You are on page 1of 56

PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS DAN

PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA


Disusun Oleh:
Kelompok 7

1. Adi Rujani Sa’ban 2120111310009


2. Lisna Qadarsih 2120111320010
3. Norlailawati 2120111320055
4. Ika Raudini Hayati 2120111320003

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perencanaan adalah sebuah proses pembuatan keputusan untuk melakukan sesuatu di
masa depan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada untuk mencapai suatu
tujuan. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa penyusunan rencana kaitannya
dengan kondisi masa depan yang ingin dicapai dengan kondisi lebih baik dari
kondisi masa sekarang. Dengan demikian, perencanaan pendidikan adalah sebuah
proses pembuatan keputusan tentang pendidikan untuk mengetahui kondisi di masa
depan dengan menggunakan sumber-sumber pendidikan yang ada untuk mencapai
tujuan.

Dalam menyusun perencanaan pendidikan, langkah pertama yang harus dilakukan


adalah dengan menyusun proyeksi siswa. Langkah selanjutnya adalah menyusun
proyeksi semua variabel pendidikan seperti prasarana pendidikan dan sumber daya
manusia pendidikan. Dalam penyusunan proyeksi ini diperlukan suatu teknik atau
metode yang baik agar terwujud suatu perencanaan yang akuntabel.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Metode proyeksi merupakan inti dari perencanaan pendidikan karena mengubah
tujuan yang diinginkan menjadi skenario terukur. Metode ini diperlukan sebagai alat
penghubung antara kebijakan dan perumusan strategi pendidikan. Dengan metode
itu, kebutuhan yang diperlukan dalam melaksanakan suatu kebijakan yang telah
direncanakan dapat diestimasi karena teknik ini juga menggambarkan akibat-akibat
yang mungkin timbul dari kebijakan tersebut dalam bentuk angka-angka

Data demografi--ukuran, struktur, dan perubahan populasi-dapat digunakan dalam


teknik proyeksi. Data tersebut dibutuhkan pada perhitungan perubahan angka
partisipasi karena digunakan untuk memperkirakan jumlah ruang kelas yang harus
disediakan, jumlah guru yang diperlukan, atau dana yang dibutuhkan. Data ini
menjadi dasar proyeksi dan model simulasi. Proyeksi dan model simulasi dapat
mengonversi tugas yang diperlukan ke dalam kebutuhan sumber daya keuangan, fisik,
dan manusia. Proyeksi dan simulasi didasarkan pada pandangan dan asumsi tentang
masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Validitas dan kegunaannya bergantung pada asumsi yang dibuat dan seberapa
dekat asumsi itu dengan kenyataannya. Teknik proyeksi mempunyai angka partisipasi
yang mempengaruhi keputusan kebijakan utama baik hulu maupun hilir. Pada tingkat
hulu, berdasarkan proyeksi yang dibuat, para perencana dan pengambil keputusan
mengetahui konsekuensi potensial dan kelayakan keputusan mereka dari berbagai
alternatif kebutuhan keuangan, fisik, atau sumber daya manusia yang dihasilkan dari
proyeksi dan simulasi sehingga pilihan yang ada menjadi layak dan terjangkau

Setelah keputusan dibuat, implementasi proyeksi tersebut di tingkat hilir berfungsi


untuk memastikan pelaksanaan yang efektif dengan memverifikasi dan merevisi
perkiraan yang ada ketika data baru tersedia. Dengan demikian, langkah-langkah
yang diterapkan dapat disesuaikan dan solusi-solusi yang telah disiapkan dapat
digunakan jika diperlukan. Oleh karena itu, proyeksi dan simulasi merupakan alat
yang penting, tidak hanya untuk pemantauan dan perencanaan, tetapi juga untuk
pengelolaan.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas,


maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan proyeksi dan bagaimana konsepnya ?

2. Apa yang dimaksud dengan proyeksi fasilitas pendidikan dan


bagaimana cara memproyeksikan fasilitas pendidikan dimasa depan?

