You are on page 1of 4

Pada dasarnya, pemikiran politik di Indonesia diawali oleh bangkitnya nasionalisme modern dalam

tahun 1900-an dan 1910-an dimana sekelompok kecil mahasiswa dan cendekiawan menganggap
bahwa masyarakat Indonesia saat itu sebagai masyarakat terbelakang dan mereka para
cendekiawan menganggap diri mereka sebagai pemimpin dimasa mendatang. Akhirnya mereka
mencurahkan tenaga serta pikiran mereka untuk membangun dan membela bangsa Indonesia ini
dengan jalan yang disebut dengan pembaruan. Antara tahun 1945-1965 adalah masa dimana banyak
peristiwa yang penting karena memiliki peranan besar dalam membangun Indonesia dimasa
mendatang. Hal tersebut diantaranya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari cengkeraman
Belanda dan pertentangan-pertentangan politik yang terjadi didalam tubuh para pemikir dan juga
pejabat Indonesia saat itu. Terlepas dari usaha mempertahankan kemerdekaan, peristiwa lainnya
adalah usaha mempertahankan keutuhan bangsa dari gejolak-gejolak yang terjadi diberbagai
daerah. Padahal pada saat itu juga pemerintah disibukkan oleh persoalan pemerintahan itu sendiri.

Buku ini mengatakan bahwa ada lima alirann dalam pemikiran politik Indonesia. Kelima pemikiran
itu adalah Nasionalisme Radikal, Tradisionalisme Jawa, Islam, Sosialisme demokratis, dan
Komunisme. Pada tahun 1926, Soekarno menulis tentang Nasionalisme, Islam, dan Marxisme
sebagai tiga rumpun ideologi utama yang menaungi seluruh organisasi di Indonesia. Pada tahun
1955 terdapat empat partai besar yang mengikuti pemilu yaitu PNI, Masyumi, Nahdlatul Ulama, dan
PKI. Dengan hal tersebut, orang membayangkan arena ideologi Indonesia dibagi menjadi empat,
karena keempat partai tersebut memiliki dasar masing-masing yang tentunya berbeda antara satu
sama lain. Tetapi pada dasarnya kaitannya antara partai-partai penting dengan aliran-aliran khusus
pemikiran politik tidaklah lengkap. Akhirnya, terdapat dua aliran pemikiran yang penting, yaitu
tradisionalisme Jawa dan sosialisme demokratis, yang tidak secara khas terpancang dalam salah satu
dari keempat partai utama tersebut, sekalipun masing-masing berpengaruh sekedarnya didalam
beberapa partai tersebut. Untuk itu, dibedakanlah lima aliran pemikiran yang hubungannya dengan
sesama aliran, serta dengan keempat partai besar tersebut.

Klasifikasi lima aliran pemikiran ini nampaknya mendobrak kesemrawutan pandangan ideologi
periode 1945-1965, sehingga menjadi kelompok-kelompok pemikiran yang lebih berarti dan
harmonis. Disamping itu, adanya penggambaran konflik antara antara golongan kiri dan golongan
kanan sejajar dengan ketegangan-ketegangan yang terdapat antara kelompok berhaluan modern
dan yang berhaluan tradisionaldalam kedua tradisi utama ini.

Selain daripada lima aliran pemikiran politik, hal yang disoroti dalam buku ini adalah cara berpikir
Indonesia yang khas. Dalam hal ini, dikatakan terdapat tiga cara berpikir yang khas dari orang-orang
Indonesia. Yang pertama, pemikiran yang bersifat moralis, yang bercirikan kecenderungan untuk
melihat masyarakat sebagai tidak berbeda-beda dan pemikiran ini bersifat optimis. Kebanyakan
pemikir politik cenderung berpendapat bahwa tiada aspek politik yang termasuk daerah yang netral
dilihat dari segi moralitas. Politik jarang dianggap sebagai suatu bidang dimana banyak terdapat
paradoks dan ironi. Yang kedua yaitu pemikir-pemikir politik Indonesia cenderung untuk tidak
melihat masyarakat mereka sebagai terbagi dalam beberapa golongan yang emiliki berbagai
kepentingan yang berbeda-beda. pembagian yang bersifat saling mengisi antara para pemimpin
dengan rakyat. Yang ketiga, pemikiran politik Indonesia umumnya bersifat optimis. Beberapa
pemikir-pemikir yang bersifat agamis menyatakan bahwa mungkin sekali manusia sendirilah yang
akan merusak rencana-rencananya yang paling muluk, tetapi ini merupakan pendapat minoritas. Ada
kesan bahwa kebanyakan pemikir merasa sangat yakin akan masa depan negara mereka, jauh lebih
yakin daripada orang Barat yang mengamati keadaan Indonesia waktu itu. Suatu bentuk tertentu
dari optimisme adalah voluntarisme, atau anggapan bahwa segala sesuatu akan tercapai, asal
dihadapi dengan pikiran yang jernih, itikad baik, penuh keyakinan, serta solidaritas persaudaraan.
pembahasan pemikiran politik antara tahun 1945-1965. Yang paling disoroti adalah masalah kelima
aliran pemikiran dengan penekanan bagaimana kelima aliran itu berhubungan dengan keempat
partai besar pada saat itu. Buku ini juga menunjukkan peranan sejumlah nama besar pemikir politik.
Namun kelemahan dari buku ini adalah dalam mewakilkan pemikiran politik dari kalangan tentara.
Diamping itu juga terdapat banyak kekeliruan dalam cara mewakilkan Islam dalam buku ini seperti
halnya pemikiran kelompok santri kurang terwakili dalam buku ini. Namun secara garis besar, buku
ini telah mewakilkan seluruh peristiwa penting antara periode 1945-1965 dalam hal politik yang jika
diamati pada periode tersebut perpolitikan di indonesia terasa mempesona dan menegangkan.

