Professional Documents
Culture Documents
Royfatul
Royfatul
A DENGAN PENYAKIT
DISPEPSIA DI PADANG UTARA
KAPUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
DISUSUN OLEH :
T.A. 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan Home Care pada Tn. A dengan penyakit
Dispepsia “Diwilayah Kerja Puskesmas Bontosunggu Dusun Padang Utara”
Nim : A.19.11.061
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
RHOYFATUL RIZQY D. A.
Mengetahui
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mah Kuasa,berkat limpahan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Askep ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN PENYAKIT CHF (CONGGESTIVE HEART FAILURE) PADA PASIEN K DI
KAPUPATEN KEPULAUAN SELAYAR”
Dalam penilisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan
baik dalam pembuatan asuhan keperawatan ini. Namun berkat bimbingan dan arahan serta bantuan
berbagai pihak Asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
:
1. Ibu Dr. Muriyati, S.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba
2. Ibu Julianti, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing institusi
3. selaku dosen pembimbing lahan dipuskesmas bontosunggu
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan moral maupun material, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penusunan makalah ini
5. Rekan – rekan mahasiswa/i yang telah memberikan bantuan dalam rangka penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa penulis Asuhan keperwatan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan tenaga keperawatan pada
khususnya dalam meningkatkan perawatan pada pasien.
H. PATHWAY ........................................................................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................................... …….........
A. PENGKAJIAN........................................................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................................................................
C. INTERVENSI KEPERAWATAN...............................................................................................
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN..........................................................................................
E. EVALUASI............................................................................................................................
F. PATHWAY............................................................................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................................
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................
B. SARAN.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 yang diterbitkan DepKes RI
pada tahun 2012, dispepsia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di Rumah
Sakit tahun 2010. Pada urutan ke-5 dengan angka kejadian kasus sebesar 9594 kasus
pada pria dan 15122 kasus pada wanita. Sedangkan untuk 10 besar penyakit rawat jalan
di Rumah Sakit tahun 2010, dispepsia berada pada urutan ke-6 dengan angka kejadian
kasus sebesar 34981 kasus pada pria dan 53618 kasus pada wanita. Jumlah kasus baru
sebesar 88599 kasus. (DepKes RI, 2012) Dispepsia merupakan salah satu gangguan
yang diderita oleh hampir seperempat populasi umum dinegara industri dan merupakan
salah satu alasan orang melakukan konsultasi ke dokter .
Dispepsia berasal dari bahasa yunani yaitu duis bad (buruk) dan peptin
(pencernaan). Dispepsia merupakan istilah yang digunkan untu8 k suatu sindrom
atau kumpulan gejala / keluhan yang terdiri dari rasa nyeri atau rasa tidak nyaman di
ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut terasa cepat
penuh / begah. Secara garis besar, penyebab sindrom dispepsia ini dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok penyakit organik seperti (tukak peptik, gastritis, batu
kandung empedu dan lain-lain ) dan kelompok dimana sarana penunjang diagnostik
yang konvensional atau baku (radiologi, endoskopi, laboratorium) tidak dapat
memperlihatkan adanya gannguan patologis struktural atau biokimiawi, disebut
gangguan fungsional. Dispepsia fungsional dibagi menjadi 2 kelompok, yakni
postprandial distress syndrome dan epigastric pain syndrome.
Pasien yang mengalami penyakit dispepsia sering disertai dengan rasa nyeri
atau rasa tidak nyaman dibagian perut. Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan
yang dapat dialami oleh setiap orang. Rasa nyeri dapat menjadi peringatan terhadap
adanya ancaman yang bersifat aktual maupun potensian. Namun, nyeri bersifat
subjektif dan sangat idividual. Respons seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh
faktor jenis
B.RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain;
1. Apa definisi dari dispepsia?
2 .Apa etiologidari dispepsia?
3. Apa patofisiologi dispepsia?
4. Bagaimana menufertasi klinis dari dispepsia?
5. Apa komplikasi dari dyspepsia?
6. Apa pemeriksaan diagnose untuk dispepsia ?
7. bagaimana penatalaksanaan medis untuk dyspepsia ?
