Professional Documents
Culture Documents
Askep Umum Luka Kanker
Askep Umum Luka Kanker
Puji serta syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, tuhan semesta alam, yang
telah memberikan kita rahmat, taufiq, hidayah dan anugerah-Nya sehingga kami berhasil
menyusun makalah ini dengan judul “Perawatan luka kanker”. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu DWI yang telah memberikan bimbingan
dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita pada jalan yang diridhai oleh
Allah SWT.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kesadaran serta membuka pemikiran para mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas
Riau akan pentingnya memahami tentang hidrosefalus. Makalah ini disusun dengan
urutan penyajian sedemikian rupa sehingga kita akan merasa senang untuk
mendalaminya.
“Tiada Manusia yang Sempurna” begitu pula dengan kami yang telah
mempersembahkan makalah ini yang telah kami susun sebaik mungkin. Akan tetapi,
segala kritik dan saran demi perbaikan isi makalah ini akan kami sambut dengan senang
hati.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan turut andil dalam merncerdaskan
para calon perawat Indonesia, dan menjadikan para perawat Indonesia menjadi perawat
yang professional.
Penyusun
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
SKENARIO..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………...............…...…...5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI .................................................................................................6
2.2 ETIOLOGI ........................................................................................................7
2.3 PATOFISIOLOGI ............................................................................................8
2.4 EPIDEMIOLOGI .............................................................................................9
2.5 MANIFESTASI
KLINIS....................................................................................................................9
2.6 Step 6......................................................................................................10
2.7 Step 7.....................................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................23
3.2 Saran.......................................................................................................23
DAFTAR PUSAKA...............................................................................................24
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
kanker juga akan merusak pembuluh darah dan pembuluh lymph yang terdapat dikulit
(Grocott, 2003). Ciri – ciri luka kanker yaitu ditemukan nodul non-tender pada kulit.
Ketika sel tumor tumbuh dan menyebar, nodul-nodul ini makin membesar dan merusak
kapiler dan kelenjar getah bening. Bakteri yang menyebabkan malador pada luka
merupakan bakteri aerob maupun anaerob. Bakteri anaerob yang berhubungan dengan
malodor yaitu: Bacteroides spp, Prevotella spp, Fusobacterium nucleatum,
Clostridium perfringens, dan Anaerobic cocci (Draper, 2005). Metronidazol telah
digunakan secara luas sebagai agen topical untuk perawatan luka kanker. Metronodazol
topical bekerja dengan cara beikatan dengan DNA bakteri dan menghambat replikasi
bakteri yang kemudian dapat mencegah dan mengatasi gejala malodor dan eksudat pada
luka kanker (Naylor, 2002).
Naylor (2002) menyebutkan bahwa tujuan perawatan luka kanker bukan untuk
menyembuhkan luka, tetapi untuk mempertahankan kenyamanan, menghindari isolasi
social, dan meningkatkan kualitas hidup. Perawatan berfokus pada mencegah dan
mengatasi infeksi pada luka kanker, salah satunya malodor dan eksudat yang berperan
besar menyebabkan ketidak nyamanan pada pasien dan lingkungan pasien pada luka
kanker.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Luka kanker merupakan luka kronik (12,2%) responden. Luka kanker
sering ditemukan di area payudara (39%) diikuti area kepala/leher sebesar 33,8%
(Wilkes et al, 2001, dalam Naylor, 2002b).
B. ETIOLOGI
Luka kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel kanker sampai menembus
lapisan dermis dan epidermis kulit sehingga manonjol keluar atau bentuknya
menjadi tidak beraturan. Sel kanker yang menonjol keluar kulit umumnya berupa
benjolan yang keras. Sukar digerakan, berbentuk seperti jamur atau bunga kol,
mudah terinfeksi sehingga menyebabkan lndir, cairan dan bau yang tidak sedap
(Diananda, 2009).
C. PATOFISIOLOGI
yang berhubungan dengan kanker stadiumlanjut. Hoplamazian (2006)
menyebutkan definisi luka kanker sebagai kerusakan integritas kulit yang
disebabkan infiltrasi sel kanker. Infiltrasi sel kanker juga akan merusak pembuluh
darah dan pembuluh lymph yang terdapat di kulit (Grocott,2003).
