You are on page 1of 11

MAKALAH

KLASIFIKASI TOKSISITAS

Dosen Pengampuh : ERNI MOHAMAD, S.Pd, M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
MOH. IZWARTO PIYOHU (441419003)
SUCHI WULANDARI DAI (441419013)
MERLIN SULEMAN (441419021)
RAHMAN A. LAMUSU (441419031)
RENITA DWI CINDY (441419039)
SRI WAHYUNI WARTABONE
(441419047) ROSALIA
MAKAREWA(441419004) AHMAD R.
AKUMALI (441419036) YUNITA
DJAFAR(441420001)
ADE RIZKY PATRIO HASAN
(441420005) ASARIA DAKHI 441420010)
NURUL ILMI (441420014)
ANGGRAINI HUSAIN (441420020)
SUFRIYANTO IBRAHIM(441420026)

S1 PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan, karena atas rahmatnya saya dapat
menyelesaikan Makalah ini yang berjudul. ”Klasifikasi Toksisitas”. Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah “Toksikologi Kimia”
Saya menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik dari dosen yang membaca makalah ini yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas dukungannya sehingga
terwujudnya makalah ini.

Gorontalo, 12 April 2022


Penulis

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti telah diungkapkan, toksikologi didefinisikan sebagai ilmu tentang aksi
berbahaya zat kimia atau jaringan biologi, definisi ini mengandung makna bahwa di dalam
tubuh, dalam kondisi tertentu, zat kimia dapat berinteraksi dengan jaringan tubuh, sehingga
mengakibatkan timbulnya efek berbahaya atau toksik dengan wujud dan sifat tertentu.
Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik/racun yang terdapat
pada bahan obat sebagai sediaan dosis tunggal atau campuran (Tsamaratur, 2013).

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah Pada Makalah Ini Adalah Sebagai Berikut :
1. Bagaimana Pengertian Toksisitas ?
2. Bagaimana Fungsi Uji Toksisitas ?
3. Bagaimana Klasifikasi Toksisitas ?

C. Tujuan
Adapun Tujuan pada Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan Pengertian Toksisitas.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan Fungsi Uji Toksisitas.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan Klasifikasi Toksisitas.

ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Toksisitas
Toksisitas merupakan kemampuan suatu bahan makanan atau zat kimia dalam
memberikan efek toksik (racun) pada jangka waktu tertentu dikarenakan adanya interaksi
kimia di dalam tubuh secara fisiologis. Dalam ilmu kedokteran, perlu adanya pengujian
toksisitas pada suatu bahan obat baik sifatnya spesifik maupun sifatnya alternatif seperti obat
herbal dalam single dose. Pengujian toksisitas termasuk dalam uji pra-klinis, yaitu pengujian
suatu bahan pangan dalam rangka menentukan faktor resiko dan ambang batas konsumsi
untuk dijadikan acuan ketika diuji pada manusia (uji klinis). Tentunya penentuan ambang
toksisitas ini penting dilakukan agar menjadi informasi acuan dalam menentukan dosis bahan
pangan atau obat tertentu (Musfirah, 2022).
Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat
yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada
suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di
reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme,
paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila
menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme
biologi di mana efek berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari
suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan
mekanisme biologi pada suatu organisme. Istilah toksik dalam suatu zat kimia biasanya
digunakan untuk membandingkan lebih toksik mana bahan kimia satu dengan yang lain.
Padahal istilah ini sebenarnya memiliki banyak makna yang keliru. Tidak bisa seseorang
menggeneralisasikan suatu bahan kimia tersebut lebih toksik dibandingkan yang lain karena
kaitannya pada faktor-faktor manifestasi toksik adalah spesifik dan kondisional. Toksik
tidaknya suatu zat kimia itu mutlak bergantung pada bagaimana mekanismenya
mempengaruhi suatu sistem biologi organisme dan efek yang ditimbulkan pasca pajanan.
Sehingga pengujian suatu toksisitas bahan kimia mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
mekanisme seluler, manifestasi efek pasca pajanan, dan penentuan kadar konsumsi harian
(Musfirah, 2022).

