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas ................................................... 22
2.1.5.3 Tujuan Puskesmas .................................................................... 22
2.1.5.4 Jenis- jenis Puskesmas.............................................................. 23
2.1.5.5 Profil Puskesmas Margadana Kota Tegal................................. 24
2.2 Kerangka Teori .............................................................................................. 30
2.3 Kerangka Konsep........................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 32
3.1 Ruang lingkup penelitian ............................................................................... 32
3.1.1 Ruang Lingkup ilmu Penelitian............................................................ 32
3.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian ....................................................... 32
3.1.3 Ruang Lingkup Waktu Penelitian......................................................... 32
3.2 Rancangan dan jenis penelitian...................................................................... 32
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 33
3.3.1 Populasi penelitian................................................................................ 33
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 33
3.3.2.1 Kriteria Inklusi.......................................................................... 34
3.3.2.2 Kriteria Eksklusi ....................................................................... 34
3.4 Variabel Penelitian......................................................................................... 35
3.5 Definisi Operasional ...................................................................................... 35
3.6 Jenis dan Sumber Data................................................................................... 36

xiii
3.6.1 Jenis Data.............................................................................................. 36
3.6.2 Cara Pengumpulan Data ....................................................................... 37
3.7 Pengelolan dan Analisa Data ......................................................................... 38
3.8 Etika Penelitian .............................................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 43
4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia .................................................... 43
4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin.................................... 44
4.3 Evaluasi Penggunaan Obat Deksametason ............................................. 45
4.3.1 Tepat Indikasi .............................................................................. 45
4.3.2 Tepat Dosis .................................................................................. 48
4.3.3 Tepat Interval Waktu Pemberian................................................. 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 52
5.1 KESIMPULAN .................................................................................... 52
5.2 SARAN................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53
LAMPIRAN.......................................................................................................... 57

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktus Kimia Deksametason .......................................................... 16


Gambar 2.2 Kerangka Teori.................................................................................. 30
Gambar 2.3 Kerangka Konsep .............................................................................. 31
Gambar 3.1 Alur pengumpulan Data .................................................................... 38
Gambar 3. 2 Analisis Resep Pasien....................................................................... 39

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian................................................................................. 5


Tabel 3.1 Definisi Operasional ..............................................................................36
Tabel 3. 2 Analisis Tepat Dosis ............................................................................ 39
Tabel 3. 3 Analisis Tepat Interval Waktu Pemberian ........................................... 40
Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia ..................................................43
Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin.................................. 44
Tabel 4.3 Data Hasil Evaluasi Tepat Indikasi ....................................................... 46
Tabel 4.4 Data Hasil Evaluasi Tepat Dosis........................................................... 48
Tabel 4.5 Data Hasil Evaluasi Tepat Interval Waktu Pemberian Obat
Deksametason....................................................................................... 50

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Politeknik Harapan Bersama Tegal ................. 58


Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA ....................................................... 59
Lampiran 3. Surat balasan dari DinKes Kota Tegal. ............................................ 60
Lampiran 4. Foto Puskesmas Margadana Kota Tegal .......................................... 61
Lampiran 5. Rekapitulasi Data Pasien .................................................................. 64

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kortikosteroid merupakan kelompok hormon steroid alami pada

manusia yang diproduksi oleh kelenjar korteks adrenal. Penggunaannya efektif

untuk berbagai gangguan inflamasi dan autoimun (Aristia & Supadmi, 2018).

Kortikosteroid pada tahun 1950, pertama kali digunakan untuk terapi irritable

bowel disease (IBD). Pasien IBD merasakan efek pengobatan gejala penyakit

mereka sejak hari pertama menggunakan kortikosteroid (Chrohn’s & Colitis

Foundation, 2015).

Kortikosteroid sering disebut life saving drug karena dalam

penggunaanya sebagai anti inflamasi, kortikosteroid berfungsi sebagai terapi

paliatif, yaitu menghambat gejala saja sedangkan penyebab penyakit masih

tetap ada. Hal ini akhirnya menyebabkan kortikosteroid tidak digunakan

sesuai dengan indikasi, dosis dan lama pemberian (Guidry, George, Vesely,

Kennison, & Terrell, 2009). Contoh kasus pemberian kortikosteroid pada

anak-anak penderita asma di Negara Amerika hanya 9% dari kortikosteroid

inhalasi yang diresepkan. Di Indonesia belum terdapat data pasti mengenai

besarnya penggunaan kortikosteroid (Mahendra, Soetjiningsih, & Suryawan,

2016).

Penggunaan kortikosteroid yang tidak sesuai berpotensi menimbulkan

efek samping yang serius seperti kegemukan, katarak, gangguan pertumbuhan,

1
2

hipertensi, mood face, dan osteoporosis, oleh karena itu dalam penggunaan

kortikosteroid membutuhkan pertimbangan berkaitan dengan risiko dan

manfaat untuk pasien (Aristia & Supadmi, 2018). Efek samping yang

ditimbulkan oleh kortikosteroid akan menjadi semakin buruk apabila

digunakan tidak sesuai dengan aturan pakainya, baik itu dosis maupun lama

pemakaian (Gilman, 2012).

Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan aktifitasnya,

yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Glukokortikoid memiliki peranan

pada metabolisme glukosa, sedangkan mineralokortikoid memiliki retensi

garam. Pada manusia, glukortikoid alami yang utama adalah kortisol atau

hidrokortison, sedangkan mineralokortikoid utama adalah aldosteron. Selain

steroid alami, telah banyak disintetis glukokortikoid sintetik, yang termasuk

golongan obat yang penting karena secara luas digunakan terutama untuk

pengobatan penyakit-penyakit inflamasi, salah satu nya adalah obat

deksametason (Johan, 2015).

Deksametason mulai dikenal pada tahun 1950, deksametason termasuk

salah satu obat dalam dunia kesehatan. Meskipun efek samping deksametason

sangat besar, masih banyak masyarakat yang memakai deksametason. Hal ini

disebabkan karena harganya murah dan mudah didapat (Syukriah, 2017).

Deksametason digunakan sebagai imunosupresan atau anti alergi, anti

inflamasi, gangguan kolagen, rheumatik, gangguan demermatologik, dan

pernapasan, asma bronkial, radang, gangguan saluran pencernaan (Ikatan

Apoteker Indonesia, 2013).


3

Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi penggunaan obat

kortikosteroid deksametason di Puskesmas Margadana, berdasarkan studi

pendahuluan penggunaan deksametason di Puskesmas Margadana diduga

belum tepat karena masih banyak pasien yang mengeluhkan tentang penyakit

yang diderita pasien di puskesmas margadana sehingga peneliti ingin

melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis ketepatan

penggunaan obat di puskesmas dan untuk mengurangi risiko efek samping

yang serius karena susunan organ tubuh yang sensitif terutama anak-anak,

proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi belum bekerja secara

maksimal sehingga dalam pemberian harus cermat karena penggunaan jangka

panjang dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya.

Pemilihan Puskesmas Margadana sebagai tempat penelitian mengenai

penggunaan obat deksametason sebagai kortikosteroid pada pasien di

Puskesmas Margadana belum pernah di lakukan untuk penelitian judul ini,

sehingga dengan adanya penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan penting

bagi tenaga kesehatan untuk memberikan pengobatan kepada pasien sehingga

tercapai keberhasilan terapi yang optimal ditinjau dari aspek tepat indikasi,

dosis dan interval waktu pemberian.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan

obat kortikosteroid deksametason di Puskesmas Margadana sudah rasional

ditinjau dari aspek tepat indikasi, dosis dan interval waktu pemberian obat?
4

1.3 Batasan Masalah

Batasan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan dengan objek obat kortikosteroid deksametason.

2. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Margadana.

3. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa resep pasien

periode Januari – Desember 2017.

4. Pada pasien usia 5 tahun – 45 tahun.

5. Evaluasi penggunaan didasarkan pada rasionalitas ditinjau dari aspek tepat

indikasi, dosis, dan interval waktu pemberian obat deksametason.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat rasionalitas

penggunaan obat kortikosteroid deksametason pada pasien ditinjau dari

aspek tepat indikasi, dosis dan interval waktu pemberian obat deksametason.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Bagi masyarakat

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat diperoleh data-data ilmiah

yang memberikan informasi tentang penggunaan obat kotikosteroid

deksametason yang rasional.

2. Bagi Puskesmas

Menjadi salah satu landasan bagi tenaga medis agar dalam penggunaan

obat lebih rasional sesuai dengan dasar-dasar ilmiah yang telah ada.
5

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat memperkaya informasi ilmu pengetahuan serta dapat menjadi dasar

bagi penelitian selanjutnya.

