You are on page 1of 15
LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA SISTEM DISPERSI PADAT UNMAS DENPASAR OLEH IMADE AGUS MAHARDIKA 1909482010109 PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2019 L ‘Tujuan Praktikum ‘Memahami teknik pembuatan disperse padat dengan metode peleburan dan evaluasi sivat-sifat fisikokimia Dasar Teori Absorbsi obat merupakan faktor yang sangat penting dalam memilih cara pemberian obat yang tepat dan dalam merancang bentuk sediaan yang paling bagus, yang pada akhirnya menentukan keberhasilan terapi obat (Ansel, 2008). Proses absorbsi yang terjadi sangat ditentukan oleh sifat fisiko kimia dari satu molekul obat, seperti kelarutan ob: |. Obat-obat yang memiliki kelarutan kecil di dalam air akan menyebabkan jumlah obat yang diabsorbsi menjadi kecil (Shargel & Andrew, 1999). Untuk meningkatkan kelarutan obat dapat dilakukan dengan pembuatan dispersi padat pada obat tersebut. Istilah dispersi padat diartikan ke dalam kelompok produk padat yang mengandung paling sedikit dua Komponen, umumnya sustu matriks hidrofilik dan bahan obat hidrofobik. Matriks dapat berupa kristal atau amorf, Bahan obat dapat terdispersi secara molekular, dalam. bentuk partikel amorf atau partikel Kristal (Sultan 2010). Dispersi padat adalah suatu sistem, dispersi yang terdiri atas satu atau beberapa zat aktif yang terdispersi dalam keadaan padat dalam, suatu. zat pembawa (matriks inert) (Fudholi 2013). Metode dispersi padat memungkinkan ‘modifikasi obat agar jauh lebih cepat larut dalam air dari pada bentuk murninya (Nagarajan et al 2010) Obat yang memiliki kelarutan rendah apabila didispersikan kedalam suatu polimer yang ‘mudah larut akan menghasilkan ukuran partikel lebih kecil yang dapat meningkatkan kelarutannya (Chiou, 1971). Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk membuat disperse padat, diantaranya adalah metoda pelarutan (solvent method), metoda peleburan (melting method), dan metoda campuran (melting-solvent method). Metode peleburan dilakukan dengan cara melebur campuran obat dengan pembawa larut air hingga meleleh, campuran yang telah meleleh kemudian didinginkan dan dipadatkan, selaanjutnya padatan ini buat menjadi serbuk. Metode pelarutan dilakukan dengan cara melarutkan campuran dua komponen padat dalam suatu pelarut umum, ikuti dengan penguapan pelarut. Salah satu syarat penting untuk pembuatan dispersi padat dengan metode pelarutan adalah bahwa obat dan pembawa cukup larut dalam pelarut, Suhu yang digunakan untuk penguapan pelarut biasanya terletak pada kisaran 23-65 °C (Launer dan mm. Dressman 2000) sedangkan metode campuran adalah kombinasi dari keua metode sebelumnya dimana zat aktif dilarutkan dalam pelarut sedangkan zat pembawa dilebur baru dicampur dengan Jarutan zat aktif, Secara umum sistem dispersi padat merupakan, dispersi senyawa aktif farmasi dalam bentuk molekular, fase amorf atau partikel halus dalam pembawa inert yang berada dalam keadaan padat. Polimer hidrofilik lazim digunakan sebagai pembawa dalam sistem dispersi padat antara lain; PEG 3000, 6000 serta polimer turunan selulosa (HPC dan HPMC) dan PVP K-30. PVP merupakan ik berbau, PVP merupakan serbuk yang sangat higroskopis. PVP sangat mudah larut dalam asam, kloroform, etanol, dan air; serbuk halus berwarna putih sampai krem, tidak berbau atau hampir te praktis tidak Jarut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak mineral (Wade 2003). Kegunaan PVP sebagai zat pengikat dalam proses pembuatan tablet, pembantu pelarutan untuk injeksi, dan juga dapat digunakan dalam mei 2003). PVP (polivinil pirolidon) merupakan polimer yang memiliki karakteristik hidrofilik yang baik wgkatkan laju disolusi dan kelarutan dari suatu zat aktif (Rowe et al (Kadajji dan Betageri 2011). PVP (polivinil pirolidon) mampu meningkatkan pelepasan obat dengan pembentukan formasi pori dan meningkatkan kelarutan obat dengan mengubah bentuk kristal obat menjadi amorf (Bharkatiya et al. 2010). Polimer PVA (polyvinyl alcohol) memitiki sifat yang sangat mudah berinteraksi dengan air. Hal ini disebabkan karena gugus fungsional yang dimilikinya berupa gugus OH- sehingga membran bersifat hidrofilik. Molekul-molekul air akan berinteraksi dengan membran melalui