You are on page 1of 5

Di suatu pagi di sebuah rumah sakit umum, datang seorang nenek Bernama wati berusia 67 tahun

ditemani anaknya. Nenek wati datang dengan keluhan yaitu luka pada kaki yang tidak kunjung sembuh
selama 2 minggu. Nenek wati dan anaknya pun menuju ke resepsionis untuk mengambil nomor antrian
pemeriksaan dokter.

Petugas : “Selamat pagi Bu, ada yang bisa saya bantu?”

Pendamping : “Siang Mba. Saya mau menemani Ibu saya berobat, bagaimana cara daftarnya ya
mba?”

Petugas : “Ibu silahkan isi formulir ini ya”

Pendamping : “Iya mba” (mengambil formulir dan mengisinya) “Mba ini sudah selesai saya isi”

Petugas : “Apakah pasiennya memakai asuransi Kesehatan Bu?”

Pendamping : “Oh iya mba, ibu saya pakai BPJS”

Petugas : “Baik ibu, sebagai persyaratan pengobatan melalui BPJS, ibu harus menyediakan fc
kartu BPJS, dan surat rujukan apabila faskes BPJS pasiennya tidak dirumah sakit ini ya”

Pendamping : “Iya mba, sudah saya siapkan berkasnya. Ini ya mba” (menyerahkan berkas)

Petugas : “Terimakasih ibu, ini data pasien masih saya proses. Ini nomor antriannya, silahkan
tunggu di depan ruang poli umum dan nanti akan dipanggil saat tiba antriannya”

Pendamping : “Siap mba, terimakasih” “Yuk bu”

Nenek wati dan anaknya menunggu di depan ruang poli umum selama 20 menit sebelum akhirnya tiba
nomor antrian mereka, dan nenek wati pun dipanggil.

Petugas : “Nomor antrian 24 atas nama Ny. Wati”

Pendamping : “Bu, itu sudah dipanggil, ayo”

Nenek wati dan anaknya memasuki ruang pemeriksaan dokter

Pasien : “Permisi dok”

Dokter : “Iya Ibu, selamat pagi, silahkan duduk” “Jadi yang mau diperiksa yang mana ya bu?”

Pasien : “Saya dok, ini anak saya menemani”

Dokter : “Baik, jadi apa keluhannya Bu?”

Pasien : “Ini dok, telapak kaki saya 2 minggu lalu luka terkena kaca. Sehabis dicabut kacanya,
sudah dibersihkan menggunakan betadin. Tapi sampai sekarang lukanya masih basah.
Bagaimana ya dok? Apakah perlu dijahit?”

Dokter : “Saya cek dulu ya Bu lukanya, silahkan duduk di tempat tidur disana”
Pendamping : “Bagaimana dok?”

Dokter : “Lukanya belum terlalu serius, nanti akan saya resepkan salep dan antibiotiknya. Luka
harus selalu steril ya bu, setelah diberi salep, lukanya ditutup kasa steril.”

Pasien : “Baik dok”

Dokter : “Apakah Ibu Wati sering mengeluhkan sesuatu selain luka ini kepada ibu sebelum ini?”

Pendamping : “eee ibu saya sering mengeluh tantang badannya yg lemas dan tidak ada tenaga dok,
Padahal makannya normal, malah sekarang ibu saya lebih cepat lapar dari biasanya.”

Dokter : “Lalu ada keluhan lain Bu?”

Pasien : “Saya sekarang jadi sering buang air dok, kebelet terus.”

Dokter : “Kalau dari gejala-gejala yang sudah disebutkan, sepertinya mengarah pada Diabetes
Mellitus bu. Apakah dari keluarga ada yang memiliki Riwayat Diabetes?”

