You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

VOMITUS (MUNTAH)

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat
gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar
saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi
oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani
yaitu Pharynk.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium

Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media
= bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi
dengan laring.

Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga, Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan
orofaring dengan laring

3. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani:
οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.

Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)


 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

4. Lambung

a. Lambung terletak pada epigastrium dan terdiri dari mukosa, submukosa, lapisan otot
yang tebal, dan serosa. Mukosa ventriculus berlipat-lipat atau rugae. Secara anatomis
ventriculus terbagi atas kardiaka, fundus, korpus, dan pilorus. Sphincter cardia
mengalirkan makanan masuk ke dalam ventriculus dan mencegah reflux isi ventriculus
memasuki oesophagus kembali. Di bagian pilorus ada sphincter piloricum. Saat
sphincter ini berrelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika berkontraksi
sphincter ini mencegah terjadinya aliran balik isi duodenum (bagian usus halus) ke
dalam ventriculus (Budiyanto, 2005; Faradillah, Firman, dan Anita. 2009).
b. Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel goblet. Kelenjar
bervariasi strukturnya sesuai dengan bagiannya. Pada bagian cardiac kelenjar terutama
adalah sel mukus. Pada bagian fundus dan corpus kelenjar mengandung sel parietal
yang mensekresi HCl dan faktor intrinsik, dan chief cell mensekresi pepsinogen. Bagian
pilorus mengandung sel G yang mensekresi gastrin (Chandrasoma, 2006).
c. Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek erosif asam lambung.
Sel mukosa memiliki permukaan apikal spesifik yang mampu menahan difusi asam ke
dalam sel. Mukus dan HCO3 dapat menetralkan asam di daerah dekat permukaan sel.
Prostaglandin E yang dibentuk dan disekresi oleh mukosa lambung melindungi lambung
dan duodenum dengan merangsang peningkatan sekresi bikarbonat, mukus lambung,
aliran darah mukosa, dan kecepatan regenarasi sel mukosa. Aliran darah mukosa yang
bagus, iskemia dapat mengurangi ketahanan mukosa (Price dan Wilson, 2006).
d. Fungsi utama lambung adalah sebagai tempat penampungan makanan, menyediakan
makanan ke duodenum dengan jumlah sedikit secara teratur. Cairan asam lambung
mengandung enzim pepsin yang memecah protein menjadi pepton dan protease. Asam
lambung juga bersifat antibakteri. Molekul sederhana seperti besi, alkohol, dan glukosa
dapat diabsorbsi dari lambung (Guyton, 1997).

5. Usus halus (usus kecil)

a. Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,
gula dan lemak.
b. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M
sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar
). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1) Usus dua belas jari (Dudenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan
organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.
pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua
belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan
secara makroskopis.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa
Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti
“kosong”.

3) Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.

6. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari :

· Kolon asendens (kanan)


· Kolon transversum
· Kolon desendens (kiri)
· Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

7. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu
kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang
kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

8. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau
hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai
cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian
yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.

Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

9. Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air
besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam
rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.
Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

10. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas
terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas
jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

 Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan


 Pulau pankreas, menghasilkan hormon

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke


dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh
tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai
saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang
berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

11. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai
fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.

Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat.
Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani
untuk hati, hepar.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah.

Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan
zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum

12. Kandung empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya.
Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

· Membantu pencernaan dan penyerapan lemak


· Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medulla
oblongata otak. Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut
dengan bantuan kontraksi otot-otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi,
ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali kemulut
akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secara sadar
untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan
kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh
hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan
kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat.

2. ETIOLOGI
Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis mutah
tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur
dan gejala gastrointestinal yang lain. Kelainan anatomik kongenital, genetik, dan penyakit
metabolik lebih sering terlihat pada periode neonatal, sedangkan peptik, infeksi, dan
psikogenik sebagai penyebab mutah lebih sering terjadi dengan meningkatnya umur,
intoleransi makanan, perilaku menolak makanan dengan atau tanpa muntah sering
merupakan gejala dari penyakit jantung, ginjal, paru, metabolik, genetik, kelainan
neuromotor.
Penyebab muntah bisa karena
a. Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan
b. Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme
karbohidrat galaktosemia dan sebagainya', kelainan metabolisme asam amino(asam
organic &misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria' ).
c. Gangguan pada system syaraf (neurologic)' bisa karena gangguan pada struktur (misalnya
hidrosefalus) adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis) maupun karena
keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme
lainnya)
d. Masalah sensitifitas
e. Keracunan makanan atau toksin di saluran pencernaan
f. Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang mencari perhatian
dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan jari telunjuknya.
Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang paling sering terjadi pada
anak-anak. Pada kondisi ini, muntah biasanya terjadi bersama-sama dengan diare dan
rasa sakit pada perut. Pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri patogen. virus
utama penyebab muntah adalah rotavirus, sementara bakteri patogen mencakup
Salmonella, Shigella, campylobacter dan Escherichia coli.

3. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala vomiting atau muntah antara lain
a. Keringat dingin
b. Suhu tubuh yang meningkat
c. Mual
d. Nyeri perut
e. Akral teraba dingin
f. Wajah pucat
g. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
h. Pengeluaran saliva yang meningkat
i. Bisa disertai dengan pusing

4. PATOFISIOLOGI
Impuls-impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls-
impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon terhadap
distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang sebagai respon terhadap rangsangan
kimiawi oleh bahan yang menyebabakan muntah. Muntah merupakan respon refleks simpatis
terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada
organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis
tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga
menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan
kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan
penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus
dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
5. PATHWAY

Distensi berlebihan, iritasi respon kimiawi oleh emetik


(bahan yang menyebabkan muntah/pekak)
hipoksia dari nyeri pada lambung atau duodenum

Impuls- impuls aferen dicetuskan

Obat pencetus muntah


(opomorfin,levodopa, digitalis)
Berjalan melalui nervus vagus dan simpatis

Peningkatan TIK Merangsang CTZ


Merangsang pusat muntah di
(Tekanan Intra Kranial) Cemoresptor Trigger Zone
medula oblongata

Perubahan gerak cepat


Otot-otot abdomen dan diafragma berkontraksi

Mencetuskan gerakan peristaltik terbalik

Isi usus mengalir balik ke dalam lambung

Distensi lambung

Lambung mendorong diafragma ke arah kavum thorak

Tekanan intratorakal meningkat

Memaksa spingter esophagus bagian atas membuka, glottis

menutup dan palatum mole menyekat nasofaring

Tekanan memaksa isi lambung melewati

spingter untuk disemburkan keluar melalui mulut

Muntah
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap
2) Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
3) Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau
kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
4) Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai gastroenteritis atau
infeksi parasit.
b. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga bayi
akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium meal.
c. Foto polos abdomen
1) Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi malformasi
anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
2) Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak spesifik
karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
3) Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma
menandakan adanya perforasi.
d. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang menyebabkan
obstruksi pada pengeluaran gaster.
e. Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada intususepsi.

7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi keadaan
hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat
rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi. Pada muntah bilier atau
suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak memberikan
makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang dihubungkan
dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah
untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik
muntah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa
mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak
dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang
merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu
ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu
antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion
sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis,
dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.

8. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan alkaliosis.
a. Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.
b. Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan (shock).
c. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut, pendarahan
konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah, jahitan bisa terlepas
pada penderita pasca operasi dan timbul pendarahan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN VOMITUS


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
b. umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
c. Riwayat kesehatan
d. Keluhan utama &keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian', mual,muntah
e. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saatmasuk rumah
sakit).
f. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lainyang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak').
g. Pemeriksaan fisik (tanda-tanda vital sign, tanda-tanda dehidrasi &turgor kulit, mukosa
mulut kering, kelopak mata cekung, produksi urine berkurang, tanda- tanda shock
Penurunan berat badan). Pemeriksaan Penunjangang, Pemeriksaan laboratorium, analisis
urine dan darah foto polos abdomen maupun dengan kontrasc.

2. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL PADA KLIEN


a. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
b. Ketidakseimbangn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan b/d hipovolemia
d. Cemas b/d perubahan status kesehatan
3. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


keperawatan

1 Defisit volume cairan NOC: Fluid management


b/d kehilangan cairan Fluid balance Timbang popok/pembalut
aktif Hydration jika diperlukan
Nutritional Status : Food Pertahankan catatan intake
Definisi : Penurunan and Fluid Intake dan output yang akurat
cairan intravaskuler, Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi (
interstisial, dan/atau Mempertahankan urine kelembaban membran mukosa,
intrasellular. Ini output sesuai dengan usia nadi adekuat, tekanan darah
mengarah ke dan BB, BJ urine normal, ortostatik ), jika diperlukan
dehidrasi, kehilangan HT normal Monitor vital sign
cairan dengan Tekanan darah, nadi, Monitor masukan makanan /
pengeluaran sodium suhu tubuh dalam batas cairan dan hitung intake kalori
normal harian
Batasan Karakteristik Tidak ada tanda tanda Kolaborasikan pemberian
: dehidrasi, Elastisitas cairan IV
- Kelemahan turgor kulit baik, Monitor status nutrisi
- Haus membran mukosa Dorong masukan oral
- Penurunan turgor lembab, tidak ada rasa Berikan penggantian
kulit/lidah haus yang berlebihan nesogatrik sesuai output
- Membran Dorong keluarga untuk
mukosa/kulit kering membantu pasien makan
- Peningkatan denyut Tawarkan snack ( jus buah,
nadi, penurunan buah segar )
tekanan darah, Kolaborasi dokter jika tanda
penurunan cairan berlebih muncul meburuk
volume/tekanan nadi Atur kemungkinan tranfusi
- Pengisian vena Persiapan untuk tranfusi
menurun
- Perubahan status
mental
- Konsentrasi urine
meningkat
- Temperatur tubuh
meningkat
- Hematokrit
meninggi
- Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada third
spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kehilangan volume
cairan secara aktif
- Kegagalan
mekanisme
pengaturan
2 Ketidakseimbangn NOC : Nutrition Management
nutrisi kurang dari Nutritional Status : food Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d and Fluid Intake Kolaborasi dengan ahli gizi
gangguan absorbsi Kriteria Hasil : untuk menentukan jumlah kalori
Adanya peningkatan dan nutrisi yang dibutuhkan
Definisi : Intake berat badan sesuai pasien.
nutrisi tidak cukup dengan tujuan Anjurkan pasien untuk
untuk keperluan Berat badan ideal sesuai meningkatkan intake Fe
metabolisme tubuh. dengan tinggi badan Anjurkan pasien untuk
Mampu mengidentifikasi meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik kebutuhan nutrisi vitamin C
: Tidak ada tanda tanda Berikan substansi gula
- Berat badan 20 % malnutrisi Yakinkan diet yang dimakan
atau lebih di bawah Tidak terjadi penurunan mengandung tinggi serat untuk
ideal berat badan yang berarti mencegah konstipasi
- Dilaporkan adanya Berikan makanan yang terpilih (
intake makanan yang sudah dikonsultasikan dengan
kurang dari RDA ahli gizi)
(Recomended Daily Ajarkan pasien bagaimana
Allowance) membuat catatan makanan
- Membran mukosa harian.
dan konjungtiva Monitor jumlah nutrisi dan
pucat kandungan kalori
- Kelemahan otot Berikan informasi tentang
yang digunakan kebutuhan nutrisi
untuk Kaji kemampuan pasien untuk
menelan/mengunyah mendapatkan nutrisi yang
- Luka, inflamasi dibutuhkan
pada rongga mulut
- Mudah merasa Nutrition Monitoring
kenyang, sesaat BB pasien dalam batas normal
setelah mengunyah Monitor adanya penurunan berat
makanan badan
- Dilaporkan atau Monitor tipe dan jumlah
fakta adanya aktivitas yang biasa dilakukan
kekurangan makanan Monitor interaksi anak atau
- Dilaporkan adanya orangtua selama makan
perubahan sensasi Monitor lingkungan selama
rasa makan
- Perasaan Jadwalkan pengobatan dan
ketidakmampuan tindakan tidak selama jam
untuk mengunyah makan
makanan Monitor kulit kering dan
- Miskonsepsi perubahan pigmentasi
- Kehilangan BB Monitor turgor kulit
dengan makanan Monitor kekeringan, rambut
cukup kusam, dan mudah patah
- Keengganan untuk Monitor mual dan muntah
makan Monitor kadar albumin, total
- Kram pada protein, Hb, dan kadar Ht
abdomen Monitor makanan kesukaan
- Tonus otot jelek Monitor pertumbuhan dan
- Nyeri abdominal perkembangan
dengan atau tanpa Monitor pucat, kemerahan, dan
patologi kekeringan jaringan konjungtiva
- Kurang berminat Monitor kalori dan intake
terhadap makanan nuntrisi
- Pembuluh darah Catat adanya edema, hiperemik,
kapiler mulai rapuh hipertonik papila lidah dan
- Diare dan atau cavitas oral.
steatorrhea Catat jika lidah berwarna
- Kehilangan rambut magenta, scarlet
yang cukup banyak
(rontok)
- Suara usus
hiperaktif
- Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