1.6 Keaslian penelitian

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian


Pembeda Purnami, N. Hidayah, Rohmah, 2018 Supadmi, 2018 Fokus KTI
Y.P, 2014 2014
Judul Evaluasi Analisis Evaluasi Evaluasi Evaluasi
penelitian penggunaan rasionalitas rasionalitas penggunaan penggunaan obat
deksametason penggunaan penggunaan kortikosteroid kortikosteroid
pada pasien kortikosteroid kortikosteroid pada pasien anak deksametason
anak dengan pada penyakit pada penyakit di RSU PKU pada pasien di
demam tifoid. asma pasien asma pasien Muhammadiyah Puskesmas
rawat inap di rawat jalan di RS Yogyakarta Margadana.
RSUD X PKU Januari- Maret
tahun 2012. Muhammadiyah 2015.
Delanggu tahun
2016.
Subjek Pasien anak Pasien rawat Pasien rawat Pasien anak yang Pasien yang
penelitian dengan deman inap yang jalan yang telah menggunakan menggunakan
teroid yang telah didiagnosis terapi terapi obat
menggukanan didiagnosis penderita asma kortikosteroid. deksametason.
terapi asma dan dan pasien yang
deksametason. pasien mendapat terapi
pengguna obat kortikosteroid.
kortikosteroid.

Metode Penelitian Penelitian non Penelitian non Penelitian penelitian


penelitian observasional eksperimental, eksperimental, observasional, data deskriptif
dengan jenis pengambilan pengambilan di peroleh secara kuantitatif dan
penelitian data dilakukan data dilakukan retrospektik dari pengambilan
cross- secara secara rekam medis. data dilakukan
sectional retrospektif retrospektif dan secara
dan rekam data di analisa retrospektif dan
medis. dengan metode purposive
deskriptif. sampling.

Tempat RSU Puri RSUD X RS PKU RSU PKU Puskesmas


penelitian Raharja, tahun 2012. Muhammadiyah Muhammadiyah Margadana.
Denpasar. Delanggu Yogyakarta.
6

Hasil Hasil Hasil Hasil penelitian Penggunaan Hasil penelitian


penelitian penelitian penelitian dari analisis kortikosteroid penggunaan
penggunaan menunjukan parameter tepat dirawat jalan deksametason
deksametason bahwa dosis, adalah didapatkan
pada pasien kortikosteroid penggunaan triamcinolone bahwa tepat
anak dengan yang paling kortikosteroid tablet 77,91%, di dosis (100%),
demam tifoid banyak yang diberikan rawat inap adalah tepat indikasi
di RSU Puri digunakan yaitu deksametason (100%), dan
Raharja adalah deksametason, injeksi 48,65%. tepat interval
Denpasar deksametason metilprednisolon, waktu
tidak sesuai. (70,41%). dan budesonide pemberian
pada pasien asma (100%) sesuai.
rawat jalan di RS
PKU
Muhammadiyah
Delanggu tahun
2016 dinyatakan
100% tepat
dosis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penggunaan Obat Rasional

Penggunaan obat yang rasional adalah menggunakan obat secara

aman dan efektif, obat harus tersedia dengan harga yang wajar dan

dengan penyimpanan yang baik. Obat haruslah sesuai dengan penyakit

oleh karena itu diagnosis yang ditegakkan harus tepat patofisiologi

penyakit, farmakologi obat, dosis yang diberikan dan waktu pemberian

yang tepat, serta evaluasi terhadap efektifitas dan toksisitas obat

tersebut, ada tidaknya kontraindikasi serta biaya yang harus

dikeluarkan oleh pasien yang disesuaikan dengan kemampuan pasien

tersebut (Fahmiani, Arsin, & Jafar, 2012).

Penggunaan obat yang tidak rasional seringkali dijumpai dalam

praktek sehari-hari. Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional

jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih

besar dibanding manfaatnya. Dampak negatif dapat berupa dampak

klinik (misalnya terjadi efek samping dan resistensi kuman) dan

dampak ekonomi biaya tidak terjangkau (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2011).

7
8

Kriteria penggunaan obat rasional sebagai berikut (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2011) :

a. Tepat diagnosis

b. Tepat indikasi penyakit

c. Tepat pemilihan obat

d. Tepat dosis

e. Tepat cara pemberian

f. Tepat interval waktu pemberian

g. Tepat lama pemberian

h. Waspada terhadap efek samping

i. Tepat penilaian kondisi pasien

j. Obat diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta

tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau.

k. Tepat informasi

l. Tepat tindak lanjut

m. Tepat penyerahan obat

n. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan

2.1.1.1 Rasionalitas Ditinjau Dari Tepat Indikasi

Tepat indikasi yaitu terapi obat yang diberikan sesuai

dengan penyakit yang diderita pasien. Adanya kesalahan dalam

penegakkan diagnosis akan berpengaruh pada ketidaktepatan

dalam pemilihan obat, hal ini akan menyebabkan terapi obat yang
9

diberikan akan memberikan efek yang tidak diinginkan

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

2.1.1.2 Rasionalitas Ditinjau Dari Tepat Dosis

Tepat dosis yaitu ketepatan dalam pemberian dosis yang

meliputi ketepatan jumlah, cara pemberian, frekuensi pemberian,

dan lama pemberian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2011).

Tepat dosis meliputi dosis, cara dan lama pemberian obat

sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis

yang berlabihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang

terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.

Sebaiknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin

tercapainya kadar terapi yang diharapkan (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

2.1.1.3 Rasionalitas Ditinjau Dari Tepat Interval Waktu

Interval waktu pemberian merupakan hal yang harus

diperhatikan. Pada umumnya efek obat tergantung pada

konsentrasinya di target site yang berhubungan dengan

konsentrasi plasma. Setiap obat memiliki waktu paruh berbeda

(Nila & Halim, 2013). Cara pemberian obat hendaknya dibuat

sesederhana mungkin dan praktis, agar mudah ditaati oleh pasien.

Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali

sehari), semarin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang


10

harus diminum 3 kali sehari harus diartikan bahwa obat tersebut

harus diminum dengan interval setiap 8 jam (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

2.1.2 Penggunaan Obat Di Puskesmas

Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama

generik, nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia

dan INN (International Non-propiestary Names) dari WHO (World

Health Organisation) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Nama

generik ini ditempatkan sebagai judul dari monografi sediaan obat

yang mengandung nama generik tersebut sebagai zat tunggal (Yeni,

2015).

Hampir sebagian besar masyarakat tersugesti dengan obat

paten, yang dianggap lebih manjur daripada obat generik. Obat paten

adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset, dan memiliki masa

paten yang tergantung dari jenis obatnya. Sedangkan obat generik

dapat didefinisikan sebagai obat dengan nama asli zat berkhasiat obat

(Jenah, 2014).

Obat generik juga secara sederhana adalah obat yang sudah

tidak dilindungi oleh hak paten. Obat generik yang tidak menggunakan

logo pabrik biasanya dijual dengan harga lebih murah. Istilah OGB

dimunculkan oleh pemerintah pada tahun 1989. Tujuannya adalah

menandai obat-obat generik yang kualitasnya dijamin oleh pemerintah,


11

yakni obat yang diproduksi dengan Cara Pembuatan Obat Yang Baik

(CPOB).

Instalasi pemerintahan lebih sering menggunakan obat generik

disamping harganya murah, khasiatnya sama seperti obat paten. Alasan

pemilihan obat generik pada penelitian kali ini adalah pada tempat

yang akan diteliti yaitu Puskesmas Margadana sebagian besar

menggunakan obat generik (Jenah, 2014).

2.1.3 Kortikosteroid

2.1.3.1 Definisi Kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan kelompok hormone

steroidalami pada manusia yang diproduksi oleh kelenjar

korteks adrenal. Penggunaannya efektif untuk berbagai

gangguan inflamasi dan autoimun (Aristia & Supadmi, 2018)

Kortikosteroid merupakan anti-inflamasi yang identik

dengan kortisol, hormon steroid alami pada manusia yang

disintesis dan disekresi oleh korteks adrenal. Efek anti-

inflamasi kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imuno

kompeten seperti sel T, makrofag, seldendritik, eosinofil,

neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan menghambat respon

inflamasi dan menyebabkan apoptosis berbagai sel tersebut

(Humaira, 2011).
12

2.1.3.2 Penggolongan Kortikosterod

Kortikosteroid sendiri digolongakan menjadi dua

berdasarkan aktifitasnya, yaitu glukokortikoid dan

mineralokortikoid. Glukokortikoid memiliki peranan pada

metabolisme glukosa, sedangkan mineralokortikoid memiliki

retensi garam. Pada manusia, glukortikoid alami yang utama

adalah kortisol atau hidrokortison, sedangkan

mineralokortikoid utama adalah aldosteron. Selain steroid

alami, telah banyak disintetis glukokortikoid sintetik, yang

termasuk golongan obat yang penting karena secara luas

digunakan terutama untuk pengobatan penyakit-penyakit

inflamasi. Contoh antara lain adalah deksametason, prednisone,

metil prednisolon, triamsinolon dan betametason (Johan,

2015). Menurut Ak Sya (2018), berdasarkan masa kerjanya

golongan kortikosteroid dibagi menjadi:

1. Kortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh <12jam,

yang termasuk golongan ini adalah hidrokortison, kortison,

kortikosteron, fludrokortison.

2. Kortikosteroid kerja sedang dengan masa paruh 12-36jam,

yaitu metil prednisolon, prednisone, prednisolon, dan

triamsinolon.

3. Kortikosteroid kerja lama dengan masa paruh >36jam,

adalah parametason, betametason, dan deksametason.


