You are on page 1of 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya ,pembinaan peradaban Islam berlangsung sejak Rasul

pertama Adam as.diutus Allah SWT untuk merintis pelaksanaan tugas

kekhalifahan di muka bumi. Pembinaan peradaban Islam tersebut terus berjalan

secara berkelanjutan sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat

manusia. Apabila terjadi stagnasi pertumbuhan peradaban Islam, Allah mengirim

RasulNya untuk meluruskan dan menyempurnakannya. Muhammad SAW adalah

pembinadan penyempurna terakhir dari peradaban Islam. Masatersebut

berlangsung sejak diutusnya Nabi Muhammad menjadi Rasul sampai wafat. Nabi

Muhammad SAW memulai tugasnya membina peradaban Islam dalam

lingkungan budaya bangsa Arab tempat Nabi Muhammad dilahirkan. Namun

sebagai Rasul terakhir ,tugasnya bukanlah sebatas fmengislamkan peradaban atau

budaya bangsa Arab semata, melainkan mencakup seluruh umat manusia

(rahmatan lil‘alamiin).1

Sejak diturunkan kedunia lebih dari lima belas abad yang lalu, Islam

memang telah memunculkan suatu peradaban gilang gemilang, yang belum

pernah terjadi pada masa sebelumnya. Sejarah kebesaran Islam dimulai sejak

masa-masa kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya, hingga saatim

perium Turki Utsmani menguasai sebagian Eropa. Selama masa- masa itu ,dunia

Islam telah diwarnai, diharumkan bahkan dibuat mengharu- biru oleh sepak

1
Susmihara, Sejarah Perdaban,,, hlm. 96
terjang umatnya. Ada banyak tokoh Muslim yang menjadi inspirasise panjang

masa dan tetap memberikan pengaruh hingga saatini walaupun mereka sudah

meninggal berabad lamanya. Apa sebenarnya yang membuat Peradaban Islam

dahulu begitu hebat dan disegani?.

Dalam masa yang relatif singkat, Nabi Muhammad telah berhasil merubah

dan membina suatu masyarakat baru. Orang-orang arab yang sebelumnya tidak

terlalu memperdulikan nilai-nilai moral, sehingga disebut biadab, kiniberubah

menjadi masyarakat beradab. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW tidak hanya

diukur dengan apa yang telah diperbuat beliau selama hidupnya, tetapi lebih pada

pengaruh yang ditimbulkan sesudahnya. Keberhasilan Nabi Muhammad dalam

membina masyarakat Islam di Jazirah Arab dengan berintikan masyarakat Islam

di Madinah tersebut paling tidak ditunjang oleh tiga faktor utama.2

Pertama, Ide-ide yang diajarkanNabi, yang berasal dari Allah adala

hajaran-ajaran yang benar Ide-ide tersebut sesuai dengan kodrat manusia,

Ditujukan kepada seluruh umat manusia, bukan kepada suatu suku atau bangsa

tertentu. Karenanya ,ide-ide Islam bersifat universal, cocok untuk manusia kapan

dan diman apun mereka berada. Sebab itu agama Islam tidak mengenal apa yang

disebut sociale vacuum (kekosongan sosial). Ajaran-ajarannya dapat berlaku pada

seluruh masyarakat.

Kedua, terletak pada kepribadian dan kepemimpinan Nabi Muhammad itu

sendiri. Tidak dapat disangkal, Nabi Muhammad memiliki sifat-sifat kepribadian

yang agung dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi .Sebelum menjadi

Rasul pun Nabi Muhammad sudah diberi gelar Al- amin, orang yang dapat

dipercaya. Hal ini tidak mengherankan, sebab Nabi Muhammad langsung dididik
2
Susnihara, Sejarah Peradaban,,, hlm. 147-149
oleh Allah SWT. Sehingga meski pun beliau adalah seorang yang ummi dan

hidup dalam lingkungan masyarakat yang yang sangat tidak memiliki adab.

namun Nabi Muhammad memiliki akhlak yang terpuji dan pribadi yang agung.

