You are on page 1of 19

ANALISIS KONTRIBUSI KONVENSI MICE TERHADAP

PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KUNJUNGAN


WISATAWAN DI KOTA SURAKARTA

PROPOSAL TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister
Program Studi Ekonomi Pembangunan

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Izza Mafruhah, SE., M.Si

Oleh :
BAGUS AJI PRATAMA
S422108002

PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
A. Latar Belakang
Dewasa ini pariwisata bukan lagi hanya panorama alam nan indah,
budaya yang eksotik, hiburan yang menggejolak , rekreasi yang
mengasyikan, petualangan yang mendebarkan, namun dengan
bertumbuhnya sektor sektor pariwisata ke arah modern kita akan mengenal
dengan istilah MICE Tourism (Meeting, Incentive, Convention, dan
Exhibition). MICE yaitu wisata Konvensi yang melibatkan banyak sektor
dalam dunia pariwisata ( Nyoman S. Pendit, 2002: 180 ). Tempat
penyelenggaraan MICE atau Wisata konvensi dilakukan di hotel – hotel
berbintang yang dianggap telah memiliki standar MICE.
Bisnis MICE merupakan bisnis jasa kepariwisataan yang terdiri dari
kegiatan Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (Meeting, Incentive,
Convention, and Exhibition, yang disingkat MICE). Keempat jenis kegiatan
itu merupakan usaha untuk memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan
sekelompok orang untuk membahas berbagai masalah berkaitan dengan
kepentingan bersama termasuk juga memamerkan produk-produk bisnis
(Prayudi, 2011). Dalam rangka mendukung program MICE, Kementerian
Pariwisata telah menetapkan 16 destinasi MICE unggulan, yaitu Jakarta,
Bali, Bandung, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Makassar, Batam, Medan,
Manado, Padang, Palembang, Balikpapan, Bintan, Semarang dan Lombok.
Penetapan 16 destinasi MICE unggulan ini telah mendorong
diselenggarakannya ratusan event nasional maupun internasional di
Indonesia setiap tahunnya.
Penyelenggaraan MICE memberikan manfaat langsung pada
ekonomi masyarakat seperti akomodasi, usaha kuliner, cinderamata, guide,
hingga transportasi lokal sehingga sejalan dengan tiga strategi yang
dijalankan pemerintah yakni pro- pengentasan kemiskinan, pro penciptaan
lapangan kerja, serta pro-pertumbuhan. Kegiatan bisnis MICE telah
membuka lapangan kerja baru, tidak hanya menciptakan tenaga kerja
musiman saja, tetapi juga telah menciptakan pekerjaan yang tetap bagi
banyak masyarakat. MICE juga berperan terutama dalam menyerap Sumber
Daya Manusia (SDM) berupa tenaga kerja di sektor pariwisata (Kresnarini,
2011).
Berdasarkan laporan akhir (Kementrian Pariwisata Indonesia, 2018)
Sektor MICE memberikan dampak positif pada aliran devisa masuk. Jasa
perjalanan menunjukkan secara konsisten berkontribusi positif terhadap
neraca jasa dengan nilai yang semakin meningkat. Pada tahun 2017 tercatat
USD 4,23 miliar, lebih tinggi dibandingkan USD 3,64 pada tahun 2016. Hal
ini juga sejalan dengan sasaran strategis sektor pariwisata tahun 2020-2021,
seperti tergambar pada table 1.1 berikut:

Tabel 1.1
Sasaran Sektor Pariwisata 2020-2024

Sumber: background study RPJMN bidang pariwisata, Bappenas 2018


Dikutip melalui (Oxford Economics,2018) Saat ini dampak ekonomi
event Indonesia menempati urutan ke-17, mengalahkan Thailand yang ada
di posisi ke-22, dengan Direct Spending US$ 6,3 miliar, Direct GDP US$
3,9 miliar, Average Spending per participant US$ 296, Total Participant
21,4 juta dan Direct Job 104.000 orang. Berdasarkan kajian tersebut MICE
menjadi salah satu Tourism sektor potensial yang memberikan multiplier
effect positif.
Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang termasuk
kedalam 16 destinasi MICE di Indonesia (Kemenpar,2016). Pertumbuhan
Industri MICE di kota Solo, merupakan dampak dari berkembangnya
kehidupan pariwisata dan banyaknya permintaan terhadap segmentasi pasar
wisata. Segmentasi pasar wisata Solo yang saat ini bukan hanya didomonasi
oleh pengunjung Nusantara melainkan juga pengunjung asing, hal ini turut
memberikan kontribusi utama pertumbuhannya Industri MICE di Solo.
Pertumbuhan Industri MICE ditandai dengan semakin menonjolnya
pembangunan hotel – hotel berbintang, rumah makan, pusat perbelanjaan,
kemudahan akses wisatawan untuk memasuki kota Solo bahkan lines
penerbangan domestik dan internasional mulai menambah jadwal dan rute
penerbangan serta meningkatkan nilai servicenya, perusahaan biro
Perjalanan Wisata mulai memperluas segmentasi pasarnya didalam maupun
diluar negeri. Terbukti dengan banyaknya wisatawan asing yang berkunjung
di Solo dan penambahan sarana pendukung lainnya.
Kepariwisataan kota Solo juga didukung dengan adanya
akomodasiyang memadai mulai dari penginapan hingga hotel bintang lima
yang tersebar si seluruh kota Solo.

