Professional Documents
Culture Documents
KEL 7 - ASESMEN KEBUTUHAN DAN RENCANAAN PENDIDIKAN Judul Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Dan Proyeksi Kebutuhan Biaya
KEL 7 - ASESMEN KEBUTUHAN DAN RENCANAAN PENDIDIKAN Judul Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Dan Proyeksi Kebutuhan Biaya
Disusun Oleh:
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perencanaan adalah sebuah proses pembuatan keputusan untuk melakukan sesuatu di
masa depan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada untuk mencapai suatu
tujuan. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa penyusunan rencana kaitannya
dengan kondisi masa depan yang ingin dicapai dengan kondisi lebih baik dari
kondisi masa sekarang. Dengan demikian, perencanaan pendidikan adalah sebuah
proses pembuatan keputusan tentang pendidikan untuk mengetahui kondisi di masa
depan dengan menggunakan sumber-sumber pendidikan yang ada untuk mencapai
tujuan.
Ini akan berkaitan langsung dengan informasi mengenai fasilitas sekolah yang harus
perencana kumpulkan dan sediakan unttuk memberikan pelayanan secara langsung
kepada perencana, perumus pembiayaan, dan mengkontruksi fasiitas sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN
Tugas pertama perencana dalam hal ini adalah mengumpulkan data untuk
menentukan persediaan sarana pendidikan yang ada saat ini berdasarkan jenis
dan jenjang pendidikan, termasuk bagaimana kualitasnya. Untuk itu, perencana
dapat melakukan survei pendidikan yang ada di sekolah-sekolah. Data hasil
survei tersebut kemudian dibandingkan dengan ketentuan atau standar-standar
yang sudah ditentukan guna memperoleh informasi apakah sarana dan
prasarana yang ada disekolah-sekolah tersebut kondisinya baik atau buruk.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN
2. Perencanaan harus jelas. Untuk hal tersebut, kejelasan suatu rencana dapat
dilihat pada hal-hal berikut :
a. Tujuan dan sasaran atau target yang harus di capai serta ada penyusunan
perkiraan biaya/harga keperluan pengadaan.
b. Jenis dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan di laksanakan.
c. Petugas pelaksana, misalnya guru, karyawan, dll.
d. Bahan dan peralatan yang di butuhkan.
e. Kapan dan di mana kegiatan di laksanakan.
f. Harus di ingat bahwa suatu perencanaan yang baik adalah yang realistis,
artinya rencana tersebut dapat dilaksanakan.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN
Dari data pada tabel diatas kita dapat melakukan kesimpulan diagnosis sebagai berikut :
1. Kelebihan 11 siswa pada setiap kelas ini berarti dibutuhkan tambahan ruang kelas di
masa depan
2. Dalam ketentuan dinyatakan bahwa luas ruang kelas per siswa adalah 0,8 M2 (36
dibagi 45 = 0,8 M2) sementara data hasil survei adalah 0,54 M2 per siswa atau 33%
kurang dari standar yang ditentukan
3. Tempat duduk dan tempat bermain anak-anak terlalu sempit dan mungkin tidak dapat
berbuat apa-apa jika tersedia tanah untuk membangun sekolah
4. sanitasi dan pelayanan listrik dan air sangat kurang memuaskan
5. di sana hampir 2 siswa menempati satu meja dan 3 siswa menempati satu kursi atau
bangku ini membuat siswa sulit untuk dapat belajar dengan tenang dan baik.