Ketiga, sebagai factor ketiga dari kesuksesan Nabi Muhammad adalah

partisipasi para sahabat beliau. Sahabat-sahaba utamanya, berjuang dengan gigih,

membantu beliau baik dengan hartakekayaan maupun dengan pandangan dan

pemikiran mereka. Nabi Muhammad selalu bermusyawarah dengan parasahabat

dalamhal-hal yang bertalian dengan masalah sosial kebudayaan.

Dalam menjalankan risalahnya, Nabi Muhammad menempuh dua tahap.

Tahap pertama lebih ditekankan pada pembinaan individu, sedangkan tahap kedua

pada pembinaan masyarakat. Pembinaan individu dilaksanakan pada periode

Makkiyah, sebelum hijrah. Sejalan dengan itu, materiayat-ayat AL-qur’an yang

diturunkan pada periode ini, berkaitan dengan pembinaan individu yang

ditekankan pada aspek keimanan dan akhak.

Dari penjelasan diatas, aspek keimanan dan akhlak merupakan prioritas

utama Nabi Muhammad dalam membina atau mendidikin dividu. Inilah yang

pada akhirnya mengantarkan Islam berjaya dan mampu membangun Peradaban

Islam yang kuat dan berpengaruh di dunia. Keimanan dan akhlak parasahabat

yang dididik langsung oleh Nabi Muhammad SAW sangat terjaga. Mereka sangat

menjaga diri dari perbuatan maksiat dan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan

Rasulnya. Begitupun demikian pada generasi-generasi setelahnya, hingga

kemudian Islam juga melahirkan Ilmu wan-imuwan muslim.

Ilmuwan-ilmuwan muslim tersebut, selain mereka semua sebagai pakar

ternama dan penemu dibidang sains dan ilmu pengetahuan, tetapi juga sangat
mahir dalam hal ilmu agama. Dalam berbagai penelitian yang mereka lakukan,

nyaristak terlupakan kajian dan riset mereka tersebut di beri sentuhan dan

semangat spiritual. Model semacam inilah yang menghasilkan ilmu pengetahuan

yang ramah lingkungan, berdaya manfaat tinggi, serta tidak kosong dengan nilai-

nilai moral dan etika. Sebab, ilmu pengetahuan yang sama sekali tak di beri

sentuhan dengan semangat moral- spiritual, kelak hanya akan menimbulkan

malapetaka yang tak berkesudahan.3

Bila melihat kehidupan manusia saatini, sudah banyak ketimpangan-

ketimpangan yang manusia perbuat. Apalagi di zaman globalisasi dan teknologi

ini, dimana hal tersebut dapat membawa dampak-dampak negatif terhadap

perilaku manusia, yang di sebabkan ketidak mampuan manusia memilah dan

memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang benar dan mana

yang tidak benar. Terkadang perilaku-perilaku manusia saat ini membuat

tercengang dan keheranan, karena banyak yang mengaku beragama Islam, namun

perilaku nyatidak mencerminkan sebagai seorang muslim. Inilah yang akhirnya

membuat kemunduran Islam. Sehingga sudah saatnya sebagai seorang muslim

yang baik kita kembali mempelajari dan memahami bagai mana dahulu

Rasulullah, parasahabat, ulama, ilmuwan muslim dan pemimpin-pemimpin

muslim bias mencapai Peradaban Islam yang gemilang. Yaitu dengan

menguatkan iman dan akhlak, menjaga adab-adab yang telah dituntunkan oleh

Rasulullah SAW dan telah di contohkannya sebagai cerminan jiwa yang islami

yang syarat dengan keteraturan dan ketertiban.4

3
Hery Sucipto, The Great Muslim Secientist, Pemikiran dan Pnemuan 22 Ilmuwan Muslim Kebanggaan
Dunia, (Jakarta:Grafindo, 2008), Hlm. 11
4
Abdul Fattah, 35 Adab Islam, terj. Moh Suri Sudahri A, (Jakarta Timur:Pustaka AL Kauts, 1966), hlm. 10
Salah satu bukti yang menunjukkan kesempurnaan Islam adalah bahwa

Allah dan Rasulnya menjabarkan setiap perkara yang dibutuhkan oleh pribadi

muslim, baik dalam peribadahan kepada Rabb manusia, penunaian hak-hak Allah

dan dorongan agar senantiasa berhubungan dengan Pencipta. Begitu pula Allah

dan Rasul telah menjabarkan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk

memperbaiki pribadi, hubungan kekeluargaan dan social kemasyarakatan. Allah

dan Rasu ltelah menganjurkan manusia agar berperilaku dengan akhlak yang

mulia, berperangai dengan adab yang sopan dan menghiasi diri dengan berbagai

sifat terpuji.5

Ibnu al-Mubarok menyatakan:

Mempunyai adab (kebaikan budi pekerti) meskipun sedikit adalah lebih

kami butuhkan dari pada (memiliki) banyak ilmu pengetahuan.