13

2.1.3.3 Kontra Indikasi Kortikosteroid

Kontra indikasi dalam pemakaian kortikosteroid adalah

infeksi sistemik penderita hypersensitivitas terhadap obat

tersebut, vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang

menerima dosis immunosupresive. Steroid inhalasi

dikontraindikasikan untuk serangan akut dan harus digunakan

dengan hati-hati pada anak-anak karena dapat menimbulkan

gangguan pertumbuhan. Namun demikian, obat ini dapat

diberikan pada anak-anak balita dengan suatu spacer atau

masker jika obat-obat penstabil sel mast tidak efektif (Astutik

2009).

2.1.3.4 Efek Samping Kortikosteroid

Menurut Astutik (2009) pemakaian kortikosteroid dosis

tinggi dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping

seperti :

1. Osteoporosis adalah kondisi saat kualitas kepadatan tulang

menurun.

2. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat

tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih.

3. Diabetes alkalosis, dimana keadaan saat kadar basa di

dalam tubuh terlalu tinggi.

4. Hipokalemia adalah kondisi ketika kadar kalsium dalam

darah berada di bawah batas normal.


14

5. Penurunan kekebalan tubuh.

6. Gastritis adalah kondisi yang disebabkan oleh peradangan

lambung.

7. Gangguan pertumbuhan

8. Katarak adalah kondisi di mana mata mengalami

pengaburan atau penglihatan tidak jelas.

9. Moon face merupakan suatu kondisi wajah yang membulat

dan membengkak akibat timbunan lemak.

10. Kegemukan.

2.1.3.5 Mekanisme kerja kortikosteroid

Menurut Humaira (2011), kortikosteroid bekerja

dengan mempengaruhi kecepatan sintetis protein. Molekul

hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi

pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan

reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan

membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini

mengalami perubahan komformasi, lalu bergerak menuju

nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini

menstimulasi transkripsi RNA dan sintetis protein spesifik.

Induksi protein ini yang akan menghasilkan efek fisiologik

steroid.
15

2.1.3.6 Prinsip Penggunaan kortikosteroid

Menurut Astutik (2009), kortikosteroid mempunyai efek

samping yang serius, penggunaan kortikosteroid harus benar-

benar dipertimbangkan. Beberapa prinsip penggunaan

kortikosteroid yaitu :

1. Digunakan dengan dosis efektif terkecil, terutama jika

diperlukan untuk jangka panjang.

2. Digunakan lebih singkat lebih aman.

3. Diberikan pengobatan berselang, pemberian demikian dapat

dipertahankan bertahun-tahun.

4. Tidak boleh diberikan dosis tinggi lebih dari satu bulan.

5. Dosis diturunkan secara bertahap dalam beberapa minggu

atau bulan tergantung besarnya dosis dan lamanya terapi.

6. Penggunaan injeksi sebaiknya dihindari.

7. Dosis dapat dinaikkan 2-3 kali lipat dalam keadaan stres

dosis.

8. Digunakan hati-hati pada pasien lanjut usia, gizi buruk,

anak-anak, diabetes.

9. Asupan garam dikurangi.

2.1.4 Deksametason

2.1.4.1 Pengertian Deksametason

Deksametason adalah kortikosteroid dengan aktivitas

utama glukokortikoid. Deksametason digunakan terutama


16

sebagai agen anti-inflamasi atau imuno supresan (Purnami,

Niruri, Tanasale, & Erlangga, 2014).

Deksametason merupakan salah satu kortikosteroid

sintetis terampuh. Kemampuannya dalam menanggulangi

peradangan dan alergi lebih sepuluh, kali lebih hebat dari yang

dimiliki prednisone (Ridho, 2010).

Deksametason adalah salah satu kortikosteroid sintesis

dengan aktivitas glukokortikoid yang sangat tinggi sedangkan

aktivitas mineralokortikoid yang rendah, sehingga digunakan

untuk kondisi yang memerlukan kortikosteroid tinggi tanpa

retensi cairan yang membahayakan dan memiliki aktivitas

imunosupresan serta efek anti-inflamasi (Humaira, 2011).

2.1.4.2 Sifat Fisikokimia

Sifat fisikokimia menggambarkan karakteristik dari

setiap obat, dan deksametason mempunyai struktur kimia

sebagai berikut :

Rumus struktur menurut (Ditjen POM, 2014)

Gambar 2.1 Struktus Kimia Deksametason


17

(Ditjen POM, 2014)

Rumus molekul : C22H29FO5

Berat molekul : 392,47

Nama kimia : 9-Fluoro-11β, 17, 21-trihidroksi-16α-

metilpregna-1,4-diena-3,20-dion

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai praktis

putih, tidak berbau, stabil diudara.

Melebur pada suhu lebih kurang 250°

disertai peruraian.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak

sukar larut dalam aseton, dalam etanol,

dalam dioksan dan dalam methanol;

sukar larut dalam kloroform; sangat

sukar larut dalam eter (Ditjen POM,

2014).

2.1.4.3 Sediaan Deksametason

Sediaan oral tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg, 0,7

mg, 1 mg, 2 mg, 4 mg, dan 6 mg (Humaira, 2011).

2.1.4.4 Dosis Deksametason

Deksametason 0,5mg/tab, dosis sehari dewasa: 0,75 –

9mg, anak – anak <1 tahun : 0,1 – 0,25mg; 1 – 5 tahun: 0,25 –

1,0mg; 6 – 12 tahun: 0,25 – 2mg (Ikatan Apoteker Indonesia,

2016).
18

Dosis anak 0,08-0,3 mg/kg/hr dalam dosis terbagi tiap

6-12 jam, dan untuk dewasa 0,75-9 mg/hr dalam dosis terbagi

tiap 6-12 jam (Ikatan Apoteker Indonesia, 2012).

2.1.4.5 Indikasi Deksametason

Deksametason digunakan sebagai imunosupresan atau

anti alergi, anti inflamasi, gangguan kolagen, rheumatic,

gangguan demermatologik, dan pernapasan, asma bronkial,

radang, gangguan saluran pencernaan (Ikatan Apoteker

Indonesia, 2013).

2.1.4.6 Kontraindikasi Deksametason

Deksametason mempunyai kontraindikasi, kontra

Indikasinya infeksi fungsi sistemik penderita hypersensitivitas

terhadap obat deksametason, wanita hamil atau menyusui,

penderita tuberculosis, diabetes, penyakit jantung, ginjal,

tekanan darah tinggi, tukak lambung (Ikatan Apoteker

Indonesia, 2013). Menurut (Humaira, 2011) interaksi obat

deksametason dengan obat lain yaitu:

1. Aminoglutethimide : Dapat menurunkan kadar/efek

deksametason, melalui induksi enzim mikrosomal.

2. Antasida : Meningkatkan absorpsi kortikosteroid, selang

waktu pemberian 2 jam.

3. Antikolinesterase : Pemberian bersama akan menimbulkan

rasa lemah pada penderita myasthenia gravis.


19

4. Anti jamur Azole : Dapat meningkatkan kadar

kortikosteroid.

5. Barbiturat : Akan menurunkan kadar/efek deksametason.

6. Penghambat saluran kalsium (nondihidropiridin) :

Kemungkinan meningkatkan kadar kortikosteroid.

7. Siklosporin : Kortikosteroid dapat meningkatkan kadar

siklosporin dan sebaliknya, siklosporin dapat meningkatkan

kadar kortikosteroid.

8. Estrogen : Kemungkinan meningkatkan kadar

kortikosteroid.

9. Fluorokuinolon : Penggunaan bersamaan akan

meningkatkan risiko ruptur tendon, terutama pada usia

lanjut.

10.Isoniazid : Konsentrasi isoniazid akan turun.

11.Antibiotika makrolida : Kemungkinan meningkatkan

kadar/efek deksametason.

12.Penghambat neuromuskuler : Pemberian bersama akan

meningkatkan risiko miopati.

13.Antiinflamasi non steroid : Hati-hati karena meningkatkan

efek samping pada saluran pencernaan.

14.Rifampisin : Menurunkan kadar/efek deksametason.


20

15.Vaksin (mati) : Deksametason menurunkan efek vaksin.

Pada pasien dengan terapi kortikosteroid > 14 hari, tunggu

setidaknya 1 bulan sebelum diberikan imunisasi.

16.Vaksin hidup : Deksametason meningkatkan risiko infeksi.

Penggunaan vaksin hidup kontraindikasi pada pasien

dengan daya tahan tubuh rendah.

2.1.4.7 Efek Samping Deksametason

Deksametason mempunyai efek samping jangka panjang

seperti tukak lambung, mata kabur, hipoglikemia, atropi kulit,

lemah otot, menstruasi tidak teratur, dan sakit kepala (Ikatan

Apoteker Indonesia, 2013).

Efek samping ke organ-organ antara lain. Mata : katarak

subskapular posterior, peningkatan tekanan intraocular,

glaukoma dengan kerusakan nervus optikus, pengurangan daya

penglihatan, infeksi sekunder, eksoftalmus. Kardiovaskular :

tromboemboli, aritmia, sinkop, hipertensi, rupture miokardium,

gagal jangtung kronik. Sisten Saraf Pusat : kejang, vertigo,

sakit kepala, neuritis, psikosis. Efek pada saluran pencernaan

antara lain pankriatitis, mual, muntah, peningkatan nafsu

makan, dan peningkatan berat badan (Humaira, 2011).

