You are on page 1of 13

AGREGAT

A. Definisi dan Sejarah Agregat


Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, kerikil, batu
pecah dan kerak tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu
media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan.
Agregat telah ada sejak sebelum manusia berjalan di bumi, terbentuk
dalam api gunung berapi dan dibentuk oleh erosi, waktu, air dan glester. Jenis
beton pertama, campuran gypsun dan kapur. Digunakan di Mesir Kuno selama
pembangunan piramida sebagai mortar di antara batu-batu. Pada zaman
Romawi, beton benar-benar menjadi bahan konstruksi pilihan. Mereka
memiliki resep yang menggunakan abu vulkanik, kapur dan air garam yang
menghasilkan bahan bangunan yang sangat kuat. Tetapi, waktu curing beton
Romawi secara signifikan lebih lama dari beton yang ada pada saat ini.
Bangsa Romawi adalah insinyur yang sangat baik, dilihat dari bangunan
bersejarah bangsa Romawi hampir seluruhnya dibangun menggunakan batu
dan beton, dari saluran air dan jembatan hingga jalan dan bangunan yang
masih berdiri hingga saat ini.

B. Fungsi Agregat
Fungsi agregat adalah sebagai material pengisi dan biasanya
menempati sekitar 60 - 75 % dari isi total beton, karena itu pengaruhnya besar
terhadap sifat dan daya tahan beton. Misalnya ketahanan beton terhadap
pengaruh pembekuan-pencairan, keadaan basah–kering, pemanasan–
pendinginan dan abarasi-kerusakan akibat reaksi kimia. Mengingat bahwa
agregat menempati jumlah yang cukup besar dari volume beton dan sangat
mempengaruhi sifat beton, maka perlu kiranya material ini diberi perhatian
yang lebih detail. Disamping itu dapat mengurangi penyusutan akibat
pengerasan beton dan juga mempengaruhi koefisien pemuaian akibat panas.
Pemilihan jenis agregat yang akan digunakan tergantung pada mutu agregat,
ketersediannya di lokasi, harga serta jenis konstruksi yang akan
menggunakannya. Dari sisi ekonomi, egregat relatif murah harganya, oleh
karena itu disarankan agar menggunakan bahan ni sebanyak mungkin agar
beton yang dihasilkan ekonomis. Disamping itu pemakaian banyak agregat
juga dapat mengurangi penyusutan akibat mengerasnya (mengeringnya) beton
dan juga dapat mengurangi ekspansi akibat panas.

C. Klasifikasi
Berdasarkan proses pengolahannya agregat digolongkan menjadi 3
(tiga) macam, yaitu agregat alam, agregat yang diproses sebelum digunakan,
dan agregat buatan.

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


1
 Agregat alam
Agregat alam merupakan agregat yang bentuknya alami, terbentuk
berdasarkan aliran air sungai dan degradasi. Agregat yang terbentuk dari
aliran air sungai berbentuk bulat dan licin, sedangkan agregat yang
terbentuk dari proses degradasi berbentuk kubus (bersudut) dan
permukaannya kasar.
Permintaan akan agregat alam yang berbentuk kubus atau bersudut,
mempunyai permukaan kasar, dan bergradasi baik yang semakin banyak
tidak mungkin seluruhnya dapat dipenuhi oleh degradasi alami. Oleh
karena itu, agregat alam juga dapat dibentuk dengan cara pengolahan.
Penggunaan alat pemecah batu (crusher stone) yang terkontrol dapat
membentuk agregat sesuai bentuk yang dibutuhkan. Terutama untuk
pembangunan jalan. Agregat alam yang berasal dari tempat terbuka
disebut pitrun, sedangkan yang berasal dari tempat tertutup disebut
bankrun.
Agregat alami dapat diklasifikasikan ke dalam sejarah
terbentuknya peristiwa geologi, yaitu agregat beku, agregat sedimen dan
agregat metamorf yang kemudian dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok
yang lebih kecil, pembagian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pasir alam (agregat alami), terbentuk dari pecahan batu karena
beberapa sebab. Pasir dapat diperoleh dari dalam tanah, pada dasar
sungai atau dari tepi laut. Oleh karena itu pasir dapat digolongkan
menjadi 3 macam, yaitu :
1) Pasir Galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan
tanah atau dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya
tajam bersudut, berpori dan bebas kandungan garam.
2) Pasir Sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada
umumnya berbutir halus dan bulat-bulat akibat proses gesekan.
Pada sungai tertentu yang dekat dengan hutan kadang-kadang
banyak mengandung banyak humus.
3) Pasir Pantai
Pasir pantai berasal dari pasir sungai yang mengendap di
muara sungai (di pantai) atau hasil gerusan air di dasar laut yang
terbawa arus air laut dan mengendap di pantai. Pasir pantai
biasanya berbutir halus, jika berasal dari dasar laut maka pasirnya
banyak mengandung banyak garam. Oleh karena itu maka
sebaiknya pasir pantai diperiksa terlebih dahulu sebelum dipakai.

