You are on page 1of 23

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUASIN


JL.Raya Palembang- Betung KM.48 Pangkalan Balai Banyuasin
Telepon: (0711)891646, 891647 Faximile: (0711)891647 Email:
rsudbanyuasin@yahoo.co.id

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUASIN
NOMOR: 445/2.02/SKP-AKRE/RSUD /2018
TENTANG
PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUASIN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUASIN


MENIMBANG : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin, maka
diperlukan Panduan Tentang Komunikasi Efektif Di
Rumah Sakit Umum Daerah Banyusin
b. bahwa agar pelayanan penyelenggaraan Panduan
Tentang Komunikasi Efektif Di Rumah Sakit Umum
derah Banyuasin dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya Panduan Kepala Rumah Sakit Umum Daerah
Banyuasin sebagai landasan bagi penyelenggaraan
Panduan Tentang Komunikasi Pemberian Informasi
Dan Edukasi Yang Efektif
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Rumah Sakit Umum Daerah
Banyuasin
.
MENGINGAT : 1. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit ,
Depkes , 1994
2. PMK 1691/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
3. PMK 1438/2010 Tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
4. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety) Depkes 2008
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUASIN
JL.Raya Palembang- Betung KM.48 Pangkalan Balai Banyuasin
Telepon: (0711)891646, 891647 Faximile: (0711)891647 Email:
rsudbanyuasin@yahoo.co.id

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

Kesatu : Memberlakukan Panduan Tentang Komunikasi Efektif


Di Rumah Sakit Umum daerah Banyuasin
sebagaimana terlampir dalam keputusan ini

Kedua : Panduan Tentang Komunikasi Efektif ini dimaksudkan


sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasn

Ketiga : Panduan Tentang Komunikasi Efektif merupakan


bagian yang tidak terpisahkan dari ketentuan Direktur
Rumah Sakit

Keempat : Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur


dalam surat keputusan ini akan diatur kemudian

Relima : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan


dalam surat keputusan ini, akan diadakan pembetulan
sebagaimana mestinya

Keenam : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan Pangkalan Balai


Pada tanggal 01 Mei 2018
Direktur RSUD Banyuasin

dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si


Pembina / IV.a
NIP.19730313 200604 2 009
LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD BANYUASIN

NOMOR:445/2.02/SKP-AKRE/RSUD/2018

TENTANG PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

DI RSUD BANYUASIN

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF DI RUMAH SAKIT

BAB I

DEFINISI

Komunikasi efektif Adalah : Komunikasi yang dilakukan secara tepat


waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat
mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman)
Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang dapat dilakukan antar
kelompok profesional, antara kelompok profesional kesehatan dengan
manajemen, antara profesional dengan pasien dan keluarga, yang dilakukan
secara tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, sehingga mudah dipahami dan
akan mengurangi kesalahan, serta menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien.

Komunikasi tertulis adalah suatu proses penyampaian pesan


komunikasi atau informasi dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk
tulisan. Komunikasi tertulis merupakan metode komunikasi yang lebih akurat
daripada komunikasi verbal, namun kesalahan masih mungkin terjadi.
Penulisan instruksi harus dilakukan secara lengkap dapat terbaca dengan
jelas agar sumber instruksi dapat dilacak bila diperlukan verifikasi.

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang disampaikan secara lisan,


yang dapat dilakukan secara langsung dengan tatap muka dan tidak langsung
dengan menggunakan telepon.

Komunikasi tertulis melalui media elektronik ( perangkat seluler), yaitu


komunikasi yang dilakukan menggunakan media elektronik, seperti telepon
dan handphone. Pesan bisa berupa Short Message System (SMS), MMS, WA,
BBM dan Email.
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup meliputi tata cara komunikasi lisan, tulisan dan


komunikasi elektronik yang harus digunakan oleh seluruh tenaga kesehatan
di RSUD Banyuasin dalam berinteraksi guna mendukung keselamatan pasien.

Kegiatan kounikasi efektif bisa berlangsung antara kelompok profesional


antara kelompok profesional kesehatan dengan manajemen, antara profesional
dengan pasien dan keluarga.

Kegiatan komunikasi efektif dapat dilakukan oleh petugas yang berada di


instalasi pelayanan RSUD Banyuasin.