Jika adab hilang padadiri seseorang, maka akan mengakibatkan kezaliman,

kebodohan dan menuruti hawa nafsu yang merusak. Al-attas Mengatakan bahwa

hilangnya adab menyebabkan umat Muslim menjadi dilemma dan kebingungan,

sehingga sering melakukan kesalahan-kesalahan juga dalam bidang pengetahuan

dan hal tersebut dapat menyebabkan munculnya pemimpin yang tidak

berkualitas.6

Karenaitu, adab mesti ditanamkan pada seluruh manusia dalam berbagai

lapisan, pada murid, guru, pemimpin rumah tangga, pemimpin bisnis, pemimpin

masyarakat dan lainnya. Bagi orang-orang yang memegang institusi bila tidak

memiliki adab, maka akan terjadi kerusakan yang lebih parah.7


5
Muhammad Luqmanas-Salafi, Al-Adab Al-Mufrad, Kumpulan Hadis Adab dan Akhlak Seorang, terj.
Mtaqdir Arsyad, (Jakart:Griya Ilmu, 2009) hal. 2
6
Elsayed Ragab Farag Elhoshi,-The Roleof Teachersin Infusing Islamic Valuesand Ethics, International
Journalof Academic Researchin Businessand Social Scienses, Vol. 7, 5, 2007, hlm. 426-436
7
Adian Husaini, et, al, Pendidikan Berbasis Adab, Konsep dan Aplikasi di Pesantren At-Taqwa Pesanteren
Sesanteren Shoul Lin Al-Islam Depok, (Depok:Attaqwa Press, 2016), hlm. 22.
Syed Muhammad Naquibal-Attas, saat konferensi Internasional

Pendidikan Islam di Mekkah pada tahun 1977 mengemukakan bahwa akar

masalah yang di hadapi oleh umat Islam saatini adalah hilang adab (lostof adab).

Karenaitu, untuk mengatasi umat secara mendasar dan sistemik, harus dilakukan

dengan penanaman nilai-nilai adab dalam kehidupan pribadi, keluarga, lembaga,

masyarakat dan negara. Itulah yang disebut pendidikan (ta’dib).8 Penanaman adab

bisa di lakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan menja di syarat utama dalam

membangun sebuah peradaban yang besar.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.9

Dari pengertian ini dapatdipahamibahwapendidikan itu bukan hanya di

arahkan untuk membangun dimensi lahiriyah, tetapi juga untuk membentuk

dan meningkatkan kecerdasan mental, menumbuhkan di mensi ruhani, dan

membina akhlak manusia. Jadi, sendi pendidikan Islam pada dasarnya adalah

akhlak dan Islam tidak mengakui pemisahan antara pengajaran dan pendidikan,

atau antara pendidikan dan akhlak.

Menanamkan adab harus dimulai sedini mungkin, karena berkait dengan

kebiasaan. Sebaliknya, membiarkan kebiasaan buruk itu ada pada anak-anak akan

menjadi sebuah karakter yang sulit diubah.

8
Ibid., hlm. 9-10

9
Indonesia sebagai Negara besar yang mana Pancasila merupakan ideology

dasar Negara Indonesia, maka sudah seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai

pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa dan Kemanusiaa nyang adil dan

beradab. Namun ,apa yang terjadi saat ini adalah jauh dari nilai- nilai tersebut.

Adab sudah mulai hilang dari masyarakat Indonesia .Padahal, menurut Syed

Muhammad al-Attas hilangnya adab merupakan pangkal permasalahan umat ini.

Ada banyak fenomena yang terjadi dimasyarakat.