2.1.4.8 Mekanisme Kerja Deksametason

Deksametason yang bekerja sebagai anti-inflamasi

akan menekan proses migrasi neurtrofil dalam proses


21

peradangan, mengurangi produksi prostaglandin, dan

menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler darah, sehingga hal

tersebut dapat mengurangi respon imun terhadap inflamasi

yang terjadi (Erlangga, Sitanggang, & Bisri, 2015).

2.1.5 Puskesmas

2.1.5.1 Definisi Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2016, Pusat Kesehatan Masyarakat

yang dikenal dengan sebutan Puskesmas adalah Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab

atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau

bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi

menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan

Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.

Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan

pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

bersangkutan, yang tercantum dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima

Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota.


22

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa puskesmas merupakan salah satu fasilitas atau sarana

kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas

pemeliharaan kesehatanmasyarakat, dan berperan penting

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2.1.5.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas

Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas mempunyai tugas

melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam

melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan

fungsi sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)

tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan)

tingkat pertama di wilayah kerjanya.

3. Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

2.1.5.3 Tujuan Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer 75

tahun 2014 memiliki tujuan sebagai berikut :


23

1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran dan

kemampuan hidup sehat.

2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.

3. Hidup dalam lingkungan sehat. Memiliki derajat kesehatan

yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

2.1.5.4 Jenis- jenis Puskesmas

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2017), jenis

Puskesmas menurut kemampuan penyelenggaraan kesehatan

dibagi dua kelompok yakni :

1. Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi

tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan

rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan

kesehatan.

2. Puskesmas non rawat inap adalah puskesmas yang tidak

menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali

pertolongan persalinan normal.

Menurut Kementerian Kesehatan RI(2017) Puskesmas

pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang

sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu

memperluas jangkauan dengan melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup

wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan


24

yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang

tersedia.

Puskesmas Margadana merupakan Puskesmas

puskesmas rawat inap dan non rawat inap. Rawat inap sendiri

untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap dan non rawat

inap tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali

pertolongan persalinan normal.

2.1.5.5 Profil Puskesmas Margadana Kota Tegal

Menurut Dinas Kesehatan Kota Tegal (2017), profil

Puskesmas Margadana Kota Tegal, meliputi:

1. Keadaan Geografi

Keadaan geografi di Puskesmas Margadana Kota Tegal

meliputi sebagai berikut:

a. Letak Geografi

UPTD Puskesmas Margadana terletak di Jalan

Mangunkusumo No. 72 Sumurpanggang, Kecamatan

Margadana Kota Tegal Telp.(0284) 358604 Kode pos

52141. Batas-batas wilayah kerja UPTD Puskesmas

Margadana meliputi :

1) Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah

Puskesmas Kaligangsa.

2) Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah

Puskesmas Tegal Barat.


25

3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten

Tegal.

4) Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

Wilayah UPTS Puskesmas Margadana meliputi

empat kelurahan yang ada di kecamatan

Margadana, yaitu kelurahan Sumurpanggang,

Margadana, Pesurungan Lor dan Kalinyamat

Kulon (Dinas Kesehatan Kota Tegal, 2017)

2. Topografi

UPTD Puskesmas Margadana yang terletak di

kecamatan Margadana merupakan daerah pantai, yaitu

daerah ketinggiannya Antara 1 – 5 meter di atas

permukaan laut dan berada di bagian barat wilayah Kota

Tegal (Dinas Kesehatan Kota Tegal,2017).

3. Keadaan Penduduk

Menurut Dinas Kesehatan Kota Tegal(2017),

berdasarkan data statistik kecamatan Margadana, jumlah

penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Margadan

tahun 2017 adalah sebanyak 28.055 jiwa. Untuk wilayah

dengan penduduk tertinggi ada di kelurahan Margadana

sebanyak 11.828 jiwa (42,17 dari total penduduk di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Margadana) dan terendah

di kelurahan Kalinyamat Kulon sebanyak 4.445 jiwa


26

(15,84 dari total penduduk di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Margadana)

4. Situasi Sumber Daya Kesehatan

Menurut Dinas Kesehatan Kota Tegal (2017), situasi

sumber daya kesehatan di Puskesmas Margadana Kota

Tegal meliputi sebagai berikut :

a. Data Dasar Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan

Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu

wilayah kerja. Puskesmas adalah sarana pelayanan

kesehatan ditingkat dasar yang menyelenggarakan

upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

merata, dapat diterima dan terjangkau oleh

masyarakat.

Bila dibandingkan dengan konsep wilayah

kerja Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang

dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000

penduduk per puskesmas, maka rasio jumlah

puskesmas per 30.000 penduduk di UPTD Puskesmas

Margadana tahun 2017 adalah 0,38. Ini berarti jumlah

puskesmas di wilayah kerja UPTD Puskesmas


27

Margadana masih kurang dan idealnya berjumlah 3

puskesmas. Untuk mengatasi hal ini, jangkauan

pelayanan kesehatan diperluas dengan adanya

puskesmas pembantu (pustu) dan puskesmas keliling

(pusling). Dengan adanya jaringan puskesmas ini,

diharapkan pelayanan terhadap kebutuhan kesehatan

penduduk wilayah UPTD Puskesmas Margadana lebih

mudah terjangkau dan terlayani dalam melaksanakan

pelayanannya, UPTD Puskesmas Margadana dibantu

dengan adanya 2 puskesmas pembantu, yaitu

puskesmas pelutan dan puskesmas pembantu

sugihwaras.

b. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM)

Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

(UKBM) adalah upaya pembangunan kesehatan yang

melibatkan peran serta masyarakata agar masyarakat

dapat hidup sehat secara mandiri. UKBM sendiri

terdiri atas desa siaga, forum kesehatan desa,

poliklinik kesehatan desa dan posyandu.

Jumlah UKBM di UPTD Puskesmas

Margadana tahun 2017 adalah sebanyak 44 UKBM,

jumlah UKBM yang paling banyak adalah posyandu


28

yaitu sejumlah 24, posbindu sejumlah 4, poskestren

sejumlah 2, dan pos UKK sejumlah 4, sedangkan

untuk jumlah desa siaga yaitu sebanyak 4.

5. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang ada di UPTD

Puskesmas Margadana telah tersebar hingga ke

puskesmas pembantu, namun kenyataannya

penempata tenaga kesehatan disarana kesehatan

khususnya milik pemerintah masih belum merata

ditambah jumlah kebutuhan tenaga kesehatan sesuai

teknis dam fungsinya belum sepenuhnya terpenuhi, hal

ini menyebabkan mutu pelayanan kesehatan kurang

maksimal. Untuk mengetahui apakah jumlah tenaga

kesehatan di UPTD Puskesmas Margadana sudah

sesuai dengan kebutuhan, makadapat membandingkan

dengan target rasio yang ditetapkan berdasarkan

indikator Indonesia sehat (Dinas Kesehatan Kota

Tegal, 2017).

6. Visi dan Misi UPTD Puskesmas Margadana

Menurut Dinas Kesehatan Kota Tegal (2017)

visi misi UPTD Puskesmas Margadana meliputi:

Visi Puskesmas Margadana Kota Tegal adalah

“Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang


29

optimal di wilayah puskesmas Margadana berbasis

pelayanan prima”.

Sedangkan Misi Puskesmas Margadana Kota

Tegal adalah sebagai berikut :

1. Menggerakkan pembangunan yang berwawasan

kesehatan di wilayah puskesmas.

2. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan

keluarga dalam pembangunan kesehatan di

wilayah puskesmas.

3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat

pertama.

4. Menyelenggarakan tata kelola administrasi dan

sumber daya kesehatan.


30

2.2 Kerangka Teori

Antibiotik

Peradangan /
inflamasi Anti histamin

Kortikosteroid Deksametason

Rasionalitas Karakteristik
penggunaan obat: pasien :

1. Tepat diagnosis 1. Umur


2. Tepat indikasi 2. Jenis kelamin
3. Tepat dosis 3. Keparahan
(ctm4. Tepat interval 4. Pengetahuan
waktu
5. Tepat pemilihan
obat
6. Tepat cara
pemberian
7. Tepat lama
pemberian.
8. Tepat obat, dll

Gambar 2.2 Kerangka Teori


Keterangan :
: Dibahas
31

2.3 Kerangka Konsep

Deksametason

Rasionalitas Karakteristik

 Tepat Indikasi  Umur


 Tepat Dosis  Jenis jelamin
 Tepat Interval waktu

Gambar 2.3 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang lingkup penelitian

3.1.1 Ruang Lingkup ilmu Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian kali ini adalah pada ruang

lingkup farmasi komunitas dimana dalam penelitian ini akan

diteliti mengenai evaluasi penggunaan obat kortikosteroid

deksametason ditinjau dari aspek tepat indikasi, dosis, dan interval

waktu pemberian obat yang digunakan suatu instalasi.

3.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Margadana.

3.1.3 Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2018-Maret 2019.

