Professional Documents
Culture Documents
LP CKD On HD Anemia
LP CKD On HD Anemia
Disusun Oleh:
DONA REVALINA
BEKASI
2022
1. Definisi GGK
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme
dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan ureum (Desfrimadona, 2016).
Anemia mulai muncul pada stage ke 3 CKD ketika GFR < 60 ml/min,
jauh sebelum dialysis dibutuhkan. Sayangnya, banyak pasien yang
datang ke unit dialysis sudah dengan anemia padahal anemia tersebut
dapat ditangani dengan cara yang relatif mudah. Anemia semakin
memburuk seiring dengan progresivitas CKD.
C. Penatalaksanaan
1. Terapi Besi dan Pemantauan Status Besi
Bila status besi kurang, maka harus diberikan terapi besi terlebih dahulu sebelum
diberikan terapi EPO.
a. Terapi besi intravena
Merupakan cara pemberian besi yang paling baik dibandingkan suntikan
IM maupun oral, terutama pada pasien yang mendapat EPO. Stimulasi
eritropoiesis yang kuat pada terapi EPO menyebabkan kebutuhan besi
meningkat dengan cepat yang tidak tercukupi oleh asupan besi oral.
Contoh preparat besi untuk suntikan intravena: iron dextran, sodium
ferric gluconate complex, iron hydroxysaccharate.
- Dosis uji coba (test dose): dilakukan sebelum mulai terapi besi
25 mg iron dextran di dalam 50 ml NaCl 0,9%, diberikan intravena
selama 30 menit. Bila tidak ada reaksi alergi, lanjutkan dengan
terapi induksi besi.
- Terapi induksi besi
Tujuannya adalah untuk mengkoreksi anemia defisiensi besi
absolute dan fungsional, sampai kadar feritin serum mencapai >100
µg/L dan ST >20%. Iron dextran 100 mg diencerkan dengan 50 ml
NaCl 0,9 % diberikan IV selama 1-2 jam pertama hemodialisis
melalui venous blood line. Dosis ini diulang tiap hemodialisis
sampai 10x (dosis mencapai 1000 mg). Evaluasi status besi
dilakukan 2 minggu pasca terapi induksi besi. Bila target status besi
sudah tercapai (FS >100 µg/L dan ST >20%), lanjutkan dengan
terapi pemeliharaan besi. Bila target belum tercapai, ulangi terapi
induksi besi.
- Terapi pemeliharaan besi
Efek samping terapi besi intravena adalah reaksi alergi dan shock
anafilaktik. Kontraindikasi terapi besi antara lain bila terdapat
reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi hati berat, dan kandungan
besi tubuh berlebih.
2. Terapi Eritropoeitin
Indikasi terapi EPO bila Hb >100 ug/L dan ST >20% dan tidak ada infeksi
berat. Kontraindikasi terapi bila terdapat reaksi hipersensitivitas terhadap EPO
dan pada keadaan hipertensi berat. Hati- hati pada keadaan hipertensi yang tidak
terkendali, hiperkoagulasi dan keadaan overload cairan.
- Terapi induksi EPO
Mulai dengan 2000-4000 IU/xhemodialisis subkutan, selama 4
minggu, target respons yang diharapkan adalah Ht naik 2-4% dalam 2-4
minggu atau Hb naik 1-2 g/dL dalam 4 minggu. Kadar Hb dan Ht
dipantau setiap 4 minggu. Bila target respons tercapai, pertahankan
dosis EPO sampai target Hb tercapai (> 10 g/dL). Bila target belum
tercapai naikkan dosis EPO 50%. Namun bila Hb naik terlalu cepat, 8
g/dL dalam 4 minggu turunkan dosis EPO 25%. Selama terapi induksi
EPO ini status besi di pantau setiap bulan.
- Terapi pemeliharaan EPO
Diberikan bila target Hb sudah tercapai >10 g/dL atau Ht >30%.
Angka ini lebih rendah dibanding panduan DOQI (Dialysis Outcomes
Quality Initiative) yang menargetkan Hb 11-12 g/dL dan Ht 33,36%.
Dosis pemeliharaan EPO yang dianjurkan 1-2 kali 2000 IU/minggu.
Selama terapi pemeliharaan Hb/Ht diperiksa setiap bulan dan status besi
setiap 3 bulan.