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


2
Jika mengandung garam maka sebaiknya dicuci dulu dengan air
tawar sebelum dipakai.
b. Kerikil adalah jenis agregat alami yang sering digunakan, dapat
ditemukan di sungai dan biasanya kerikil berukuran lebih besar dari
6,35 mm.

 Agregat yang diproses sebelum digunakan


Agregat yang diproses adalah agregat yang sebelum digunakan,
harus mengalami proses terlebih dahulu, yang bertujuan agar merubah
tekstur permukaan agregat permukaan partikel dari licin ke kasar, untuk
merubah bentuk dari bulat ke angular, dan untuk mengurangi serta
menngkatkan distribusi dan rentang ukuran partikel.
1. Batu pecah (agregat buatan), merupakan butir-butir hasil pemecahan
batu. Permukaan butir-butirnya biasanya lebih kasar dan bersudut
tajam.
2. Pecahan bata / genteng, agregat ini merupakan hasil pemecahan bata /
genteng, bahan ini harus bebas dari kotoran dan tidak mengandung
kotoran yang mengurangi mutu beton.
3. Tanah liat bakar, tanah liat dengan kadar air tertentu dibuat berbutir
sekitar 5 sampai 20 mm, kemudian dibakar. Hasil pembakaran
berbentuk bola yang keras dan ringan serta berpori. Serapan airnya
berkisar antara 8 sampai 20%.

 Agregat buatan
Agregat ini didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa
material sehingga menghasilkan suatu material baru yang sifatnya
menyerupai agregat. Beberapa jenis dari agregat ini merupakan hasil
sampingan dari proses industry dan dari proses material yang sengaja
diproses agar dapat digunakan sebagai agregat atau sebagai mineral
pengisi (filler).
Jenis-jenis agregat buatan adalah sebagai berikut:
1. Klinker dan breeze adalah agregat buatan yang berasal dari limbah
pembangkitan tenaga uap.
2. Cook breeze adalah limbah sisa pembakaran arang.
3. Hydite adalah hasil pembuatan dari tanah shale yang dimasukkan ke
dalam tungku putar pada suhu 1200 ֯C selama 10 - 15 menit. Gas yang
ada pada shale mengembang membentuk jutaan sel kecil (pori udara)
dalam massa yang keras. Sel-sel kecil tersebut dikelilingi oleh selaput
tipis kedap air yang kuat. Agregat ini mempunyai berat jenis 1,15 dan
daya serap air sekitar 16%.

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


3
4. Lelite adalah agregat yang terbuat dari batu metamophore atau shale
yang mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku
vertical pada suhu tinggi
5. Abu terbang (sintered fly-ash aggregate). Agregat ini ialah hasil
pembakaran abu terbang (pada pembakaran batu bara) sampai meleleh
dan mengeras lagi yang membentuk butir-butir seperti kerikil.
6. Terak dingin ialah hasil sampingan dari pembakaran bijih besi pada
tanur tinggi, yang didinginkan pelan-pelan di udara terbuka.