3. Apa yang dimaksud dengan proyeksi kebutuhan biaya pendidikan


dan bagaimana cara memproyeksikan kebutuhan biaya pendidikan di
masa depan ?
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah


untuk :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan proyeksi dan bagaimana
konsepnya

2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan proyeksi fasilitas pendidikan


dan bagaimana cara memproyeksikan fasilitas pendidikan dimasa depan

3. Mengetahui bagaimana cara memproyeksikan kebutuhan biaya


pendidikan di masa depan
MENGHITUNG PROYEKSI FASILITAS PENDIDIKAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PROYEKSI

Proyeksi adalah suatu aktifitas memperkirakan suatu kondisi di masa


depan berdasarkan data dan informasi di masa lampau dan masa
kini. Berbeda dengan perkiraan yang disebut forcasting (peramalan)
yang biasanya tidak menggunakan dan membutuhkan data
perkembangan dimasa lampau tetapi lebih menggutamakan aspek
spritural, intuisi, dan trial and error.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

Pelaksanaan Pembelajaran dalam pendidikan nasional terpusat pada peserta


didik agar dapat (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa (b) belajar untuk memahami dan mengahyati (c) belajar untuk
melaksanakan dan berbuat secara efektif; (d) belajar untuk hidup bersama dan
berguna bagi orang lain; dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati
diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya sarana dan


prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang memadai tersebut harus
memenuhi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan
prasana.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

Prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah. Ruang


kelas adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktek yang tidak memerlukan
peralatan khusus. Rombongan belajar adalah kelompok peserta didik yang terdaftar
pada satu satuan kelas.

Proyeksi fasilitas pendidikan (sarana sekolah) mencakup berbagai pertimbangan,


mungkin membutuhkan keahlian teknik yang tinggi diluar kemampuan ahli perencana
pendidikan. Meskipun demikian adalah tugas perencana pendidikan untuk
mengetahui informasi penting apa saja yang dibutuhkan dalam rangka pembangunan
dan mengkontruksi gedung sekolah dan sarana lainnya.

Ini akan berkaitan langsung dengan informasi mengenai fasilitas sekolah yang harus
perencana kumpulkan dan sediakan unttuk memberikan pelayanan secara langsung
kepada perencana, perumus pembiayaan, dan mengkontruksi fasiitas sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

Selain di dasarkan kepada kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan sesuai


keadaan data pada masa lalu dan masa kini, perencanaan sarana dan
prasarana pendidikan juga dapat dilakukan berdasarkan data pada masa yang
akan datang sebagai hasil proyeksi. Proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan di masa depan mencakup berbagai pertimbangan.

Tugas pertama perencana dalam hal ini adalah mengumpulkan data untuk
menentukan persediaan sarana pendidikan yang ada saat ini berdasarkan jenis
dan jenjang pendidikan, termasuk bagaimana kualitasnya. Untuk itu, perencana
dapat melakukan survei pendidikan yang ada di sekolah-sekolah. Data hasil
survei tersebut kemudian dibandingkan dengan ketentuan atau standar-standar
yang sudah ditentukan guna memperoleh informasi apakah sarana dan
prasarana yang ada disekolah-sekolah tersebut kondisinya baik atau buruk.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

Hasil suatu perencanaan akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan dan


pengendalian, bahkan perencanaan prasarana harus di lakukan dengan baik
dengan memperhatikan persyaratan dari perencanaan yang baik. Ada
beberapa persyaratan yang harus di lakukan dalam kegiatan perencanaan
sarana dan prasarana pendidikan (Depdiknas, 2009: 8-9) yaitu :

1. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan harus di


pandang sebagai bagian integral dari usaha peningkatan kualitas belajar
mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

2. Perencanaan harus jelas. Untuk hal tersebut, kejelasan suatu rencana dapat
dilihat pada hal-hal berikut :

a. Tujuan dan sasaran atau target yang harus di capai serta ada penyusunan
perkiraan biaya/harga keperluan pengadaan.
b. Jenis dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan di laksanakan.
c. Petugas pelaksana, misalnya guru, karyawan, dll.
d. Bahan dan peralatan yang di butuhkan.
e. Kapan dan di mana kegiatan di laksanakan.
f. Harus di ingat bahwa suatu perencanaan yang baik adalah yang realistis,
artinya rencana tersebut dapat dilaksanakan.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

3. Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama dengan pihak-


pihak yang terlibat dalam perencanaan.
4. Mengikuti pedoman (standar) jenis, kuantitas, dan kualitas sesuai dengan
skala prioritas.
5. Perencanaan pengadaan sesuai dengan platform anggaran yang di
sediakan.
6. Mengikuti prosedur yang berlaku.
7. Mengikutsertakan unsur orangtua murid.
8. Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan situasi, dan
kondisi yang tidak di sangka-sangka.
9. Dapat di dasarkan pada jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

1. MERENCANAKAN PROYEKSI FASILITAS PENDIDIKAN

Proyeksi fasilitas pendidikan sarana sekolah mencakup berbagai


pertimbangan mungkin membutuhkan keahlian teknik yang tinggi di luar
kemampuan ahli perencanaan pendidikan tugas pertama perencanaan
dalam hal ini adalah mengumpulkan data untuk menentukan persediaan
sarana pendidikan yang ada saat ini berdasarkan jenis dan jenjang
pendidikan termasuk bagaimana kualitasnya untuk itu perencanaan
dapat dilakukan survei pendidikan yang ada di sekolah-sekolah data
tersebut kemudian dibandingkan dengan ketentuan atau standar-
standar yang ada guna memperoleh informasi apakah sarana yang ada
di sekolah-sekolah tersebut kondisinya baik atau buruk.
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

1. MERENCANAKAN PROYEKSI FASILITAS PENDIDIKAN


Berikut ini adalah contoh data hasil survei pada sejumlah sekolah dan standar-
standar yang berlaku untuk setiap indikator pendidikan
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

1. MERENCANAKAN PROYEKSI FASILITAS PENDIDIKAN

Dari data pada tabel diatas kita dapat melakukan kesimpulan diagnosis sebagai berikut :

1. Kelebihan 11 siswa pada setiap kelas ini berarti dibutuhkan tambahan ruang kelas di
masa depan
2. Dalam ketentuan dinyatakan bahwa luas ruang kelas per siswa adalah 0,8 M2 (36
dibagi 45 = 0,8 M2) sementara data hasil survei adalah 0,54 M2 per siswa atau 33%
kurang dari standar yang ditentukan
3. Tempat duduk dan tempat bermain anak-anak terlalu sempit dan mungkin tidak dapat
berbuat apa-apa jika tersedia tanah untuk membangun sekolah
4. sanitasi dan pelayanan listrik dan air sangat kurang memuaskan
5. di sana hampir 2 siswa menempati satu meja dan 3 siswa menempati satu kursi atau
bangku ini membuat siswa sulit untuk dapat belajar dengan tenang dan baik.
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

1. MERENCANAKAN PROYEKSI FASILITAS PENDIDIKAN

Berdasarkan informasi diatas kita dapat merumuskan kebutuhan


kebutuhan fasilitas pendidikan di masa depan sebagai bagian dari satu
kegiatan fraksi sarana dan prasarana pendidikan proyeksi sarana dan
prasarana pendidikan juga harus dilakukan guna menampung penduduk
usia sekolah yang bertambah setiap tahun dan perkiraan bertambah
menurut perhitungan proyeksi penduduk dan reaksi siswa fraksi sarana
dan prasarana dalam hal ini bersifat garis besar yang harus dirinci lebih
lanjut berdasarkan standar minimal sarana sekolah yang berlaku pada
suatu negara atau suatu wilayah tertentu
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

1. Menghitung proyeksi fasilitas pendidikan

Sesuai dengan peraturan prasarana sekolah yang telah dijelaskan di atas


yaitu sekolah kelas ruang kelas dan tambahan ruang kelas maka untuk
menghasilkan proyeksi sekolah kelas dan ruang kelas akan menggunakan
metode tersendiri untuk menghitung proyeksi sekolah maka digunakan
indikator pendidikan rasio siswa sekolah. Sedangkan untuk menghitung
proyeksi kelas maka digunakan indikator pendidikan rasio siswa per kelas
untuk menghitung proyeksi ruang kelas maka digunakan indikator pendidikan
rasio kelas ruang kelas maka digunakan indikator pendidikan rasio kelas ruang
kelas, selain itu dihitung pula tambahan ruang kelas yang dipergunakan untuk
menghitung proyeksi sekolah untuk semua jenis satuan pendidikan
menggunakan 2 variabel yaitu ;
a. Data proyeksi siswa
b. Indikator pendidikan rasio siswa per sekolah
Rumus umum yang
digunakan untuk
menghitung proyeksi PSekt+t = PSt+t : (PR-S/SEK)t+t

