You are on page 1of 8

PENGARUH FOTOTERAPI TERHADAP PENURUNAN KADAR IKTERIK PADA

BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATOLOGI


RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
1
Ika Nony Kusuma Wahono, 2Anik enikmawati, 3Nurul Istiqomah
¹Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan, ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
²³Dosen Program Studi S1 Keperawatan, ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
˟Email:

Kata kunci Abstrak


Fototerapi, Latarbelakang : High Risk Infant atau faktor bayi yang mempertinggi risiko
derajat ikterik kematian perinatal atau neonatal salah satunya adalah ikterus neonatorum
atau ikterus yang merupakan penyebab kematian neonatal sekitar 20-40%
dari seluruh persalinan (Anggraini, 2014). Di Amerika Serikat, dari 4 juta
neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% menderita ikterus dalam
minggu pertama kehidupannya (Syah, 2013). Penyebab bayi ikterik adalah
kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Bilirubin ini adalah pigmen kuning
dalam sel darah merah . kelebihan bilirubin terjadi karena organ hati bayi
belum cukup matang untuk menyingkirkan bilirubin dalam aliran darah,
pada umumnya terjadi pemecahan sel darah merah pada bayi lahir cepat
disertai dengan adanya fungsi hati yang belum matang , sehingga proses
pemecahan bilirubin terjadi lambat. Pemantauan bilirubin secara klinis ini
adalah langkah awal agar dapat dilakukan intervensi selanjutnya,yaitu
apakah ada indikasi bayi dilakukan fototerapi atau tidak. Fototerapi atau
terapi dengan menggunakan sinar ultraviolet, merupakan perawatan paling
umum yang digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi pada
newborn yang mengalami Ikterus neonatorum (jaundice atau bayi kuning).
Tujuan : Untuk mengetahui Pengaruh Fototerapi terhadap Penurunan
Kadar ikterik pada bayi baru lahir. Metodologi penelitian : Jenis penelitian
yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian
Pre Eksperimental design Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah One Group Pretest Posttest. Teknik pengambilan sampel
menggunakan accidental sampling dengan mengambil data dalam kurun
waktu bulan oktober - november 2021. Hasil : Hasil penelitian diperoleh
nilai p value 0.000 yang artinya nilai p value dibawah derajat alpha 0.05
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh Fototerapi terhadap
Penurunan Kadar ikterik pada bayi baru lahir diruang Perinatologi RS
PKU Muhammadiyah Karanganyar. Kesimpulan : pemberian Fototerapi
dapat menurunkan Kadar ikterik pada bayi baru lahir diruang Perinatologi
RS PKU Muhammadiyah Karanganyar
THE EFFECT OF PHOTOTHERAPY TOWARDS REDUCTION OF JACTERIC LEVEL
IN NEWBORN BABIES IN PERINATOLOGICAL ROOM
RS PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

keywords Abstrack

Phototherapy Background: High Risk Infant or infant factors that increase the risk of
, degree of perinatal or neonatal death, one of which is neonatal jaundice or jaundice
jaundice which is the cause of neonatal death around 20-40% of all deliveries
(Anggraini, 2014). In the United States, of the 4 million neonates born each
year, about 65% suffer from jaundice in the first week of life (Shah, 2013).
The cause of jaundice is high levels of bilirubin in the blood. Bilirubin is
the yellow pigment in red blood cells. Excess bilirubin occurs because the
baby's liver is immature to deal with bilirubin in the bloodstream, in
general, the breakdown of red blood cells in babies is born quickly
accompanied by immature liver function, so the process of breaking down
bilirubin occurs slowly. Clinical bilirubin monitoring is the first step so that
further interventions can be carried out, namely whether there is an
indication that the baby is undergoing phototherapy or not. Phototherapy
or therapy using ultraviolet light, is the most common treatment used to
reduce high bilirubin levels in newborns with neonatal jaundice (jaundice
or jaundice). Objective: To determine the effect of phototherapy on
reducing jaundice levels in newborns. Research methodology: The type of
research conducted is experimental research with a pre-experimental
design. The approach used in this research is One Group Pretest Posttest.