- Bila dengan terapi pemeliharaan EPO Hb mencapai >12 g/dL, dosis
EPO diturunkan sebanyak 25%.
- Terapi pemeliharaan besi
Bertujuan untuk menjaga kecukupan persediaan besi untuk
eriptropoiesis selama pemberian terapi EPO, target terapi menjaga nilai
Feritin serum dalam batas >100 ug/L.
3. Transfusi Darah
Transfusi darah memiliki risiko terjadinya reaksi transfusi dan penularan
penyakit seperti Hepatitis virus B dan C, Malaria, HIV dan potensi terjadinya
kelebihan cairan (overload). Di samping itu transfusi yang dilakukan
berulangkali menyebabkan penimbunan besi pada organ tubuh. Karena itu
transfusi hanya diberikan pada keadaan khusus, yaitu perdarahan akut dengan
gejala hemodinamik. Pasien dengan defisiensi besi yang akan diprogram terapi
EPO atau yang telah dapat terapi EPO tapi respons belum adekuat, sementara
preparat besi IV/IM belum tersedia. Untuk tujuan mencapai status besi yang
cukup sebagai syarat terapi EPO, transfusi darah dapat diberikan dengan hati-
hati.
Target pencapaian Hb dengan transfusi 7-9 g/dL, jadi tidak sama dengan
target pencapaian Hb pada terapi EPO. Transfusi diberikan dalam bentuk Packed
Red Cell, untuk menghindari kelebihan cairan diberikan secara bertahap
bersamaan dengan waktu hemodialisis. Bukti klinis menunjukkan bahwa
pemberian transfusi sampai Hb 10-12 g/dL tidak terbukti bermanfaat dan
menimbulkan peningkatan mortalitas.
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah Lengkap
4) Urinalisis
5) Ultrasonografi Ginjal
2. Penatalaksanaan GGK
b. Diet Kalium
f. Dialisis peritoneal
D. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-laki
sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup
sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal
ginjal akut.
b. Keluhan utama
8. BAK sedikit
f. Intake lebih
banyak dari
output
g. Kongestif
paru
2. Gangguan a. Ketidakseimban Subjektif : Subjektif :
pertukaran gas gan ventilasi-
a. Dispnea a. Pusing
(D.0003) perfusi
Objektif :
b. Pengelihatan
b. Perubahan a.
PCO2
kabur
membran
meningkat/menuru Objektif :
alveolus-kapiler
n
a. Sianosis
b.
PO2 menurun
b. Diaforesis
c.
Takikardia
c. Gelisah
d.
pH arteri
meningkat/menuru d. Napas cuping
n hidung
e.
bunyi napas e. Pola napas
tambahan abnormal
(cepat/lambat,
regular/iregular,
dalam/dangkal)
f. Warna kulit
abnormal (mis.
Pucat, kebiruan)
g. Kesadaran
menurun
Perfusi perifer a. Penurunan Subjektif : Subjektif :
tidak efektif konsentrasi
a. Parastesia
(D.0009) hemoglobin (tidak tersedia)
b. Nyeri ekstremitas
b. Peningkatan Objektif :
(klaudikasi
tekanan darah a. Pengisian kapiler
intermiten)
>3 detik
Objektif :
b. Nadi perifer
a. Edema
menurun atau
b. Penyembuhan
tidak teraba
luka lambat
c. Akral teraba dingin
c. Indeks ankle-
d. Warna kulit pucat
brachial <0,90
e. Turgor kulit d. Bruit femoralis
menurun
4. Defisit nutrisi Peningkatan Subjektif : Subjektif :
(D.0019) kebutuhan
a. Cepat kenyang
metabolisme (tidak tersedia)
setelah makan
Objektif :
b. Kram/nyeri
a. Berat badan
abdomen
menurun minimal
c. Nafsu makan
10% di bawah
menurun
rentang ideal
Objektif :
a. Bising usus
hiperaktif
b. Otot pengunyah
lemah
c. Otot menelan
lemah
d. Membran
mukosa pucat
e. Sariawan
f. Serum albumin
turun
g. Rambut rontok
berlebihan
h. Diare
5. Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan Subjektif : Subjektif :
(D.0056) antara suplai dan
a. Mengeluh lelah a. Dispnea
kebutuhan oksigen
Objektif :
saat/setelah
a. Frekuensi jantung
aktivitas
meningkat >20%
b. Merasa tidak
dari kondisi
nyaman setelah
istirahat
beraktivitas
c. Merasa lemah
Objektif :
a. Tekanan darah
berubah >20%
dari kondisi
istirahat
b. Gambaran EKG
menunjukkan
aritmia
saat/setelah
aktivitas
c. Gambaran EKG
menunjukkan
iskemia
d. Sianosis