sekolah adalah : Keterangan

PSekt+t adalah proyeksi sekolah tahun t+1


Untuk menghitung proyeksi kelas
PSt+t adalah proyeksi siswa tahun t+1A
untuk semua jenis satuan pendidikan
menggunakan dua variabel data
yaitu : (PR-S/SEK)t+t adalah proyeksi rasio siswa
per sekolah tahun t + 1
a. Data periodik siswa
b. Indikator pendidikan rasio
siswa per kelas
Rumus umum yang
digunakan untuk
menghitung proyeksi PKt+1 = PSt+1 : (PR-SK)t+1
kelas
Keterangan :

PKt+1 adalah proyeksi kelas T + 1


Untuk menghitung proyeksi kelas

untuk semua jenis satuan pendidikan PSt+1 adalah proyeksi siswa tahun t + 1
menggunakan dua variabel data
yaitu : (PR-SK)t+1 adalah proyeksi rasio siswa per
a. Data periodik siswa kelas tahun t + 1
b. Indikator pendidikan rasio
siswa per kelas
Rumus umum yang PKRKt+1 = PS t+1 : (PR-S/K x PR-K/RK) t+1
digunakan untuk Keterangan :

menghitung proyeksi PKRKt+1adalah proyeksi kebutuhan ruang


kebutuhan ruang kelas kelas tahun t + 1

PS t+1 adalah Proyeksi siswa tahun T + 1

Untuk menghitung proyeksi ruang kelas


PR-S/K t+1 adalah proyeksi rasio siswa
untuk semua jenis satuan pendidikan perkelas tahun T + 1
menggunakan 3 variabel data yaitu :
a) Data proyeksi PR-K/RK t+1 adalah proyeksi rasio kelas
b) Indikator pendidikan rasio siswa ruang kelas tahun Teta + 1
per kelas

c) Indikator pendidikan nasional kelas

peluang kelas

Rumus umum untuk


menghitung proyeksi TRK t+1 = PKRK t+1 - RK t
tambahan ruang Keterangan
kelas
TRK t+1 adalah proyeksi tambahan ruang
kelas tahun T + 1


PKRK t+1 adalah proyeksi ruang kelas tahun
t+1

RK t adalah ruang kelas tahun t + tahun


akhir data

B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

3. PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG KELAS

Dalam perencanaan pendidikan kebutuhan tambahan Ruang


Kelas Baru (RKB) dan Unit Sekolah Baru (USB) saat diperlukan
terutama dalam rangka perluasan kesempatan belajar metode
perhitungan dapat dilakukan dengan pendekatan makro dan
pendekatan mikro.

Keuntungan pendekatan makro adalah lebih mudah dilaksanakan


karena hanya membutuhkan waktu singkat dan data lebih mudah
didapatkan sedangkan kelemahannya adalah hasil perhitungan
yang didapat bersifat umum karena daerahnya cukup luas .
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

3. PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG KELAS

Keuntungan pendekatan mikro adalah hasil yang diperoleh lebih


mendekati kebutuhan nyata karena memperhatikan berbagai
variabel seperti pencapaian pemukiman demografis ekonomis dan
variabel non kependidikan lainnya yang relevan kelemahannya
adalah memerlukan waktu lama koordinasi yang rumit memerlukan
keterampilan khusus dan biaya besar. Manfaat yang didapat dari
proyeksi kebutuhan ruang kelas ialah alokasi tempat dengan
keperluan daerah dan cocok dengan kebutuhan nyata sekolah.
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

3. PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG KELAS


Data yang digunakan untuk menghitung gedung dan ruang kelas baru
antara lain jumlah kelas dan ruang kelas mini proyeksi jumlah siswa
sesuai dengan tahunnya akan dihitung jumlah sekolah yang sedang
dibangun dalam bentuk ruang kelas yang dapat digunakan tahun
datang jumlah sekolah minimal tiga tahun berurutan dan jumlah siswa
3 tahun berurutan

