You are on page 1of 7

RESUME JURNAL INTERNASIONAL

KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA: DALAM PERSPEKTIF


EKONOMI ISLAM

Makalah: Uang, Bank, dan Kebijakan Moneter Islam


Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Ekonomi Moneter Islam
Dosen Pengampu: Abdul Ghoni, M.A.

Disusun Oleh :

Eris Hopipah (1908203004)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

2021
KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA: DALAM PERSPEKTIF
EKONOMI ISLAM

A. Teori Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah proses mengatur jumlah uang beredar dari suatu
negara tertentu untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi atau
mencapai tujuan pekerja yang lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat
melibatkan penetapan standar bunga pinjaman, persyaratan margin, kapitalisasi
bank atau bahkan bertindak sebagai kreditur terakhir atau melalui perjanjian
dengan organisasi lain atau pemerintah lain. 
Kebijakan moneter merupakan upaya untuk mengendalikan kondisi ekonomi
makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan melalui pengaturan
jumlah uang beredar dalam suatu sistem perekonomian. Upaya tersebut dilakukan
agar harga dan inflasi dapat stabil dan output yang seimbang dapat tercapai. Para
ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa kebijakan moneter lebih efektif daripada
kebijakan fiskal. Kerangka ini dapat menunjukkan bagaimana kebijakan moneter
dan fiskal mampu mempengaruhi tingkat pendapatan atau output. Bagi bank
sentral yang memiliki otoritas moneter, kebijakan yang dipilih tergantung pada
sasaran, kondisi perekonomian yang sebenarnya, kapasitas kebijakan dan
pertimbangan efektifitas kebijakan. Kebijakan moneter ini ditentukan oleh Bank
Indonesia secara terpusat.
B. Kebijakan Moneter Di Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia. Sebagai bank


sentral, BI memiliki satu tujuan utama, yaitu mencapai dan menjaga kestabilan
nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005, Bank Indonesia
telah menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan sasaran utama inflasi
dengan menganut sistem mengambang bebas. Oleh karena itu, Bank Indonesia
juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk menurunkan volatilitas yang terlalu
tinggi, alih-alih mengarahkan nilai tukar ke level tertentu.
Ketiga tugas tersebut adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga sistem pembayaran, serta mengatur dan
mengawasi bank-bank di Indonesia. Jadi tujuannya hanya Inflation Targeting
sedangkan tugas Bank Indonesia adalah untuk mencapai dan menjaga nilai
rupiah . Kebijakan moneter di Indonesia dalam hal ini dijalankan oleh Bank
Indonesia menggunakan bunga sebagai instrumen moneternya, yaitu melalui
tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan tingkat suku bunga Fasilitas
Pinjaman Bank Indonesia masih dapat direspon dengan peningkatan tingkat bunga
di pasar uang dan tingkat bunga kredit sehingga menurunkan jumlah likuiditas
perekonomian dan diperkirakan akan menekan inflasi. Oleh karena itu, meskipun
instrumen moneter, yaitu suku bunga, menurun, Bank Indonesia, dari sisi
kebijakan moneter, sangat responsif dengan apa yang terjadi saat ini.

Namun permasalahan yang muncul saat ini bersifat mendasar dan tidak
bersifat sementara yang biasanya dapat diselesaikan oleh Bank Indonesia
saja. Oleh karena itu, Bank Indonesia harus berkoordinasi dengan pemerintah dan
DPR sebagai otoritas fiskal. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia berwenang
melaksanakan kebijakan moneter dengan menetapkan sasaran moneter dengan
tujuan utama menjaga tingkat inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Secara
operasional, pengendalian sasaran moneter tersebut menggunakan beberapa
instrumen, seperti penyelenggaraan pasar terbuka di pasar uang baik rupiah
maupun valuta asing, penetapan diskonto bank, penetapan dana cadangan
minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat
menerapkan beberapa cara pengendalian masalah moneter dengan menerapkan
prinsip syariah.

C. Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Ekonomi Islam


Sistem ekonomi Islam belum mapan seperti kapitalisme dalam format dan alat
ukurnya. Bahkan dalam tataran definisi pun banyak sekali variasi dari para ahli.
Mari kita lihat berikut ini:

Menurut Khurshid Ahmad , ekonomi Islam adalah tanggapan para pemikir


Muslim terhadap tantangan ekonomi zamannya. Dalam usaha ini mereka dibantu
oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah serta akal dan pengalaman.
Konsep ekonomi Islam didasarkan pada syariat yang mengatur kehidupan
kita. Diyakini bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia termasuk dalam
kebijakan ekonomi dan pembangunan, dan kegiatan ekonomi masyarakatnya
harus terikat dengan syariat.

D. Kebijakan Moneter pada Periode Klasik Islam

Pada dasarnya kebijakan moneter adalah kebijakan untuk mengolah


penawaran dan permintaan uang, sehingga dapat kondusif bagi pembangunan
ekonomi. Di zaman awal Islam, ada landasannya, yaitu Bayt al-Māl yang
memiliki tugas yang sama dengan bank sentral saat ini.

Bayt al-Māl al-Khāṣ adalah lembaga perbendaharaan suatu negara yang


mempunyai fungsi khusus yaitu mengelola dana pemerintah, seperti pengeluaran
pribadi kekhalifahan, dan beberapa pengeluaran khusus lainnya. Fungsi
penerbitan mata uang tidak dilakukan karena pada saat itu masyarakat muslim
menggunakan mata uang yang diterbitkan oleh negara lain yaitu dinar dari
Bizantium dan dirham dari Persia. Bayt al-Māl juga tidak mendistribusikan
keuangan kepada masyarakat, meskipun pada saat itu perdagangan sudah
mapan. Praktik semacam ini tersebar luas di kalangan masyarakat muslim di
Madinah, namun tidak dilakukan oleh Bayt al-Mal.

