You are on page 1of 19

Laporan pendahuluan

Bayi dengan BBLR

A. Konser penyakit
1. Definisi.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang
dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

2. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi:
a) Kelainan Kromosom
b) Infeksi Janin kronik ( inklusi sitomegali, rubella bawaan)
c) Gawat janin
d) Kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta meliputi:
a) Hidramnion
b) Placenta previa
c) Solutio plasenta
d) Sindrom transfusi bayi kembar
e) Ketuban pecah dini
d. Faktor Lingkungan dipengaruhi oleh
a) Tempat tinggal didataran tinggi
b) Terkena radiasi
c) Terpapar zat beracun
3. Anatomi fisiologi

(Wahyuni, 2011) menyatakan fisiologis neonatus merupakan ilmu yang


mempelajari fungsi dan proses vital neonatus muali dari sistem pernafasan,
sampai keseimbangan asam dan basah.
a. Sistem Pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi pada waktu 30 menit
pertama sesudah lahir. Usia bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli selain karena adanya surfaktan, yang adanya terkait napas
dan pengeluaran napas dengan dengan merintis sehingga udara bisa
bertahan di dalam. Neonatus bernapas dengan cara pernapasan difrakmatik
dan abdominal sedangkan untuk frekuensi dan kedalaman bernapas belum
teratur (Dewi, 2011).
b. Peredaran Darah
Setelah bayi lahir paru akan berkembang yang akan mengakibatkan
tekanan artriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya
tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung
kiri lebih besar dibandingkan dengan tekana jantung kanan dan hal
tersebutlah yang membuat foremen ovale secara fungsional menutup. Hal
ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan
dalam aorta desenden naik dan juga kareana rangsangan biokimia (PaO 6
yang naik) serta duktus arteiosus yang berobliterasi. Hal ini pada hari
pertama. Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4-5 liter
per menit meter per segi. Aliran darah sitololik pada hari pertama rendah
yaitu 1.96 liter/menit/meter persegi dan bertambah pada hari kedua dan
ketiga (3.54 liter/meter persegi) karena penutupan duktus arterious.
Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang
melalui transfuse plasenta yang pada jam-jam pertama sedikit menurun,
untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 8549 mmHg.
Dalam waktu singkat perubahan-perubahan besar tekanan darah pada bayi
baru lahir, sekalipun perubahan-perubahan ini secara anatomi tidak
selesai dalam hitungan minggu, penutup fungsional foramen ovale dan
duktus arteriosus terjadi segera setelah kelahiran, yang paling penting
untuk dipahami adalah behwa perubahan sirkulasi dari janin ke bayi baru
lahir berkaitan mutlak dengan kecukupan fungsi respirasi (Armini,
Marhaeni, & Sriasih, 2017).
c. Suhu Tubuh Ada empat kemungkinan yang dapat menyebabkan bayi baru
lahir kehilangan panas tubuhnya, yang pertama yaitu konduksi panas
dihantarkan dari tubuh bayi dan benda sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi pemindah panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung. Kedua konveksi yaitu panas yang hilang dari tubuh bayi
ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang
bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Ketiga radiasi yaitu panas
dipancarkan dan BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin
(pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
Keempat evaporasi yaitu panas hilang melalui proses penguapan yang
tergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas
dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi
oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran
udara yang melewati (Wagiyo & Putrono, 2016).
d. Metabolisme
Pada jam-jam pertama kehidupan bayi, energi didapatkan dari perubahan
karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.
Setelah mendapat susu sekitar di hari keenam energi diperoleh dari lemak
dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 dan 40% (Noorbaya &
Johan, 2019).
e. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh BBL relatif mengandung banyak air. Kadar natrium juga relatif
lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruang ekstraseluler yang
luas. Fungsi ginjal masih belum sempurna karena, jumlah nefron yang
masih belum sebanyak orang dewasa.ketidak seimbangan luas permukaan
glomerulus dan volume tubulus proksimak. Renal blood flow relartive
kurang baik dibandingkan dengan orang dewasa (Dewi, 2011).
f. Imunoglobulin
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang juga tidak
memiliki lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar,
sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imonogis. Pada BBL hanya
terdapat gamaglobolin G, sehingga imonologi dari ibu dapt berpindah
melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi bila ada
infeksi yang melalu plasenta (lues, toksoplasma, herpes simplek, dan lain-
lain) reaksi imonologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma
serta antibody gama A,G dan M (Noodiati, 2018)
g. Traktus Digestivus
Traktus digestivus lerative lebih berat dan lebih panjang dibandingkan
dengan orang dewasa. Pengeluaran meconium biasanya pada jam 10
peratama kehidupan dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya feses
sudah berbentuk dan berwarna biasa.
h. Kesimbangan Asam Basa
Tingkat keasaman (pH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena
glikolisis anaerobic. Namun dalam waktu 24 jam, neonatus telah
mengompensasi asidosis ini (Sembiring, 2019).

4. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin
tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah
gizi.
a) Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam
tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi,
kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi
kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b) Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c) Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi
antara refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai
kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih
tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan
pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada bayi
preterm.
d) Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan
kalori yang meningkat.
e) Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
5. Manifestasi klinik / tanda dan gejala
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut
a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni
b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif ra tertutup oleh labia mayora.
Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas.
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga
seolah -olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah.
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks
hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan
tangisanya lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang.
6. Pathway
7. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk
mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes
pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens
terakhirnya.
c. Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi
lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang
bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.

8. Komplikasi
a.Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu
tubuh pada bayi baru lahir belum matang.adapun ciri-ciri mengalami
hipotermi adalah suhu tubuh < 32 0 C, mengantuk dan sukar dibangunkan,
menangis sangat lemah, seluruh tubuh dingin, pernafasan tidak teratur.
b. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makaan otak dan membawa oksigen ke otak.
Jika asupan glukosa ini kurang mempenagruhi kecerdasan otak
c. Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G,
maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sangup membentuk
anti bodi dan daya fagositisis serta reaksi terhadap infeksi belum baik,
karena sistem kekebalan bayi belum matang
d. Sindroma Gangguan
Pernafasan Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah
perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuat jumlah
surfaktan pada paru-paru Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR
(masa gestasi pendek) adalah penyakit membran hialin, dimana 13 angka
kematian ini menurun dengan meningkatnya umur kehamilan.
e. Masalah Eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur pembuangan sisa
metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara
anatomis dan fungsinya.
f. Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna sehingga
penyerapan makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktifitas otot
pencernaan masih belum sempurna sehingga waktu pengosongan lambung
bertambah.

9. Penatalaksanaan mandiri dan medis


Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan
kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein
3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB,
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan
lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga
ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh
polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada
abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu
tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-
10 normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang,
daya absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi
terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium, produksi urin rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
120-140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama
jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal;
frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau
ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah
(jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan
mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia,
urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi,
refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau
sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari
33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh
dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering,
halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang
dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari
46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm,
lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus,
lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris
menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun.,
nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.

3. Intervensi

No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


keperawatan

1 Pola nafas tidak Tujuan: pola napas - Observasi pola


efektif berhubungan menjadi efektif Nafas.
dengan maturitas Kriteria hasil: - Observasi frekuensi
pusat pernafasan, - RR 30-60 x/mnt dan bunyi nafas
keterbatasan - Sianosis (-) - Observasi adanya
perkembangan otot, - Sesak (-) sianosis.
penurunan - Ronchi (-) - Monitor dengan
energi/kelelahan, - Whezing (-) teliti hasil
ketidakseimbangan pemeriksaan gas
metabolik darah.
- Tempatkan kepala
pada posisi
hiperekstensi.
- Beri O2 sesuai
program dokter
- Observasi respon
bayi terhadap
ventilator dan terapi
O2.
- Atur ventilasi
ruangan tempat
perawatan klien.
Kolaborasi dengan
tenaga medis
lainnya

2. Hipotermi Tujuan: suhu tubuh - Observasi tanda-


berhubungan dengan dalam rentang normal tanda vital.
kontrol suhu yang Kriteria hasil: - Tempatkan bayi
imatur dan - Suhu 36-37C. pada incubator.
penurunan lemak - Kulit hangat. - Awasi dan atur
tubuh subkutan - Sianosis (-) control temperature
- Ekstremitas dalam incubator
hangat sesuai kebutuhan.
- Monitor tanda-
tanda Hipertermi.
- Hindari bayi dari
pengaruh yang
dapat menurunkan
suhu tubuh.
- Ganti pakaian
setiap basah
- Observasi adanya
sianosis.
3. Gangguan Tujuan : Nutrisi dapat - Observasi intake
kebutuhan nutrisi : terpenuhi dan output.
kurang dari Kriteria hasil: - Observasi reflek
kebutuhan tubuh - Reflek hisap dan hisap dan menelan.
berhubungan dengan menelan baik - Beri minum sesuai
ketidak mampuan - Muntah (-) program
mencerna nutrisi - Kembung (-) - Pasang NGT bila
karena imaturitas. - BAB lancar reflek menghisap
- Berat badan dan menelan tidak
meningkat 15 ada.
gr/hr - Monitor tanda-
- Turgor elastis tanda intoleransi
terhadap nutrisi
parenteral.
- Kaji kesiapan
untuk pemberian
nutrisi enteral
- Kaji kesiapan ibu
untuk menyusu.
- Timbang BB setiap
hari.

4. Resiko infeksi Tujuan: tidak terjadi - Kaji tanda-tanda


berhubungan dengan infeksi infeksi.
pertahanan Kriteria hasil: - Isolasi bayi dengan
imunologis yang - Suhu 36-37C bayi lain.
kurang - Tidak ada tanda- - Cuci tangan
tanda infeksi. sebelum dan
- Leukosit 5.000- sesudah kontak
10.000 dengan bayi.
- Gunakan masker
setiap kontak
dengan bayi.
- Cegah kontak
dengan orang yang
terinfeksi.
- Pastikan semua
perawatan yang
kontak dengan bayi
dalam keadaan
bersih/steril.
- Kolaborasi dengan
dokter.
- Berikan antibiotic
sesuai program.
Daftar pustaka.

Jumiarni.2006. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC


Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : YBP –SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:
Nuha Medika

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta: EGC

You might also like