FEITH

Herbert Feith dan Lance Castle dalam bukunya Pemikiran Politik Indonesia 1945 ⠀“ 1965
menuliskan bahwa terdapat lima aliran politik yang ada di Indonesia yaitu tradisionalisme jawa,
sosialisme, komunisme, nasionalisme, dan islam.

Kelima aliran politik tersebut tentunya memberikan pengaruhnya sendiri ⠀“ sendiri dalam
dinamika perpolitikan bangsa Indonesia. Politik tradisional jawa merupakan salah satu konsep
pemikiran politik yang sudah ada cukup lama jauh sebelum masuknya pengaruh paham ⠀“ paham
barat di Indonesia. Pemikiran politik jawa ini bersumber dari kebudayaan jawa itu sendiri, pengaruh
agama hindu - budha, dan agama islam yang kesemuanya bercampur dalam suatu ide dan gagasan
politik.Politik jawa secara umum menekankan pada aspek manusia dan alam semesta dimana
legitimasi kekuasaan didapat dengan cara – cara yang bersifat rohaniah, kosmos, dan
supernatural. Legitimasi kekuasaan dari aliran politik jawa secara orsinil sejatinya telah diterapkan di
dalam Kerajaan Mataram Islam di bawah pemerintahan Sultan Agung. Akan tetapi, dalam periode
selanjutnya orsinilitas dari politik jawa ini mengalami perubahan baik secara fungsi maupun secara
teknis penerapannya oleh tokoh – tokoh bangsa, yang mana fokus utama dalam pembahasan
tulisan esai saya ini adalah periode rezim Orde Lama di bawah pimpinan Presiden Soekarno dalam
kurun tahun 1959 hingga tahun 1965.

Sebelum membahas lebih lanjut, maka kita perlu memahami apa itu politik tradisional jawa. Pada
dasarnya tidak ada definisi resmi dari politik jawa itu sendiri, akan tetapi merujuk pada
Koentjaraningrat ( 1974 : 15 – 17 ) konsep budaya pemikiran jawa adalah sifatnya yang abstrak
dan tidak dapat difoto karena ia berada dalam kepala dan alam pikiran masyarakat dimana
kebudayaan itu hidup. Lebih jauh politik jawa menekankan pada pemimpin atau raja yang memiliki
kekuasaan absolut, kosmis, dan mistis dimana rakyat diwajibkan memiliki kepatuhan kepada raja
atau pemimpinnya yang disimbolkan dengan hubungan bapak dan anaknya atau disebut dengan
istilah " bapakisme ".

Periode politik Indonesia dari sebelum tahun 1959 tepatnya saat periode demokrasi liberal yang
ditandai dengan bentuk negara berupa parlemen dengan konstituante sebagai penyusun undang
– undang nyatanya memberikan ruang bagi munculnya disintegrasi bangsa baik secara sosial,
politik, ataupun budaya.Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyak pemberontakan dan gerakan
separatisme yang terjadi di Indonesia dalam kurun tersebut. Sebut saja pemberontakan
Kartosuwiryo dengan pendirian Negara Islam Indonesia ( DI/TII ), PRRI/Permesta, pemberontakan
PKI Madiun yang terjadi pada periode sebelumnya menunjukkan cara, ide, dan gagasan politik yang
diterapkan oleh pemimpin Bangsa Indonesia saat itu tidak dapat dapat diterapkan atau tidak sesuai
dengan kondisi sosial – politik yang ada.