Tabel 1.2
Jumlah hotel dan rumah makan di Solo Raya yang terdaftar sebagai anggota
BPC PHRI Surakarta tahun 2012

No Kategori Klasifikasi Jumlah

1. Hotel Bintang 5 3
2. Hotel Bintang 4 4

3. Hotel Bintang 3 8

4. Hotel Bintang 2 9

5. Hotel Bintang 1 6

6. Hotel Melati 3 24

7. Hotel Melati 2 29

8. Hotel Melati 1 31

9. Rumah makan - 15

Sumber: Arsip PHRI 2012


Beragam event dihadirkan untuk menunjang kegiatan MICE di Kota
Solo, mulai kunjungan lapangan, seminar, workshop, pameran, hingga
karnaval untuk mempromosikan kota secara luas. Calender Event Surakarta
menjadi panduan infornasi yang berisi jadwal rangkaian festival mulai dari
festival yang sudah menjadi tradisi di Surakarta seperti Wilujengan Boyong
Kedhaton (Keraton Kasunanan Surakarta), Sekaten (Alun-alun Utara),
Grebeg Mulud (Masjid). Kemudian Wiyosan Dalem Tinggalan Jumenengan
Dalem ISKS XIII, Keraton Art Festival, Malem Selikuran (Sriwedari),
Agenda Tatacara Adang (Gondorasan Kraton Kasunanan Surakarta),
Mahesa Lawung (Keraton Kasunanan Surakarta Hutan Kredhawahan),
Grebeng Besar (Masjid Gedhe), Wiyosan Jumenengan SPKGPAA Mangkoe
Nagoro (Mangkunegaran) hingga Kirab Malam 1 Suro yang diikuti ribuan
warga Soloraya. Festival yang kemudian diinisiasi antara lain Pekan
Syawalan, Bengawan Solo Gethek Festival, Grebeg Sudiro, Solo Karnaval,
Festival Kuliner, Seni Kampung Solo, Kreatif Anak Sekolah Solo, Festival
Dolanan Bocah, Solo Batik Fashion hingga Solo Keroncong Festival
(Calender Events Of Surakarta, 2018).
Kualitas Sumber Daya Manusia yang dimiliki di wilayah Solo Raya
masih sangat minim untuk dapat mengembangkan kepariwisataan. Hal ini
disebabkan belum adanya llink and mach antara dunia pendidikan
dengan dunia usaha, serta kualitas pengajar dan pengembangan kurikulium
yang belum berbasis pada kebutuhan pasar wisata, merupakan penyebab
dari rendahnya kualitas SDM yang ada. Disampaikan dalam materi seminar
Bimbingan Teknis Kementrian Pariwisata “Rebranding Wonderful
Indonesia”. Menurut kajian dari majalah GTZ yang di kutib dalam materi
Seminar SDM Pariwisata, menyatat bahwa jumlah tenaga kerja yang
bekerja secara langsung pada industri hotel di wilayah Solo Raya mencapai
3.000 an lebih, sementara yng bekerja di restoran, travel agent, dan usaha –
usaha terkait mencapai 2.700 an orang.