6. Risiko penurunan a. Perubahan - -
curah jantung
afterload
(D.0011)
b. Perubahan
frekuensi
jantung
c. Perubahan
irama jantung
d. Perubahan
kontraktiltas
e. Perubahan
preload
7. Gangguan a. Perubahan Subjektif : Subjektif :
integritas kulit sirkulasi
(D.0129) b. Kekurangan/kel (tidak tersedia) (tidak tersedia)
ebihan volume Objektif : Objektif :
cairan a. Kerusakan jaringan a. Nyeri
c. Perubahan dan/atau lapisan
b. Perdarahan
status nutrisi kulit
c. Kemerahan
(kelebihan atau
kekurangan) d. Hematoma
4. Perencanaan Keperawatan
membaik
a. Timbang berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
b. Batasi asupan cairan
dan garam
Edukasi :
a. Anjurkan melapor
jika BB bertambah >1
kg dalam sehari
b. Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
diuretik
Intervensi pendukung
Manajemen hemodialisis
(I.03112)
Observasi :
a. Identifikasi kesiapan
hemodialisis (mis.
Tanda-tanda vital, berat
badan kering, kelebihan
cairan, kontraindikasi
pemberian heparin)
b. Monitor tanda-tanda
vital pasca
hemodialisis
Terapeutik :
a. Siapkan peralatna
hemodialsis (mis.
Bahan habis
pakai, blood line
hemodialisis)
b. Lakukan prosedur
dialisis dengan
prinsip aseptik
c. Atur filtrasi sesuai
kebutuhan penarikan
kelebihan cairan
d. Hentikan hemodialisis
jika mengalami
kondisi yang
membahayakan (mis.
Syok)
Edukasi :
a. Jelaskan tentang
prosedur hemodialisis
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
heparin pada blood
line, sesuai indikasi
2. Gangguan Pertukaran gas Meningkat a. dispnea Pemantauan respirasi
pertukaran gas (L.01003) (I.01014)
menurun
(D.0003) Observasi :
b. pusing menurun
a. Monitor frekuensi,
c. pola
irama, kedalaman dan
nafas
upaya nafas
membaik
b. Monitor pola nafas
d. warna kulit
(seperti bradipnea,
membaik
takipnea,
hiperventilasi,
kusmaul, ataksik)
c. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
d. Auskultasi bunyi nafas
Terapeutik :
a. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
a. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi :
a. Posisikan pasien
semi- fowler atau
fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
b. Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi :
a. Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
b. Anjurkan berhenti
merokok
c. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
d. Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
7. Gangguan Integritas kulit Meningkat a. Elastisitas Perawatan integritas
integritas kulit dan jaringan meningkat kulit (I.11353)
(D.0129) (L.14125) b. Hidrasi Observasi :
a. Identifikasi penyebab
meningkat
gangguan integrits kulit
c. Perfusi jaringan
(mis. Perubahan
meningkat
sirkulasi, perubahan
d. Kerusakan
status nutrisi,
lapisan kulit
penurunan kelembaban,
menurun
suhu lingkungan
e. Kemerahan ekstrem, penurunan
menurun mobilitas)
f. Suhu kulit Terapeutik :
membaik
a. Ubah posisi tiap 2
g. Sensasi
jika tirah baring
membaik b. Hindari produk
berbahan dasar alkohol
h. Tekstur
pada kulit kering
membaik
Edukasi :
a. Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis.
Lotion, serum)
b. Anjurkan meningkatan
asupan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Perencanaan. (2017). Profil 2017 Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
http://www.rsudaws.co.id/uploads/DOWNLOAD/Profil%20RSUD%20A WS
%202017.pdf
Hasmi. (2012). Metode Penulisan Epidemiologi. Jakarta: CV. Trans Info Media
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/
Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
Mediaction
Rajiv, Saran. (2016). The State of Kidney Disease in the US: New Findings &
https://www.usrds.org/2016/pres/The_State_of_Kidney_Disease_in_US.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: