Professional Documents
Culture Documents
Agregat
Agregat
B. Fungsi Agregat
Fungsi agregat adalah sebagai material pengisi dan biasanya
menempati sekitar 60 - 75 % dari isi total beton, karena itu pengaruhnya besar
terhadap sifat dan daya tahan beton. Misalnya ketahanan beton terhadap
pengaruh pembekuan-pencairan, keadaan basah–kering, pemanasan–
pendinginan dan abarasi-kerusakan akibat reaksi kimia. Mengingat bahwa
agregat menempati jumlah yang cukup besar dari volume beton dan sangat
mempengaruhi sifat beton, maka perlu kiranya material ini diberi perhatian
yang lebih detail. Disamping itu dapat mengurangi penyusutan akibat
pengerasan beton dan juga mempengaruhi koefisien pemuaian akibat panas.
Pemilihan jenis agregat yang akan digunakan tergantung pada mutu agregat,
ketersediannya di lokasi, harga serta jenis konstruksi yang akan
menggunakannya. Dari sisi ekonomi, egregat relatif murah harganya, oleh
karena itu disarankan agar menggunakan bahan ni sebanyak mungkin agar
beton yang dihasilkan ekonomis. Disamping itu pemakaian banyak agregat
juga dapat mengurangi penyusutan akibat mengerasnya (mengeringnya) beton
dan juga dapat mengurangi ekspansi akibat panas.
C. Klasifikasi
Berdasarkan proses pengolahannya agregat digolongkan menjadi 3
(tiga) macam, yaitu agregat alam, agregat yang diproses sebelum digunakan,
dan agregat buatan.
Agregat buatan
Agregat ini didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa
material sehingga menghasilkan suatu material baru yang sifatnya
menyerupai agregat. Beberapa jenis dari agregat ini merupakan hasil
sampingan dari proses industry dan dari proses material yang sengaja
diproses agar dapat digunakan sebagai agregat atau sebagai mineral
pengisi (filler).
Jenis-jenis agregat buatan adalah sebagai berikut:
1. Klinker dan breeze adalah agregat buatan yang berasal dari limbah
pembangkitan tenaga uap.
2. Cook breeze adalah limbah sisa pembakaran arang.
3. Hydite adalah hasil pembuatan dari tanah shale yang dimasukkan ke
dalam tungku putar pada suhu 1200 ֯C selama 10 - 15 menit. Gas yang
ada pada shale mengembang membentuk jutaan sel kecil (pori udara)
dalam massa yang keras. Sel-sel kecil tersebut dikelilingi oleh selaput
tipis kedap air yang kuat. Agregat ini mempunyai berat jenis 1,15 dan
daya serap air sekitar 16%.
2. Agregat kasar
E. Jenis-Jenis Agregat
1) Agregat menurut bobot berat yang dimilikinya bisa dibagi menjadi tiga
jenis yaitu agregat ringan, agregat sedang, dan agregat berat.
o Agregat ringan biasa dipakai untuk membuat struktur beton yang
ringan dan sangat memperhatikan bobot totalnya. Penggunaan yang
paling banyak terletak pada isolasi atau lahan untuk pra-tekan serta
beton pra-cetak. Beton dari agregat ringan bersifat tahan api, namun
ukuran pori-porinya cukup besar sehingga daya serapnya pun tinggi.
Ada dua macam agregat ringan berdasarkan asal-usulnya yakni agregat
dari proses pembekuan (expanding) dan agregat dari pengolahan bahan
alam. Contoh dari agregat ringan, yaitu batu apung, asbes, dan lain
sebagainya.
o Agregat sedang terbuat dari proses pemecahan batuan secara langsung
dari sumbernya. Jenis batuan yang biasa dipakai untuk membuat
agregat kasar meliputi granit, basalt, kuarsa, dan lain-lain.
2. Kebersihan agregat
Agregat pada umumnya tidak bebas dari bahan-bahan kotoran yang
dapat:
- Menyukarkan pembuatan serta pengecoran beton
- Menghasilkan beton yang tidak awet atau memperlihatkan beton yang
permukaannya jelek
- Mengurangi kekuatan tekan bahan - bahan yang dapat mengotori
agregat antara lain :
a. Lempung dan lanau
Lempung dapat menyusut atau mengembang akibat
desorbsi atau absorbsi air. Apabila lempung merupakan bagian dari
b. Mika
Mika sering terhadap dalam agregat dan dapat mengurangi
kekuatan beton. Mika tidak stabil volumenya, jika mengalami
pengeringan dan pembasahan. Disamping itu mika mudah terurai
melalui lapisan-lapisannya.