Menurut Abhishek et al (2021), Pariwisata sebagai industri merupakan


penyumbang utama bagi asing cadangan devisa dalam negeri, memberikan
sebagian besar populasi dengan kesempatan kerja langsung dan tidak
langsung Disisi lain Badillo et al (2013) menyebutkan bahwa masalah
banyaknya pengangguran salah satunya disebabkan oleh manajemen
pendidikan (Link and match) yang kurang baik, hal ini akan berdampak
pada empat bidang keahlian, seperti maritime, pertanian, pariwisata dan
ekonomi kreatif. Berdasarkan adanya Research Gap tersebut peniliti tertarik
meneliti mengenai “ANALISIS KONTRIBUSI KONVENSI MICE
TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KUNJUNGAN
WISATAWAN DI KOTA SURAKARTA”.
B. Perumusan Masalah
MICE merupakan MICE merupakan bisnis jasa kepariwisataan yang terdiri dari
kegiatan Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention,
and Exhibition) yang disingkat MICE. MICE menjadi sasaran sektor pariwasata 2020-
2024 karena diproyeksikan memiliki Multiplier Effect terhadap penyerapan tenaga kerja
dan jumlah wisatawan.
Peneliti mengambil studi kasus di Kota Surakarta karena Kota Surakarta termasuk di
dalam 16 kota prioritas Kawasan MICE dan Kota Surakarta dijuluki sebagai (City of 1000
Events) karena penyelenggaraan event rutin baik nasional maupun internasional yang
termuat didalam (Calender of Events) Kementrian Pariwisata Republik Indonesia) seperti
SIPA ( Solo International Performing Arts), IMF (International Mask Festival).
Berdasarkan perumusan masalah berikut dapat di Tarik sebuah pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimanakah perkembangan MICE di Kota Surakarta?
b. Bagaimanakah kontribusi MICE terhadap penyerapan tenaga kerja sektor
pariwisata di Kota Surakarta?
c. Bagaimanakah kontribusi MICE terhadap kunjungan wisatawan di Kota
Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis dan mapping perkembangan MICE di Kota Surakarta.

2. Untuk menganalisis pengaruh MICE terhadap penyerapan tenaga kerja sektor


pariwisata di Kota Surakarta.

3. Untuk menganalisis pengaruh MICE terhadap kunjungan wisatawan di Kota Surakarta.


D. Roadmap Sederhana

Tujuan Penelitian Metodologi Referensi

1. Untuk mengetahui perkembangan 1. Rinda dan Sari


1. Jumlah Hotel Berbintang Di Kota Surakarta
MICE di Kota Surakarta 2. Jumlah Restaurant di Kota Surakarta
(2015)
3. Jumlah Event (Nasional maupun REGRE 2. Haan dan
Internasional) SI
4. Jumlah Penyelengaraan Meeting di Hotel Poghosyan
Berbintang (2011)
5. Jumlah Akomodasi dan Jadwal
Keberangkatan menuju Kota Surakarta
( Darat maupun Udara)

2. Untuk menganalisis pengaruh 1. Samuel (2018)


MICE terhadap penyerapan tenaga
kerja sektor pariwisata di Kota
Surakarta
3. Untuk menganalisis 1. Furlong (1992)
pengaruh MICE terhadap 1. Jumlah Kunjungan (Domestik dan Luar Negeri) 2. Utari et all
2. Usia
kunjungan wisatawan di (2012)
3. Biaya Perjalanan
Kota Surakarta. 4. Promosi
3. Azizah dan
5. Tujuan
6. Atrraction Taswan (2019)
7. Jenis Kelamin

1. Gan dan Wang


(2010)

Penarikan 2. Rosalina (2018)


Analisis
Kesimpulan dan
Deskriptif
Saran
E. Literatur Review
No Peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Rui Tang (2021) 1. Objek : Effisiensi Pariwisata di 1. Hasil empiris menunjukkan bahwa fasilitasi
Jepang periode 2011-2019 perdagangan berpengaruh positif signifikan
1. V. Terikat :Transportation terhadap peningkatkan efisiensi pasar
capacity, international tourism pariwisata masuk di Jepang secara
income and visa-free policy on komprehensif.
the inbound tourism
2. V. Bebas : The improvement of
infrastructure, government
efficiency, custom environment
and technology.
3. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder
dengan merujuk pada jumlah
wisatawan yang berkunjung di
Jepang yang terhimpun di The
Japan National Tourism
Organization (JNTO)
4. Studi ini menggunakan analisis
regresi berganda dengan panel data
sebagai alat pengolahan data
dengan menggunakan program
Eviews 6
2 Birendra et al (2021) 1. Objek : Implementation of Tourism 1. Studi ini mengeksplorasi peran industri
and the sustainable development pariwisata Nepal dalam menangani SDGs
goals: Stakeholders’ perspectives dari
from Nepal. perspektif berbagai pemangku kepentingan
2. Penelitian ini merupakan pariwisata (akademisi, pemerintah, industri
Exploratory Study, dengan pariwisata, dan organisasi publik-swasta).
F. Metodologi penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berbentuk Time Series
selama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan 2021. Data yang diambil dalam
penelitian ini berupa data sekunder. Sumber data sekunder berupa
Penyelenggaran wisata konvensi, Penyerapan tenaga kerja, dan Kunjungan
wisatawan yang diperoleh dari Bagian Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata
Surakarta dan Badan Pusat Statistik (BPS).

