Professional Documents
Culture Documents
Akuntabilitas PPKN
Akuntabilitas PPKN
Akuntabilitas
Pemegang jabatan dan politisi pada umumnya memiliki akuntabilitas yang sangat tinggi. Dapat
terjadi karena berfungsinya parlemen dan sejumlah media massa sebagai alat control sosial. Contoh
konkretnya adalah beberapa cabinet yang jatuh pada periode ini. Akuntabilitas pada periode ini
dipegang oleh pemerintahan dan politik yang tinggi dengan rotasi kekuasaan yang bebas dimana
setiap partai bebas menentukan ketua dan segenap anggotanya.
Masa orde lama dan orde baru sebenarnya tidak ada perubahan yang subtantif dari kehidupan politik
di Indonesia.Kekuasaan Presiden menjadi pusat dari seluruh proses politik diIndonesia. Presiden
Soeharto debagai tokoh utama Orde baru dipandang rakyat sebagai sosok pemimpin yang mampu
mengeluarkan keterpurukan, namul hal tersebut hamper dikatakan tidak terjadi.
Rakyat dengan bebas bisa memilih langsung wakilnya di lembaga legislatif dan Presiden atau Wakil
Presiden-pun dipilih secara langsung. Pada periode ini banyak pemimpin yang bertanggung jawab.
Dilaksanakan mulai dari pemerintah pusat sampai pada tingkat desa
Rotasi Kekuasaan
Pada periode ini tidak adarotasi kekuasaan, karena pemilihan umum belum dapat dilaksanakan yang
diakibatkan oleh situasi yang tidak memungkinkan.Sementara itu elemen-elemen demokrasi yang lain
juga belum terwujud. Pada masa ini harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan, maka
belum bisa sepenuhnya mewujudkan pemerintahan demokratis.
Tahun 1949-1959 ( baik )
Rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pernah terjadi. Kecuali, pada jajaran yang
lebih rendah. Pada periode ini bersifat tertutup,pelaksanaan demokrasi Pancasila mengalami
kegagalan karena dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan terdapat banyak penyelewengan.
Rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa. Pada
periode ini dilakukan secara terbuka, beralihnya pemerintahan ke BJ Habibie sebagai presiden ke 3
Republik Indonesia dinilai sebagai jalan baru demi terbukanya proses demokrasi di Indonesia
Dengan maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik yang
kemudian menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya.
Terbuka karena dimungkinkan terbentuknya sejumlah parpol untuk masa masa selanjutnya.
Campur tangan pemerintah dalam hal rekruitmen bolehdikatakan tidak ada samasekali sehingga
setiap partai bebas memilihketua dan anggota pengurusnya, dengan tingkat ekonominya dalam
proses rekruitmennya sangat tinggi baik pengurus ataupun pimpinan portalnya. Pola rekruitmen saat
masa ini sudah demokrasi, artinya sudah melalui proses pemilihan umuum yang berlangsung 1955.
Dan perwakilan rakyat mempunyai peranan yang lebih serta partai partai pada masa ini mempunyai
peluang berkembang.( demokrasi parlementer )
Peranan lembaga legislatif dan sistem politik nasional lemah.Selain itu, proses rekruitmen politik
untuk lembaga ini (DPR-GR)-pun juga ditentukan oleh Presiden. Untuk periode ini ditentukan oleh
presiden. Disinilah terjadi penurunan demokrasi yang sangat jauh, karena kebebasan untuk memilih
dibatasi DPR tidak memiliki kekuatan dan lemah pada masa ini.serta hak dasar masunia menjadi
lemah ( demookrasi terpimpin )
Rektuitmen politik bersifat tertutup kecuali anggota DPR yang dipilih melalui pemilu.Sistem
rekruitmen seperti ini jelas bertentangan dengan semangat demokrasi. Tidak ada perubahan
signifikan pada masa ini, pengaruh eksekutif semakin besar serta rekruitmen politik bersifat tertutup.
( MASA ORDE BARUU )
Pengisian jabatan politik dilaksanakan secara terbuka dimana setiap warga negara yang mampu dan
memenuhi syarat dapat menduduki jabatan politik tersebut tanpa adanya diskriminasi. Saat inilah
terjadi perombakan besar besaran dalam system politik di Indonesia . proses rekruitmen dengan
terbuka dan melibatkan semua masyarakat. Dan pergantian atau rotasi terjadi si semua tingkatan
dadri eksekutif hingga penguurus daerah.
Pemilihan umum
Pada periode ini pemilihan umum belum dapat terlaksana karena kondisi saat itu.
Pada periode ini hanya dilaksanakan 1x pemilu, namun pemilu tersebut benar benar dilaksaanakan
dengan prinsip demokrasi, dan setiap pemilih dapat menggunakan haknya dengan bebas.
Pemilihan umum dilaksanakan sebanyak 7x, tetapi kualitasnya masih jauh dari semangat demokrasi,
karena terjadi kecurangan/ melahirkan persaingan tidak sehat
Pemilu yang dilaksanakan lebih demokratis daripada era orde baru. System pemilu yang terus
berkembang memberikan jalan bagi rakyat untuk menggunakan hak politiknya dalam pemilu. Pemuli
yang dilaksanakan lebih demokratis dari yang sebelumnya.
Masyarakat dapat merasakan bahwa hak hak dasar mereka tidak dikurangi sama sekali. Hak untuk
berserikat berkumpul dapat diwujudkan dengan jelas. Kebebasan pers juga dirasakan dengan baik.
Demikian juga dengan kebebasan berpendapat.
Hak hak dasar manusia menjadi sangat lemah. Pada periode ini juga menjadi masa puncaknya anti
kebebasan pers. Sejumlah surat kabar dan majalah diberangus oleh pemerintah seperti Harta abadi
dari Masyumi dan Harian pedoman dari PSI
Dunia internasional sering kali menyoroti Indonesia berkaitan erat dengan wujud jaminan HAM.
Masalah kebebasan pers sering muncul ke permukaan. Beberapa surat kabar juga disebut surat
izinnya. Kebebasan berpendapat menjadi barang yang langkah.
Sebagian besar hak dasar rakyat bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan penndapat,
kebebasan pers dan lainnya.