3.2 Rancangan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif

kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap obyek yang di teliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2009). Data kuantitatif adalah data

yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (scoring)

(Sugiyono, 2016).

32
33

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini

adalah keseluruhan data resep pasien yang berobat di puskesmas

margadana dalam jangka waktu 1 tahun, Januari - Desember 2017.

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Margadana pada

bulan Januari – Desember 2017 didapatkan pupolasi dalam

penelitian ini sebanyak 7.163 resep.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah data resep yang terdapat obat deksametason di

Puskesmas Margadana selama periode Januari-Desember 2017.

Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, sesuai

dengan kriteria inklusi. Purposive sampling yaitu teknik

pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan

tertentu seperti ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmodjo, 2010).
34

3.3.2.1 Kriteria Inklusi

1. Pada pasien usia 5 – 45 tahun yang mendapat terapi

obat deksametason.

2. Resep pasien yang mendapat terapi obat deksametason

periode bulan Januari – Desember 2017.

3. Data pasien lengkap meliputi nama, umur, jenis

kelamin dan indikasi.

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi

Data rekam medik yang terdapat komplikasi penyakit

tidak diambil.

Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel minimal

dihitung dengan menggunakan rumus slovin (Yeni, 2015), sebagai

berikut :

n= ( )

Keterangan:

n =Besar sampel

N =Besar populasi

d = Nilai kritis batas kegiatan yang diinginkan (0,1)

Perhitungan sampel :

n= ( )

n= ( , )
35

n= ,

n= ,

n =98,6 = 100 resep

Sehingga dari hasil perhitungan tersebut maka sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah 100 resep.

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014), Variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyi variasi

tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Penelitian ini hanya menggunakan satu objek atau variabel

tunggal. Variabel tunggal pada penelitian ini adalah penggunaan obat

deksametason pada data resep di Puskesmas Margadana.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah berisi komponen variabel yang akan

diteliti ditambah istilah yang dipakai untuk menghubungkan variabel

maupun subjek penelitian bertujuan untuk memudahkan pengumpulan

data dan menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang

lingkup variabel (Ariani, 2014).


36

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definis Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


1. Karakteristik
pasien

Jenis kelamin Kondisi fisik Melihat Resep 1.Laki-laki Nominal


yang pencatatan 2.Perempuan
menentukan status pasien
status seorang
laki-laki atau
perempuan

Umur Umur pasien Melihat Resep 1. 5-11 tahun Ordinal


yang pencatatan 2.12-25 tahun
menjalani status pasien 3.26-45 tahun
terapi (Depkes, 2009)
berdasarkan
ulang tahun
terakhir.

2. Tepat indikasi Terapi obat Melihat Informasi 1.Tepat Ordinal


yang diberikan indikasi pada Spesialite 0.Tidak tepat
sesuai dengan resep pasien Obat (ISO)
penyakit yang vol. 50 tahun
diderita pasien 2016

3. Tepat dosis Dosis yang Melihat aturan Informasi 1.Tepat Ordinal


diberikan pada pakai obat pada Spesialite 0. Tidak tepat
rentang terapi resep Obat (ISO)
dan pemberian vol. 50 tahun
obat 2016
disesuaikan
dengan kondisi
pasien.

4. Tepat interval Turunnya Melihat aturan Informasi 1. Tepat Ordinal


waktu kadar plasma penggunaan Spesialite 0. Tidak tepat
pemberian obat dan obat pada resep Obat (ISO)
lamanya efek vol. 50 tahun
obat 2016

3.6 Jenis dan Sumber Data

3.6.1 Jenis Data

Jenis dan sumber data yang diperoleh adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak tempat

penelitian, biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan


37

yang telah tersedia (Saryono, 2008). Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data resep pasien yang

menggunakan terapi obat deksametason. Data yang digunakan

bersifat retrospektif yaitu resep pada periode Januari – Desember

2017.

3.6.2 Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan adalah penelitian non eksperimental

atau observasional yaitu penelitian berdasarkan data-data yang ada

tanpa melakukan perlakuan terhadap subyek uji, dengan

pendekatan deskriptif Menurut Sugiyono (2009) penelitian

deskriptif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau

lebih independen tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel lain. Dan pengumpulan

retrospektik.

Penelitian ini disesuaikan dengan mengumpulkan data yang

berupa resep. Kemudian data yang terkumpulkan disesuaikan

dengan resep yang mengandung obat deksametason, data dianalisa

dengan mendeskripsikan kesesuaian indikasi, dosis dan interval

waktu pemberian obat.


38

Dapat di gambarkan tahapan pengumpulan data tersebut

sebagai berikut :

Mengumpulkan data yang berupa resep di


puskesmas margadana.

Data dipilah-pilah sesuai kriteria inklusi


yaitu pasien umur 5 – 45 tahun, resep pasien
yang mendapat terapi obat deksametason,
dan data pasien lengkap meliputi nama,
umur, jenis kelamin, indikasi.

Data resep di analisa berdasarkan umur dan


jenis kelamin.

Deskriptif kesesuaian indikasi, dosis, dan


interval waktu pemberian obat deksametason

Menarik kesimpulan

Gambar 3.1 Alur pengumpulan Data


3.7 Pengelolan dan Analisa Data

Pengelolaan data dilakukan untuk mengubah data yang masih

mentah (raw data) sehingga menjadi informasi yang digunakan untuk

menjawab tujuan penelitian. Data yang diambil dari resep pasien yang

mendapat terapi obat deksametason akan dikelompokan serta diolah untuk

menghasilkan suatu informasi. Data yang sudah diolah tersebut

selanjutnya akan dilakukan analisa data. Proses analisis adalah merubah

data menjadi informasi yang diperlukan, penggunaan analisis statistik

untuk membuktikan hipotesis dan interpretasi atas berbagai informasi


39

dalam upaya menjawab berbagai permasalahan (Supardi & Surahman,

2014). Data yang diperoleh dari penelitian ini kemudian dianalisis secara

deskriptif, yaitu bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Data pasien

yang di peroleh dikelompokkan menurut jenis kelamin, dan umur.

Kemudian dianalisis secara deskriptif meliputi tepat indikasi, tepat dosis,

dan tepat interval waktu pemberian obat dengan alat ukur menggunakan

Informasi Spesialite Obat (ISO).

Diagnosa

Dosis Interval waktu


1XP pemberian obat

Gambar 3. 2 Analisis Resep Pasien


Tabel 3. 2 Analisis Tepat Dosis
Indikator
Dosis
Tepat dosis Tidak tepat dosis
Anak 1 – 5 tahun Sehari 0,25mg – 1,0mg Dosis kurang dari 0,25mg
dan lebih dari 1,0mg.
Anak 6 – 12 tahun Sehari 0,25mg – 2,0 mg Dosis kurang dari 0,25mg
dan lebih dari 2,0mg.
Dewasa Sehari 0,75mg – 9mg Dosis kurang dari 0,75mg
dan lebih dari 9mg.
40

Tabel 3. 3 Analisis Tepat Interval Waktu Pemberian


Indikator

Tepat interval waktu pemberian Tidak tepat interval waktu pemberian

Interval waktu pemberian 2 – 4 kali Interval waktu pemberian kurang dari 2

sehari. atau 4 kali sehari.

3.8 Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012), penelitian kesehatan menggunakan

manusia sebagai objek yang diteliti di satu sisi, dan sisi yang lain manusia

sebagai peneliti atau yang melakukan penelitian. Hal ini berarti bahwa ada

hubungan timbal balik antara orang sebagai peneliti dan orang sebagai

yang diteliti. Penelitian kesehatan khususnya harus diperhatikan hubungan

antara kedua belah pihak secara etika, atau yang disebut etika penelitian.

Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti harus melakukan survai

ketempat Puskesmas yang akan dilakukan penelitian, apakah di Puskesmas

tersebut ada kasus yang dapat diambil oleh peneliti untuk dijadikan

sebagai objek penelitian. Setelah mengetahui kasus yang akan diteliti,

peneliti menanyakan syarat apa saja yang disiapkan oleh peneliti untuk

dapat melaksanakan penelitian di Puskesmas tersebut. Syarat-syarat yang

harus dipenuhi sebagai berikut :

1. Meminta surat pengantar perizinan dari Prodi Farmasi Politeknik

Harapan Bersama Tegal.


41

2. Setelah mendapatkan surat pengantar, surat pengantar tersebut

diserahkan ke Kesbangpol Kota Tegal.

3. Saat di kesbangpol harus memenuhi 3 syarat untuk mendapatkan surat

yang akan diserahkan lebih lanjut ke bagian bappeda, 3 syarat tersebut

seperti :

a. Mengumpulkan1 lembar fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)

b. Mengumpulkan proposal yang telah di setujui

c. Mengumpulkan 2 lembar fotokopi surat pengantar perizinan

penelitian dari pihak kampus

4. Dari pihak Kesbangpol Kota Tegal mengeluarkan surat untuk

diserahkan ke pihak Bappeda Kota Tegal.

5. Saat di Bappeda Kota Tegal peneliti mengumpulkan surat yang sudah

di keluarkan dari Kesbangpol Kota Tegal.