D. Agregat yang Digunakan Dalam Campuran Beton


Agregat yang digunakan dalam campuran beton dibedakan menjadi 2
macam, yaitu :
1. Agregat halus
Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002, bahwa agregat halus
merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir maksimum sebesar 5,00
mm.
a) Syarat-syarat dari agregat halus yang digunakan antara lain
1. Pasir terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, dengan indeks
kekerasan ≤ 2,2. Bersifat kekal artinya tidak mudah lapuk oleh
pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan. Apabila diuji
dengan larutan garam Na2SO4 bagian yang hancur maksimum 10%,
jika dengan garam MgSO4 maksimum 15%.
2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian
bagian yang bisa melewati ayakan 0.063 mm. apabila kadar lumpur
lebih dari 5%, maka harus dicuci. Khususnya pasir untuk bahan
pembuat beton.
3. Tidak mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang
dibuktikan dengan percobaan warna dari abrams-harder
menggunakan larutan 3% NaOH, yaitu warna cairan di atas
endapan agregat halus tidak boleh lebih gelap dari pada warna
standar / pembanding. Agregat yang tidak memenuhi syarat
percobaan ini bisa dipakai apabila kekuatan tekan adukan agregat
tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari
kekuatan adukan beton dengan agregat yang sama tapi dicuci
dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci dengan air hingga
bersih pada umur yang sama.
b) Jenis-jenis Agregat Halus:
1. Pasir galian
2. Pasir sungai
3. Pasir laut

2. Agregat kasar

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


4
Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002, bahwa agregat kasar
merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir antara 5,00 mm sampai
40 mm.
a) Syarat syarat dari agregat kasar antara lain:
1. Butir-butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal yang
artinya tidak pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari
dan hujan. Indeks kekerasan ≤ 5% (diuji dengan goresan batang
tembaga). Apabila diuji dengan larutan garam Na2SO4 bagian yang
hancur maksimum 12%, jika dengan garam MgSO4 maksimum
18%.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, apabila melebihi
maka harus dicuci lebih dahulu sebelum menggunakannya.
3. Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan seperti
zat-zat yang reaktif terhadap alkali.
4. Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila
jumlahnya tidak melebihi 20% dari berat keseluruhan.
b) Jenis Agregat Kasar:
1. Batu pecah : Bahan ini dapat dari cadas atau batu pecah alami yang
digali.
2. Kerikil alami : Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari
pengikisan tepi maupun dari sungai oleh air sungai mengalir
3. Agregat kasar buatan : Terutama berupa slag atau shale yang biasa
digunakan untuk beton berbobot ringan
4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat : Agregat kasar
yang diklasifikasi disini misalnya baja pecah, barit magnetit, dan
limonit.

E. Jenis-Jenis Agregat
1) Agregat menurut bobot berat yang dimilikinya bisa dibagi menjadi tiga
jenis yaitu agregat ringan, agregat sedang, dan agregat berat.
o Agregat ringan biasa dipakai untuk membuat struktur beton yang
ringan dan sangat memperhatikan bobot totalnya. Penggunaan yang
paling banyak terletak pada isolasi atau lahan untuk pra-tekan serta
beton pra-cetak. Beton dari agregat ringan bersifat tahan api, namun
ukuran pori-porinya cukup besar sehingga daya serapnya pun tinggi.
Ada dua macam agregat ringan berdasarkan asal-usulnya yakni agregat
dari proses pembekuan (expanding) dan agregat dari pengolahan bahan
alam. Contoh dari agregat ringan, yaitu batu apung, asbes, dan lain
sebagainya.
o Agregat sedang terbuat dari proses pemecahan batuan secara langsung
dari sumbernya. Jenis batuan yang biasa dipakai untuk membuat
agregat kasar meliputi granit, basalt, kuarsa, dan lain-lain.