Ruang lingkup pelaksanaan komunikasi dapat meliputi komunikasi


antar pemberi pelayanan kesehatan di dalam Rumah Sakit maupun antara
pemberi pelayanan kesehatan kepada dorkter dan perawat atau perawat
dengan dokter ataupun bisa dengan bagian Administrasi serta bagiang Kasir
dan juga bagian penunjang yang lain.Adapun lingkup komunikasi adalah :

1. Komunikasi Antar Pemberi Pelayanan Kesehatan di dalam Rumah Sakit.


A. Komunikasi dapat terjadi antara :
a. Dokter spesialis dengan dokter umum
b. Dokter spesialis dengan perawat
c. Dokter umum dengan perawat
d. Dokter dengan tenaga paramedis lain
e. Perawat dengan perawat
f. Perawat dengan tenaga paramedis lain
B. Prinsip pelaksanaan komunikasi antar pemberi pelayanan kesehatan di
RS adalah:
 Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
 Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
2. Komunikasi antara pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien, keluarga,
dan masyarakat, Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan
edukasi (Pelayanan promosi).
a. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan di dalam rumah sakit adalah:
1) Jam pelayanan
2) Pelayanan yang tersedia
3) Cara mendapatkan pelayanan
4) Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan
ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
5) Tarif Pelayanan
6) Tata Tertib, Hak dan Kewajiban Pasien/Keluarga
Akses informasi ini dapat di peroleh melalui Customer Service,
Admission, dan Website.
b. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi):
1) Edukasi tentang obat.
2) Edukasi tentang penyakit.
3) Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari.
4) Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk
meningkatkan kualitas hidupnya pasca dari rumah sakit.
5) Edukasi tentang Gizi.

