Professional Documents
Culture Documents
Anak-anak kecil yang gemuk dan montok pasti menyita perhatian banyak orang. Para
orang tua pun merasa bangga ketika anaknya paling gemuk diantara yang lain karena
mereka beranggapan anak mereka lah yang paling sehat. Ternyata tidak hanya orang
dewasa yang bisa terkena obesitas, anak kecil dan balita pun bisa terkena obesitas.
Maka menjadi tanda tanya, apakah benar anak-anak yang gemuk itu sehat? Obesitas
adalah penimbunan lemak yang berlebihan secara umum pada jaringan subkutan dan
jaringan lainnya di seluruh tubuh. Pada umur 6 bulan berat badan bayi biasanya dua kali
berat badan lahirnya dan ketika menginjak usia 12 bulan mencapai tiga kali berat badan
lahir. Apabila dibawah umur 1 tahun berat badan bayi mencapai tiga kali berat badan
lahir, ini merupakan risiko terjadinya obesitas di kemudian hari. Energi yang
dibutuhkan oleh anak berasal dari makanan dan dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme basal tubuh, aktivitas, dan untuk pertumbuhan. Akan tetapi, jika energi
yang masuk melebihi energi yang dikeluarkan maka ada terjadi deposit lemak sehingga
menyebabkan terjadinya obesitas pada anak. Obesitas pada anak lebih banyak terjadi di
daerah kota (urban) daripada di daerah pedesaan (rural). Di Amerika Serikat obesitas
anak-anak mulai memasuki ambang kecemasan. Sebuah jajak pendapat terbaru
menyebutkan bahwa obesitas merupakan ancaman terbesar bagi anak-anak dan remaja,
tertinggi di atas penyalahgunaan obat, merokok, keamanan internet, dan stres.
Obesitas pada anak lebih banyak terjadi di daerah kota (urban) daripada di
daerah pedesaan (rural). Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami obesitas
atau tidak bisa dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) atau tabel hubungan antara IMT
(Indeks Massa Tubuh) dengan umur. Menurut NHANES (National Health Examination
Survey) II tahun 1984 dan NHANES III tahun 1993, IMT yang lebih besar dari persentil
95 tergolong obesitas atau ada juga yang mengelompokkannya sebagai overweight. IMT
antara persentil 85 dan persentil 95 digolongkan kepada anak berisiko obesitas.
Pengukuran yang menggunakan IMT ini tidak berlaku pada anak berumur ≤ 2 tahun.
Selain menghitung IMT, ada dua cara lain untuk mengukur obesitas pada anak yaitu
dengan mengukur persentase lemak tubuh dan dan mengukur lingkar pinggang.
Persentase lemak tubuh merupakan indikator yang paling tepat untuk obesitas. Anak
laki-laki yang memiliki persentase lemak tubuh diatas 25% dan anak perempuan diatas
32% tergolong obesitas. Pengukuran persentase lemak ini dilakukan melalui
pengukuran tebal lipatan kulit yang tergolong sulit karena harus dilakukan oleh ahli
yang berpengalaman. Dalam hal ukuran lingkar pinggang, mereka yang berisiko adalah
yang berada diatas persentil 90 dari semua usia dan jenis kelamin. Secara kasat mata
kita juga dapat mengenal anak-anak obesitas dengan melihat beberapa ciri diantaranya
wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung
karena payudara yang membesar oleh jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding
perut yang berlipat-lipat, kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal
paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang dapat menimbulkan lecet, dan
khusus pada anak laki-laki penisnya terlihat kecil karena tersembunyi di dalam jaringan
lemak (burried penis). Seakan tak mau kalah, potensi anak Indonesia untuk menjadi
obesitas sama besarnya dengan potensi anak-anak di seluruh dunia. Begitu pula dengan
konsekuensi medis dari obesitas ini dengan kecenderungan untuk menetap sampai ke
masa kehidupan anak selanjutnya. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi Obesitas
pada balita sebanyak 3,8% dan obesitas pada usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8%.