ii
B. Fungsi Uji Toksisitas
Salah satu jenis uji toksisitas yaitu toksisitas umum (akut, subakut/subkronis,
kronis). Uji toksisitas akut merupakan suatu pengujian untuk mendeteksi gejala
ketoksikan yang mungkin muncul pada manusia dalam waktu singkat setelah pemberian
sediaan uji secara oral dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang diberikan dalam
waktu 24 jam kemudian diamati selama 14 hari. Prinsip uji toksisitas akut secara oral
yaitu sediaan uji pada beberapa tingkatan dosis tertentu diberikan kepada beberapa
kelompok hewan uji dengan satu dosis per kelompok dan selanjutnya dilakukan
pengamatan gejala ketoksikan atau adanya kematian. Kemudian, hasil uji toksisitas
menggunakan hewan uji hanya dapat dijadikan sebagai petunjuk adanya toksisitas relatif
bila terjadi pemaparan pada manusia. Tujuan dari pengujian ini yaitu untuk mendeteksi
adanya toksisitas intrinsik suatu zat, menentukan organ sasaran, kepekaan spesies,
memperoleh informasi efek toksik setelah pemaparan zat, memperoleh informasi awal
untuk penetapan tingkat dosis, dan menentukan uji toksisitas selanjutnya (Najah, 2019).
Tujuan dari pengujian ini yaitu untuk mendeteksi adanya toksisitas intrinsik suatu
zat, menentukan organ sasaran, kepekaan spesies, memperoleh informasi efek toksik
setelah pemaparan zat, memperoleh informasi awal untuk penetapan tingkat dosis,
menentukan uji toksisitas selanjutnya, serta memperoleh nilai LD50 suatu bahan.
Nilai LD50 merupakan dosis yang menimbulkan efek mematikan pada 50%
hewan uji, dengan kesimpulan bahwa semakin besar LD50 suatu obat maka semakin
aman obat tersebut. Selain itu, nilai LD50 dapat mengklasifikasikan potensi suatu zat
berdasarkan toksisitas relatifnya, memberikan informasi tentang mekanisme ketoksikan
yang terjadi, mengevaluasi efek keracunan yang tidak disengaja pada hewan uji, faktor-
faktor yang mempengaruhi ketoksikan, serta perubahan fisik yang mempengaruhi
bioavailabilitas.
Uji toksisitas subakut adalah uji yang digunakan untuk mengetahui toksisitas
suatu senyawa yang dilakukan pada hewan coba dengan sedikitnya tiga tingkat dosis,
umumnya dalam jangka waktu 28 hari. Uji toksisitas subakut akan memberikan informasi
efek toksik terhadap organ sasaran yang dipengaruhinya.
Uji toksisitas kronis merupakan uji toksisitas dengan paparan > 3 bulan.

ii
Pemakaian dalam jangka panjang dapat menyebabkan penumpukan senyawa metabolit
dalam organ-organ penting. Tujuan untuk mengetahui profil efek toksik setelah
pemberian sediaan uji secara berulang selama waktu yang panjang, dan untuk
menetapkan tingkat dosis yang tidak menimbulkan efek toksik (NOAEL).

C. Klasifikasi Toksisitas
A. Klasifikasi toksisitas menurut LD50 dan LC50
Klasifikasi toksisitas menurut LD50 dan LC50 dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Toxicity Descriptive Term LD50 (Mg/Kg) LC50 (ppm) 4 hours


Rating Single oral dose inhalation (RAT)
(RAT)

1 Extremely toxic <1 <10

2 Highly toxic 1-50 10-100

3 Moderately toxic 50-100 100-1.000

4 Slightly toxic 500-5.000 1.000-10.000

5 Practically non-toxic 5.000-15.000 10.000-100.000

6 Relatively harmless 15.000 or more >100.000

B. Klasifikasi toksisitas menurut perubahan jaringan

Toksisitas suatu zat menurut perubahan jaringan yang terjadi, dapat


diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu:
• Toksisitas rendah
Zat-zat dengan toksisitas rendah yaitu zat-zat yang dapat menyebabkan perubahan
biologik pada jaringan yang sifatnya reversible, baik dengan maupun
tanpa pengobatan.
• Toksisitas sedang
Zat-zat dengan toksisitas sedang yaitu zat-zat yang dapat menyebabkan perubahan
biologik pada jaringan yang sifatnya reversible maupun irreversible, dan perubahan
jaringan tersebut biasanya tidak mengancam jiwa seseorang namun dapat
meninggalkan cacat fisik yang serius.
• Toksisitas tinggi
Zat-zat dengan toksisitas tinggi yaitu zat-zat yang pada kadar rendah dan pada
pemaparan yang berulang dan terus-menerus dapat menyebabkan kematian ataupun
cacat fisik yang serius.

C. Klasifikasi Bahan Beracun Berdasarkan Wujud Fisik

ii
Klasifikasi berdasarkan wujud fisiknya, sangat bermanfaat dalam
memahami efek yang mungkin akan terjadi serta
pengendaliannya.Berdasarkan wujud fisiknya, bahan beracun dibedakan
menjadi bahan beracun yang berwujud gas, padat, dan cair.