6. Pihak Bappeda Kota Tegal mengeluarkan surat kembali yang akan di

serahkan ke pihak Dinkes Kota Tegal, sebelum diserahkan ke Dinkes

Kota Tegal surat tersebut di stempel dari pihak Bappeda Kota Tegal,

untuk mengetahui bahwa peneliti akan melakukan penelitian yang

akan dilaksanakan di Puskesmas Margadana Kota Tegal dengan cara

melaksanakan syarat-syarat yang telah ditentukan.

7. Setelah peneliti mendapatkan surat dari pihak Bappeda Kota Tegal,

surat tersebut diserahkan ke pihak Dinkes Kota Tegal dan ke pihak

Puskesmas yang akan di laksanakannya penelitian.


42

8. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan pasien, peneliti tidak

mencantumkan nama pasien dalam pengolahan data penelitian. Pada

penelitian ini hanya menyantumkan usia pasien dan jenis kelamin.

9. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan yang diberikan oleh subjek dijamin dan tidak

disampaikan ke pihak lain yang tidak terkait penelitian tanpa

persetujuan dari sampel penelitian.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang evaluasi penggunaan obat kortikosteroid deksametason

pada pasien di puskesmas margadana dilakukan pada periode Januari-Desember

2017. Data yang diambil dari resep adalah identitas nama pasien, umur, jenis

kelamin dan aturan pakai deksametason. Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan data resep pasien yang berobat di puskesmas margadana dalam

jangka waktu 1 tahun, Januari – Desember 2017. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu. Jumlah resep yang didapat yaitu

100 resep. Hasil penelitian ini selanjutnya disusun berdasarkan tabel-tabel. Hasil

penelitian adalah sebagai berikut :

4.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia

Tabel 4. 1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia


No. Kategori Usia Jumlah Persentase (%)
1. Anak – anak 5 – 11 tahun 31 31%
2. Remaja 12 – 25 tahun 26 26%
3. Dewasa 26 – 45 tahun 43 43%
Total 100 100%

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa usia pasien yang

menggunakan terapi obat deksametason di Puskesmas Margadana periode

bulan januari – desember 2017, jumlah terbanyak adalah pada usia dewasa

yaitu sebanyak 43 pasien (43%), dibandingkan dengan usia anak-anak

sebanyak 31 pasien (31%), dan usia remaja sebanyak 26 pasien (26%).

43
44

Menurut (Depkes, 2009) Usia dewasa termasuk dalam kategori usia

produktif. Pada usia tersebut merupakan usia dengan berbagai kesibukan

karena pekerjaan dan kegiatan lainnya. Dengan banyaknya aktifitas pada usia

dewasa apabila tidak diimbangi dengan menjaga kesehatan tubuh maka

sistem kekebalan tubuhnya menurun. Dimana pada seseorang dengan daya

tahan tubuhnya yang menurun melakukan aktifitas di tempat yang banyak

terdapat faktor risiko penyakit menular seperti virus, maka akan dengan

mudah terserang penyakit. Penyakit tidak menular juga memungkinkan

menyerang pada usia dewasa, dikarenakan aktifitas fisik yang berlebih seperti

pegal-pegal, kelelahan,dll. Dari penyakit yang menyerang tubuh manusia,

memungkinkan terjadinya peradangan dalam tubuh.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Aristia & Supadmi, 2018), dimana dalam penelitiannya, usia paling banyak

menggunakan kortikosteroid tepatnya obat deksametason adalah usia 1 – 4

tahun, hal ini kemungkinan pada usia tersebut rentan terhadap terjadinya

penyakit.

4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin


No. Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki – laki 47 47%
2. Perempuan 53 53%
Total 100 100%

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jenis kelamin

pasien yang menggunakan terapi obat deksametason di Puskesmas


45

Margadana pada periode bulan Januari – Desember 2017 yang memiliki

jumlah dan presentase tertinggi adalah jenis kelamin perempuan dengan

jumlah 53 pasien (53%), dibandingkan dengan jumalah jenis kelamin laki –

laki yaitu 47 pasien (47%). Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa

penggunaan obat deksametason di Puskesmas Margadana lebih banyak pada

perempuan.

Menurut (Kementerian Kesehatan, 2015), pada perempuan (74,2%)

memiliki proporsi aktifitas fisik lebih besar dibandingkan laki – laki (73,1%).

Proporsi aktifitas fisik yang besar pada perempuan maka kekebalan tubuh

bisa saja menurun bila tidak diimbangi dengan menjaga kesehatan tubuh,

khususnya dalam menjaga gaya hidup tetap sehat, sehingga tidak akan mudah

terkena penyakit.

Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Aristia & Supadmi, 2018), pada penelitiannya diketahui jumlah pasien laki-

laki lebih banyak dari pada pasien perempuan karena lebih sering berada di

luar ruangan sehingga mudah terkena penyakit.

4.3 Evaluasi Penggunaan Obat Deksametason

4.3.1 Tepat Indikasi

Evaluasi tepat indikasi disini berdasarkan diagnosa pada resep

pasien di Puskesmas Margadana. Hasil evaluasi tepat indikasi dapat

dilihat pada tabel.


46

Tabel 4.3 Data Hasil Evaluasi Tepat Indikasi


Ketepatan Diagnosa Jumlah Persentase (%)
Tepat ISPA 34 34%
Tepat Rhematik 28 28%
Tepat Alergi Gatal 17 17%
Tepat Pembengkakan Gusi 12 12%
Tepat Diare 9 9%
Total 100 100%

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa evaluasi tepat

indikasi pada pasien di Puskesmas Margadana 100% sesuai, dan

indikasi penggunaan deksametason terbanyak adalah ISPA dengan

jumlah 34 pasien (34%).

Inflamasi merupakan respon kompleks biologi dari jaringan

pembuluh darah terhadap stimulus berbahaya seperti patogen, sel – sel

tubuh yang rusak, atau iritan. Tanda inflamasi, luka dan infeksi tidak

akan pernah sembuh dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang

berbahaya. Rasa sakit, kemerahan, bengkak, dan disfungsi jaringan

serta organ merupakan tanda terjadinya inflamasi (Setia & Tjitaresmi,

2010). Dari diagnosa diatas penyakit ISPA, rheumatic, alergi gatal,

pembengkakan gusi dan diare termasuk penyakit yang menimbulkan

proses peradangan dalam tubuh. Peradangan ini dapat diatasi dengan

kortikosteroid.

Kortikosteroid merupakan kelompok hormon steroid alami pada

manusia yang diproduksi oleh kelenjar korteks adrenal. Penggunaannya

efektif untuk berbagai gangguan inflamasi dan autoimun (Aristia &


47

Supadmi, 2018). Salah satu obat kortikosteroid yang biasa digunakan

dalam peresepan adalah deksametason.

Deksametason digunakan sebagai imunosupresan atau anti alergi,

anti inflamasi, gangguan kolagen, rheumatik, gangguan

demermatologik dan pernafasan, asma bronkial, radang, gangguan

saluran pencernaan (Ikatan Apoteker Indonesia, 2016).

Menurut (Hapsari & Rahmawati, 2010), golongan kortikosteroid

menempati urutan kelima dengan persentase 6,82%, untuk pengobatan

ISPA. kortikosteroid digunakan untuk mengurangi pembengkakan

dengan menekan proses inflamasi lokal. ISPA diawali dengan

masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan bergerak kearah

faring atau saluran nafas lainnya atau dengan suatu tangkapan reflek

spasmus oleh faring. Jika reflek tersebut gagal maka virus merusak

lapisan mukosa saluran pernafasan sehingga akan terjadi inflamasi pada

saluran nafas seperti kemerahan, rasa sakit dan panas dan

pembengkakan. Kortikosteroid yang paling banyak digunakan untuk

pengobatan ISPA adalah deksametason.

Obat kortikosteroid deksametason di berikan kepada pasien

apabila pasien itu mengalami suatu peradangan atau inflamasi, seperti

yang terjadi pada penyakit ISPA, reumatik, alergi gatal, pembengkakan

gusi, dan diare. Reumatik adalah penyakit autoimun yang disebabkan

karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan

kerusakan sendi dan nyeri, reumatik mengakibatkan peradangan pada


48

lapisan dalam pembungkus sendi (Nugraha, 2017). Alergi gatal adalah

suatu peradangan yang terjadi pada kulit penderita (Evina, 2015). Gusi

bengkak atau pembengakan gusi berarti pada gusi tersebut terjadi

peradangan atau inflamasi (Amalia, 2018). Dan diare merupakan

keadaan ketika seseorang mengalami peradangan pada kolon sehingga

menyebabkan tinja encer, dapat bercampur darah dan lender kadang

disertai muntah – muntah (Dewi, Madiastuti, & Yuliantini, 2018). Dari

penjelasan tersebut maka pada pengobatan penyakit ISPA, reumatik,

alergi gatal, pembengkakan gusi dan diare perlu di berikannya

kortikosteroid untuk mengobati peradangan yang terjadi pada pasien.

4.3.2 Tepat Dosis

Tabel 4. 4 Data Hasil Evaluasi Tepat Dosis


No. Data Tepat Dosis Jumlah Persentase (%)
1. Tepat Dosis 100 100%
2. Tidak Tepat Dosis - -
Total 100 100%

Pada penelitian ini dilakukan pendataan mengenai tepat dosis.