Dengan menggunakan data tersebut dapat dihitung angka


parameter yang diperlukan untuk menghitung kebutuhan ruang kelas
angka parameter terdiri dari 5 jenis yaitu rasio siswa per kelas, rasio
kelas, peluang kelas milik rasio siswa per sekolah, pertambahan jumlah
sekolah dan penambahan jumlah siswa.
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

3. PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG KELAS

Cara menghitung kebutuhan gedung dan tambahan ruang kelas


dilakukan dua tahap yaitu :

1. Menghitung jumlah ruang kelas seluruhnya yang diperlukan baik yang


akan dilawan alokasikan dalam bentuk gedung dengan 6 ruang kelas 9
ruang kelas atau 12 ruang kelas maupun yang akan dibangun Sebagai
tambahan ruang kelas

2. Hasil perhitungan tahap 1 di atas kemudian dirinci menjadi tambahan


kebutuhan kegunaan dan ruang kelas

3. Tambahan gedung
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN
3. PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG KELAS

Sebagai sarana atau tempat yang akan di bangun untuk kegiatan belajar mengajar,
gedung sekolah yang akan di bangun selain harus memperhatikan kualitas juga
memperhatikan kurikulum pendidikan sekolah. Oleh sebab itu, dalam membangun gedung
sekolah menuntut adanya perencanaan dengan prosedur sebagai berikut:

1) Menyusun rencana bangunan yang di butuhkan berdasarkan analisis kebutuhan secara


lengkap dan teliti. Misalnya, fungsi bangunan, jumlah pemakai (guru, karyawan, dan siswa),
kurikulum sekolah, dan jenis serta jumlah perlengkapan yang akan di tempatkan pada
bangunan tersebut.
2) Melakukan survei terhadap tanah.
3) Menyusun atau mengecek rencana konstruksi dan arsitektur bangunan berdasarkan
kebutuhan dan hasil survei.
4) Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar di daerah yang bersangkutan.
5) Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya (RAB) yang di sesuaikan dengan
pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan anggaran yang akan di sediakan setiap
tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah di tetapkan sebelumnya.
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

3. PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG KELAS


Endang Herawan dan Sukarti Nasihin mengutip pernyataan J. Mamusung yang
mengemukakan bahwa syarat bangunan sekolah yang ideal harus memenuhi
kebutuhan dan syarat pedagogis. Pemenuhan dan syarat pedagogis artinya yaitu :

a. Ukuran dan bentuk setiap bangunan di sesuaikan dengan kebutuhan.


b. Datangnya/masuknya sinar matahari harus di perhatikan, yaitu dari sebelah kiri.
c. Tinggi rendahnya tembok, letak jendela, dan kusen di sesuaikan dengan kondisi
anak-anak.
d. penggunaan warna yang cocok.
e. Aman, artinya material dan konstruksi bangunannya benar-benar dapat di
pertanggung jawabkan, baik kekuatan/kekukuhan bangunan itu sendiri, maupun
pengaruh erosi, angin, getaran, petir, dan pohon yang berbahaya.
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

3. PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG KELAS

Selain harus memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis, bangunan


sekolah juga harus memenuhi kebutuhan jumlah ruang belajar. Jumlah
ruang belajar dibuat berdasarkan perkiraan jumlah siswa yang akan
masuk di tahun yang akan datang. Selain itu, diperhatikan pula
perkiraan jumlah siswa yang keluar, baik karena putus sekolah, pindah
sekolah, ataupun karena sudah lulus. Perhitungan kebutuhan ruang
belajar/guru tergantung dari jumlah tambahan siswa, jumlah rata-
rata murid untuk setiap rombongan belajar atau kelas, dan efisiensi
penggunaan ruang belajar.
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

3. PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG KELAS

Untuk merinci jumlah ruang belajar/kelas seluruhnya menjadi gedung yang


memiliki 6 ruang kelas tipe D 9 ruang kelas tipe c 18 ruangan tipe B dan 27
ruang kelas tipe a diperlukan perhitungan tingkat efisiensi investasi sekolah
yang ada efisiensi investasi sekolah ialah perbandingan antara besarnya
pertambahan siswa dengan pertambahan sekolah dibagi rasio sekolah.