The sampling technique used accidental sampling by taking data within the
period of October - November 2021. Results: The results of the study
obtained a p value of 0.000 which means that the p value is below the 0.05
degree so that it can be said that there is an effect of phototherapy on
reducing jaundice levels in newborns. in the Perinatology Room of PKU
Muhammadiyah Hospital Karanganyar. Conclusion: presenting
phototherapy can reduce icteric levels in newborns in the Perinatology
room of PKU Muhammadiyah Hospital Karanganyar

1. Latarbelakang : di Dunia tahun 2012 sebesar 49 per


Ikterus merupakan suatu gejala 1000 kelahiran hidup. High Risk Infant
perubahan sklera, membrane mukosa atau faktor bayi yang mempertinggi
dan kulit menjadi kuning sebagai akibat risiko kematian perinatal atau neonatal
dari kenaikan konsentrasi bilirubin salah satunya adalah ikterus neonatorum
( Beta et al 2003 ). Ikterus merupakan atau ikterus yang merupakan penyebab
gambaran klinis berupa pewarnaan kematian neonatal sekitar 20-40% dari
kuning pada kulit dan mukosa karena seluruh persalinan (Anggraini, 2014).
unconjugated bilirubin yang tinggi Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus
(Dewi et al, 2016). yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65%
Data World Health Organization menderita ikterus dalam minggu
(WHO), Angka Kematian Bayi (AKB) pertama kehidupannya (Syah, 2013).
Penyebab bayi ikterik adalah kadar sering menangis, lemas, urine berwarna
bilirubin yang tinggi dalam darah. kuning gelap, dan tinja yang berwarna
Bilirubin ini adalah pigmen kuning pucat (seharusnya berwarna
dalam sel darah merah . kelebihan kekuningan) (Dewi et al, 2016).
bilirubin terjadi karena organ hati bayi Penelitian terkait dengan fototerapi
belum cukup matang untuk pernah dilakukan oleh Dewi dan Suarta
menyingkirkan bilirubin dalam aliran 2016 tentang Efektivitas Fototerapi
darah, pada umumnya terjadi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total
pemecahan sel darah merah pada bayi pada Hiperbilirubinemia Neonatal di RSUP
lahir cepat disertai dengan adanya Sanglah . Penelitian cohort dengan
fungsi hati yang belum matang , melibatkan 44 bayi hiperbilirubinemia usia
sehingga proses pemecahan bilirubin kehamilan ≥35 minggu, melihat kadar
bilirubin sebelum dan setelah dilakukan
terjadi lambat.
fototerapi. Hasil penelitian menunjukan
Berdasarkan penelitian yang
Rerata usia kuning 4,2±0,88 hari dengan
dilakukan oleh Putri & Rositawati rerata berat badan 2784±643 gram. Rerata
(2016) Kejadian ikterus neonatorum di kadar bilirubin sebelum dilakukan
Indonesia mencapai 50% pada bayi fototerapi 15,3±1,94 mg/dL, dan setelah
cukup bulan dan kejadian ikterus dilakukan fototerapi 24 jam 12,8±1,88
neonatorum pada bayi kurang bulan mg/dL dengan p=0,001. Penurunan kadar
(premature) mencapai 58%. Angka bilirubin 2,5±0,8mg/dL dalam 24 jam
kejadian bayi ikterus neonaotum di (turun 16,3% dalam 24 jam). Komplikasi
RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung fototerapi yaitu hipertermi (2,3%) dan
tahun 2013 yaitu 4,77% dan pada tahun eritema (27,3%)
2014 yaitu 11,87%. Pemantauan Berdasarkan latar belakang di atas
bilirubin secara klinis ini adalah maka peneliti tertarik untuk melakukan
langkah awal agar dapat dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
intervensi selanjutnya,yaitu apakah ada Fototerapi terhadap Penurunan Kadar
indikasi bayi dilakukan fototerapi atau ikterik pada bayi baru lahir diruang
tidak. Cara ini dianggap lebih mudah Perinatologi RS PKU Muhammadiyah
dan murah sebagai deteksi awal Karanganyar.