3. Lingkup Area Komunikasi Pembeian Informasi & Edukasi yang efektif


adalah :
A. Faktor Risiko Yang Sering Menyebabkan Kesalahan Komunikasi
Pemberian Informasi & Edukasi dapat berupa:
a. Informasi yang tidak tepat
b. Informasi tidak akurat
c. Informasi tidak lengkap
d. Informasi tidak jelas
e. Informasi tidak dipahami oleh penerima pesan
f. Banyaknya tugas
g. Keterbatasan daya ingat jangka pendek
h. Kelelahan stres
i. Bekerja dilingkungan intensif
j. Intimidasi karena sistem hirarki organisasi unit kerja
k. Banyaknya tugas
l. Perbedaan tugas
B. Tatanan bahasa dalam komunikasi dan edukasi :
Proses pemberian informasi dan edukasi saat memberikan edukasi
kepada pasien atau keluarganya berkaitan dengan kondisi kesehatanya
yaitu :
1. Tahap pengumpulan informasi (assesmen pasien).
Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan pasien
dan keluarga
a. Berdasarkan data yang didapatkan dari Rekam medis pasien dan
observasi Keyakinan nilai- nilai pasien dan keluarga (nilai budaya,
suku, agama dan kepercayaan)
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan
c. Hambatan emosianal dan motivasi (emosianal : depresi, senang
dan marah)
d. Keterbatasan fisik dan kognitif
e. Kesediaan pasien untuk menerima informasi
2. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif
Setelah melalui tahab assesment pasien, kemungkinan ditemukan :
a. Pasien dalam kondisi fisik dan emosionalnya baik, maka proses
komunikasi mudah disampaikan
b. Jika pada tahap assesment pasien ditemukan hambatan fisik
(tuna rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif
adalah memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung
(istri, anak, ayah, ibu atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka
c. Jika pada tahap assesment pasien ditemukan hambatan
emosional pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi
yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan
pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi
edukasi, pasien bisa menghubungi edukator yang berkaitan
dengan informasi dan edukasi diperlukan
3. Tahap verifikasi (memastikan pasien dan keluarganya menerima
edukasi yang akan diberikan )
a. Apabila pasien dalam kondisi baik dan dapat menerima informasi
dan edukasi, maka verifikasi yang dilakukan adalah menanyakan
kembali edukasi yang telah diberikan, (pertanyaannya adalah : “
Dari materi yang telah disampaikan, kira- kira apa yang bapak
atau ibu bisa pelajari ?”)
b. Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya
adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama “
Dari materi yang telah disampaikan, kira- kira apa yang bapak
atau ibu bisa pelajari ?”
c. Apabila pasien mempunyai hambatan emosional (marah atau
depresi) , maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang
diberikan dan pahami
d. Apabila pasien merupakan difabel (different abilities people atau
orang dengan kemampuan yang berbeda), maka verifikasinya
dengan pendamping pasien
e. Apabila pasien dan atau keluarga telah memahami informasi dan
edukasi yang disampaikan , maka tahap pemberian informasi dan
edukasi dapat dilakukan kembali Untuk menilai kebutuhan
edukasi yang lainnya. Apabila pasien dan atau keluarga belum
memahami materi edukasi yang diberikan, maka pemberian
edukasi dapat dilakukan pada waktu lain sambil mengkaji
hambatan yang ada
C. Ketentuan staf yang melakukan panduan ini adalah para tenaga
kesehatan antara lain :
Medis, perawat, farmasi, bidan dan tenaga kesehatan lainnya
Staf di Ruang Perawatan
Staf administratif
Staf pendukung yang bekerja di rumah sakit
D. Instalasi/unit pelayanan yang melaksanakan komunikasi pemberian
informasi dan edukasi adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi Bedah Sentral
d. Instalasi HCU
e. Instalasi Rawat Inap terdiri dari :
1. Ruang Perawatan PDL Infeksi
2. Ruang Perawatan PDL Non infeksi
3. Ruang Perawatan Bedah
4. Ruang Perawatan Kebidanan
5. Ruang Perawatan Anak
6. Ruang Perawatan betangas
f. Instalasi Penunjang kesehatan lainya
E. Kewajiban Dan Tanggungjawab
1. Seluruh staf Rumah Sakit
a. Memahami dan menerapkan panduan peningkatan komunikasi
efektif
b. Memastikan panduan komunikasi efektif yaitu tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas dan dipahami oleh pihak-pihak terkait
c. Melaporkan dalam bentuk komunikasi elektronik, lisan dan tertulis
sesuai dengan prosedur untuk menghindari kesalahan
2. Perawat Yang Bertugas (Perawat Penanggungjawab Pasien)
a. Melaporkan kondisi pasien dalam bentuk komunikasi lewat telepon
atau perintah lisan dengan menggunakan tehnik SBAR
b. Melakukan verifikasi dengan mencatat (Tulis), membacakan
kembali (Baca) dan konfirmasi ulang terhadap perintah yang
diberikan (Konfirmasi).
3. Kepala Instalasi / Kepala Ruangan
a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami panduan
peningkatan komunikasi efektif dan menerapkannya
b. Menyelidiki semua insidens kesalahan dalam berkomunikasi
dengan pasien dan memastikan terlaksananya suatu tindakan
untuk mencegah terulangnya kembali insidens tersebut
4. Manajer
a. Memantau dan memastikan panduan peningkatan komunikasi
efektif dikelola dengan baik oleh Kepala Instalasi
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan peningkatan
komunikasi.
BAB III

TATA LAKSANA

Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan


manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi terjadi pada setiap gerak
langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang sangat bergantung
antara satu sama lain serta saling terkait dengan orang lain yang ada
dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang
lain dilingkunganya adalah dengan cara berkomunikasi baik secara verbal,
maupun non verbal (bahasa tubuh atau isyarat). Hal ini juga sering terjadi di
institusi pelayanan kesehatan, misalnya pasien komplain karena tenaga
kesehatana tidak mengerti maksut pesan yang disampaikan pasien, sehingga
pasien tersebut menjadi kecewa dan tidak datang lagi ketempat pelayanan
kesehatan tersebut. Hal yang sering terjadi juga adalah selisih paham atau
pendapat antar tenaga kesehatan karena salah mempersepsikan informasi
yang diterima sehingga berakibat terjadinya konflik antar tenaga kesehatan.