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


5
o Agregat berat mencakup magnetic, barites, serbuk besi, dan agregat
lain yang mempunyai massa jenis lebih dari 2800 kg/m3. Pemakaian
agregat berat biasanya diperuntukkan kepada beton yang dirancang
secara khusus untuk menangkal sinar ultraviolet.
2) Berdasarkan bentuknya, terdapat enam jenis agregat yang telah ditemukan
antara lain:
o Agregat bulat yang terbentuk karena proses pengikisan oleh air atau
pergeseran. Beton yang terbuat dari agregat bulat memiliki ikatan yang
renggang sehingga kurang cocok dipakai untuk struktur yang
mementingkan kekuatan.
o Agregat bulat sebagian/tidak teratur karena hanya sebagian sisi yang
mengalami proses pergeseran. Agregat ini juga kurang bagus dipakai
untuk membangun beton sebab daya ikatnya masih cukup lemah. Jika
dipaksakan memakainya, penggunaan semen akan semakin boros.
o Agregat bersudut yang mempunyai sudut-sudut yang terlihat jelas di
tempat-tempat perpotongannya. Jenis agregat ini bagus dipakai untuk
membangun beton yang kuat sebab mempunyai ikatan yang kuat.
Agregat bersudut juga cocok digunakan untuk membangun perkerasan
kaku (rigid pavement).
o Agregat panjang memiliki ukuran lebih besar sampai 9/5 dari ukuran
agregat rata-rata. Panjang agregat ini pun lebih besar dari pada lebar
dan tebalnya. Kemampuan ikatan yang dimiliki oleh agregat ini buruk
karena mempunyai banyak rongga di bawahnya. Lakukan proses
pengayakan untuk memisahkan agregat ini.
o Agregat pipih mempunyai ukuran tebal yang lebih besar dibandingkan
panjang dan lebarnya. Kualitasnya sama seperti agregat panjang yang
sangat buruk bila dipakai untuk membangun struktur beton. Ukuran
terkecil dari agregat pipih yaitu 3/5 dari ukuran rata-rata.
o Agregat pipih dan panjang adalah agregat yang mempunyai panjang
yang lebih besar ketimbang lebarnya. Sedangkan lebar agregat ini juga
lebih besar daripada tebalnya. Agregat ini sangat tidak cocok untuk
digunakan sebagai bahan baku pembuatan beton sebab ikatannya
buruk.
3) Jenis agregat ditinjau dari teksturnya ada lima macam, meliputi :
o Agregat halus (glassy) terbentuk oleh pengikisan air serta akibat
patahan yang terjadi pada batuan halus atau batuan yang berlapis-lapis.
Agregat ini membutuhkan air yang lebih sedikit dari pada agregat
kasar.
o Agregat berbutir (granular) mempunyai bentuk bulat dan teksturnya
cenderung seragam.

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


6
o Agregat kasar berupa pecahan kasar yang terdiri dari batuan berbutir
halus dan kasar yang mengandung bahan kristal tak kasat mata.
o Agregat kristalin (crystalline) adalah agregat yang mengandung kristal
yang dapat dilihat secara visual.
o Agregat sarang lebah (honey cumbs) memiliki pori-pori yang sangat
terasa. Bahkan rongga-rongga yang ada di permukaan agregat ini bisa
dilihat dengan jelas.
4) Bila dikelompokkan menurut ukuran, terdapat dua jenis agregat yaitu
agregat kasar dan agregat halus.
o Agregat kasar adalah agregat yang seluruh butirannya tertinggal di atas
ayakan yang mempunyai lubang 4.8 mm (SII.0052,1980), 4.75 mm
(ASTM C33,1982), atau 5.0 mm (BS.812,1976).
o Agregat halus adalah agregat yang seluruh butirannya mampu
menembus ayakan yang memiliki lubang 4.8 mm (SII.0052,1980),
4.75 mm (ASTM C33,1982), atau 5.0 mm (BS.812,1976).

F. Cara Penilaian Agregat


Agregat sangat mempengaruhi sifat beton yang baru dicampur dan
mengeras, proporsi campuran, dan ekonomi. Akibatnya, pemilihan agregat
merupakan proses yang penting. Meskipun beberapa variasi dalam sifat
agregat diharapkan, karakteristik yang dipertimbangkan meliputi:
1. Grading / gradasi
Grading mengacu pada penentuan distribusi ukuran partikel untuk
agregat. Batas grading dan ukuran agregat maksimum ditentukan karena
sifat-sifat ini mempengaruhi jumlah agregat yang digunakan serta
kebutuhan semen dan air, kemampuan kerja, kemampuan pompa, dan daya
tahan beton. Gradasi agregat berpengaruh pada besarnya rongga dalam
campuran dan menentukan workabilitas (kemudahan dalam pekerjaan)
serta stabilitas campuran. Gradasi agregat ditentukan dengan cara analisa
saringan, dimana sampel agregat harus melalui satu set saringan. Ukuran
saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan kawat dan nomor saringan
menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per inchi pesegi dari
saringan tersebut. Secara umum, jika rasio air - semen dipilih dengan
benar, kisaran gradasi yang luas dapat digunakan tanpa pengaruh besar
pada kekuatan. Bila agregat dengan gradasi gap ditentukan, ukuran
partikel tertentu dari agregat dihilangkan dari kontinum ukuran. Agregat
dengan gradasi gap digunakan untuk mendapatkan tekstur seragam pada
beton agregat terbuka. Kontrol ketat proporsi campuran diperlukan untuk
menghindari segregasi. Gradasi agregat dapat dibedakan atas:
 Gradasi seragam (uniform graded)

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


7
Gradasi seragam adalah gradasi agregat dengan ukuran butir
yang hampir sama. Gradasi seragam ini disebut juga gradasi terbuka
(open graded) karena hanya mengandung sedikit agregat halus
sehingga terdapat banyak rongga/ ruang kosong antar agregat.
Campuran beraspal dengan gradasi ini memiliki stabilitas yang tinggi,
agak kedap terhadap air dan memiliki berat isi yang besar.
 Gradasi rapat (dense graded)

Gradasi rapat adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran


dari agregat kasar sampai halus, sehingga sering juga disebut gradasi
menerus, atau gradasi baik (well graded). Campuran beraspal dengan
gradasi ini memiliki stabilitas yang tinggi, agak kedap terhadap air dan
memiliki berat isi yang besar.
 Gradasi senjang (gap graded)

Gradasi senjang adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat


yang ada tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau
jumlahnya sedikit sekali. Campuran beraspal dengan gradasi ini
memiliki kualitas peralihan dari keadaan campuran dengan gradasi
yang disebutkan di atas.

2. Kebersihan agregat
Agregat pada umumnya tidak bebas dari bahan-bahan kotoran yang
dapat:
- Menyukarkan pembuatan serta pengecoran beton
- Menghasilkan beton yang tidak awet atau memperlihatkan beton yang
permukaannya jelek
- Mengurangi kekuatan tekan bahan - bahan yang dapat mengotori
agregat antara lain :
a. Lempung dan lanau
Lempung dapat menyusut atau mengembang akibat
desorbsi atau absorbsi air. Apabila lempung merupakan bagian dari

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


8
jenis suatu batuan makan batuan ini mudah menjadi lapuk. Kadar
lempung dan lanau yang merupakan fraksi-fraksi sangat halus
dalam agregat, harus dibatasi sampai suatu jumlah minimum
mutlak yang tidak boleh dilewatinya Lempung dan lanau
menambah kebutuhan air dalam suatu campuran beton, sehingga
kekuatan beton dan keawetannya akan menurun. Lempung dapat
merupakan lapisan tipis dalam permukaan agregat sehingga akan
mempengaruhi ikatan antara pasta dan agregat.

b. Mika
Mika sering terhadap dalam agregat dan dapat mengurangi
kekuatan beton. Mika tidak stabil volumenya, jika mengalami
pengeringan dan pembasahan. Disamping itu mika mudah terurai
melalui lapisan-lapisannya.
c. Fragmen-fragmen kayu dan arang batu
Bahan-bahan ini menyebabkan terjadinya kekuatan tekan
beton yang rendah dan permukaan yang kotor.
d. Bahan organik
Dapat berupa bahan-bahan yang mudah membusuk, seperti
humus atau tanah yang mengandung bahan organik. Substansi-
substansi ini biasanya mengandung asam yang dapat mencegah
berlangsungnya hidrasi dari semen. Bahan-bahan organik ini lebih
sering dijumpai dalam agregat halus daripada agregat kasar.
e. Humus
Kekuatan tekan awal dipengaruhi secara negatif oleh
humus, akan tetapi setelah lewat jangka waktu yang lama, kekuatan
beton akan bertambah lagi (pulih kembali).
f. Garam-garam organik
Garam-garam organik seperti garam-garam sulfat
tidakmengurangi kekuatan tekan awal, akan tetapi akan merusak
beton kelak dengan menyebabkannya mengembang.
g. Gips
Butiran-butiran gips yang sangat halus akan bereaksi
sempurna dengan semen dan kemudian akan mengembang. Oleh
karena itu hampir semua spesifikasi standart untuk semen portlan
membatasi pembubuhan gips sampai dengan 5% dari berat semen.
Butiran-butiran kasar dari gips tidak begitu membahayakan.
h. Bahan organik yang lain
Dapat diijumpai pula bahan lain dalam agregat asalkan
jumlah ini tidak melebihi 1% dari berat semen, maka beton tidak
dipengaruhinya secara negatif. Jumlah yang lebih besar dari garam

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


9
ini, seperti CaCl2 dapat menyerang tulangan hingga berkarat.
Untuk mencegah buatlah beton yang padat sedemikian hingga
tidak mudah dimasuki oleh air dan zat asam. Jumlah lebih besar
dari garam-garam klorida lainnya, karbonat dan phospat dapat
menyebabkan “efflorecence” yaitu pengotoran berupa bintik-bintik
(deposit-deposit) putih pada permukaan beton.

3. Bentuk partikel dan tekstur permukaan


Bentuk partikel dan tekstur permukaan mempengaruhi sifat beton
yang baru dicampur lebih banyak daripada sifat beton yang mengeras.
Partikel bertekstur kasar, bersudut, dan memanjang membutuhkan lebih
banyak air untuk menghasilkan beton yang bisa dikerjakan daripada
agregat kompak yang bulat dan halus. Akibatnya, kandungan semen juga
harus ditingkatkan untuk menjaga rasio air - semen. Umumnya partikel
datar dan memanjang dihindari atau dibatasi sekitar 15 persen berat total
agregat. Unit - berat mengukur volume yang dinilai agregat dan rongga di
antara mereka akan menempati beton.
Bentuk permukaan yang kasar dari jenis-jenis agregat tertentu
dapat menghasilkan beton dengan “slip resistance” yang besar. Pemakaian
agregat yang diperoleh dari hasil pengolahan batuan banyak dipakai
karena agregat tersebut mempunyai permukaan yang kasar dan tidak
teratur sehingga daya lekatnya tinggi bila dipakai untuk campuran beton.

4. Abrasi dan hambatan selip


Ketahanan abrasi dan rintangan dari agregat sangat penting bila
agregat digunakan secara konkret terus-menerus mengalami abrasi seperti
pada lantai atau trotoar berat. Mineral yang berbeda dalam keausan dan
keausan agregat pada tingkat yang berbeda. Agregat yang lebih keras
dapat dipilih dalam kondisi sangat abrasif untuk meminimalkan keausan.

5. Isi kosing atau rongga


Isi kosong atau rongga antara partikel mempengaruhi jumlah pasta
semen yang dibutuhkan untuk campuran. Agregat sudut meningkatkan
konten kosong. Ukuran agregat bergradasi lebih baik dan gradasi yang
lebih baik menurunkan konten kosong.

6. Penyerapan dan kelembaban permukaan


Penyerapan dan kelembapan permukaan agregat diukur saat
memilih agregat karena struktur internal agregat terdiri dari bahan padat
dan rongga yang mungkin atau mungkin tidak mengandung air. Jumlah air

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


10
dalam campuran beton harus disesuaikan untuk mencakup kondisi
kelembaban agregat.

7. Kekerasan agregat
Kekerasan agregat diperlukan oleh karena pada waktu pembuatan
beton bahan-bahan ini harus mengalami gerakan-gerakan yang keras
dalam mixer, demikian juga harus menerima gesekan pada saat
pengecoran dan pemadatan. Agregat harus dapat menahan pengausan,
pemecahan degradasi (penurunan mutu) serta disintegrasi (penguraian).
Ketahanan agregat terhadap pengausan dapat ditentukan dengan
menggunakan mesin pengaus Los Angeles. Penggunaan alat ini dan cara
melakukan pemeriksaan ketahanan agregat terhadap pengausan
diterangkan secara terperinci dalam ASTM C 13 dan AASTHO 96.
Kekuatan beton yang dibuat dari agregat yang biasa dipergunakan, tidak
dapat melampaui kekuatan bahan tersebut. Oleh karena ada perbedaan
antara modulus elastisitas dari butiran-butiran agregat dan bahan pengikat
mortar pada beton, maka tegangan yang diderita agregat dapat dua kali
lebih tinggi dari tegangan rata-rata yang dipikul oleh beton. Pada titik-titik
kontak, tegangan setempat bahkan lebih tinggi. Asalkan kekuatanbahan
agregat itu lebih besar tiga kali dari kekuatan beton, maka yang
menentukan kekuatan tekan adalah faktor-faktor seperti kekuatan pasta
semen, dan ikatan antar semen dan agregat. Kebanyakan bahan agregat
yang mulus secara fisik dan kimia dapat mencapai kekuatan tekan pasta
semen. Beton yang tahan terhadap pengausan dapat dibuat dengan
menggunakan jenis-jenis agregat dari : quarts, quartsit, jenis-jenis batuan
vulkanik yang padat dan batuan silika. Modulus elastisitas agregat
merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi sifat-sifat
deformasi serta perubahan-perubahan volume beton. Beton dengan mutu
tinggi yang tidak mudah mengalami deformasi serta tidak banyak
menyusut harus dibuat dengan agregat yang tinggi modulus elastisitasnya.