dilakukannya fototerapi. 2. Metodologi penelitian
Fototerapi atau terapi dengan Jenis penelitian yang dilakukan adalah
menggunakan sinar ultraviolet, penelitian eksperimen dengan
merupakan perawatan paling umum rancangan penelitian Pre Eksperimental
yang digunakan untuk menurunkan design Pendekatan yang dilakukan
kadar bilirubin yang tinggi pada dalam penelitian ini adalah One Group
newborn yang mengalami Ikterus Pretest Posttest. Teknik pengambilan
neonatorum (jaundice atau bayi sampel menggunakan accidental
kuning). Warna kuning pada kulit bayi sampling dengan mengambil data dalam
akan lebih sulit dikenali pada bayi kurun waktu bulan oktober - november
dengan kulit lebih gelap. Namun tetap 2021
bisa mengenali kuning pada bayi di 3. Hasil penelitian
beberapa bagian pada tubuhnya, 3.1 analisa univariat
misalnya di bagian sclera mata, di a. derajat ikterik sebelum
dalam mulut, juga di telapak tangan dan intervensi
kakinya. Bayi juga kerap mengantuk, Tabel 4.1
Derajat ikterik sebelum intervensi
Derajak normalitas data. Dari hasil tersebut
ikterik Frequency Percent diperoleh nilai p value 0.000 yang
Derajat 1 1 2.4 artinya nilai p value dibawah
Derajat 2 27 64.2 derajat alpha 0.05 sehingga dapat
Derajat 3 12 28.6 disimpulkan terdapat pengaruh
Derajat 4 2 4.8 Fototerapi terhadap Penurunan
Total 42 100.0 Kadar ikterik pada bayi baru lahir
Hasil penelitian menunjukan diruang Perinatologi RS PKU
sebelum pemberian intervensi, Muhammadiyah Karanganyar
mayoritas responden 4. Pembahasan
mengalami derajat ikterik 2 4.1 Analisa Univariat
dengan frekuensi 27 responden a. Derajat ikterik pre
(64.2%). Hasil penelitian
b. derajat ikterik sesudah menunjukan sebelum
intervensi pemberian intervensi,
Tabel 4.2 mayoritas responden
Derajat ikterik sesudah intervensi mengalami derajat ikterik 2
Frequency Percent dengan frekuensi 27 responden
Derajat 1 36 85.7
(64.3%). Menurut asumsi
peneliti derajat ikterik
Derajat 2 6 14.3
disebabkan karena tingginya
Total 42 100.0
kadar billirubin pada bayi baru
Hasil penelitian menunjukan lahir, hal tersebut disebabkan
sesudah pemberian intervensi, ketidakmampuan hati dalam
mengekskresikan billirubin,
mayoritas responden mengalami faktor lainnya adalah
derajat ikterik 1 dengan pengetahuan orang tua bayi
dalam merawat bayi.
frekuensi 36 responden (85,7%). Hasil penelitian ini di
3.2 analisa bivariat dukung oleh Bunyainah (2013)
yang dalam penelitiannya
Tabel 4.3 menyatakan bahwa sebagian
Hasil uji wilcaxon responden sebelum pemberian
Mean Sum of P intervensi berada pada tingkat
Rank Ranks value derajat 4 sebanyak 58,8% yaitu
Derajat Negativ 0,000 yang meliputi daerah ikterik
Ikterik Post e Ranks
19.50 741.00 sampai Sampai lengan, tungkai
– Derajat bawah lutut. Selain itu,
Ikterik Pre
penelitian lain yang sesuai
Positive dengan hasil penelitian ini
.00 .00
Ranks
adalah yang dilakukan oleh
Tabel 4.3 menunjukan hasil uji Yanti dkk (2021) yang dalam
wilcaxon. Uji tersebut dilakukan penelitiannya di dapatkan
karena kedua data berskala sebelum tindakan intervensi
kategorik. Hidayat (2017) fototerapi diketahui bahwa
menyebutkan bahwa skala data responden yang memiliki
kategorik tidak perlu melakukan uji
kadar billirubin normal 0 bahwa terdapat hubungan
neonatus (0%) dan yang antara komplikasi perinatal
memiliki kadar billirubin yang dengan kejadian ikterus
tidak normal sebanyak 54 neonatorum, meskipun
neonatus (100%). jumlahnya lebih sedikit
Menurut Grohmanna, et dibandingkan dengan neonatus
al (2008) derajat ikterik tanpa komplikasi.
