You are on page 1of 3

Pengertian 

Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada ovarium atau indung
telur, yaitu dua organ yang berada di sisi kanan dan kiri rahim. Kanker ini bisa terjadi pada
wanita berusia menengah maupun wanita yang telah lanjut.

 
Gejala Kanker Ovarium
Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Kalaupun ada, gejala-
gejalanya menyerupai konstipasi atau gejala pada iritasi usus. Oleh sebab itu, kanker ovarium
biasanya baru terdeteksi ketika kanker sudah menyebar dalam tubuh.

Beberapa gejala yang umumnya dialami oleh pengidap kanker ovarium,  meliputi:

 Perut selalu terasa kembung


 Pembengkakan pada perut
 Sakit perut
 Penurunan berat badan
 Cepat kenyang
 Mual
 Perubahan pada kebiasaan buang air besar, misalnya konstipasi (sulit buang air besar)
 Frekuensi buang air kecil yang meningkat
 Sakit saat berhubungan intim.
 
Penyebab Kanker Ovarium
Hingga saat ini, dokter tidak memiliki kesimpulan pasti untuk masalah ini. Secara umum,
kanker biasanya terjadi dikarenakan adanya perubahan gen pada tubuh seseorang yang
menyebabkan sel-sel normal berkembang menjadi sel-sel kanker. Kemudian, sel-sel tersebut
akan menduplikasi diri dan membuat tumor. Selain itu, sel-sel ini juga menyerang sel-sel
sekitarnya dan menyebar ke organ lainnya.

 
Faktor Risiko Kanker Ovarium
Ada banyak faktor risiko untuk kanker ovarium, yaitu:

 Wanita yang memiliki sedikit anak. Semakin sedikit anak yang dimiliki seorang wanita,
semakin tinggi risiko ia terkena kanker ovarium
 Wanita yang mengalami kanker payudara atau memiliki anggota keluarga yang memiliki
kanker payudara
 Wanita yang melakukan terapi pengganti estrogen selama lebih dari 5 tahun
 Wanita lanjut usia
 
Diagnosis Kanker Ovarium
Diagnosis awal dibuat berdasarkan gejala yang dialami, riwayat kesehatan keluarga, dan hasil
pemeriksaan fisik. Kemudian, pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa, meliputi USG, pemeriksaan darah, ataupun biopsi.

 Pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang dilakukan untuk memeriksa perut bagian bawah serta
organ reproduksi. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui bentuk, ukuran, dan struktur ovarium.
 Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan protein CA 125 dalam
darah. Kadar CA 125 yang tinggi bisa mengindikasikan kanker ovarium. Namun, tes ini tidak
bisa dijadikan patokan tunggal karena CA 125 bukan tes yang spesifik, kadarnya bisa
meningkat pada kondisi lain yang bukan kanker, dan tidak semua pengidap kanker ovarium
mengalami peningkatan kadar CA 125 dalam darah.
 
Pencegahan Kanker Ovarium
Seseorang bisa melakukan beberapa hal-hal berikut sebagai tindakan pencegahan kanker
ovarium (kanker indung telur):

 Memiliki anak lebih dari 1, penggunaan kontrasepsi pil minimal 1, pengikatan saluran tuba,
dan histerektomi (pengangkatan rahim).
 Konsumsi sayuran, vitamin A, dan vitamin C dalam jumlah yang cukup.
 Melakukan pemeriksaan berkala. Pemeriksaan panggul rutin per tahun dapat digunakan untuk
mendeteksi dini kanker ovarium yang tidak memiliki sensitivitas yang tinggi.
 
Pengobatan Kanker Ovarium
Penanganan kanker ovarium bisa berbeda-beda pada setiap kasus, sebab ditentukan
berdasarkan stadium kanker, kondisi kesehatan, dan keinginan pengidap untuk memiliki
keturunan. Penanganan utama kanker ovarium adalah melalui operasi, kemoterapi, ataupun
radioterapi.

 Operasi
Prosedur operasi biasanya meliputi pengangkatan kedua ovarium, tuba falopi, rahim, dan
omentum (jaringan lemak dalam perut). Operasi ini juga bisa melibatkan pengangkatan
kelenjar getah bening pada panggul dan rongga perut untuk mencegah dan mencari tahu jika
ada penyebaran kanker. Dengan pengangkatan kedua ovarium dan rahim, pengidap tidak lagi
dapat memiliki keturunan

Namun, lain halnya dengan kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium dini. Pengidapnya
mungkin hanya akan menjalani operasi pengangkatan salah satu ovarium dan tuba falopi,
sehingga kemungkinan untuk memiliki keturunan masih ada.

 Kemoterapi
Kemoterapi dapat dijadwalkan setelah operasi. Ini dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker
yang tersisa. Selama menjalani kemoterapi, dokter akan memantau perkembangan pengidap
secara rutin guna memastikan keefektifan obat dan respons tubuh terhadap obat.

Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum operasi pada pengidap kanker ovarium stadium
lanjut dengan tujuan mengecilkan tumor, sehingga memudahkan prosedur pengangkatan.

Setiap pengobatan berisiko menimbulkan efek samping, begitu pula dengan kemoterapi.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah melakukan proses kemoterapi di
antaranya tidak nafsu makan, mual, muntah, lemas, rambut rontok, dan meningkatnya risiko
infeksi.

 Radioterapi
Di samping operasi dan kemoterapi, radioterapi merupakan tindakan lain yang bisa menjadi
alternatif. Dalam radioterapi, sel-sel kanker dibunuh menggunakan radiasi dari sinar X.

Sama seperti kemoterapi, radioterapi dapat diberikan baik setelah maupun sebelum operasi.
Efek sampingnya juga serupa dengan kemoterapi, terutama terjadinya kerontokan rambut.

You might also like