Tepat dosis disini dilihat dari usia pasien. Penentuan tepat dosis berpacu

pada aturan pakai yang tertera dalam Buku Informasi Spesialite Obat

(ISO). Hasil evaluasi tepat dosis penggunaan obat deksametason pada

pasien di Puskesmas Margadana 100% tepat dosis.

Penggunaan deksametason dinyatakan tepat dosis apabila aturan

pakai yang tertera dalam resep sesuai dengan yang tertera pada

Informasi Spesialite Obat (ISO). Dimana penggunaannya tepat dosis


49

dalam sehari jika anak 1–5 tahun: 0,25mg - 1,0mg, anak 6-12 tahun:

0,25mg – 2mg, dan dewasa: 0,75mg – 9mg. Dalam hasil penggunaan

obat deksametason dinyatakan tepat dosis karena dosis yang diberikan

sesuai dengan aturan pakai yang tertera pada Informasi Spesialite Obat

(ISO).

Tepat dosis diteliti dalam penelitian ini, dosis merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu terapi. Pemberian obat

dengan dosis tinggi dapat menyebabkan efek samping bahkan dapat

menimbulkan toksisitas, sedangkan dosis kurang dapat menyebabkan

tidak tercapainya efek terapi. Penggunaan kortikosteroid yang tidak

sesuai berpotensi menimbulkan efek samping yang serius seperti

kegemukan, katarak, gangguan pertumbuhan, hipertensi, mood face,

dan osteoporosis, oleh karena itu dalam penggunaan kortikosteroid

membutuhkan pertimbangan berkaitan dengan resiko dan manfaat

untuk pasien, efek samping yang ditimbulkan oleh kortikosteroid akan

menjadi semakin buruk apabila digunakan tidak sesuai dengan dosis

(Aristia & Supadmi, 2018). Salah satu obat kortikosteroid yang banyak

diguanakan dalam peresepan adalah deksametason.

Dalam penggunaan deksametason yang tidak sesuai berpotensi

menimbulkan efek samping jangka panjang seperti tukak lambung,

mata kabur, hipoglikemia, atropi kulit, lemah otot, menstruasi tidak

teratur dan sakit kepala (Ikatan Apoteker Indonesia, 2016).


50

4.3.3 Tepat Interval Waktu Pemberian

Tabel 4. 5 Data Hasil Evaluasi Tepat Interval Waktu Pemberian


Obat Deksametason
Data Tepat Interval
No. Jumlah Persentase (%)
Waktu Pemberian
Tepat Interval Waktu
1. 100 100%
Pemberian
Tidak Tepat Interval
2. - -
Waktu Pemberian
Total 100 100%

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ketepatan

interval waktu pemberian obat deksametason pada pasien di Puskesmas

Margadana 100% tepat interval waktu pemberian. Penggunaan

deksametason dinyatakan tepat interval waktu pemberian apabila

indikator interval waktu pemberian 6 - 12 jam atau 2-4 kali sehari

(Ikatan Apoteker Indonesia, 2016).

Pengertian interval waktu pemberian menurut Modul Pengobatan

Rasional yang dikeluarkan Kemenkes tahun 2011 adalah cara

pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis

agar mudah ditaati oleh pasien. Obat yang diminum 3 kali sehari harus

diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8

jam.

Interval waktu pemberian obat erat hubungannya dengan waktu

paruh yang dimiliki masing – masing obat. Waktu paruh biologis

bervariasi secara luas antara obat. Untuk beberapa obat waktu paruh

tersebut hanya beberapa menit, sedangkan obat lain hanya sampai


51

beberapa jam atau berhari - hari. Obat dengan half – time panjang, lebih

dari 24 jam, pada umumnya cukup diberikan dosis 1 kali sehari dan

tidak perlu sampai 2 atau 3 kali. Sebaliknya, obat yang dimetabolisme

cepat dan waktu paruhnya pendek, perlu diberikan sampai 3 – 6 kali

sehari agar kadar plasmanya tetap tinggi. Data tentang waktu paruh

biologis berguna dalam menentukan regimen dosis yang paling tepat

untuk mencapai dan menjaga level obat dalam darah yang dikehendaki.

Penentuan seperti ini biasanya menghasilkan jadwal pemberian dosis

yang dianjurkan untuk suatu obat, seperti obat diminum tiap 4 jam, 6

jam, 8 jam dan seterusnya (Yosmar, Andani, & Arifin, 2015).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan:

1. Karakteristik pasien penggunaan obat kortikosteroid deksametason

berdasarkan usia pasien terbanyak adalah pada usia dewasa (26-45 tahun)

sebanyak 43 pasien dengan persentase 43%, dan berdasarkan jenis

kelamin terbanyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 53 pasien

dengan persentase 53%.

2. Hasil evaluasi kesesuaian penggunaan obat kortikosteroid deksametason

ditinjau dari tepat indikasi berdasarkan diagnosa sebesar 100% sesuai,

ditinjau dari tepat dosis berdasarkan umur sebesar 100% sesuai dan

ditinjau dari interval pemberian obat sebesar 100% sesuai.

5.2 SARAN

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti mengenai penggunaan

obat kortikosteroid deksametason dan dapat dispesifikasi penyakit tertentu.

52
DAFTAR PUSTAKA

Ak Sya. (2018). Anti Inflamasi Steroid. Diambil dari


http://www.academia.edu/8737985/Anti_Inflamasi_Steroid

Amalia, drg. A. (2018). Gusi Bengkak. Retrieved March 23, 2019, from
https://orangedentalhouse.com/gusi-bengkak/

Ariani, A. . (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan


Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Aristia, B. F., & Supadmi, W. (2018). Evaluasi Penggunaan Kortikosteroid Pada


Pasien Anak Di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Januari – Maret
2015, 11.

Astutik, E. D. (2009). Kajian Penggunaan Obat Golongan Kortikosteroid Pada


Pasien Asma Pediatri Di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang
Boyolali Tahun 2008, 21.

Chrohn’s & Colitis Foundation. (2015). Corticosteroids. Diambil dari


http://www.ccfa.org/corticosteroids-2015.pdf.

Dewi, A., Madiastuti, M., & Yuliantini, S. (2018). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di
Desa Cijoro Pasir Wilayah Kerja Puskesmas Rangkasbitung Kabupaten
Lebak Provinsi Banten Tahun 2017. 41, 14.

Dinas Kesehatan. (2017). Profil UPTD Puskesmas Margadana. Pemerintah Kota


Tegal.

Ditjen POM. (2014). Farmakope Indonesia (Edisi V). Jakarta: Departemen


Kesehatan R.I.

Erlangga, M. E., Sitanggang, R. H., & Bisri, T. (2015). Perbandingan Pemberian


Deksametason 10 mg dengan 15 mg Intravena sebagai Adjuvan Analgetik
terhadap Skala Nyeri Pascabedah pada Pasien yang Dilakukan Radikal
Mastektomi Termodifikasi. Jurnal Anestesi Perioperatif, 3(3), 146–154.
https://doi.org/10.15851/jap.v3n3.607

Evina, B. (2015). Clinical Manifestations And Diagnostic Criteria Of Atopic


Dermatitis. 8.

Fahmiani, A., Arsin, A., & Jafar, N. (2012). Faktor yang Berhubungan Dengan
Peresepan Obat Untuk Penyakit Ispa Non Pneumonia dan Diare Non
Spesifik di Puskesmas Kota Makasar Tahun 2012, vol 2.

53
54

Gilman, A. G. (2012). Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi (10 ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guidry, J. A., George, J. N., Vesely, S. K., Kennison, S. M., & Terrell, D. R.
(2009). Corticosteroid side-effects and risk for bleeding in immune
thrombocytopenic purpura: patient and hematologist perspectives.
European Journal of Haematology, 83(3), 175–182.
https://doi.org/10.1111/j.1600-0609.2009.01265.x

Hapsari, R. Y. D., & Rahmawati, F. (2010). Gambaran Pengobatan Pada


Penderita Ispa (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Di Puskesmas Trucuk 1
Klaten Tahun 2010, 11.

Humaira, A. (2011). Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet


Deksametason Yang Dijual Di Pasar Pramuka Dengan Spektrofotometer
UV-VIS, 58.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2012). Obat-obat Penting Untuk Pelayanan


Kefarmasian Edisi Revisi. Yogyakarta: Fakultas UGM.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2013). Informasi Spesialite Obat (Vol. 48). Jakarta:
PT ISFI.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2016). ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia (Vol.
50). Jakarta: PT ISFI Penerbitan.

Jenah, R. A. (2014, September). Antara Obat Paten dan Generik.

Johan, R. (2015). Penggunaan Kortikosteroid Topikal yang Tepat. CONTINUING


PROFESSIONAL DEVELOPMENT, 42(4), 5.