merupakan kondisi umum
diantara neonatus, disebabkan b. Derajat ikterik post
oleh kombinasi heme Hasil penelitian
meningkat dan menunjukan sesudah
ketidakdewasaan fisiologis hati pemberian intervensi,
dalam konjugasi dan ekskresi mayoritas responden
bilirubin. Sedang menurut mengalami derajat ikterik 1
Kosim, dkk (2012) Ikterus dengan frekuensi 36 responden
neonatorum adalah keadaan (85,7%). %). Menurut peneliti
klinis pada bayi yang ditandai hasil tersebut menunjukan
oleh pewarnaan ikterus pada bahwa meskipun masih
kulit dan sklera akibat terdapat bayi yang mengalami
akumulasi bilirubin tak derajat ikterik namun terdapat
terkonjugasi yang berlebih. penurunan derajat ikterik yang
Menurut Health di alami. Keren dkk (2008)
Technology Assesment menyatakan bahwa gambaran
( 2010 ) Faktor Risiko Ikterus untuk penilaian perkembangan
Neonatorum Berdasarkan ikterik bayi baru lahir di
Komplikasi (Sepsis / Asfiksia/ antaranya dimulai dari grade 1
Sefalheamtom). Terdapat dua yaitu daerah wajah dan leher,
proses yang melibatkan antara grade 2 yaitu daerah perut dada
komplikasi (asfiksia, sepsis, dan punggung, grade 3 yaitu
sefalhematom) dengan risiko daerah perut dibawah pusar
terjadinya ikterus neonatorum, sampai lutut, grade 4 yaitu
yaitu; (a) Produksi yang daerah lengan dan betis
berlebihan, hal ini melebihi dibawah lutut kemudian grade
kemampuan bayi untuk 5 daerah sampai telapak tangan
mengeluarkannya, misalnya dan kaki. Dari teori tersebut
pada perdarahan tertutup dan menunjukan bahwa fakta
sepsis. (b) Gangguan dalam penelitian yang ditemukan
proses uptake dan konjugasi peneliti, responden yang masih
hepar, gangguan ini dapat mengalami derajat ikterik
disebabkan oleh hipoksia dan menunjukan perubahan gejala
infeksi. Asfiksia dapat ikterik dari yang sebelumnya
menyebabkan hipoperfusi hati, mengalami ikterik dibeberapa
yang kemudian akan bagian tubuh, setelah diberikan
mengganggu uptake dan fototerapi mengalami
metabolisme bilirubin perubahan hanya di bagian
hepatosit. Bisa disimpulkan tubuh tertentu.
Selain itu, masih terdapat terhadap responden selama
beberapa responden yang 2x24 jam dapat menurunkan
masih mengalami derajat derajat ikterik. Selain itu,
ikterik dapat disebabkan oleh pemberian intervensi tersebut
beberapa faktor seperti juga menurunkan kadar
pemberian nutrisi pada bayi billirubin total.