Pasien : “Iyad ok, mendiang bapak saya dulu meninggal karena diabetes”

Dokter : “Tapi ini baru dugaan, Untuk lebih memastikan penyakit apa, harus dilakukan cek
darah dulu di laboratorium di rumah sakit ini. Setelah hasilnya keluar ibu bisa kembali
lagi ke ruangan ini ya. (menulis di selembar kertas)

Pasien : “Baik dok”

An.B dan Ibu keluar dari ruangan dokter dan pergi ke ruang laboratorium untuk cek darah. Setelah
hasilnya keluar Nenek Wati dan Anaknya pergi lagi ke ruangan dokter. Di dalam ruang pemeriksaan.
Pendamping : “ Dokter ini hasil lab nya” (Menyerahkan kertas)

Dokter : (Membaca) “Dari hasil pemeriksaan lab, Gula darah ibu diatas normal yaitu 260 mg/dl.
Normalnya yaitu dibawah 200 Bu. Keadaan Ibu sedikit menurun. Untuk itu saya akan
merujuk ibu poli gizi untuk diberikan tindakan pendampingan diet agar lekas membaik
ya Bu.

Pasien : “Baik dok, terimakasih banyak”

Dokter dan perawat berkolaborasi dalam menentukan diet yang tepat bagi pasien. Seorang ahligizi dan
asistennya pun melakukan konseling gizi kepada pasien atas nama Ny. Wati dengan diagnosis Diabetes
Melitus .

As. Ahli Gizi : “Selamat pagi Ibu, silahkan masuk dan silahkan duduk bu, Apakah ada yang bisa saya
bantu.

Pasein : iya bu terimakasih, Ini bu ibu saya mendapat rujuakan dokter disuruh datang kesini.

As. Ahli Gizi : oh ya baik, (sambil melihat berkas). Sembelumnya perkenalkan Saya asisten ahligizi
yang bertugas pada siang ini. Apa benar ini dengan Ibu Wati usia 67 tahun?”
Pasien : “Benar mba”

As. Ahli Gizi : Bagaimana keadaan ibu pagi ini?

Pasien : Alhamdulillah bu, sedikit kurang sehat. Akhir- akhir ini saya sering merasa pusing,
lemas, dan cepet merasa lapar.

As. Ahli Gizi : “Sebelum dilakukan proses konseling, kita ukur tinggi badan dan berat badan ibu dulu
ya?”

Pasien : Tadi saya sudah diukur –ukur kok bu, kok diukur lagi sih

As. Ahli gizi : “Iya, bu. Ini untuk kepastian pengukuran status gizi ibu. Bagaimana ibu, apakah
bersedia ?

Pasien : “Oh iya boleh”

As. Ahli gizi melakukan pengukuran antropometri dan mencatat hasil pengukuran

As. Ahli gizi : “Terimakasih ibu, silahkan duduk kembali. (Menunjuk tempat duduk). Mohon maaf
ibu, sebelumnya ibu mempunyai keluhan lemas dan cepat lapar ya bu? Dari hasil cek
laboratorium hasil gula darah ibu ada diatas normal ya bu, sebesar 260 mg/dl. Dan
Berdasarkan pengukuran tadi berat badan ibu 60 kg dan tinggi badannya 152 cm, aga
kegemukan ya bu”

Pendamping : “Iya mba, ibu saya akhir-akir ini nafsu makannya meningkat dan gamau olahraga”

As. Ahli gizi : “besok mulai dibiasakan olahraga ringan ya bu, supaya badannya segar”

Pasien : “siap mba”

As. Ahli Gizi : “Berdasarkan dengan data yang didapat dan hasil kolaborasi dengan dokter yang
menangani ibu, Ibu membutuhkan konseling pola makan yang baik untuk kestabilan
kadar gula darah”

Pasien : “Iya mba, betul”

As. Ahli gizi : “Baik bu, tugas saya sampai disini. Untuk selanjutnya proses konseling akan dilakukan
oleh ahligizi yang berwenang. Mohon tunggu sebentar ya Bu”

Pasien dan pendamping diarahkan oleh As. Ahli gizi untuk memasuki ruang konseling

Pendamping : “Selamat pagi Bu”

Ahli gizi : “Selamat pagi, Pasien Ny. Wati betul?”

Pendamping : “Betul bu”


Ahli gizi : “Tadi sudah dilakukan pengambilan data antropometri ya bu oleh asisten saya. Nah
sebelumya perkenalkan saya futwi ahli gizi di rumah sakit ini. Saya lihat datanya disini
ibu tertulis berat badannya diatas normal dan didiagnosis Diabetes melitus”

Pasien : “Iya Bu, kira-kira saya harus bagaimana.

Ahli gizi : Ibu tidak perlu panik, ibu hanya perlu penjaga pola makan seimbang untuk mencegah
terjadinya gula darah tinggi.