3 Ketidakefektifan NOC : NIC :


perfusi jaringan b/d Circulation status Peripheral Sensation
hipovolemia Tissue Prefusion : cerebral Management (Manajemen
sensasi perifer)
Kriteria Hasil : Monitor adanya daerah tertentu
mendemonstrasikan status yang hanya peka terhadap
sirkulasi yang ditandai panas/dingin/tajam/tumpul
dengan : Monitor adanya paretese
Tekanan systole Instruksikan keluarga untuk
dandiastole dalam mengobservasi kulit jika ada lsi
rentang yang diharapkan atau laserasi
Tidak ada Gunakan sarun tangan untuk
ortostatikhipertensi proteksi
Tidk ada tanda tanda Batasi gerakan pada kepala,
peningkatan tekanan leher dan punggung
intrakranial (tidak lebih Monitor kemampuan BAB
dari 15 mmHg) Kolaborasi pemberian analgetik
mendemonstrasikan Monitor adanya tromboplebitis
kemampuan kognitif Diskusikan menganai penyebab
yang ditandai dengan: perubahansensasi
berkomunikasi dengan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan
menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
memproses informasi
membuat keputusan
dengan benar
menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada
gerakan gerakan
involunter

4 Cemas b/d perubahan NOC : NIC :


status kesehatan Anxiety control
Coping Anxiety Reduction (penurunan
Definisi : Impulse control kecemasan)
Perasaan gelisah Kriteria Hasil :
yang tak jelas dari Klien mampu Gunakan pendekatan yang
ketidaknyamanan mengidentifikasi dan menenangkan
atau ketakutan yang mengungkapkan gejala
disertai respon cemas Nyatakan dengan jelas
autonom (sumner Mengidentifikasi, harapan terhadap pelaku pasien
tidak spesifik atau mengungkapkan dan
tidak diketahui oleh menunjukkan tehnik Jelaskan semua prosedur dan
individu); perasaan untuk mengontol cemas apa yang dirasakan selama prosedur
keprihatinan Vital sign dalam batas
disebabkan dari normal Pahami prespektif pasien
antisipasi terhadap Postur tubuh, ekspresi terhdap situasi stres
bahaya. Sinyal ini wajah, bahasa tubuh dan
merupakan tingkat aktivitas Temani pasien untuk
peringatan adanya menunjukkan memberikan keamanan dan
ancaman yang akan berkurangnya kecemasan mengurangi takut
datang dan
memungkinkan Berikan informasi faktual
individu untuk mengenai diagnosis, tindakan
mengambil langkah
prognosis
untuk menyetujui
terhadap tindakan Dorong keluarga untuk
Ditandai dengan
menemani anak
Gelisah
Insomnia Lakukan back / neck rub
Resah
Ketakutan Dengarkan dengan penuh
Sedih perhatian
Fokus pada diri
Kekhawatiran Identifikasi tingkat
Cemas kecemasan

Bantu pasien mengenal


situasi yang menimbulkan
kecemasan

Dorong pasien untuk


mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi

Kolaborasi pemberian obat


untuk mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Deddy Satriya.2009 Muntah pada anak. Di sunting dan di terbitkan Klinik Dr. Rocky™.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad/ FK-UNRI. Pekanbaru

Suraatmaja, Sudaryat. 2010. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta gastroenterologi

anak. CV. Sagung Seto. Jakarta

You might also like