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN
untuk semua jenis satuan pendidikan PSt+1 adalah proyeksi siswa tahun t + 1
menggunakan dua variabel data
yaitu : (PR-SK)t+1 adalah proyeksi rasio siswa per
a. Data periodik siswa kelas tahun t + 1
b. Indikator pendidikan rasio
siswa per kelas
Rumus umum yang PKRKt+1 = PS t+1 : (PR-S/K x PR-K/RK) t+1
digunakan untuk Keterangan :
peluang kelas
PKRK t+1 adalah proyeksi ruang kelas tahun
t+1
3. Tambahan gedung
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN
3. PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG KELAS
Sebagai sarana atau tempat yang akan di bangun untuk kegiatan belajar mengajar,
gedung sekolah yang akan di bangun selain harus memperhatikan kualitas juga
memperhatikan kurikulum pendidikan sekolah. Oleh sebab itu, dalam membangun gedung
sekolah menuntut adanya perencanaan dengan prosedur sebagai berikut:
Jika angka efisiensi investasi kurang dari satu maka pertambahan sekolah
pertambahan siswa Oleh sebab itu tambahan diperlukan akan lebih besar
tambahan ruang kelas jika dibandingkan dengan gedung sekolah sebaliknya
jika angka efisiensi investasi lebih dari satu maka pertambahan sekolah
kurang dari pertambahan siswa Oleh sebab itu tambahan yang diperlukan
agar lebih besar tambahan gedung sekolah jika dibandingkan dengan
tambahan ruang kelas
Rumus Angka efisiensi investasi
EI = (TM/TS)
(M/S)
KETERANGAN
EI = EFISIENSI INVESTASI TAHUN T
TM = TAMBAHAN MURID T TAHUN T3
TS = TAMBAHAN SEKOLAH TAHIN T- TAHUN T-3
M/S = RASIO MURID PER SEKOLAH TAHUN T
Rumus Angka efisiensi investasi
CONTOH SOAL
DIKETAHUI :
SISWA SMA TAHUN T = 35.000, TAHUN T-3 = 32.000
KETERANGAN :
TG : TAMBAHAN GEDUNG
EI : EFISIENSI INVESTASI
6 : GEDUNG DENGAN 6 RUANGAN
BRK : KEBUTUHAN RUANG KELAS SELURUHNYA
Rumus Angka efisiensi investasi
KETERANGAN
TG : TAMBAHAN GEDUNG
EI : EFISIENSI INVESTASI
9 : GEDUNG DENGAN 9 RUANG
BRK : KEBUTUHAN RUANG KELAS SELURUHNYA
Rumus Angka efisiensi investasi
27 (1+EI)
KETERANGAN
TG : TAMBAHAN GEDUNG
EI : EFISIENSI INVESTASI
27 : GEDUNG DENGAN 27 RUANG
BRK : KEBUTUHAN RUANG KELAS SELURUHNYA
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN
Keterangan:
Keterangan:
Rumus Tambahan
Ruang Kelas apabila
12 ruang kelas
TRK = BRK – (TGx 12)
Keterangan:
TRK= Tambahan Ruang Kelas
BRK = Kebutuhan Ruang kelas seluruhnya
TG = Tambahan Gedung
12 = Gedung yang memiliki 12 ruang kelas
Rumus Tambahan
Ruang Kelas apabila
18 ruang kelas TRK = BRK – (TGx 18)
Keterangan:
Rumus Tambahan
Ruang Kelas apabila
27 ruang kelas TRK = BRK – (TGx 27)
Keterangan:
Contoh Soal
Contoh soal:
3.Gross National Product (GNP) atau Gross Domestic Product (GDP) atau
pendapatan nasional suatu negara.
Berikut ini dicontohkan cara memproyeksikan biaya pendidikan pada masa yang
akan datang berdasarkan pada data di bawah ini.
C. PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA PENDIDIKAN
Katakan bahwa data pembiayaan pendidikan pada tahun terakhir periode rencana
sebelumnya (Tahun 1995) adalah Rp. 2.350 (dalam miliar). Dari data di atas,
sekarang kita dapat membuat beberapa alternatif asumsi bagaimana
kecenderungan di masa lalu dapat terus berlangsung pada periode rencana pada
masa depan (periode 2011 – 2015), yaitu:
1.Pembiayaan pendidikan akan terus tumbuh seperti pada masa lalu. Ini berarti kita
secara sederhana melakukan ekstrapolasi berdasarkan trend sebelumnya, dan
menghasilkan peningkatan satu periode rencana di masa depan (2011 – 2015)
menjadi 6%.
2.Angka pertumbuhan harus diperiksa untuk alasan stabilitas (austeryti), dan ini akan
membatasi pada periode rencana sebelumnya yaitu periode rencana 2006 – 2010
sebesar 4,7%.