Pasien : pola makan seperti apa yang baik untuk keadaan saya saat ini?”

Ahli gizi : “Sebelum saya menjelaskan menu makanan yang dikonsumsi setiap hari. Saya saya izin
bertanya kalau untuk ibu sendiri biasa sehari makan berapa kali lalu menunya dengan
apa saja ya ?

Pasien : Saya kalo makan ya nggak tentu bu , maaf lo bu ini saya makannya agak banyak hehe
kadang 3 kali bu lalu kalo anti anak ke3 saya saya suapin tidak habis ya saya makan bu
soalnya kan sayang ya kalo dibuang.

Ahli gizi : Iya ibu tidak apa2, ya memang biasanya kalau ibu2 seperti itu yaa (tertawa). Kalau
untuk sekali makan ibu, biasanya berapa peorsi nasi yang diambil lalu sayurannya
seberapa lauknya seberapa ya ?

Pasien : Saya kalo makan nasi itu biasanya 1 piring penuh bu, lauk ya paling tahu satu tempe
satu sama kuah sayur bu sama sayurnya 1 sendok sayur bu kadang kalo masih lapar ya
nambah bu.

Ahli gizi : Kalau makanan lain seperti nyemil bagaimana bu sama biasanya makan buah apa?

Pasien : Kalau nyemil saya suka banget gorengan dan makanan kue-kue manis.

Ahli gizi : baik, terimakasih atas jawabanya ibu, selanjutnya saya akan menyampaikan pantangan
makanan untuk diet yang perlu ibu wati jalani. Ibu wati harus mengurangi makanan yang
mengandung gula tinggi seperti nasi, roti tawar putih, makanan yang terbuat dari tepung
terigu, buah yang manis, sayuran kaleng, daging berlemak, makanan yang digoreng,
makanan bersantan, dan makanan yang diawetkan. Termasuk kue-kue manis ya bu”

Pendamping : “Apakah sama sekali tidak boleh makan gula bu, Lalu makanan yg bagaimana yang
harus dikonsumsi ibu saya , bu?”

Ahli gizi : “Jadi begini bu, bukan tidak boleh tetapi lebih baik meghindar, untuk konsumsi gula
boleh asalkan tidak berlebihan yaitu kurang lebih 2 sdm perhari. Nah sesuai program
diet Diabetes melitus, waktu makan dibagi menjadi 3 kali makanan utama dan 3 kali
makanan selingan dengan interval waktu 3 jam, yaitu makan pagi pukul 07.00 selingan
pagi pukul 10.00, makan siang pukul 13.00, selingan siang pukul 16.00, makan sore
pukul 19.00 dan selingan sore pukul 21.00.

Untuk pemilihan bahan makanan yang saya anjurkan yaitu, berupa:

- Karbohidrat kompleks termasuk kentang, singkong, dan wortel


- Protein seperti ayam tanpap kulit, daging, ikan dan telur
- Sayuran hijau tinggi serat seperti bayam, kangkung, dan daun singkong
- Dan memperbanyak mengkonsumsi buah berserat tinggi

Namun tetap saja, semua makanan harus dikontrol ya bu, jangan melebihi porsi normal.
Yang paling penting Ibu wati harus makan teratur sesuai jadwal dan mengetahui batas
normal.

Pasien : “Bu apa saya sama sekali tidak boleh makan nasi?”

Ahli gizi : “Boleh bu, tapi harus dibatasi, karena nasi mengandung gula yang tinggi atau dapat
diganti dengan menggunakan nasi merah karena nasi merah mengandun indeks glikemi
yang rendah”

Pendamping : “Bu apakah ada contoh-contoh menu makanan untuk kasus seperti ibu saya?”

Ahli Gizi : “Oh ada bu, nanti akan saya berikan contoh menu makanannya. Ini dibawa saja sebagai
referensi dirumah.” (Menyerahkan resep)

Pendamping : “Terimakasih banyak bu”

Ahli gizi : “Iya bu, apakah ada yg masih ingin ditanyakan?”

Pendamping : “Sementara cukup bu. Terimakasih atas waktunya”

Ahli gizi : “baik semoga ibu lekas sembuh bu ”

You might also like