2. Definisi Operasional
Penelitian ini tidak terlepas dari adanya variable-variabel penelitian.
Variabel penelitian dipergunakan sebagi obyek suatu penelitian. Menurut
Sugiyono (2010), menyatakan bahwa variable penelitian merupakan suatu atribut
atau sifat dari suatu obyek yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Oleh sebab itu, sangat
penting untuk mengetahui definisi operasional dari variable yang akan diteliti
terlebih dahulu. Definisi operasional penelitian ini sebagai berikut:
a. Variabel independen
Variabel bebas (independen) adalah variable yang mempengaruhi atau
mengakibatkan perubahan nilai variable terikat. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah:
1) Wisata Konvensi (MICE)
Wisata Konvensi, dengan batasan Usaha Jasa Konvensi, perjalanan
incentive dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa
palayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan,
usahawan, cendekiawan dan sebagainya) untuk membahas
masalahmasalah yang berkaitan dengan kegiatan usaha pariwisata lain,
seperti transportasi, akomodasi, hiburan, perjalanan pra dan pasca
konferensi (pre and post conference tours). Sumber data diperoleh di
Bagian Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Surakarta, Persatuan Hotel
Restaurant Indonesia (PHRI) dan BPS Kota Surakarta.

b. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel independen (bebas). Variabel independen pada penelitian ini adalah
Penyerapan tenaga kerja dan Kunjungan Wisatawan. Pengukuran variabel.
Sumber data yang diperoleh dari di BPS Kota Surakarta.
c. Variabel Kontrol
Variabel Kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak
dipengaruhi oleh faktor di luar yang tidak diteliti (digunakan sebagai
perbandingan).

3. Teknik Analisis Data


Menurut Aisyah (2012) bahwa teknik analisis data merupakan bentuk
analisis verifikatif dengan menggunakan data panel dengan bantuan software
Stata sebagai alat pengolah data. Analisis data panel (pooled data) merupakan
gabungan data time series dan cross section.
Beberapa keunggulan menggunakan data panel sebagai berikut:
a. Data panel lebih banyak memberikan informasi, variasi, sedikit kolinearitas,
lebih banyak degree of freedom, dan lebuh efisien.
b. Data panel cocok untuk mengetahui perubahan-perubahan.
c. Data panel baik mendeteksi dan mengukur dampak yang tidak dapat
dijabarkan pada data cross section. (Gujarati, 2015).
Dalam analisis regresi data panel terdapat tiga macam pendekatan. Adapun
pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Common Effect Model (CEM)
Menurut Gujarati (2013) bahwa model regresi CEM merupakan bentuk
model yang sederhana untuk mengestimasi data panel, cukup
menggabungkan data time series dan cross section tanpa melihat perbedaan
antar waktu dan individu, model ini diestimasi dengan metode Ordinary
Least Square (OLS).
2) Fixed Effect Model (FEM)
Menurut Gujarati (2013) bahwa model regresi FEM mengasumsikan bahwa
intersep berbeda antar individu dengan slope yang sama antar individu.
Untuk mengestimasi model ini menggunakan metode Least Square Dummy
Variabel (LSDV).
3) Random Effect Model (REM)
Menurut Gujarati (2013) bahwa model regresi REM mengasumsikan bahwa
terdapat variable pengganggu yang mungkin saling berhubungan antar waktu
ataupun antar individu. Diasumsikan juga nilai intersep merupakan nilai
acak dan perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing
cross section.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data panel dan
causal step sebagai berikut:
1. Penentuan Model Regresi Data Panel
Untuk menentukan model yang akan diteliti maka dilakukan beberapa uji
untuk memilih model yang sesuai. Penentuan antara model CEM atau FEM
menggunakan uji chow, sedangkan penentuan model FEM atau REM
menggunakan uji Haussman.

a. Uji Chow (Chow Test)


Uji chow merupakan uji untuk menentukan apakah model CEM atau
FEM yang lebih baik. Berikut ini adalah hipotesa dari uji chow:
H0: Jika nilai probabilitas >0,05 maka model yang paling baik yaitu
CEM.

H1: Jika nilai probabilitas <0,05 maka model yang baik yakni FEM.

Nilai probabilitas tersebut merupakan nilai probabilitas F-statistik.

b. Uji Haussman (Haussman test)


Selanjutnya model tadi diuji kembali membandingkan probabilitasnya
dengan REM. Oleh sebab itu hipotesisi Haussman sebagai berikut:
H0: Jika nilai probabilitas >0,05 maka model yang baik yaitu REM.