yang memberikan campuran Hal tersebut dibuktikan
antara asi dan susu formula melalui penelitian yang telah
serta banyaknya ibu yang bayu dilakukan oleh Lasri 2017
mempunyai anak pertama yang menunjukkan rata – rata kadar
menyebabkan masih kurangnya bilirubin awal dan akhir
pemahaman ibu tentang tata fototerapi terjadi penurunan
cara perawatan bayi pada saat antara nilai kadar bilirubin
setelah kelahiran bayi dan (Bilirubin Total, Direk,
kurangnya informasi mengenai Indirek) awal dengan nilai
mengurangi resiko terjadinya kadar bilirubin (Bilirubin
ikterik pada bayi. Total,Direk,Indirek) akhir yang
Intervensi yang berbeda. Penurunan terbesar
diberikan selama 2x24 jam dicapai sebesar 7,931mg/dl.
dilakukan sesuai dengan SOP Hasil penelitian di
yang berlaku di RS PKU dukung oleh penelitian yang
Karanganyar.Intervensi yang dilakukan oleh Ratih (2015)
diberikan selama 2x24 jam hasil analisis tersebut diatas
dilakukan sesuai dengan SOP dapat disimpulkan bahwa
yang berlaku di RS PKU tindakan fototerapi bayi kuning
Karanganyar , disini masih dilakukan oleh instalasi
ditemukan kadar ikterik 1 kesehatan dan juga yang
karena proses fototerapi yang dilakukan pada penelitian ini
dilakukan sesuai advice dokter merupakan hal yang
dengan melakukan proses bermanfaat bagi perbaikan
fototerapi 2.24 jam sudah kondisi penderita ikterus.
mengarah ke hasil ambang Karena fototerapi yang
normal dengan catatan bayi dilakukan, berdasarkan aturan-
yang sudah dilakukian aturan dari teori-teori yang
fototerapi bugar, minum pernah ada akan menimbulkan
banyak, ASI dari ibu cukup, efek positif bagi penderita
dilanjutkan perawatan ikterus neonatorum fisiologis,
dirumah, biasanya kasus icteric yaitu dengan menurunkan nilai
akan menghilang dihari ke 7 rerata tanda ikterus.
atau 10, atau setelah 14 hari Hasil tersebut di dukung
berikutnya . Dalam proses teori dari Wong (2009) untuk
pemberiannya dilakukan oleh mengefektifkan fototerapi,
peneliti dan staff ruang yang kulit bayi harus terpajan penuh
berjaga. Menurut peneliti hasil terhadap sumber cahaya
tersebut menunjukan bahwa dengan jumlah yang adekuat.
fototerapi yang dilakukan Bila kadar bilirubin serum
meningkat sangat cepat atau Hal ini didukung oleh
mencapai kadar kritis, penelitian yang dilakukan oleh Dewi
dianjurkan untuk menggunakan (2017) yang dalam penelitiannya di
fototerapi dosis ganda atau dapatkan hasil nilai p = 0,000 dan
intensif, teknik ini dengan pada fototerapi jam ke 36 diperoleh p
menggunakan lampu overhead = 0,000. Hasil penelitian
konvensional sementara itu menunjukkan derajat ikterik sebelum
bayi berbaring dalam selimut dilakukan fototerapi sebagian besar 5
fiberoptik. Warna kulit bayi (60%), derajat ikterik setelah
tidak mempengaruhi efisiensi dilakukan tindakan fototerapi pada
pemberian fototerapi. Hasil jam ke 24 sejumlah 20 responden
terbaik terjadi dalam 24 sampai semuanya mengalami penurunan
48 jam pertama fototerapi. derajat ikterik dan sebagian besar
Selain itu, pendapat dari memiliki derajat ikterik 3 (55%),
Hendryawati (2011) yang derajat ikterik setelah dilakukan
mengatakan bahwa secara tindakan fototerapi pada jam ke 36
klinis (kramer) pemberian sejumlah 15 responden semua
fototerapi atau day light dapat mengalami penurunan derajat ikterik
menurunkan derajat ikterik dan sebagian besar memiliki derajat
pada bayi ikterik. ikterik 3 (86,7%). Maka terdapat
4.2 Analisa Bivariat pengaruh fototerapi terhadap derajat
Hasil penelitian diperoleh nilai ikterik pada bayi baru lahir.