I. Tatalaksana pemberian informasi dan edukasi


a. Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat inap
1. Saat admisi (bagian informasi atau tempat penerimaan pasien)
2. Saat dilakukan tindakan medis
3. Saat masuk di Instalasi Rawat Inap
4. Saat persiapan pasien pulang
b. Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat jalan
1. Saat admisi (bagian informasi dan tempat penerimaan pasien )
2. Saat dilakukan tindakan medis
3. Saat pasien mengantri untuk dilakukan pemeriksaan di poliklinik
(minimal sebulan sekali tim PKMRS mengadakan penyuluhan secara
kelompok)
Pemberian informasi dan edukasi dilakukan segera, jika kondisi dan
situasinya memungkinkan.
Pemberian informasi pelayanan di rumah sakit dapat membantu pasien
dan atau keluarga berpartisipasi dalam membuat keputusan tentang
pelayanannya terbagi dalam beberapa unit kerja :
a. Bagian Informasi dan Tempat Penerimaan Pasien
Informasi pelayanan kesehatan yang bersifat umum meliputi :
1. Fasilitas pelayanan yang dimiliki rumah sakit
2. Fasilitas dan tarif kamar perawatan
3. Daftar dokter yang mempunyai surat izin praktik dan yang
merawat di rumah sakit
4. Asuransi yang bekerja sama dengan rumah sakit
5. Informasi prosedur pengurusan resume medis dan surat
menyurat lainnya
6. Tata tertib dan peraturan rumah sakit
b. Dokter Instalasi Gawat Darurat, Dokter Poli Umum dan Spesialis,
Dokter Gigi, Dokter Anestesi dan Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) yang menjelaskan tentang :
1. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman atau sakit saat pemeriksaan)
2. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis
3. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan
diagnosa, termasuk manfaat, risiko serta kemungkinan efek
samping atau komplikasi.
4. Hasil dan interverensi dari tindakan medis yang telah dilakukan
untuk menegakkan diagnosis
5. Diagnosis
6. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi ( kekurangan dan
kelebihan masing- masing cara)
7. Prognosis
8. Dukungan (support) yang tersedia
c. Instalasi Rawat Inap
Informasi pelayanan kesehatan yang bersifat umum dan khusus
meliputi :
1. Rencana pelayanan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
2. Informasi tentang biaya perawatan, biaya pemeriksaan penunjang,
biaya obat, biaya operasi dan lain –lain
3. Jam kunjungan dokter
4. Prosedur persiapan operasi
5. Prosedur pemulangan pasien
d. Bagian Administrasi menjelaskan tentang biaya rumah sakit secara
keseluruhan
e. Bagian penunjang seperti laboratorium, radiologi, rehabilitasi medis
menjelaskan tentang :
1. Rencana tindakan yang akan dilakukan
2. Biaya tindakan

Setelah pasien dan keluarga mendapat informasi pelayanan


kesehatan yang jelas maka pasien atau keluarga membuat
keputusan tentang rencana pengobatan dan tindakan terhadap
dirinya sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh
rumah sakit
Pemberi informasi dan edukasi mendapatkan data yang cukup
mengenai masalah medis pasien (termasuk adanya keterbatasan
kemampuan fisik maupun mental) dan mendapatkan informasi
mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan dan tingkat
ekonomi pasien dan atau keluarga
Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi,
maka pemberian informasi dan edukasi dapat disampaikan
kepada keluarga atau pendamping pasien atas seizin pasien

II. Komunikasi efektif


berisi tentang komunikasi secara verbal/ lisan/ tulisan, dan elektronik.
Tekhnik komunikasi efektif menggunakan 2 macam, yaitu; tekhnik SBAR
(Situation-Baground-Assesment- Recomendation) dan Tbak (Tulis- Baca-
konfirmasi kembali).
1. Tekhnik SBAR
tekhnik SBAR (Situation-Baground-Assesment- Recomendation)
merupakan pola pikir dalam menyampaikan informasi agar terstruktur.
Komunikasi secara SBAR dipergunakan dalam menyampaikan hasil tes
kritis (labboratorium, radiologi dan TTV), melaporkan kondisi pasien
kepada Dokter/ DPJP, konsultasi kepada DPJP, serta transfer antar
unit.
2. Tekhnik TbaK
Tbak (Tulis- Baca- konfirmasi kembali) digunakan pada saat menerima
instruksi dari dokter, saat menerima hasil nilai/ tes kritis dari
laboratorium, radiologi maupun TTV.
3. Pelaksanaan
1) Komunikasi Lisan
a. Ketika melaporkan kondisi pasien kepada dokter/DPJP
menggunakan tekhnik SBAR, sebagai berikut:
1. Menyiapkan rekam medik dan memahami kondisi pasien yang
akan dilaporkan oleh dokter/ petugas kesehatan yang
bertanggung jawab atas perawatan pasien.
2. Petugas kesehatan/ dokter menghubungi dokter/ DPJP? Petugas
kesehatan lainnya, dan melaporkan dengan menggunakan
tekhnik SBAR.
 Melaporkan situasi/ kondisi (situation) pasien yang akan
dilaporkan.
 Latar belakang klinis (bacground) informasi keadaan yang
melatar belakangi permasalahan kondisi kritis pasien.
 Menilai situsi/ keadaan pasien yang dapat diamati saat itu
(assasment) terhadap situasi dan keadaan pasien yang
dapat diamati saat itu, termasuk tindakan yang telah
dilakukan dalam mengatasi permasalahan pasien tersebut
berdasarkan penilaian observasi saat itu
 Memberikan rekomendasi (Recomendation) apa yang harus
dilakukan tindak lanjut terhadap kondisi pasien.