Jika angka efisiensi investasi kurang dari satu maka pertambahan sekolah
pertambahan siswa Oleh sebab itu tambahan diperlukan akan lebih besar
tambahan ruang kelas jika dibandingkan dengan gedung sekolah sebaliknya
jika angka efisiensi investasi lebih dari satu maka pertambahan sekolah
kurang dari pertambahan siswa Oleh sebab itu tambahan yang diperlukan
agar lebih besar tambahan gedung sekolah jika dibandingkan dengan
tambahan ruang kelas
Rumus Angka efisiensi investasi

EI = (TM/TS)

(M/S)

KETERANGAN
EI = EFISIENSI INVESTASI TAHUN T
TM = TAMBAHAN MURID T TAHUN T3
TS = TAMBAHAN SEKOLAH TAHIN T- TAHUN T-3
M/S = RASIO MURID PER SEKOLAH TAHUN T
Rumus Angka efisiensi investasi

CONTOH SOAL
DIKETAHUI :
SISWA SMA TAHUN T = 35.000, TAHUN T-3 = 32.000

SMA TAHUN T = 60, TAHUN T-3 = 55


RASIO SISWA PERSEKOLAH = 700
HITUNGLAH: EFISIENSI INVESTASI SMA.
PERHITUNGAN: EI = (35.000/32.000T/60-55) = 0,0003
700
Rumus Angka efisiensi investasi

DENGAN BERDASARKAN TINGKAT EI, RUMUS


TAMBAHAN GEDUNG DENGAN 6 RUANG KELAS TIPE
D YANG DIPERLUKAN ADALAH
TG = EI X BRK
6(1=EI)

KETERANGAN :
TG : TAMBAHAN GEDUNG
EI : EFISIENSI INVESTASI
6 : GEDUNG DENGAN 6 RUANGAN
BRK : KEBUTUHAN RUANG KELAS SELURUHNYA
Rumus Angka efisiensi investasi

DENGAN BERDASARKAN TINGKAT RUMUS


TAMBAHAN GEDUNG DENGAN 9 RUANG KELAS TIPE
C DIPERLUKAN ADALAH
TG = EI X BRK
9(1+EI)

KETERANGAN
TG : TAMBAHAN GEDUNG
EI : EFISIENSI INVESTASI
9 : GEDUNG DENGAN 9 RUANG
BRK : KEBUTUHAN RUANG KELAS SELURUHNYA
Rumus Angka efisiensi investasi

DENGAN BERDASARKAN TINGKAT EI, RUMUS


TAMBAHAN GEDUNG DENGAN 18 RUANG KELAS
TIPE B YANG DIPERLUKAN ADALAH
TG = EI X BRK

18 (1+EI)
KETERANGAN
TG : TAMBAHAN GEDUNG
EI : EFISIENSI INVESTASI
18 : GEDUNG DENGAN 18 RUANG
BRK : KEBUTUHAN RUANG KELAS SELURUHNYA
Rumus Angka efisiensi investasi

DENGAN BERDASARKAN TINGKAT EI, RUMUS


TAMBAHAN GEDUNG DENGAN 27 RUANG KELAS
TIPE D YANG DIPERLUKAN ADALAH
TG = EI X BRK

27 (1+EI)

KETERANGAN
TG : TAMBAHAN GEDUNG
EI : EFISIENSI INVESTASI
27 : GEDUNG DENGAN 27 RUANG
BRK : KEBUTUHAN RUANG KELAS SELURUHNYA
B. PROYEKSI KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN

B. TAMBAHAN RUANG KELAS

Tambahan ruang kelas merupakan sisa dari jumlah kebutuhan


ruang kelas seluruhnya dari tahap 1 dikurangi dengann gedung
yang memiliki ruang tertentu yang sudah dihitung dalam tahap 2
bagian di atas.
Rumus Tambahan
Ruang Kelas apabila
6 ruang kelas PK TRK = BRK – (TGx 6)

Keterangan:

TRK = Tambahan Ruang Kelas



BRK = Kebutuhan Ruang kelas seluruhnya
TG = Tambahan Gedung
6 = Gedung yang memiliki 6 ruang kelas
Rumus Tambahan
Ruang Kelas apabila
9 ruang kelas TRK = BRK – (TGx 9)

Keterangan:

TRK = Tambahan Ruang Kelas


BRK = Kebutuhan Ruang kelas seluruhnya

TG = Tambahan Gedung
9 = Gedung yang memiliki 9 ruang kelas

Rumus Tambahan
Ruang Kelas apabila
12 ruang kelas
TRK = BRK – (TGx 12)

Keterangan:


TRK= Tambahan Ruang Kelas
BRK = Kebutuhan Ruang kelas seluruhnya
TG = Tambahan Gedung
12 = Gedung yang memiliki 12 ruang kelas

Rumus Tambahan
Ruang Kelas apabila
18 ruang kelas TRK = BRK – (TGx 18)

Keterangan:

TRK = Tambahan Ruang Kelas



BRK
TG
= Kebutuhan Ruang kelas seluruhnya
= Tambahan Gedung
18 = Gedung yang memiliki 12 ruang kelas

Rumus Tambahan
Ruang Kelas apabila
27 ruang kelas TRK = BRK – (TGx 27)

Keterangan:

TRK = Tambahan Ruang Kelas



BRK = Kebutuhan Ruang kelas seluruhnya
TG = Tambahan Gedung
27 = Gedung yang memiliki 12 ruang kelas

Contoh Soal

Contoh soal:

Diketahui: Kebutuhan ruang kelas SMA seluruhnya 50

Tambahan gedung SMA = 5 yang terdiri dari 9 ruang


Hitunglah tambahan ruang kelas SMA yang diperlukan ?


Perhitungan: TRK = 50-(5 x 9) = 5

MENENTUKAN PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA PENDIDIKAN


C. PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA PENDIDIKAN

Dalam dapat memproyeksikan kebutuhan pembiayaan pendidikan di masa depan,


kita membutuhkan data pembiayaan seperti di bawah ini:

1.Jumlah pembiayaan (expenditure) pendidikan masyarakat (public education) suatu


negara meliputi pembiayaan dari pemerintah pusat, dari propinsi dan kabupaten /
kota untuk kegiatan pandidikan.

2.Total anggaran pemerintah

3.Gross National Product (GNP) atau Gross Domestic Product (GDP) atau
pendapatan nasional suatu negara.

4.Investasi swasta di bidang pendidikan

5.Jumlah bantuan luar negeri pada dunia pendidikan.


C. PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA PENDIDIKAN

Berikut ini dicontohkan cara memproyeksikan biaya pendidikan pada masa yang
akan datang berdasarkan pada data di bawah ini.
C. PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA PENDIDIKAN
Katakan bahwa data pembiayaan pendidikan pada tahun terakhir periode rencana
sebelumnya (Tahun 1995) adalah Rp. 2.350 (dalam miliar). Dari data di atas,
sekarang kita dapat membuat beberapa alternatif asumsi bagaimana
kecenderungan di masa lalu dapat terus berlangsung pada periode rencana pada
masa depan (periode 2011 – 2015), yaitu:

1.Pembiayaan pendidikan akan terus tumbuh seperti pada masa lalu. Ini berarti kita
secara sederhana melakukan ekstrapolasi berdasarkan trend sebelumnya, dan
menghasilkan peningkatan satu periode rencana di masa depan (2011 – 2015)
menjadi 6%.

2.Angka pertumbuhan harus diperiksa untuk alasan stabilitas (austeryti), dan ini akan
membatasi pada periode rencana sebelumnya yaitu periode rencana 2006 – 2010
sebesar 4,7%.

3.Pembiayaan pendidikan tampaknya akan suram (getting out of hand) pada masa
depan, dan angka perumbuhan akan menjadi angka pertumbuhan rata-rata selama
tiga periode rencana di masa lalu (15 tahun) yaitu sebesar 3,5%.
C. PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA PENDIDIKAN

Dari data di atas disertai dengan menggunakan beberapa asumsi, maka


pembiayaan pendidikan untuk periode rencana 2011 – 2015 dapat di proyeksikan.
C. PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA PENDIDIKAN

Untuk melakukan proyeksi biaya rutin, dibutuhkan konsep tentang biaya


satuan (unit cost). Perlu dilihat penggunaa unit cost untuk tujuan diagnosis.
Ketika kita menggunakan indikator ini untuk biaya, kita akan beralasan
bahwa apabila jumlah siswa bertambah di masa depan, maka proyeksi
kita diperkaya dengan unit cost, dan kita harus menghindari perhitungan
kasar biaya rutin pada masa yang akan datang.