Racun dengan bentuk khas dapat berdifusi sehingga menyebar lebih cepat
daripada racun dengan wujud cair dan padat. Racun bentuk gas umumnya
masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi. Racun berbentuk padat dapat masuk
terutama melalui saluran pencernaan. Racun berwujud padat akan lebih
mudah menyebar apabila ukurannya sangat halus yang sehingga menjadi
sangat aerodinamis dan dapat menyebar bersama aliran udara serta dapat
masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi. Racun berbentuk cair dapat masuk ke
dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan juga kulit. Dimungkinkan pula
masuk melalui inhalasi apabila bahan cair tersebut mudah menguap. Racun
bentuk cair akan lebih cepat menyebar apabila terdapat pada sumber air bersih
dan sumber air minum atau mudah menguap sehingga mudah terbawa oleh
aliran udara.

D. Klasifikasi Bahan Beracun Berdasarkan Sifat Biotis-Abiotisnya

Klasifikasi berdasarkan biotis dan abiotis dibuat karena bahaya yang terjadi akan
berbeda. Zat yang hidup dapat berkembang biak apabila lingkungannya mendukung,
sedangkan abiotis dapat berubah menajdi berbagai senyawa. Dengan demikian,
pengendaliannya pun akan berbeda. Yang termasuk racun biotis diantaranya:
• Racun yang dihasilkan oleh mikroba, seperti racun dari Clostridium botulinum, racun
dari Vibrio cholerae, racun dari Pseudomonas cocovenans, dll.
• Racun yang berupa metabolit organisme, seperti ammonia, nitrat, nitrit, CO, CO2,
derifatif sulfur, dll.
Sedangkan yang digolongkan sebagai racun abiotis adalah racun yang terbentuk secara
antropogenik diantaranya:
• Racun logam, seperti berilium, cadmium, kromium, cobalt, tembaga, besi, timah hitam,
nikel, selenium, titanium, seng, asbes, dan lain lain.
• Racun non-logam, seperti : CO, ester, sianida (CN), klorofenol, DDT, herbisida,
polisiklik hidrokD. arbon (PAH), dan lain-lain

ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Toksisitas merupakan kemampuan suatu bahan makanan atau zat kimia dalam
memberikan efek toksik (racun) pada jangka waktu tertentu dikarenakan adanya interaksi
kimia di dalam tubuh secara fisiologis.
Salah satu jenis uji toksisitas yaitu toksisitas umum (akut, subakut/subkronis, kronis).
Uji toksisitas akut merupakan suatu pengujian untuk mendeteksi gejala ketoksikan yang
mungkin muncul pada manusia dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji secara
oral dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang diberikan dalam waktu 24 jam kemudian
diamati selama 14 hari.
Tujuan dari pengujian ini yaitu untuk mendeteksi adanya toksisitas intrinsik suatu zat,
menentukan organ sasaran, kepekaan spesies, memperoleh informasi efek toksik setelah
pemaparan zat, memperoleh informasi awal untuk penetapan tingkat dosis, menentukan uji
toksisitas selanjutnya, serta memperoleh nilai LD50 suatu bahan.
Nilai LD50 merupakan dosis yang menimbulkan efek mematikan pada 50% hewan
uji, dengan kesimpulan bahwa semakin besar LD50 suatu obat maka semakin aman obat
tersebut.
Uji toksisitas subakut adalah uji yang digunakan untuk mengetahui toksisitas suatu
senyawa yang dilakukan pada hewan coba dengan sedikitnya tiga tingkat dosis, umumnya
dalam jangka waktu 28 hari. Uji toksisitas subakut akan memberikan informasi efek toksik
terhadap organ sasaran yang dipengaruhinya.
Uji toksisitas kronis merupakan uji toksisitas dengan paparan > 3 bulan. . Tujuan
untuk mengetahui profil efek toksik setelah pemberian sediaan uji secara berulang selama
waktu yang panjang, dan untuk menetapkan tingkat dosis yang tidak menimbulkan efek
toksik (NOAEL).
B. Saran

ii
ii
DAFTAR PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Uji Toksisitas Akut 2.1.1.1 Definisi. (n.d.).
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16931/05%202%20Bab%202.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
Musfirah, S. S. (2022). TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN. Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan
Lingkungan.
Najah, A. N. (2019). Ketoksikan Akut Produk SOLUDIA® Menggunakan Metode Organization
for Economic Coorporation and Development (OECD) 425 pada Tikus Wistar Betina dan
Gambaran Histopatologis Hati dan Ginjal. (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Indonesia).
OECD. 2008. OECD Guidelines for Testing of Chemical: Repeated Dose 28-Day Oral Toxicity Study in
Rodents: OECD Publishing.
Tsamaratur, R. (2013). KARAKTERISASI DAN UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL
BUAH KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk.) TERHADAP MENCIT
PUTIH JANTAN. (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

ii

You might also like