8. Kemulusan Agregat
Suatu jenis agregat dianggap mulus secara fisik, apabila agregat itu
tidak mengalami perubahan volume besar atau tetap akibat pemanasan
atau pendinginan atau pembasahan dan pendinginan. Partikel-partikel dari
batuan yang secara fisik bersifat lunak, daya absorbsinya besar mudah
dibelah atau menyusut akibat pengaruh air tidak dapat digunakan sebagai
bahan agregat. Beton yang menggunakan jenis agregat dengan ciri-ciri
tersebut di atas, akan rendah kekuatan tekannya, lemah ikatannya antara
mortar dan agregat serta akan timbul retak-retak. Bilamana beton ini
mengalami perubahan cuaca akan timbul bisul-bisul pecah, kemudian

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


11
terlepas dan akhirnya meinggalkan lubang-lubang kecil pada
permukaannya.
Yang dapat dimasukkan kedalam kategori bahan yang tidak mulus
adalah:
c) Batu tulis
d) Jenis batu pasir yang mudah terurai
e) Batuan yang mengandung lempung
f) Batuan yang mengandung mika dalam jumlah banyak
g) Batuan yang mengandung kristal-kristal kasar
h) Cherts
Yang juga dapat mempengaruhi kemulusan fisik suatu agregat
adalah derajat porositasnya, yaitu kontinuitas pori-pori serta jumlahnya.
Ruang-ruang pori akan mengurangi volume bahan padat, mudah
memasukkan air dan larutan-larutan agresif, kemudian menahannya di
dalam konstruksi. Kekuatan tekan dan ketahanan terhadap pengausan akan
berkurang akibat porositas agregat, demikian pula modulus elastisitas
bahan akan menurun dan akibatnya akan menambah penyusutan, oleh
karena itu daya lawan butiran agregat terhadap penyusutan pasta semen
akan berkurang. Bahan agregat yang lunak, berpori dengan daya absorbsi
besar, mempunyai berat jenis yang rendah. Bahan agregat bernutu tinggi
pada umumnya mempunyai berat jenis tinggi.

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


12
DAFTAR PUSTAKA

Academiaedu. 2019. Syarat Mutu Agregat Beton. https://www.academia.


edu/29529868/syarat_mutu_agregat_beton. (2019).
Arafuru. 2017. Jenis-Jenis Agregat dan Penjelasannya. http://arafuru.com/
m/material/jenis-jenis-agregat-dan-penjelasannya.html. (28 Maret 2017).
Ikons. 2017. Mengenal Agregat. https://www.ikons.id/mengenal-agregat/. (10
September 2017).
Ilmusipil. 2011. Agregat Halus Kasar. http://www.ilmusipil.com/agregat-halus-
kasar. (26 Februari 2011).
Rumah21. 2018. Agregat dan Persyaratan Agregat.
http://rumah12.blogspot.com/2012/12/agregat-dan-persyaratan-
agregat.html. (11 Januari 2018).
Webcache. Materi Agregat. http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:NZ1YIjD3gIEJ:share.its.ac.id/pluginfile.php/19655/mod_folder/
content/0/MATERI%25203%2520AGREGAT.pdf%3Fforcedownload
%3D1+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id.
Wikipedia. 2017. Agregat. https://id.wikipedia.org/wiki/Agregat. (12 Juli 2017).

Struktur dan Konstruksi Beton (Agregat)


13

You might also like