pembentukan ikatan hidrogen. Gugus hidroksil yang terdapat pada rantai polimer akan menyebabkan membran PVA (polyvinyl alcohol) bersifat polar (Noezar et al. 2008) Alat dan Bahan Alat Praktikum g. Spektrofotmetri uv a. Mortar dan stamper h. Alat disolusi b. Elenmeyer Bahan Praktikum cc, Cawan porselin 4. Pipet ukur a, Paracetamol b, Polivinilpirolidon cc, NaOH 0,1 N. e. Beker gelas f Ayakan 4d, Dapar fospat ph 5,8 ©. Aquadest £ Etanol IV. Prosedur Kerja a, Pembuatan sistem disperse padat (DP) dengan metode peleburan 1. Ditimbang Paracetamol dan PVP dengan jumlah sebagai berikut No Proporsi Paracetamol % Paracetamol (g) PVP (g) 1 10 2 18 2 20 4 16 3 30, 6 14 2. Dilarutkan paracetamol dan PVP kedalam etanol 96% sampai semua bagiannya terlarut, kemudian dilakukan pemanasan diatas wather bath 3. Kedua larutan kemudian dicampur dan diaduk sampai homogen 4. Dikeringkan campuran paracetamol dan PVP di dalam oven dengan suhu 70°C. 5, Digerus campuran yang telah kering kemudian diayak dengan ayakan mes 40 b, Pembuatan campuran fisik 1. Ditimbang paracetamol dan PVP dengan jumlah sebagai berikut No Proporsi Paracetamol % Paracetamol (g) PVP (g) 1 10 2 18 2 20 4 16 3 30 6 14 2. Dicampur paracetamol dan PVP didalam mortir dengan tekanan rendah sampai homogeny ¢. Pembuatan kurva kalibrasi baku paracetamol 1. Ditimbang 40 mg paracetamol, kemudian dimasukkan kedalam labutakar 100 ml dan dilarutkan dengan NaOH 0,1 N dan diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai tanda batas 2. Dipipet 1 ml larutan yang diperoleh dan dimasukan kedalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai tanda hingga diperoleh larutan paracetamol 4 g/ml 3. Dibuat larutan paracetamol 5 ug/ml, 6 ug/ml, 7 wg/ml dan 8 g/ml dengan prosedur yang sama namun menggunakan bobot awal paracetamol berturut-turut 50 mg, 60 mg, 70 mg dan 80 mg 4. Diukur serapan masing-masing larutan pada panjang gelombang maksimum 5, Dibuatkan kurva kalibrasi dan persamaan garisnya d. Uji Drug Load 1 2, 5, Ditimbang disperse padat dan campuran fisik sebanyak 10 mg Dimasukkan masing-masing kedalam labu ukur 10 ml dan dilarutkan dengan metanol pa sampai tanda batas Divorteks sampai larut, kemudian di saring Dipipet | ml filtrate dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai tanda batas Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimu kemudian dihitung kadarnya e. Uji Kelarutan 1. Dilarutkan disperse padat dan campuran fisik kedalam 20 ml dapar posfat sampai jenuh 2. Disaring dengan menggunakan kertas saring dan filtrate dipipet sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml lalu diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai tanda batas 3. Dipipet sebanyak 1 ml kemudian dimasukan kedalam labu ukur 50 ml kemudian diencerkan dengan menggunakan NaOH 0,1 N sampai tanda batas 4. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum, Kemudian dibandingkan kelarutan keduanya f. Uji Disolusi 1. Ditimbang masing-masing disperse padat dan campuran fisik setara dengan 500 mg paracetamol 2. Dibuat menjadi capsul 3. Disiapkan alat disolusi tipe dayung dengan kecepatan putaran 50 rpm media disolusi berupa 900 mi dapar fospat ph 5,8 suhu 37°C 4, Dimasukkan masing masing capsul kedalam labu disolusi Dinyalakan alat selama 30 menit, kemudian diabil larutan dalam labu lalu disaring 6. Dipipet filtrate yang diperoleh sebanyak 1 ml kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 mil lalu diencerkan dengan NaOH 0,1N sampai tanda batas 7. Diukur serapan pada panjang gelombang maksimumnya kemudian dihitung jumlah paracetamol yang terdisolusi V. Hasil Praktikum a, Kurva Kalibrasi Baku Paracetamol Panjang gelombang maksimum = 257 nm No Kadar ) i = z on ae Fe CF 20%> DP 30%> CF 30% > DP 20% > DP 10%. vu. vin. Kesimpulan Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa, Formula Dispersi Padat yang dibuat dengan ‘menggunakan tehnik peleburan memiliki tinggat kelarutan yang lebih baik daripada Campuran Fisik. Sedangkan dari hasil uji disolusi diketahui bahwa Dispersi padat Konsentrasi 10 dan 20% ‘memiliki laju disolusi yang lebih rendah daripada Campuran Fisik konsentrasi 10 dan 20% sedangkan Dispersi Padat konsentrasi 30% memiliki laju disolusi yang lebih baik daripada Campuran Fisik konsentrasi 30%. Darter Pustaka Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press Bharkatiya, M., Nema, R. K., and Bhatnagar, M., 2010, Development and Characterization of Transdermal Patches of Metoprolol Tartrate. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 3(2), 130-134 Launer. C., Dressman. J., 2000, Improving Drug Solubility For Oral Delivery Using Solid Dispersion, Journal Pharmacy, 50, 47-60 Nagarajan, K., Rao, M. G., Dutta, S. Pavithra, R. Swetha, G. 2010, Formulation and Dissolution Studies of Solid Dispersions of Noezar, I., praptowidodo, V.S., Agustin, S.P. & Dewita, R., 2008. Membran PVA-Chitosan ifedipine. Indian Journal of Novel Drug Delivery Crosslinked untuk Pemisahan Campuran Etanol-Air secara Pervaporasi. Jurnal Teknik Kimia Indonesia Kadajji, V.G. and Betageri, G. V., 2011, Water soluble polymers for pharmaceutical applications. Polymers, 3 (4), 1972-2009 Fudholi, A., 2013. Disolusi & Pelepasan Obat In Vitro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rowe, R, C., Sheskey, P.J., dan Weller, P.J. 2003. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi IV. London: Publisher-Science and Practice Royal Pharmaceutical Society of Great Britain Shargel, L & Andrew, B. 1999. Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan (Edisi II). Penerjemah: Fasich dan Siti Sjamsiah, Surabaya: Airlangga University Press Sultan, Asriana, 2010. Pengaruh Konsentrasi Polivinil Alkohol (PVA) Terhadap Kadar Ketoprofen yang Terdisolusi Dalam Sistem Dispersi Padat. Skripsi, Universitas Islam Negeri Alaudin, Makasar LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan a. Uji Drug Load y = 0,0843x + 0,0431 0,133 0,0843x + 0,0431 7 _ 0133400831 0.0843 = 2,089 _ 2:Faktor pengenceran = 1000 yp =" 000 Kadar 10ms = x 10 =10,45% 100% Dengan menggunakan rumus yang sama kemudian dihitung kadar masing-masing sampel DP dan CF. Sehingga diperoleh hasil sebagaimana berikut No Proporsi Drug Load % Paracetamol % DP CF “Abs Kadar ‘Abs Kadar I 10 0.133 10,45 0.0195 3.70 0,152 1157, 0,193 14,00 0.145 1116 0.155 11.75 Rata-rata 11,06 981 2 20 0,333 22,3 0,200 14,45 0.369 24,42 0,308 20.82 0.314 21,18 0.372 24,62. Rata-rata 22,63 19.96 3 30 0,380 25,1 (0.548 35,05 0.388 25,57, 0,751 471 0.370 24,50 0.469 30.37 Rata-rata 25,05, 37,50 Setelah diperoleh data konsentrasi masing masing sampel, kemudian dilakukan penghitungan % Recovery dan % Penyimpangan dengan rumus sebargai berikut: = Talanrata kadar praktis «19995 % Recovery ‘kadar teoritis = 110,6 % _ {kadar teoritiskadar praktis} = ‘kadar toorieis % Penyimpangan x100% b, Kelarutan Untuk menghitung jumlah paracetamol yang terlarut dalam larutan jenuh, maka dihitung dengan cara berikut: y = 0,0843x + 0,0431 1155 = 0,0843x + 0,0431 7 = 155400831 0.0048 = 14,212 ss _ Es Faktor pengenceran _ 34212 x 100850 7000 = 71,0672 Dengan menggunakan perhitungan yang sama kemudian dicari kadar masing masing sampel dari DP dan CF sehingga diperoleh hasil sebagaimana berikut: No Proporsi Kelarutan (mg/ml) Paracetamol % DP CF ‘Abs Kadar ‘Abs Kadar 1 10 1155 71,06 1,125 69.28 2 20 8161 0.42 27.46 3 30 92.17 0.512 32,92 ©. Disol ‘Untuk menghitung jumlah paracetamol yang terdisolusi digunakan rumus sebagai berikut y = 0,0843x + 0,0431 0,389 = 0,0843x + 0,0431 0389400431 x g3e9+o0ea1 0.0888 = 5,125 — = Faktor pengenceran 7.000) _ 5425 x 100900 1000 = x 100% = 92,26mg/ml Dengan menggunakan perhitungan yang sama, diperoleh hasil disolusi masing masing sampel DP dan CF sebagaimana berikut: ‘No Proporsi Disolusi % Paracetamol % DP CF ‘Abs % Kadar ‘Abs %Kadar 1 10 0,389 92.26 0,620 141,588 2 20 0,457 106.78 0,513 118,746 i 30. 0,505 117,03 0,483 112,320 Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum No. Gambar ‘Keterangan Penimbangan polivinilpirolidon untuk pembuatan sistem disperse padat sebanyak: Penimbangan paracetamol untuk pembuatan sistem disperse _padat sebanyak: Pengadukan campuran _parasetamol dengan etanol 96% dan PVP dalam aquadest. Proses pengeringan diatas loyang di dalam ovenpada suhu70°C Hasil pengayakan sistem disperse padat Penimbangan hasil campuran fisik (CF) untuk pengujian drug load. Penimbangan hasil campuran fisik (DP) untuk pengujian drug load.

You might also like