D. EPIDEMIOLOGI
Istilah fungating wound dan malignant wound selalu berubah untuk
menjelaskan luka kanker. Istilah ini berhubungan dengan infiltrasi dan proliferasi
sel kanker menuju epidermis kulit. Tumor ini dapat tumbuh secara cepat lebih
kurang 24 jam Angka kejadian luka kanker tidak dengan bentuk seperti
cauliflower. Luka kanker dapat berupa kejadian primer kanker kulit seperti
squamous cell carcinoma, basal cell carcinoma dan malignant melanoma
(Naylor, 2002b). Luka kanker dapat pula berkembang dari tumor lokal menuju
epitelium (Kalinski, 2005). Selain itu luka kanker dapat terjadi akibat sepenuhnya
diketahui, namun Schwartz (1995, dalam Schiech, 2002) melaporkan jumlah luka
kanker sebesar 9% dari jumlah pasien kanker. Studi retrospektif yang dilakukan
Thomas (1992, dalam Draper, 2005) pada unit radioterapi dan onkologi di United
Kingdom melaporkan kejadian luka kanker dalam 4 minggu yaitu 295 dari 2417
metastase kanker (Goldberg & McGinn- yer, 2000, dalam Schiech, 2002).
pula diketahui beberapa luka kronik dapat berkembang menjadi luka
kanker, misalnya Marjolin’s ulcer (Pudner, 1998).Tanda awal luka kanker pada
beberapa kasus ditemukan nodul nontender pada kulit. Ketika sel tumor tumbuh
dan menyebar, nodul-nodul ini makin membesar dan merusak kapiler dan kelenjar
getah bening.Pertumbuhan tumor biasanya akan mengganggu sirkulasi mikro dan
mengganggu proses pembekuan darah.Hal ini akan menimbulkan perfusi yang
buruk menuju kulit, edema, dan nekrosis (Collier,1997; Mortimer, 1998; Young,
1997;dalam Naylor, 2002b).
5
Selanjutnya tumor dapat berkembang menuju struktur yang dalam dan
dapat menimbulkan sinus atau fistula pada luka, pada umumnya:
a. Malodor
Malodor merupakan sensasi yang dirasakan reseptor olfactory yang
terletak di belakang hidung (van Toller, 1994, dalam Kelly, 2001). Produksi odor
pada luka kanker selalu dirasakan dan dapat menstimuli reflek gag maupun
muntah. Malodor pada luka kanker merupakan sumber bau yang menyengat bagi
pasien, keluarga, maupun petugas kesehatan (Kalinski, 2005). Penyebab malodor
sebenarnya belum diketahui, namun beberapa hal yang berkontribusi terhadap
malodor sudah menjadi postulat yaitu terjadinya infeksi, kolonisasi bakteri
anaerob, degradasi atau nekrosis jaringan seperti dinyatakan oleh berhubungan
dengan luka di abdomen atau Bale et al (2004, dalam Cooper & Gray, perineal
(Collier, 1997; Young, 1997; dalam Naylor, 2002b). Sel tumor akan melakukan
infiltrasi pada lapisan epitel kulit melalui pembuluh darah dan pembuluh limfatik.
Proses ini akan memberikan dampak pada hemostasis darah, kelenjar getah
bening, interstisial, dan lingkungan seluler, misalnya perdarahan pada luka,
lymphedema (Pudner, 1998). Biasanya akan terjadi hipoksia jaringan dan bakteri
anaerob akan melakukan kolonisasi pada jaringan nekrotik, hal ini merupakan
karakteristik yang umum pada luka kanker (Grocott, 1995 dalam Collier, 2000).
Volatille fattyacid akan dilepaskan sebagai hasil metabolisme yang bertanggung
jawab terhadap malodor dan pembentukan eksudat pada luka kanker (Collier,
2000). Selanjutnya eksudat diproduksi akibat aktivitas protease yang berasal dari
jaringan nekrotik (Collier, 1997, dalam Pudner,1998). yang berhubungan dengan
malodor yaitu: Bacteroides spp, Prevotella spp, menimbulkan nyeri neuropati
Naylor,2002b). Jika luka kanker mengenai dermis pasien akan merasakan
superficial stinging. Nyeri juga dapat terjadi pada saat melakukan prosedur
pencucian luka atau pengangkatan balutan yang lengket pada dasar luka (Jones,
1998, dalam Naylor, 2002b). Fusobacterium nucleatum, Clostridium
perfringens, dan Anaerobic cocci (Moody, 1998; Thomas et al, 1998, dalam
Draper, 2005). Bowler et al (1999, dalam Cooper dan Gray, 2005) menyebutkan
proporsi bakteri anaerob relatif meningkat pada luka malodor. Bakteri anaerob
6
yang tidak berspora melakukan kolonisasi pada luka dan melepaskan volatille
fatty acid sebagai sisa metabolik yang bertanggung jawab menghasilkan malodor
pada luka (Moody 1998, dalam Kalinski, et al 2005).
b. Eksudat
Luka kanker juga mengeluarkan eksudat yang berlebihan dan tidak
c. Perdarahan
Luka kanker biasanya rapuh sehingga mudah berdarah terutama bila
terjadi trauma saat penggantian balutan (Hallet, 1995; Jones et al, 1998, dalam
Naylor, 2002b). Perdarahan spontan juga bisa terjadi jika tumor merusak
pembuluh darah besar. Selain itu, perdarahan dapat terjadi karena penurunan
fungsi platelet akibat tumor.