3.Pembiayaan pendidikan tampaknya akan suram (getting out of hand) pada masa
depan, dan angka perumbuhan akan menjadi angka pertumbuhan rata-rata selama
tiga periode rencana di masa lalu (15 tahun) yaitu sebesar 3,5%.
C. PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA PENDIDIKAN
Jika jumlah guru meningkat akibat adanya peningkatan jumlah siswa, dan
jika gaji guru tetap sama, unit cost akan berbeda sedikit. Jika gaji guru
meningkat karena angka inflasi, maka akan mempengaruhi unit cost. Unit
cost di masa yang akan datang adalah sama dengan jumlah siswa dikali
dengan unit cost, tentu saja ini harus dilakukan secara terpisah untuk
setiap jenis dan jenjang pendidikan.
C. PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA PENDIDIKAN
Cara yang lebih tepat untuk menentukan biaya rutin di masa depan
dapat kita lakukan dengan cara menggunakan formula sebagai berikut.
Di mana :
C = pembiayaan rutin pada jenjang pendidikan tertentu untuk tahun y;
P = jumlah penduduk usia jenjang pendidikan tertentu dan tahun y ;
R = ratio kasar siswa (angka partisipasi kasar) pada jenjang pendidikan
tertentu,
s = rata-rata gaji guru pada jenjang pendidikan tertentu,
c = rata-rata jumlah biaya rutin nongaji yang dihabiskan per guru pada
jenjang
pendidikan tertentu.
S/T = ratio siswa/guru pada jenjang pendidikan tertentu,
Misalkan, dari hasil survei pendidikan di
suatu wilayah pada tahun 2012 diperoleh
data seperti di bawah ini : Dari data tersebut, kita dapat menghitung
perkiraan biaya rutin yang dibutuhkan per bulan
1.Jumlah penduduk usia SD 2.352 orang; untuk tahun 2012 adalah:
2.Angka Partisipasi Kasar untuk SD (APK)
85%; 2.352 x 85 % x (Rp. 2.760.000 + Rp. 750.000)
3.Rata-rata gaji guru SD per bulan
Rp2.760.000,-
40
4.Rata-rata biaya rutin nongaji per bulan
= Rp175.429.800 per bulan.
Rp750.000,-
5.Rasio siswa dan guru 40 siswa untuk
seorang guru.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Konsep Proyeksi
Proyeksi adalah suatu aktivitas memperkirakan suatu kondisi dimasa depan
berdasarkan data dan informasi di masa lampau dan masa kini dengan
menggunakan perhitungan rumus- rumus tertentu. Perencanaan pendidikan
dengan menggunakan metode proyeksi menghasilkan metode pemecahan
penduduk lima tahunan, data persekolahan proyeksi penduduk dan penduduk
usia sekolah, proyeksi siswa, proyeksi ruang kelas dan proyeksi kebutuhan guru.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
2. Proyeksi fasilitas pendidikan
Proyeksi fasilitas pendidikan (sarana sekolah) mencakup berbagai
pertimbangan, mungkin membutuhkan keahlian teknik yang tinggi diluar
kemampuan ahli perencana pendidikan. Meskipun demikian adalah tugas
perencana pendidikan untuk mengetahui informasi penting apa saja yang
dibutuhkan dalam rangka pembangunan dan mengkontruksi gedung sekolah
dan sarana lainnya. Ini akan berkaitan langsung dengan informasi mengenai
fasilitas sekolah yang harus perencana kumpulkan dan sediakan unttuk
memberikan pelayanan secara langsung kepada perencana, perumus
pembiayaan, dan mengkontruksi fasiitas sekolah.
.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
3. Proyeksi Kebutuhan Biaya pendidikan
Untuk dapat memproyeksikan kebutuhan pembiayaan pendidikan di masa
depan dibutuhkan dta penbiayaan seperti :
a. Jumlah pembiayaan (expenditure ) pendidikan masyarakat (public
education) suatu Negara.
b. Total anggaran Pemerintah
c. Gross National Product (GNB) atau Gross Domestic Product (GDP) atau
pendapatan Nasional suatu Negara
d. Invesstasi swasta di didang pendidikan.
e. Jumlah bantuan luar negeri pada dunia pendidikan.
.
Terima kasih!