Saat ini yang terjadi karena gagalnya penanaman adab yang berakibat

seseorang tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang tidak memiliki adab.

Pertama, Kasus First Travel yang menjadi kasus penipuan terheboh tahun 2017

merupakan salah satu contohnya.

Kedua, kasus kekerasan pada anak yang selalu meningkat setiap tahunnya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melalui web resminya menyatakan

bahwa pelaku kekerasan terhadap anak tiap tahun meningkat.

Ketiga, kasus penganiyaan hingga tewas yang dilakukan seorang murid

terhadap gurunya. Peristiwa ini terjadi, didaerah Sampang, Madura pada tanggal 1

Februati 2018. Murid yang berinisial MH membuat gaduh dan mengganggu

teman-temannya selama proses pembelajaran sehingga guru menegurnya, namun

bukannya sadar, murid tersebut tidak terima dan merasa marah hingga memukuli

gurunya yang ternyat berakibat fatal yaitu kematian karena mengalami mati

batang otak.

Selain itu, akhir-akhir ini Indonesia juga dihebohkan dengan fenomena

atau kasus LGBT yang ternyata dari data yang diungkapkan sangat mengejutkan.

Prof.Euis Sunarti, Dosen dan Penelit yang sudah 30 tahun, di IPB, dan berbicara
tentang pembanguna nmanusia berkualitas, pembangunan manusia berkarakter,

ketahanan keluarga dan juga pengembangan masyarakat mengaku tahu betul

bagaimana data dilapangan

Dari penjelasan di atas maka saya tertarik untuk memilih judul “Strategi

Penerapan Adab Islami Pada Kelas KBIT B di PAUD IT Al-Amin” yang

diharapkan agar Guru siap dan dapat meningkatkan dalam Bimbingan Qur’an

terhadap siswa,
A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah pokok yang menjadi

pembahasan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Strategi Penerapan Adab Islami Pada Kelas KBIT B di

PAUDIT Al-Amin Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas?

2. Strategi apa saja yang bisa mempengaruhi Adab Islami Pada Kelas KBIT

B di PAUDIT Al-Amin Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas?

B. Definisi Operasional

Untuk mencegah kesalah pahaman dan kekeliruan mengenai judul

penelitian ini maka penulis merasa perlu untuk memberikan penegasan mengenai

definisi istilah dalam judul tersebut sebagai berikut :

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas,maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui, Strategi Penerapan Adab Islami Pada Kelas KBIT B di

PAUD IT Al-AminKecamatan Selat, Kabupaten Kapuas

2. Untuk mengetahui Strategi yang bisa mempengaruhi Pada Kelas KBIT B

di PAUD IT Al-Amin Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas

D. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian adalah sesuatu yang dapat digunakan oleh pihak

lain untuk meningkatkan apa yang telah ada ( Suharsimi Arikunto, 2009 :36).

Adapun beberapa manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan dasar yang

berguna dalam penelitiannya.

b. Bagi dunia pendidkan, penelitian ini dapat memberikan sumbangan

teoritis tentang Penerapan Pada Kelas KBIT B di PAUD IT Al-

Amin Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah, sebagai bahan acuan untuk meningkatkan

kinerja pendidik dan kualitas peserta didik terutama pada tentang

Strategi Penerapan Adab Islami .

b. Bagi pendidik, sebagai masukan dan informasi bahwa Strategi

Penerapan Adab Islami terhadap perkemabnagan anak usia dini.

c. Bagi peserta didik, dapat Menerapkan Adab Islami dalam

kesaharian mereka.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam menyikapi realitas pendidikan sebagaimana disinggung, menarik

untuk dikaji pula sebuah sikap ”setengah hati” bangsa kita. Di tengah konsensus

bahwa sumber krisis berkepanjangan yang dialami bangsa Indonesia adalah krisis

moral, tapi sejauh ini, tidak ditemukan gerakan yang menyeluruh dan mendasar

yang telah kita lakukan untuk mengentaskannya. Apakah kita telah benar-benar

serius untuk dapat meyelesaikan masalah yang kita hadapi?