p value 0.000 yang artinya nilai p Sedangkan menurut asumsi peneliti,
value dibawah derajat alpha 0.05 pemberian fototerapi untuk
sehingga dapat disimpulkan terdapat menurunkan kadar billirubin pada
pengaruh Fototerapi terhadap bayi baru lahir yang mengalami
Penurunan Kadar ikterik pada bayi hiperbillirubin sangat efektif, dengan
baru lahir diruang Perinatologi RS mendapatkan fototerapi kadar
PKU Muhammadiyah Karanganyar. bilirubin pada bayi baru lahir akan
Penelitian ini sejalan dengan turun dan secara klinis bayi juga
penelitian yang dilakukan oleh tidak tampak kuning lagi, selain itu
Martiza pemberian fototerapi akan
(2012) yang menyatakan bahwa mengurangi kebutuhan transfusi
terdapat hubungan yang bermakna tukar, tetapi harus diperhatikan efek
antara fototerapi dengan kejadian samping jangka pendek dari
ikterus neonatorum. fototerapi seperti dehidrasi, diare,
Penelitian yang dilakukan oleh dan lain-lain
Lintang (2014) dengan judul 5. Kesimpulan
penelitian Hubungan Jenis 5.1 Hasil penelitian menunjukan
Persalinan dengan Kejadian Ikterus
sebelum pemberian intervensi,
Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta Tahun 2014, menyatakan mayoritas responden mengalami
bahwa ada hubungan yang bermakna
derajat ikterik 2 dengan frekuensi
antara fototerapi dengan kejadian
icterus neonatorum di RSUD Dr. 27 responden (64.2%).
Moewardi Surakarta.
5.2 Hasil penelitian menunjukan Dewi et al, 2016).Efektivitas Fototerapi
Terhadap Penurunan Kadar
sesudah pemberian intervensi,
Bilirubin Total pada
mayoritas responden mengalami Hiperbilirubinemia Neonatal di
RSUP Sanglah.Jurnal Sari
derajat ikterik 1 dengan frekuensi
Pediatri. Vol. 18, No. 2
36 responden (85,7%). Hammerman dan Kaplan, (2010).
Imbalance between production
5.3 hasil tersebut diperoleh nilai p
and conjugation of bilirubin: A
value 0.000 yang artinya nilai p fundamental concept in the
mechanism of neonatal jaundic
value dibawah derajat alpha 0.05
Mishra.(2007).aundice in the newborn.
sehingga dapat disimpulkan Indian Journal of Pediatrics, 75:
157-163
terdapat pengaruh Fototerapi
Putri & Rositawati (2016). Hubungan
terhadap Penurunan Kadar ikterik BBLR dan asfiksia dengan
kejadian ikterus neonatorum.
pada bayi baru lahir diruang
Jurnal Obstretika Scientia, 4(2),
Perinatologi RS PKU 508–520.
Sholeh (2012). Analisis risiko kejadian
Muhammadiyah Karanganyar
Berat Bayi Lahir Rendah
6. Daftar pustaka (BBLR) pada primigravida.
Arief.(2009).Neonatus & Asuhan Jurnal Media Gizi Indonesia,
Keperawatan Anak. Cetakan 10(1), 57–63
pertama. Yogyakarta Sari, (2018).A suhan Kebidanan
Cloherty et al., 2013). Neonatal Persalinan. Jakarta : Trans Info
hyperbilirubinemia. Manual of Medias
Neonatal care. 5 ed. USA ; Stokowski G1, Steele D,
lippincott wiliam & wilkins 2011.Fundamentals of
Cunningham (2012). Obstetri Phototherapy for Neonatal
WilliamsEdisi 23. Jakarta: EGC Jaundice.
Dwienda (2014),Buku Ajar Asuhan Sugiyono (2016) Metode Penelitian
Kebidanan Neonatus, Bayi / Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Balita dan Anak Prasekolah Bandung: PT Alfabet.
untuk Para Bidan. Yogyakarta :
Deepublish

You might also like