c. Fragmen-fragmen kayu dan arang batu
Bahan-bahan ini menyebabkan terjadinya kekuatan tekan
beton yang rendah dan permukaan yang kotor.
d. Bahan organik
Dapat berupa bahan-bahan yang mudah membusuk, seperti
humus atau tanah yang mengandung bahan organik. Substansi-
substansi ini biasanya mengandung asam yang dapat mencegah
berlangsungnya hidrasi dari semen. Bahan-bahan organik ini lebih
sering dijumpai dalam agregat halus daripada agregat kasar.
e. Humus
Kekuatan tekan awal dipengaruhi secara negatif oleh
humus, akan tetapi setelah lewat jangka waktu yang lama, kekuatan
beton akan bertambah lagi (pulih kembali).
f. Garam-garam organik
Garam-garam organik seperti garam-garam sulfat
tidakmengurangi kekuatan tekan awal, akan tetapi akan merusak
beton kelak dengan menyebabkannya mengembang.
g. Gips
Butiran-butiran gips yang sangat halus akan bereaksi
sempurna dengan semen dan kemudian akan mengembang. Oleh
karena itu hampir semua spesifikasi standart untuk semen portlan
membatasi pembubuhan gips sampai dengan 5% dari berat semen.
Butiran-butiran kasar dari gips tidak begitu membahayakan.
h. Bahan organik yang lain
Dapat diijumpai pula bahan lain dalam agregat asalkan
jumlah ini tidak melebihi 1% dari berat semen, maka beton tidak
dipengaruhinya secara negatif. Jumlah yang lebih besar dari garam
7. Kekerasan agregat
Kekerasan agregat diperlukan oleh karena pada waktu pembuatan
beton bahan-bahan ini harus mengalami gerakan-gerakan yang keras
dalam mixer, demikian juga harus menerima gesekan pada saat
pengecoran dan pemadatan. Agregat harus dapat menahan pengausan,
pemecahan degradasi (penurunan mutu) serta disintegrasi (penguraian).
Ketahanan agregat terhadap pengausan dapat ditentukan dengan
menggunakan mesin pengaus Los Angeles. Penggunaan alat ini dan cara
melakukan pemeriksaan ketahanan agregat terhadap pengausan
diterangkan secara terperinci dalam ASTM C 13 dan AASTHO 96.
Kekuatan beton yang dibuat dari agregat yang biasa dipergunakan, tidak
dapat melampaui kekuatan bahan tersebut. Oleh karena ada perbedaan
antara modulus elastisitas dari butiran-butiran agregat dan bahan pengikat
mortar pada beton, maka tegangan yang diderita agregat dapat dua kali
lebih tinggi dari tegangan rata-rata yang dipikul oleh beton. Pada titik-titik
kontak, tegangan setempat bahkan lebih tinggi. Asalkan kekuatanbahan
agregat itu lebih besar tiga kali dari kekuatan beton, maka yang
menentukan kekuatan tekan adalah faktor-faktor seperti kekuatan pasta
semen, dan ikatan antar semen dan agregat. Kebanyakan bahan agregat
yang mulus secara fisik dan kimia dapat mencapai kekuatan tekan pasta
semen. Beton yang tahan terhadap pengausan dapat dibuat dengan
menggunakan jenis-jenis agregat dari : quarts, quartsit, jenis-jenis batuan
vulkanik yang padat dan batuan silika. Modulus elastisitas agregat
merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi sifat-sifat
deformasi serta perubahan-perubahan volume beton. Beton dengan mutu
tinggi yang tidak mudah mengalami deformasi serta tidak banyak
menyusut harus dibuat dengan agregat yang tinggi modulus elastisitasnya.
8. Kemulusan Agregat
Suatu jenis agregat dianggap mulus secara fisik, apabila agregat itu
tidak mengalami perubahan volume besar atau tetap akibat pemanasan
atau pendinginan atau pembasahan dan pendinginan. Partikel-partikel dari
batuan yang secara fisik bersifat lunak, daya absorbsinya besar mudah
dibelah atau menyusut akibat pengaruh air tidak dapat digunakan sebagai
bahan agregat. Beton yang menggunakan jenis agregat dengan ciri-ciri
tersebut di atas, akan rendah kekuatan tekannya, lemah ikatannya antara
mortar dan agregat serta akan timbul retak-retak. Bilamana beton ini
mengalami perubahan cuaca akan timbul bisul-bisul pecah, kemudian