Namun demikian, Bayt al-Māl al-Muslimn adalah yayasan perbendaharaan


dalam arti luas, yang merupakan bendahara seluruh umat Islam dan masyarakat
pada umumnya yang berfungsi menyalurkan dana untuk keperluan umum seperti
perbaikan jalan, peningkatan kualitas hidup fakir miskin dan beberapa kebutuhan
masyarakat lainnya.

E. Kebijakan Moneter di Era Islam Modern

Dalam ekonomi Islam, kebijakan moneter hanya mewakili sektor


riil . Konsekuensinya, dikotomi sektor moneter menjadi tidak relevan, karena
sektor moneter selalu berkorelasi langsung dengan sektor riil. Penghapusan bunga
di satu sisi, dan penerapan bagi hasil di sisi lain adalah sistem built in yang akan
menghubungkan kedua sektor ini. Pengembalian investasi di sektor moneter
merupakan representasi dari Pengembalian investasi di sektor riil.
Dalam teori ekonomi Islam, kebijakan moneter didasarkan pada sektor riil
dengan peran uang dan pasar uang yang minimal dan di sisi lain memegang peran
utama dalam menjalankan perekonomian. Keberadaan yayasan intermediasi
keuangan dalam konsep ekonomi Islam adalah untuk mendukung kinerja sektor
riil dan bukan untuk menggunakan uang dalam bisnis virtual tanpa meminjamkan
uang dalam bentuk pinjaman ke sektor riil.

F. Instrumen Kebijakan Moneter Islam


Instrumen kebijakan moneter syariah dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

Giro Wajib Minimum

Dalam ekonomi Islam, ini adalah instrumen yang paling penting, karena


tingkat diskonto dan operasi pasar terbuka tidak diterapkan. Bank wajib
menempatkan sebagian uangnya dari giro di bank sentral sebagai cadangan
wajib. Persyaratan cadangan ini hanya berlaku dalam giro, tidak dalam deposito
mudharabah.Karena deposito mudharabah merupakan ekuitas nasabah di bank
yang memungkinkan mereka mendapatkan kerugian atau keuntungan. Sistem ini
baik bila didukung oleh pengawasan yang baik dari bank itu sendiri .

Plafon Kredit

Merupakan batas tertinggi yang diberikan oleh bank untuk menjamin bahwa
total pembiayaan sesuai dengan target moneter. Dengan mengandalkan GWM
yang membantu bank sentral untuk beradaptasi dengan high powered
money, tidak dapat menjamin keberhasilan kebijakan moneter karena ekspansi
keuangan dapat dilaksanakan lebih dari yang ditargetkan. 

Dorongan Moral

Dorongan moral adalah kontak pribadi, konsultasi, dan pertemuan bank


sentral dengan bank umum untuk memantau keunggulan dan masalah yang
dihadapi bank umum. Dengan instrumen ini, bank sentral dapat memberikan saran
yang tepat dan tepat untuk menyelesaikan permasalahan perbankan, sehingga
tujuan perbankan yang telah direncanakan dapat dengan mudah tercapai .
Instrumen Berbasis Ekuitas

Instrumen Berbasis Ekuitas adalah instrumen dengan keterlibatan. Instrumen


ini disarankan karena beberapa alasan. Karena seignoraga tersebut, maka wajar
jika bank sentral menyisihkan dana tersebut untuk pajak ataufai', yang terutama
digunakan untuk mendanai proyek-proyek untuk meningkatkan kondisi sosial
ekonomi masyarakat dan dapat mengurangi kesenjangan pendapatan dan
kekayaan masyarakat.
Pemerintah tidak bisa menggunakan dana ini untuk membayar proyek-proyek
yang hanya menguntungkan orang kaya. Dengan instrumen ini, alokasi dana dapat
dipertanggungjawabkan dan disalurkan untuk kegiatan yang bermanfaat bagi
masyarakat.

Alokasi Pendanaan

Alokasi pendanaan perbankan yang didasarkan pada tujuan profit taking akan
memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh pelaku usaha dan juga akan
menghasilkan barang dan jasa yang dapat didistribusikan ke seluruh lapisan
masyarakat. Faktanya, sangat sulit untuk menjadi kenyataan. Sebab, dana yang
diperoleh bank umum sebagian besar berasal dari nasabah yang memiliki uang
sedikit, sedangkan uang tersebut digunakan untuk kepentingan mereka yang
memiliki uang jauh lebih besar atau para pelaku usaha.

G. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter saat ini tidak sejalan


dengan sektor riil. Perekonomian dunia saat ini termasuk di Indonesia
didominasi oleh transaksi virtual. Kekuatan pasar uang ini begitu kuat
dibandingkan dengan kekuatan pasar riil. Karena itu, Islam melarang
secara tegas semua transaksi virtual tanpa mendistribusikannya ke sektor
riil seperti yang terjadi di pasar uang saat ini. Islam mengajarkan sistem
ekonomi yang benar, adil, dan manusiawi untuk mewujudkan kesejahteraan
hidup. Bermanfaat tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Untuk
mencapainya, beberapa upaya dapat dilakukan melalui instrumen kebijakan
moneter.

Referensi:

https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ijni/article/view/1443

You might also like