b. Ketika serah terima pasien antar shift baik dokter maupun perawat
jaga pada shift berikutnya menggunakan tekhnik SBAR, sebagai
berikut:
1. Menyiapkan rekam medik pasien dan memahami kondisi pasien
yang akan dilaporkan petugas kesehatan yang bertanggung jawab
atas perawatan pasien berdasarkan kondisi pasien yang tercatat
dalam formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi dan
hal-hal kritikal yang perlu dioperkan kedalam form Handover,
serta ditanda tangani petugas yang mengoperkan dan yang
menerima operan sesuai dengan shift masing-masing.
2. Petugas kesehatan (dokter/perawat/bidan) melaporkan dengan
tekhnik SBAR:
 Melaporkan situasi/ kondisi (situation) pasien yang akan
dilaporkan.
 Latar belakang klinis (bacground) informasi keadaan yang
melatar belakangi permasalahan kondisi kritis pasien.
 Menilai situsi/ keadaan pasien yang dapat diamati saat itu
(assasment) terhadap situasi dan keadaan pasien yang
dapat diamati saat itu, termasuk tindakan yang telah
dilakukan dalam mengatasi permasalahan pasien tersebut
berdasarkan penilaian observasi saat itu
 Memberikan rekomendasi (Recomendation) apa yang harus
dilakukan tindak lanjut terhadap kondisi pasien.

c. Ketika transfer pasien menggunakan SBAR


1. Menyiapkan Rekam Medik pasien dan memahami kondisi pasien.
Pendokumentasian sesuai format pasien pindah ruang rawat yang
akan dilaporkan oleh petugas kesehatan.
2. Petugas kesehatan (dokter/perawat/bidan) melaporkan dengan
tekhnik SBAR:
 Melaporkan situasi/ kondisi (situation) pasien yang akan
dilaporkan.
 Latar belakang klinis (bacground) informasi keadaan yang
melatar belakangi permasalahan kondisi kritis pasien.
 Menilai situsi/ keadaan pasien yang dapat diamati saat itu
(assasment) terhadap situasi dan keadaan pasien yang
dapat diamati saat itu, termasuk tindakan yang telah
dilakukan dalam mengatasi permasalahan pasien tersebut
berdasarkan penilaian observasi saat itu
 Memberikan rekomendasi (Recomendation) apa yang harus
dilakukan tindak lanjut terhadap kondisi pasien.

d. Komunikasi lisan saat menerima instruksi pertelepon dari DPJP


menggunakan metode TbaK, dengan langkah-langkah :
1. Penerima pesan menyiapkan rekam medik pasien, sesuaikan
identitas pasien dengan mencocokkan nama, tanggal lahir dan no
rekam medik pasien.
2. Tulis: tuliskan pesan yang disampaikan oleh DPJP (pemberi
pesan) pada lembar jawaban konsultasi bila menerima jadwal
konsul, atau pada lembar catatan perkembangan pasien
terintegrasi bila melaporkan kondisi pasien.
3. Bacakan: bacakan kembali pesan yang sudah ditulis kepada
DPJP (pemberi pesan). Selesai membacakan pesan, penerima
pesan mengingatkan DPJP (pemberi pesan) untuk melakukan
konfirmasi.
4. Konfirmasi dilakukan dalam waktu 1x24 jam, dengan cara DPJP
(pemberi instruksi) menuliskan nama, paraf/tanda tangan,
tanggal dan jam kehadiran dikolom stempel TbaK pemberi pesan.
5. Penerima pesan menuliskan tanggal, jam, nama, paraf/tanda
tangan pada kolom stempel Tbak penerima pesan
6. Pelaksana (bidan/perawat) yang melakukan pesan/instruksi juga
memberikan nama, paraf/tanda tangan.
Untuk instruksi per telepon terkait nama obat yang terdengarnya
mirip (sound a like), maka nama obat dibacakan dengan cara
dieja (spelling) berdasarkan huruf (alfabet) guna menghindari
kesalahan.