H1: Jika nilai probabilitas <0,05 maka model yang baik adalah FEM.

2. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik yang dilakukan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji ini berguna untuk melihat apakah variable dependen, independen,
dan intervening berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi
normal apabila nilai probabilitas >0,05, dan mengalami masalah
normalitas apabila nilai probabilitasnya <0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Hindrayani & Totalia (2010) bahwa uji multikolinearitas
digunakan untuk apakah ditemukan korelasi antar variable bebas atau
tidak. Model regresi dikatakan baik jika tidak ada korelasi antar variable
bebas. Apabila nilai korelasi antar variable bebas <0,50 maka tidak
terjadi masalah multikolinearitas, sedangkan jika nilai korelasi >0.50
maka diindikasikan terdapat masalah multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variansnya sama disebut
homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas.
Untuk melihat terdapat heteroskedastisitas atau tidak dilihat dari nilai
chi-square. Apabila nilai chi-square >0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas, sedangkan jika nilai chi-square <0,05 maka terdapat
heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis Regresi Data Panel
Uji hipotesis yaitu pengujian tingkat signifikansi variable independen
terhadap variable dependen. Uji hipotesis yang dilakukan adalah uji F-
statistik (simultan), uji T- statistik(Parsial), dan koefisien determinasi (R2).
a. Uji F-statistik (simultan)
Menurut Priyatno (2014: 67) uji F bertujuan untuk menguji apakah ada
pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat
secara simultan. Rumus untuk menghitung Fhitung adalah dengan
dengan rumus sebagai berikut :
2
R /K
F= 2
(1−R )/(n−k −1)

Keterangan :

R2 : koefisien determinasi
k : jumlah variabel bebas
n : jumlah anggota sampel
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
1) Jika nilai Fhitung > Ftabel dengan signifikasi 5% maka dapat
disimpulkan variabel bebas secara bersama – sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat.
2) Jika nilai Fhitung < Ftabel dengan signifikasi 5% maka dapat
disimpulkan variabel bebas secara bersama – sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
b. Uji T-statistik (Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Adanya pengaruh
yang signifikan dilihat dari nilai pada kolom sig dibagian tabel
coefficient pada STATA. Terdapat pengaruh antara variabel apabila nilai
t < 0,05 dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan apabila t > 0,05
(Priyatno, 2014: 61). Rumus uji t dalam (Sugiyono, 2016:380) adalah
sebagai berikut :

t=r
√ n−2
1−r 2
Keterangan :
R : koefisien korelasi
n : jumlah sampel
Kriteria pengujian yaitu sebagai berikut :
1) Jika nilai Thitung > Ttabel dengan signifikasi 5% maka dapat
disimpulkan variabel bebas secara bersama – sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat.
2) Jika nilai Thitung < Ttabel dengan signifikasi 5% maka dapat
disimpulkan variabel bebas secara bersama – sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
c. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variable terikat (dependen). Nilai
determinasi antara 0-1. Nilai yang mendekati 1 maka variable
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi varisi variable independen. Analisis determinasi (R2)
digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan
pengaruh variabel bebas secara bersama – sama terhadap variabel
terikat.
JK( REG)
R 2= X 100 %
JK (T)

Keterangan :
R2 : koefisien determinasi
JK (REG) : jumlah kuadrat regresi
JK (T) : jumlah kuadrat total
Daftar Pustaka

Abhisek, T., Marcos, E. (2020). Role of tourism and hospitality business in economic
development Working Paper of The International Monetary Fund No. 00/3
Antonius, R. (2018). Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata MICE di Kota
Batam. Jurnal Fame Vol.1 (No. 1 ) : no. 1 - no 91 . Th. 2018ISSN: 2622-1292
Birendra, Kc., Dhungana, A. (2021). Tourism and the sustainable development goals:
Stakeholders’ perspectives from Nepal. International Journal of Tourism
Management, 38 (2021) 100822
Heri, S. (2012). Pengembangan Destinasi Mice di Jakarta dan Yogyakarta, Jurnal
ekonomi dan bisnis, vol 12, No.1, Juni 2013: 37-44
Rui, T. (2021). Trade facilitation promoted the inbound tourism efficiency in Japan.
Tourism Management Perspectives 38 (2021) 100805
Samuel, A. (2018). A strategic framework for analysing employability skills deficits
in rural hospitality and tourism destinations. Tourism Management
Perspectives Volume 27, July 2018, Pages 47-54
Titus, I. (2012). Potensi Industri MICE di Kota Tangerang Selatan, dan Banten,
ISSN-L 2338-3321 ISSN 2337-6

You might also like