Politik Jawa walaupun tidak diterapkan secara langsung tetapi memilki implikasi kuat di dalam
pemikiran politik yang tumbuh di Indonesia terutama dalam usaha ⠀“ usaha mencegah disintegrasi
bangsa. Konstituante dalam hal ini merupakan salah satu wadah lembaga dari penyebab disintegrasi
bangsa Indonesia, dimana konstituante yang terdiri atas berbagai aliran politik berbeda gagal
membentuk satu undang – undang baru bagi bangsa Indonesia. Intensitas perpecahan politik
semakin terlihat dengan pemberontakan – pemberontakan yang terjadi dengan melibatkan
beberapa parati politik dengan aliran tertentu di dalamnya.Dalam mengatasi hal tersebut Presiden
Soekarno mengeluarkan dekrit presiden yang menandai dimulainya periode Orde Lama di Indonesia.
Periode Orde lama secara umum digambarkan dengan suatu rezim yang otoriter dan demokrasi yang
semu. Saya akan memulai dengan melihat kebijakan Soekarno dengan politik tradisional jawanya
dalam mengatasi problematika disintegrasi di Indonesia. Kebijakan pertama yang sangat terlihat
dalam hal ini adalah Nasakom.

Nasakom sendiri digunakan Soekarno untuk menyatukan aliran ⠀“ aliran politik utama yang
berkembang saat itu dengan mengsinkritismekan komunisme, nasionalisme, dan islam ke dalam
nasakom. Dilihat dengan kacamata politik jawa, apa yang dilakukan oleh Soekarno adalah sinkritisme
yang identitik dengan politik jawa. Seperti yang sudah dijelaskan politik jawa merupakan
penggabungan dari kebudayaan asli jawa, hindu ⠀“ budha, dan islam. Sinkritisme Nasakom ini
dapat kita pahami sebagai usaha dari Soekarno dalam menyatukan aliran ⠀“ aliran politik yang di
Indonesia, yang sebelumnya terpecah – pecah menjadi satu kesatuan.Rezim Orde Lama juga
identik dengan kedekatannya dengan kaum militer dan kaum komunis. Kedekatan yang ditunjukan
Soekarno dalam hal ini yang sejatinya telah dimulai di tahun 1958 merupakan usaha menghimpun
kekuatan yang ditujukan untuk legitimasi kekuasaan. Selain untuk memperkuat kekuasaan, hal
tersebut juga menunjukkan perlawanan terhadap konstituante sebagai perwakilan dari partai politik
yang ada.

Dalam konteks politik jawa, kekuasaan berbentuk mandala ( lingkaran ) yang diartikan ketika pusat
lingkaran atau pemimpin tersebut menguat maka pihak lain akan kehilangan kekuasaan. Ketika
Soekarno berhasil menghimpun kekuatan dalam kekuasaannya maka praktis konstituante
mengalami penurunan kekuasaan. Dalam hal ini aspek yang ditonjolkan dalam politik jawa adalah
tidak adanya pembagian kekuasaan, sehingga pemimpin tunggal dalam hal ini Soekarno merupakan
sosok satu – satunya pemilik kekuasaan tersebut. Pada dasarnya apa yang dilakukan Soekarno
dalam rangak menghimpun kekuatan merupakan usahanya menyelamatkan Bangsa Indonesia dalam
konflik politik yang terus menerus terjadi di konstituante. Jika kita telisik secara lebih mendalam
pidato Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 dimana ia mengatakan akan melakukan retooling terhadap
seluruh aspek perpolitikan di Indonesia.1
Dapat kita pahami bahwa politik Jawa yang tampak adalah tidak adanya pengaruh oposisi dari
kebijakan yang dikeluarkan Soekarno. Sebagai contoh retoolong terhadap DPR merupakan bentuk
politik jawa yang tidak mengehendaki adanya pembagian kekuasaan. Memang dalam rezim Orde
Lama ini kebijakan yang dilakukan semata ⠀“ mata menjadikan negara dengan satu buah pimpinan
dengan harapan agar peristiwa perpecahan yang terjadi pada periode sebelumnya akibat
pertentangan – pertentangan politik dapat diminimalisir dan bahkan dihilangkan.Langkah
kebijakan Soekarno dalam periode Orde Lama dalam konteks mencegah disintegrasi adalah
penggunaan simbol – simbol serta istilah – istilah tertentu yang mana hal tersebut dijadikan
propagandanya dalam usaha mempertahankan kekuasaan dan integrasi bangsa. Penggunaan simbol
dan istilah yang demikian itu merupakan salah satu bentuk politik tradisional jawa yang diterapkan
oleh Soekarno. Penggunaan istilah Marhaen, Nasakom, Manipol, dan lain sebagainya yang secara
tidak langsung merupakan usaha dari Soekarno di dalam periode ini yang mana ia berusaha agar
seluruh lapisan masyarakat memilki cara pandang yang sama dengan dirinya.

Kebijakan – kebijakan yang telah disebutkan diatas merupakan salah satu bentuk penerapan
politik tradisional jawa yang telah mengalami perubahan sedemikian rupa ⠀“ mengikuti
perkembangan zaman moderen. Presiden Soekarno dalam hal ini menitikberatkan sinkritisme dalam
menyatukan aliran dan golongan yang ada dalam masyarkat.

You might also like