7
Pemberian obat anti kanker harus mempertimbangkan potensial keuntungan bagi
pasien, misalnya untuk mengontrol gejala pada luka kanker dan efek samping yang
timbul yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Tindakan yang biasa dilakukan
adalah radioterapi. Tindakan ini akan merusak sel kanker dan menurunkan ukuran luka,
dan meminimalkan eksudat, pendarahan maupun nyeri (Naylor, 2002).
1) Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif
dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya
untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan
kualitas hidupnya, juga memberikan dukungan kepada keluarganya. Mesti pada
akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap
secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang
dideritanya. Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan.
Dan yang ditangani bukan hanya penderita tetapi juga keluarganya (D 2009)
2) Antibiotik
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, yang dapat
menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Berdasarkan sifat toksisitas
selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba,
dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh
mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid (Ganiswara, 1995). Berdasarkan
mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok
8
(Ganiswara,1995):
9
Askep luka kanker
1. Pengkajian
Pengkajian luka meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan pengalaman pasien
yaitu reaksi pasien terhadap luka dan efeknya terhadap luka dan efeknya terhadap
aktivitas sehari-hari mekanisme koping dan efek luka terhadap hubungan sosial pasien.
Pada luka kronik perlu melakukan pendekatan holistik dalam melakukan pengkajian.
Pengkajian tidak hanya berpusat pada luka melainkan reaksi psikologis maupun efek
luka terhadap kehidupan sosial individu juga perlu dikaji. Beberapa kasus, tindakan
faliatif merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Menajemen luka perlu didiskusikan dengan pasien (Price, 1996, dalam Naylor, 2002).
Pengkajian akurat akan luka merupakan dasar yang penting untuk merencanakan
tindakan dan menilai keefektifan tindakan. Parameter yang perlu dinilai pada luka
kanker meliputi lokasi, ukuran, kedalaman, bentuk, jumlah eksudat, jenis jaringan yang
ditemukan (nekrotik, pus, granulasi, epitelisasi), tanda-tanda infeksi, nyeri (termasuk
nyerisaat pencucian luka dan penggantian balutan, kondisi kulit sekitar luka dan
perdarahan.
2. Diagnosa keperawatan
Kerusakan integritas kulit
Noc :
Kriteria hasil :
Intoleransi aktivitas
Noc :
Kriteria Hasil :
- Respon fisiologis terhadap gerakan yang memakan energi dalam aktivitas sehari-
hari
- Tindakan individu dalam mengelola energi untuk memualai dan menyelesaikan
aktivitas
- Pelaksanaan aktivitas fisik yang penuh vitalitas
- Dorongan dan energi individu untuk mempertahankan aktivitas hidup sehari-hari,
nutrisi, dan keamanan personal
- Kemampuan untuk melakukan tugas-tugas fisik yang paling dasar dan aktivitas
perawatan pribadi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Nic :
1. Memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif sosial, dan
spiritual yang spesifik untuk meningkatkan rentang, frekuensi atau durasi aktivitas
individu (kelompok)
2. Mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
mengoptimalkan fungsi
3. Memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk memperoleh manfaat terapetik,
stimulasi sensorik, dan kesejahteraan pisikologis
4. Menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau
memperbaiki fleksibilitas sendi, menggunakan aktivitas atau
protokol latihan dengan spesifik untuk meningkatkan atau memulihkan gerakan tubuh
yang terkontrol, memfasilitasi latihan otot resistif secara rutin untuk mempertahankan
atau meningkatkan kekuatan otot
5. Membantu dan mengarahkan individu untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hati instrumental (AKSI) yang diperlukan untuk berfungsi di rumah atau di komunitas
11
Gangguan rasa nyaman nyeri sedang (skala:6)
Noc :
- Tingkat persepsi positif terhadap pemudahan fisik dan psikologis
- Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
- Keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
Kriteria hasil :
Nic :
2. Pencucian luka
Luka kanker direkomendasikan untuk dicuci menggunakan irigasi lembut
dengan NaCL 0,9% atau air yang hangat. Irigasi dingin dengan tekanan tinggi
dihindari karena dapat menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan bagi pasien.
Penggunaan antiseptic topical, misalnya: chlorhexidine, povidone-iodine,
hydrogen peroxide dan sodium hypochlorite juga dihindari karena dapat merusak
jaringan dan menimbulkan nyeri.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya. Terimah kasih.
14