Pada titik ini, konsepsi pendidikan Islam, yang meletakkan adab dan akhlak

sebagai fondasinya, sangat tepat dikemukakan.Sebelum melangkah lebih jauh,


segera harus digarisbawahi bahwa adab dan akhlak hendaknya tidak dipahami

sebagai dasar-dasar moral tanpa bentuk-bentuk praktis dalam kehidupan

keseharian.Sebagaimana adab dan akhlak juga tidak boleh dipahami sebatas tata

krama dan etika praktis, sehingga tidak menyentuh nilai-nilai kecendikiawanan

dan tradisi keintelektualan yang menjadi basis bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.Apa yang dimaksud dengan adab dan akhlak di sini adalah kualitas-

kualitas mental, spiritual, sikap dan perilaku dan yang mencakup itu semua.

Pendidikan Islam meletakkan pendidikan adab dan akhlak dalam posisi

yang sangat sentral.Pengamatan sepintas penulis menunjukkan bahwa hampir

tidak ditemukan satu pun tulisan ulama yang membahas thalab al-‘ilm (belajar dan

pembelajaran) tanpa memberi penekanan khusus pada aspek ini.

Al-Husain ibn Ismail menceritakan dari ayahnya bahwa manusia yang

menghadiri majlis Imam Ahmad bin Hambal sekitar 5000-an orang atau lebih.

Dari jumlah tersebut, kurang dari 500 orang yang mencatat pelajaran. Sisanya

datang untuk belajar adab dan budi pekerti Imam Ahmad! Patut dicatat bahwa

majlis-majlis ilmu pada masa itu, sebagaimana dilaporkan Imam az-Dzahabi,

umumnya dihadiri oleh ratusan ulama yang berkualifikasi dapat mengeluarkan

fatwa sendiri. Persaksian ini menegaskan posisi pendidikan adab dan akhlak

dalam tradisi keilmuan Islam.

Lebih jauh, dalam pendidikan Islam, pendidikan adab dan akhlak bahkan

didahulukan daripada pendidikan pada segi-segi yang lain. “Pendahulu-pendahulu

saya,” tutur Sufyan at-Tsauri (w. 161 H.), “tidak mengizinkan anak-anak mereka

keluar menuntut ilmu sebelum anak-anak tersebut beradab dan terbiasa dengan

ibadah dua puluh tahun. ”Pernyataan senada diungkapkan juga oleh Muhammad
ibn Sirin (w. 110 H.), Ubaidullah ibn Umar (w. 147 H.), al-Laits ibn Saad (w. 175

H.), Abdullah ibn al-Mubarak (w. 181 H.), Mikhlad ibn Husain (w. 191 H.),

Ibrahim ibn Habib as-Syahid (w. 203 H.), dll.Itu sebabnya, dahulu dikenal istilah

mu-addib.Istilah ini untuk merujuk kepada orang-orang yang secara khusus

melatih hapalan Al-Qur’an, mengajarkan membaca, menulis, dan melatih adab,

akhlak dan ibadah kepada anak-anak didiknya.

Penekanan pada aspek adab dan akhlak dalam dalam pendidikan Islam

tersebut tampaknya karena, dalam perspektif Islam, belajar bukanlah demi dan

untuk belajar itu sendiri.Tapi belajar dianggap sebagai bagian dari usaha

mendapat hidayah.Ilmu bahkan dipersepsikan sebagai bagian dari hidayah itu

sendiri. 

Imam as-Syafi’i menceritakan pengalamannya dalam sebuah lantunan

sya’ir:

‫ فأرشدني إلى ترك المعاصي‬ # ‫شكوت إلى وكيع سوء حفظي‬

‫ ونور هللا ال يهدى للعاصي‬# ‫وأخـبرنـي بأن العـلم نـور‬

Artinya: Aku telah mengaku kepada imam waqi’tentang hafalanku# lalu ia

membimbingku untuk meninggalkan maksiat# dan ia memberitahuku ilmu

adalah cahaya# dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang

berbuat maksiat.

    Ungkapan ini adalah penjabaran dari hadits Rasulullah :

‫من يرد هللا به خيرا يفقّهه في الدين‬

Artinya: “Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan bagi dirinya, Allah akan

memberikan kepadanya pemahaman terhadap agama.”


Di sinilah mungkin salah satu perbedaan antara pendidikan yang kita

kembangkan dengan pendidikan Islam. Dalam pendidikan kita, aksiologi ilmu

justru diletakkan di urutan terakhir. Tradisi intelektual dan kecendikiawanan

yang seharusnya ditanamkan sejak dini, baru ditanamkan ketika peserta didik

menginjak bangku kuliah. Tugas mengkaji, metodologi penelitian, kemampuan

berpikir kritis dan logis, objektif dalam menilai, jujur, sportif, dsj, nanti diberikan

pada usia dewasa. Padahal, bila kita benar-benar menginginkan agar nilai-nilai

tersebut dapat tertanam dalam sikap dan prilaku peserta didik, seharusnyalah

sudah ditekankan lebih awal.


A. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini meliputi beberapa hal sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Definisi Operasional, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka

Pemikiran dan Sistematiak Penulisan.

Bab II : Landasan teori yang berisikan tentang Penerapan Adab Islami

Pada Kelas KBIT B di PAUD IT Al-Amin Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas.

Strategi apa saja yang bisa mempengaruhi Adab Islami Pada Kelas KBIT B di

PAUDIT Al-Amin Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas

Bab III : Metode Penelitian, terdiri dari Waktu dan Tempat Penelitian,

Desain Penelitian, Pendekatan dan Jenis Penelitian, Subyek dan Obyek Penelitian,

Teknik Pengumpulan Data, Validitas, Realibilitas Data dan Analisa Data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Analisa Data, Terdiri dari Penyajian Data,

Hasil Analisa Data, dan Pembahasan.

Bab V : Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran.


BAB III

METODE PENILITIAN

A. Jenis Penelitia dan Pendekatan penelitian

Penulis memilih penelitian deskriptif karena penelitian ini berdasarkan

pada Penerapan Adab Islami Pada Kelas KBIT B di PAUD IT Al-Amin

Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas.

Berdasarka hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis

menggunakan pendekatan kualitatif. Ada beberapa hal yang menjadi alasan

penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu srbagai berikut:

1. Cara pengumpulan data, dalam penelitian kualitatif data yang

dikumpulkan secara alamiah baik menggunakan teknik pengamatan,

wawancara, ataupun angket. Pada penelitian ini penulis menggunakan

teknik pengamatan, angket, dan dokumentasi data pengumpulan data.

2. Analisa Data, dalam menganalisa data peneliti menggunakan logika

berpikir kritis dan kreatif yang sifatnya pribadi sehingga hasil analisanya

merupakan kesimpulan subyektif dari peneliti. Dalam pendekatan ini

hamper tidak ada standar untuk menganalisa data. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan logika berpikir kritis dan kreatif dalam menganalisa

data yang di peroleh dari hasil observasi dan wawancara yang mana

kesimpulan dari analisa tersebut juga merupakan kesimpulan peneliti

sendiri yang bersifat obyektif.

3. Tujuan penelitian, tujuan penelitian kualitatif adalah menemukan

keteraturan yang terjadi di dalam subyek penelitian yang diamati dan

ditarik kesimpulan untuk dijadikan teori. Pada penelitian ini penulis


menemukan pola yang diamati dan kemudian disimpulkan untuk dijadikan

teori. Peneliti menemukan Penerapan Adab Islami Pada Kelas KBIT B di

PAUD IT Al-Amin Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas yang diharapkan

agar masyarakat dan orang tua siap menghadapi era modern ini, serta

dapat membimbing anaknya untuk maju dan tidak terpengaruh buruk oleh

perkembangan teknologi sekarang ini.

4. Replikasi, hasil temuan penelitian kuliataif hanya berlaku untuk subyek

penelitiannya pada waktu dan kondisi pada saat itu. Jadi, hasil temuan

penelitian ini untuk menemukan cara. Penerapan Adab Islami Pada Kelas

KBIT B di PAUD IT Al-Amin Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan desain penelitian

deskriptif berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa :

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan

gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif

tidak memerlukan administrsi atau pengontrolan terhadap suatu perlakuan.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik di Pada Kelas KBIT B di

PAUD IT Al-Amin sedangkan obyek dalam penelitian ini adalahPenerapan Adab

Islami Pada Kelas KBIT B di PAUD IT Al-Amin Kecamatan Selat, Kabupaten

Kapuas.
D. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik di Pada

Kelas KBIT B di PAUD IT Al-Amin Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas.

1. Data pokok dan Data Penunjang

a. Data Pokok

1) Data tentang peranan pendidik di Pada Kelas KBIT B di

PAUDIT Al-Amin Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas

b. Data penunjang

1) Sejarah berdirinya Pada Kelas KBIT B di PAUD IT Al-

AminKecamatan Selat Kabupaten Kapuas

2) Jumlah pendidik dan peserta didik Pada Kelas KBIT B di

PAUD IT Al-Amin Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas

3) Jumlah kepemilikan sarana dan fasilitas mengajar Pada

Kelas KBIT B di PAUD IT Al-Amin Kecamatan Selat

Kabupaten Kapuas

2. Sumber Data

Sumber data meliputi :

a. 2 orang wali kelas

b. Adapun yang menjadi informannya adalah para pendidik dan

kepala sekolah PAUD Islam Terpadu Al-Amin Kecamatan Selat

Kabupaten Kapuas

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, yaitu:


a. Observasi

Teknik ini dilakukan untuk mengamati secara langsung, teratur sistematis

terhadap bahan informasi. Data yang dikumpulkan melalui teknik ini adalah

kondisi objektif gambaran kondisi dan pengaruh yang berhubungan dengan

kerjasama orang tua dan guru.

b. Wawancara

dan informan untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan

petunjuk yang telah ditetapkan. Dengan teknik ini, penulis mengadakan tanya

jawab secara lisan dengan responden

c. Dokumentatsi

Teknik dokumentasi akan digunakan dalam penelitian ini untuk

memperoleh data ilmiah foto-foto di Pada Kelas KBIT B di PAUD IT Al-

AminKecamatan Selat Kabupaten Kapuas .

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka ada beberapa tahapan yang akan dilakukan,

seperti yang dikatakana Marzuki dalam Bukunya Metodolodi Reswaerch (2000 :

81) dengan langkah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu mengadakan pengecekan atau mengoreksi kembali data

yang sudah masuk, apakah terdapat kekeliruan dalam pengisiannya. Jadi

disini, setelah data terkumpul maka terlebih dahulu diperiksa kembali

secara teliti untuk menghindari kekeliruan.


b. Coding, yaitu pemberian tanda atau kode pada tiap-tiap data yang

termasuk dalam katagore yang sama, jadi setelah terkumpul kemudian

diadakan pengecekan kembali baru di berikan tanda pada tiap-tiap data

yang dikelompokan sesuai dengan kategire masing-masing.

G. Analisis Data

Penulis menggunakan teknik analisa induktif sebagai teknik analisa data

dalam penelitian ini.Analisa induktif adalah usaha untuk menemukan kategore

berdasarkan data yang terkumpul.Kategore tersebut dapat merupakan pola yang

berupa keteraturan, atau berupa tema permasalahan yang muncul dari data.

Kategore tersebut muncul setelah proses analisa data yang dilaksanakan.

Dalam analisa induktif, penulis menggbungakan kategore yang lazim

dipakai oleh responden dan jika menemukan data baru penulis menggunakan

kategore yang dikembangkan sendiri. Penulis menganalisa pengaruh gadget

terhadap perkembangan pada anak usia dini di Pada Kelas KBIT B di PAUD IT

Al-Amin Al-Amin Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas, berdasarkan kategore

yang dipakai pendidik sebagai responden dan jika terdapat penganalisa pengaruh

gadget terhadap perkembangan anak usia dini diluar kategore analisa yang lazim

digunakan maka penulis mengembangkan kategore sendiri dengan beracuan pada

teori yang mendasarinya.


PROPOSAL
PENERAPAN ADAB ISLAMI PADA ANAK USIA DINI
Dosen : Bidin, M.Pd

Di Susun Oleh :
Nama : REHZA AKBAR MARIFI
Loka/Semester : A10/8 (Delapan)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


KUALA KAPUAS
2022
PROPOSAL
PENERAPAN ADAB ISLAMI PADA ANAK USIA DINI

Di Susun Oleh :
Nama : REHZA AKBAR MARIFI
Loka/Semester : A10/8 (Delapan)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


KUALA KAPUAS
2022

You might also like