e. Komunikasi lisan ketika menerima nilai kritis labboratorium,


radiologi maupun nilai kritis tanda-tanda vital, menggunakan
tekhnik Tbak, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penerima pesan (dokter yang meminta pemeriksaan) menyiapkan
rekam medik pasien, sesuaikan identitas pasien dengan
mencocokkan nama, tanggal lahir, dan no rekam medik pasien.
2. Tulis : penerima pesan menuliskan isi pesan yang disampaikan
oleh pemberi pesan (petugas labboratorium, radiologi maupun
perawat/bidan) pada lembar catatan pasien terintegrasi.
3. Bacakan: penerima pesan membacakan kembali isi pesan yang
sudah ditulis kepada pemberi pesan (petugas labboratorium,
radiologi maupun bidan/ perawat)
4. Konfirmasi setelah nilai/ hasil kritis dilakukan setelah perawat
menerima hasil print out dan mencocokkan dengan hasil yang
sudah ditulis di lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi
5. Penerima pesan (dokter) dan perawat bangsal menanyakan nama
petugas yang memberikan pesan, dan menuliskan pada buku
pecatatan laporan hasil nilai kritis ruangan dan di beri nama,
tanggal, jam, paraf/tanda tangan dari yang menerima dan
memberi laporan.
6. Dokter (penerima pesan) menuliskan nama dan memberikan
parafnya pada lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi.
7. Dokter melaporkan hasil nilai kritis (labboratorium, radiologi dan
TTV) ke dokter penanggung jawab pasien (DPJP)
8. Dalam pelaporan nilai kritis, semua dilakukan maksimal 30 menit
pasien harus sudah mendapat therapy dari dokter penanggung
jawab pasien.

f. Komunikasi lisan untuk obat-obatan tertentu seperti kemoterapi dan


narkotika
Tidak diperkenankan dilakukan dengan komunikasi lisan.
2) Komunikasi tertulis
Pada saat melakukan komunikasi secara tertulis, maka petugas
kesehatan memperhatikan beberapa aspek, antara lain:
a. Menuliskan secara jelas dan lengkap informasi pasien
dalam rekam medik, misalnya: formulir pengkajian awal,
formulir catatan perkembangan terintegrasi, hand over dan
resume keperawatan.
b. Penulisan instruksi harus dilakukan secara lengkap dan
terbaca dengan jelas, agar sumber instruksi dapat dilacak
bila diperlukan verifikasi.
c. Harus menuliskan nama lengkap, tanda tangan penulis
pesan, serta tanggal dan waktu penulisan pesan.
d. Menggunakan singkatan terstandar di RSUD Banyuasin
dan menuliskan kata dengan lengkap bila tidak ada dalam
daftar singkatan
e. Penggunaan warna tinta: semua ditulis dengan
menggunakan warna hitam.
f. Dalam penulisan resep tidak boleh menyingkat,
penyingkatan harus sesuai dengan daftar singkatan untuk
menghindari salah penafsiran.
g. Menuliskan secara jelas pemberian obat dengan benar.

3) Komunikasi tertulis melalui media elektronik (perangkat seluler)


Komunikasi tertulis melalui media elektronik (sms, email, faxmail, mms,
Wa, BBM) dilakukan bila komunikasi tidak bisa melalui telepon.
Langkah-langkah yang dilakukan saat menerima pesan tertulis melalui
media elektronik :
a. Penerima pesan pertama membacakan isi pesan kepada petugas
kesehatan lain.
b. Pesan ditulis dilembar catatan pasien terintegrasi oleh
dokter/perawat (penerima pesan) yang merawat pasien.
c. Isi pesan yang sudah ditulis di cek kembali bersama-sama oleh 2
orang perawat/ petugas kesehatan (double check)
d. Penerima pesan dan saksi menuliskan nama dan paraf cap verifikasi
yang ada di lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi dan di
verifikasi (tanda tangan) oleh pemberi pesan dalam waktu 1x24 jam.
BAB IV

DOKUMENTASI

Kegiatan komunikasi efektif didokumentasikan:

A. Menerima instruksi medik per telepon menggunakan tekhnik TBaK


dengan pendokumentasian di catatan perkembangan pasien terintegrasi.
B. Menerima hasil konsul per telepon menggunakan tekhnik Tbak dengan
pendokumentasian di rekam medis pasien.
C. Pelaporan nilai/hasil kritis labboratorium, Radiologi dan TTV dengan
pendokumentasian di formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi
dan buku pencatatan pelaporan nilai kritis bagi yang memberi laporan
dan bangsal penerima laporan.
D. Serah terima pasien menggunakan menggunakan tekhnik SBAR,
pendokumentasian dilakukan pada formulir hand over.
E. Transfer pasien menggunakan tekhnik SBAR di form transfer pasien dan
Handover.
F. Daftar Nilai kritis pemeriksaan Laboratorium
G. Daftar Nilai kritis pemeriksaan Radiologi
H. Daftar Nilai Kritis pemriksaan TTV
I. Daftar singkatan, simbol dan penandaan dosis yang tidak boleh
digunakan pada resep
J. Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus
menjabarkan hurufnya satu persatu dengan menggunakan alfabeth yaitu
dengan kode Alfabeth International

Direktur RSUD Banyuasin

dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si


Pembina / IV.a
NIP.19730313 200604 2 009
Hasil Nilai Kritis Pemeriksaan Laboratorium

A. Kimia Darah
NO NAMA TEST KURANG LEBIH DARI
DARI
1. Bilirubin Dewasa - >15 mg/dl
2. Bilirubin Neonatus - >15 mg/dl
3. Ureum <2 mg/dl >100 mg/dl
4. Kreatinin <0,4 mg/dl >4 mg/dl
5. Glukosa Dewasa <50 mg/dl >500 mg/dl
6. Glukosa Neonatus <30 mg/dl >325 mg/dl
7. Kalium Dewasa <2,8 mEq/l >6,7 mEq/l
8. Kalium Neonatus <2,8 mEq/l >6 mEq/l
9. Natrium <120 mEq/l >160 mEq/l

B. Hematologi
NO NAMA TEST KURANG LEBIH DARI
DARI
1. Hematokrit dewasa <20 vol% >60 vol%
2. Hematokrit Neonatus <33 vol% >70 vol%
3. Hemoglobin Dewasa <7,0 g/dl >20 g/dl
4. Hemoglobin Neonatus <9,5 g/dl >22 g/dl
5. Trombosit 50x103/mm3 11.000x103/m
m3
6. APTT - >100 detik
7. Lekosit <2x103/mm3 >30.000/mm3
8. Masa Perdarahan - >15 menit
9. Prothrombin Time Nol INR>36
>30 detik
Hasil Nilai Kritis Pemeriksaan Radiologi

No Modalitas JenisPemeriksaan Temuan/Hasil Interpretasi

Rontgen Semua foto Ditemukan gambaran fraktur terbuka /open pada


ekstimitas tulang yang terindikasi

Rontgen Semua foto Ditemukan gambaran dislokasi dengan atau tanpa


ekstimitas fraktur (open/close) tulang yang terindikasi

Rontgen Thorax Fraktur, curiga fraktur atau tanpa fraktur tulang


costae disertai Hematothorax atau pneumothorax

Rontgen Thorax Gambaran oedem paru

Rontgen Thorax Gambaran Decompensasi Cordis

Rontgen Thorax Gambaran aspirasi nafas dan benda asing

Rontgen BOF – LLD Ditemukan gambaran udara bebas dibawah


diafragma (perforasi organ berongga)

Rontgen BOF – LLD Ditemukan gambaran ileus

Rontgen Colon In Loop Ditemukan gambaran invaginasi

USG Abdomen 1. Ditemukan gambaran (target sign) pada


abdomen kanan bawah yang menandakan
gambaran appendicitis acut maupun
perforasi
2. Ditemukan gambaran kehamilan diluar
kandungan (KET)

USG Abdomen / Fast Ditemukan gambaran cairan bebas pada sub


diafragma, hepatorenal area, atau di
daerah abdomen bawah
HASIL NILAI KRITIS
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

NO PEMERIKSAAN NADI KURANG DARI LEBIH DARI


1. Bayi <120 x/menit >130 x/menit
2. Anak-anak <80 x/menit >90 x/menit
3. Dewasa <70 x/menit >80 x/menit
4. Lansia <60 x/menit >70 x/menit

PEMERIKSAAN
NO KURANG DARI LEBIH DARI
TEKANAN DARAH
1. Anak-anak <80/60mmhg >100/60mmhg
2. Dewasa <120/60mmhg >130/80mmhg
3. Lansia <120/60 mmhg >130/80mmhg