Kementerian Kesehatan. (2015). Pembinaan Kesehatan OlahRaga Di Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Modul Penggunaan Obat


Rasional. Jakarta: Depkes RI. Diambil dari
Website:http/binfar.kemke.go.id

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Data Dasar Puskesmas. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Maakh, Y. F., Laning, I., & Tattu, R. (2016). Profil Pengobatan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Puskesmas Rambangaru Tahun
2015, 13.
55

Mahendra, I., Soetjiningsih, S., & Suryawan, B. (2016). Pengaruh Kortikosteroid


Inhalasi terhadap Pertumbuhan. Sari Pediatri, 9(3), 196.
https://doi.org/10.14238/sp9.3.2007.196-200

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI


Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan Repeblik Indonesia, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI


Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI.

Nila, E., & Halim, M. (2013). Dasar - dasar Farmakologi 2. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.

Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugraha, D. S. (2017). Gambaran Karakteristik Responden, Riwayat Penyakit


Yang Menyertai Dan Jenis Penyakit Reumatik Pada Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. 15.

Purnami, N. P. ., Niruri, R., Tanasale, J. ., & Erlangga, I. B. . (2014). Evaluasi


Penggunaan Deksametason Pada Pasien Anak Dengan Demam Tifoid.

Ridho, M. R. (2010). Pengaruh Pemberian Deksametason Dosis Bertingkat Per


Oral 30 Hari Terhadap Kerusakan Tubulus Ginjal Tikus Wistar, 15.

Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Setia, A. I. D., & Tjitaresmi, A. (2010). Aktivitas Antiinflamasi Dari Berbagai

Tanaman : Sebuah Review, 14, 10.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Supardi, S., & Surahman. (2014). Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa


Farmasi. Jakarta: Trans Indo Media.
56

Syukriah, S. (2017). Pengaruh Pemberian Deksametason Terhadap Kadar ALP


Dan Kreatinin, 5.

Yeni, P. S. I. (2015). Faktor-Faktor Yaang Berhubungan Dengan Pengetahuan


Penggunaan Obat Generik Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Panyang Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015, 81.

Yosmar, R., Andani, M., & Arifin, H. (2015). Kajian Regimen Dosis Penggunaan

Obat Asma pada Pasien Pediatri Rawat Inap di Bangsal Anak RSUP. Dr.

M. Djamil Padang. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 2(1), 22.

https://doi.org/10.29208/jsfk.2015.2.1.48
57

LAMPIRAN
58

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Politeknik Harapan Bersama Tegal


59

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA


60

Lampiran 3. Surat balasan dari DinKes Kota Tegal.


61

Lampiran 4. Foto Puskesmas Margadana Kota Tegal

Gedung puskesmas margadana

Ruang Obat
62

Tempat Peracikan

Tempat Obat
63

Tempat Pembuatan Etiket Dan Penyerahan Obat

Obat Deksametason
64

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Pasien


KETEPATAN
KETEPATAN INTERVAL
NAMA JENIS INTERVAL WAKTU INDIKASI KETEPATAN WAKTU
NO USIA KELAMIN DIAGNOSA DOSIS DOSIS PEMBERIAN
PASIEN PEMBERIAN
TIDAK TIDAK TIDAK
L P TEPAT TEPAT TEPAT
TEPAT TEPAT TEPAT
1 Tn. S. A. 29 L ISPA 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
2 Ny. C. 38 P Rheumatik 2X1 tablet 2 kali sehari 1 tablet V V V
3 An. A. P. 9 L ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
4 An. F. A. A. 7 L ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
5 An. D. 9 L ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
6 An. A. F. 7 L ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
7 Sdri. F. 12 P ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
Pembengkakan
8 Sdr. M. E. 12 L gusi 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V

9 Sdri. A. V. 14 P Pembengkakan 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
10 Sdr. N. D. 15 L ISPA 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
11 An. A. S. 11 L Diare 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
12 An. S. V. 8 P ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
13 An. I. N. 8 P Alergi gatal 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
14 An. S. N.A 10 P ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V

15 Sdr. I. S. 18 L Pembengkakan 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
65

16 Sdr. A. 20 P Pembengkakan 2X1 tablet 2 kali sehari 1 tablet V V V


gusi

17 Ny. C. 45 P Pembengkakan 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
18 Ny. D. 45 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
19 Tn. I. R. 39 L Diare 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
20 An. M. S. 9 L ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
21 Sdri. K. 19 P Alergi gatal 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
22 An. I. 7 P ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
23 An. F. 7 L ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
24 Tn. D. 35 L ISPA 2X1 tablet 2 kali sehari 1 tablet V V V
25 Sdri. N. 11 P ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
26 Sdr. A. E. 15 L Alergi gatal 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
27 Sdr. M. A. 12 L Alergi gatal 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
28 Ny. R. 45 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V

29 Sdr. M. A. 15 L Pembengkakan 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
30 Ny. T. 37 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
31 An. A. F. 9 L Diare 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V

32 Ny. D. 33 P Pembengkakan 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi

33 Sdr. A. N. 16 L Pembengkakan 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi

34 Sdri. F. R. 18 P Pembengkakan 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
66

35 An. M. H. 8 L Alergi gatal 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V


36 Tn. R. 33 L Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
37 An. Z. 10 L ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
38 Sdri. L. 13 P ISPA 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
39 Sdri. D. 19 P ISPA 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
40 An. A. B. 9 L ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
41 An. B. B. 5 L ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
42 Sdr. F. A. 14 L Alergi gatal 2X1 tablet 2 kali sehari 1 tablet V V V
43 Ny. S. H. 45 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
44 Tn. T. S. 40 L Alergi gatal 2X1 tablet 2 kali sehari 1 tablet V V V
45 Sdr. A. K. 13 L Alergi gatal 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
46 Ny. S. M. 37 P ISPA 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V

47 Ny. W. 45 P Pembengkakan 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
48 An. A. D. 11 L ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
49 Tn. N. 32 L ISPA 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V

50 Ny. S. 37 P Pembengkakan 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
51 An. N. I. 5 L ISPA 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
52 Ny.Y. 38 P Alergi gatal 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
53 An. C.F. 7 P Diare 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
54 Tn. A. S. 29 L Alergi gatal 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V

55 Ny. N. 27 p Pembengkakan 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


gusi
56 Tn. C. 31 L Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
67

57 Ny. D. M. 19 P Alergi gatal 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


58 Ny. A. T. 43 p Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
59 Ny. I. 39 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
60 Sdri. A. I. 14 P Diare 2X1 tablet 2 kali sehari 1 tablet V V V
61 Sdri. F.L. 16 P ISPA 2X1 tablet 2 kali sehari 1 tablet V V V
62 Sdri.G. S. 17 P Diare 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
63 Sdr. M. R. 11 L ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
64 An. D. N. P. 9 L ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
65 Sdri. I.U. 15 P ISPA 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
66 Sdr. M. R.N. 17 L ISPA 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
67 An. M. A. 9 L Alergi gatal 2X1 tablet 2 kali sehari 1 tablet V V V
68 Sdri. T. W. 13 P ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
69 Tn. R. H. 35 L Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
70 Ny. L. M. 27 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
71 Tn. M. A. 27 L Alergi gatal 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
72 Ny. S. U. 31 P Alergi gatal 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
73 Ny. R. 45 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
74 Tn. A. M. 29 L Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
75 Sdr. H. F. 17 L ISPA 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
76 Sdri. T. N. 11 P ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
77 Ny. W. N. 23 P ISPA 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
78 Ny. T. 38 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
79 A. P. 36 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
80 N. A. 41 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
81 I. P. 35 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
68

82 Sdri. R. F. 12 P Diare 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V


83 An. H . S. 11 L Alergi gatal 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
84 An. D. A. 10 P Alergi gatal 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
85 An. H . 9 P ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
86 Ny. S. 39 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
87 An. P. 9 L Diare 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
88 An. P. I. 11 P ISPA 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
89 Ny. S. M. 35 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
90 Ny. T. 42 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
91 Tn. T. 39 L Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
92 An. A. P. 10 L Diare 3X1 bungkus 3 kali sehari 1 pulvis V V V
93 Ny. W. 30 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
94 Tn. J.Y. 37 L Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
95 An. L. 9 P Alergi gatal 3X1/2 tablet 3 kali sehari 1/2 tablet V V V
96 Tn. S. 40 L Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
97 Tn. M. 45 L Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
98 Tn. S. 45 L Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
99 Ny. R. 37 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
100 Ny. S. 29 P Rheumatik 3X1 tablet 3 kali sehari 1 tablet V V V
69

CURICULUM VITAE

BIODATA
Nama : Rina Meliana
Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 11 Mei 1998
Alamat : Jl. Darmatirta Rt 04 Rw 10, Margadana Kota
Tegal.
Email : rinameliana399@gmail.com
Nomor HP : 087730794883
Pendidikan
SD : SD Negeri Margadana 05 Kota Tegal
SMP : Mts. Raudhatul Ulum Kota Tegal
SMK : SMK Harapan Bersama Kota Tegal
DIII : Farmasi Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal
Judul KTI : Evaluasi Penggunaan Obat Kortikosteroid Deksametason Pada
Pasien Di Puskesmas Margadana.
BIODATA AYAH
Ayah : Haryanto
Alamat : Jl. Darmatirta Rt 04 Rw 10, Margadana Kota Tegal.
pekerjaan : Wiraswasta
BIODATA IBU
Ibu : Karyem
Alamat : Jl. Darmatirta Rt 04 Rw 10, Margadana Kota Tegal.
Pekerjaan : Wiraswasta

You might also like