Jika jumlah guru meningkat akibat adanya peningkatan jumlah siswa, dan
jika gaji guru tetap sama, unit cost akan berbeda sedikit. Jika gaji guru
meningkat karena angka inflasi, maka akan mempengaruhi unit cost. Unit
cost di masa yang akan datang adalah sama dengan jumlah siswa dikali
dengan unit cost, tentu saja ini harus dilakukan secara terpisah untuk
setiap jenis dan jenjang pendidikan.
C. PROYEKSI KEBUTUHAN BIAYA PENDIDIKAN

Cara yang lebih tepat untuk menentukan biaya rutin di masa depan
dapat kita lakukan dengan cara menggunakan formula sebagai berikut.

Di mana :
C = pembiayaan rutin pada jenjang pendidikan tertentu untuk tahun y;
P = jumlah penduduk usia jenjang pendidikan tertentu dan tahun y ;
R = ratio kasar siswa (angka partisipasi kasar) pada jenjang pendidikan
tertentu,
s = rata-rata gaji guru pada jenjang pendidikan tertentu,
c = rata-rata jumlah biaya rutin nongaji yang dihabiskan per guru pada
jenjang
pendidikan tertentu.
S/T = ratio siswa/guru pada jenjang pendidikan tertentu,
Misalkan, dari hasil survei pendidikan di
suatu wilayah pada tahun 2012 diperoleh
data seperti di bawah ini : Dari data tersebut, kita dapat menghitung
perkiraan biaya rutin yang dibutuhkan per bulan
1.Jumlah penduduk usia SD 2.352 orang; untuk tahun 2012 adalah:
2.Angka Partisipasi Kasar untuk SD (APK)
85%; 2.352 x 85 % x (Rp. 2.760.000 + Rp. 750.000)
3.Rata-rata gaji guru SD per bulan
Rp2.760.000,-

40
4.Rata-rata biaya rutin nongaji per bulan
= Rp175.429.800 per bulan.
Rp750.000,-
5.Rasio siswa dan guru 40 siswa untuk

seorang guru.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Masing-masing metode memiliki rumusan, karakteristik, dan penggunaan yang


berbeda. berikut ini disajikan penggunaan masing-masing metode tersebut.

1. Konsep Proyeksi
Proyeksi adalah suatu aktivitas memperkirakan suatu kondisi dimasa depan
berdasarkan data dan informasi di masa lampau dan masa kini dengan
menggunakan perhitungan rumus- rumus tertentu. Perencanaan pendidikan
dengan menggunakan metode proyeksi menghasilkan metode pemecahan
penduduk lima tahunan, data persekolahan proyeksi penduduk dan penduduk
usia sekolah, proyeksi siswa, proyeksi ruang kelas dan proyeksi kebutuhan guru.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
2. Proyeksi fasilitas pendidikan
Proyeksi fasilitas pendidikan (sarana sekolah) mencakup berbagai
pertimbangan, mungkin membutuhkan keahlian teknik yang tinggi diluar
kemampuan ahli perencana pendidikan. Meskipun demikian adalah tugas
perencana pendidikan untuk mengetahui informasi penting apa saja yang
dibutuhkan dalam rangka pembangunan dan mengkontruksi gedung sekolah
dan sarana lainnya. Ini akan berkaitan langsung dengan informasi mengenai
fasilitas sekolah yang harus perencana kumpulkan dan sediakan unttuk
memberikan pelayanan secara langsung kepada perencana, perumus
pembiayaan, dan mengkontruksi fasiitas sekolah.
.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
3. Proyeksi Kebutuhan Biaya pendidikan
Untuk dapat memproyeksikan kebutuhan pembiayaan pendidikan di masa
depan dibutuhkan dta penbiayaan seperti :
a. Jumlah pembiayaan (expenditure ) pendidikan masyarakat (public
education) suatu Negara.
b. Total anggaran Pemerintah
c. Gross National Product (GNB) atau Gross Domestic Product (GDP) atau
pendapatan Nasional suatu Negara
d. Invesstasi swasta di didang pendidikan.
e. Jumlah bantuan luar negeri pada dunia pendidikan.
.
Terima kasih!

You might also like