PEMERIKSAAN
NO KURANG DARI LEBIH DARI
SUHU
1. Bayi <36,5 oC >37,5 oC
2. Anak-anak <36,5 oC >37,0 oC
3. Dewasa <36,6 oC >37,0 oC
4. Lansia <36,6 oC >37,0 oC

PEMERIKSAAN
NO PERNAPASAN/ KURANG DARI LEBIH DARI
RESPIRASI
1. Bayi <30 x/menit >40 x/menit
2. Anak-anak <20 x/menit >30 x/menit
3. Dewasa <16 x/menit >20 x/menit
4. Lansia <14 x/menit >16 x/menit
Form Daftar Singkatan, Simbol, Dan Penandaan Dosis Yang Tidak Boleh
Digunakan Pada Resep

Potensial Masalah Sebaiknya


Jangan Di Gunakan

U (unit) Salah kira untuk “O” (nol), Tulis “unit”


nomor 4 (empat) atau “cc”

IU (Internasional Unit) Salah kira untuk IV (Intravena) Tulis


atau nomor 10 (sepuluh) “International
unit”

Q.D,QD,q.d,qd (harian) Salah untuk semuanya. Tulis “harian”


Q.O.D, QOD, qod,q.o.d Kadang setelah Q keliru untuk Tulis “setiaphari”
(setiaphari) “I” dan “O” keliru untuk “I”

Menambah angka “0” Angka decimal di hilangkan Tulis X mg


(X.0 mg) Tulis 0.X mg
Kurangnya angka “0”

Disalah interprestasikan
sebagai nomor “7” (tujuh) atau
> (lebih besar) Tulis “lebihbesar”
“L”
<(lebih kecil) Tulis “lebihkecil”
Membingungkan satu sama
lain

Disalah interprestasikan
Singkatan untuk nama Tulisnamaobat
dengan singkatan obat yang
obat denganlengkap
lainnya

Bukan kebiasaan diantara Gunakan system


Unit apoteker para praktisi yang ada
Membingungkan sistem

@
Dikelirukan di angka “2” (dua) Tulis “at”

Disalahkan untuk U (unit) Tulis “ml” atau


Cc
bilatulisannya jelek “milliliter”

Dikira mg (milligram) Tulis “mcg atau


µg
Hasilnya 1000-bisa overdosis “microgram”
Kode Alfabeth International :

CHARACTER TELEPHON PHONIC


(PRONUNCIATION)
A Alfa (Al-fah)
B Bravo (Brah-Voh)
C Charlie (Char-Lee) or (Shar-Lee)
D Delta (Dell-tah)
E Echo (Eck-Oh)
F Foxtrot (Foks-Trot)
G Golf (Golf)
H Hotel (Hoh-tel)
I India (In-dee-ah)
J Juliet (Jew-lee-ett)
K Kilo (Key-loh)
L Lima (Lee-mah)
M Mike (Mike)
N November (No-vem-ber)
O Oscar (Osc-car)
P Papa (Pah-pah)
Q Quebec (Keh-Beck)
R Romeo (Row-me-oh)
S Sierra (See-air-rah)
T Tanggo (Tang-go)
U Uniform (You-nee-form) or (Oo-nee-
form)
V Victor (Vik-tah)
W Whiskey (Wiss-key)
X Xray (Ecks-ray)
Y Yankee (Yang-Kee)
Z Zulu (Zoo-loo)
1 One (Wun)
2 Two (Too)
3 Three (Tree)
4 Four (Fow-er)
5 Five (Fi-Fe)
6 Six (Six)
7 Seven (Sev-en)
8 Eight (Ait)
9 Nine (Nin-er)
0 Zero (Zee-ro)
RSUD BANYUASIN

Nama Pasien :
HAND OVER No. RM :
Tanggal Lahir :
Pemberi Operan Penerima Operan
Shift Shift Shift Shift Shift Shift
SBAR 1 2 3 1 2 3
Nama Nama Nama Nama Nama Nama
&ttd &ttd &ttd &ttd &ttd &ttd

Tgl :

Jam :

Kriteria :
 Self
Care

 Partial
Care

 Total
Care

Tgl :

Jam :

Kriteria :
 Self
Care

 Partial
Care

 Total
Care

You might also like