8.bagaimana asuhan keperawatan untuk didpepsia?
B. Tujuan:
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada TN. A Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Dispepsia Di UPT. Puskesmas bontosunggu .
2. Mahasiswa mampu melakukan perumusan diagnosa keperawatan pada TN.A
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan : Dispepsia Di UPT. Puskesmas
bontosunggu
3. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada TN.A Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Dispepsia Di UPT. Puskesmas bontosunggu
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada TN.A Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan : Dispepsia Di UPT. Puskesmas bontosunggu
5. Mahasiswa mampu melakukan eva sia Di UPT. Puskesmas bontosunggu
BAB II
PEMBAHASAN
1. KOSEP MEDIS
A. Pengertian Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata (dys) buruk dan peptei
(pencernaan). Secara lebih jelas, arti kata dispepsia adalah sekumpulan gejala nyeri,
perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap, atau berulang disertai dengan
gejala lainnya seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang, kembung, bersendawa,
nafsu makan menurun, mual, muntah, dan dada terasa panas, yang berlangsung sejak 3
bulan terakhir, dengan awal gejala timbul 6 bulan sebelumnya.
B. EtiologI
1. Perubahan pola makan
2. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
3. Alkohol dan nikotin rokok
4. Stres
5. Tumor atau kanker saluran pencernaan
C. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada sindrom dispepsia antara lain rasa nyeri atau
ketidaknyamanan di perut, rasa penuh di perut setelah makan, kembung, rasa
kenyang lebih awal, mual, muntah, atau bersendawa. Pada dispepsia organik,
kecenderungkan keluhan tersebut menentap, disertai rasa kesakitan dan jarang
memiliki riwayat psikiatri sebelumnya. Sedangkan pada dispepsia fungsional
terdapat dua pola yang telah ditentukan adalah: a) postprandial distres syndrome,dan b)
epigastric pain syndrome (Drug & Stanciu, 2007).
Kriteria Roma III menjelaskan dua pola dispepsia yang berbeda tergantung
pada apakah gejala tersebut terutama berkaitan dengan asupan makanan dan atau
berkaitan dengan ketidakmampuan untuk menyelesaikan makan (postprandial
distres syndrome) atau lebih didominasi oleh rasa sakit (epigastric pain syndrome)
(Abdullah & Gunawan, 2012).
Sementara pola ini dikembangkan lebih berdasarkan kepada pendapat ahli
daripada bukti klinis, beberapa data yang mendukung relevansi klinis untuk
perbedaan ini mulai muncul dengan satu penelitian misalnya, menunjukkan bahwa
kecemasan berhubungan dengan postprandial distres syndrome tetapi tidak
berhubungan dengan epigastric pain syndrome dan yang lain menunjukkan bahwa
genetik berhubungan dengan epigastric pain syndrome dan tidak berhubungan
dengan postprandial distres syndrome (Abdullah & Gunawan, 2012)
E. Komplikasi
yaitu luka pada lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung
terpapar oleh asam lambung dan dapat mengakibatkan kanker pada lambung
(Djojoningrat, 2009).
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik adalah untuk mengeksklusi gangguan organik atau biokimiawi.
Pemeriksaan laboratorium (gula darah, fungsi tiroid, fungsi pankreas, dll), radiologi
(barium meal, USG) dan endoskopi merupakan langkah paling penting untuk ekslusi
penyebab organik maupun biokimiawi.
Esofagogastroduoendoskopi dapat dilakukan bila sulit membedakan antara dispepsia
fungsional dan organik, terutama bila gejala yang timbul tidak khas, dan menjadi indikasi
mutlak bila pasien berusia lebih dari 55 tahun dan didapatkan tanda-tanda bahaya (alarm
symptoms yaituperdarahan dari rektal dan melena, penurunan berat badan >10%,
anoreksia, muntah yang persisten, anemia, massa di abdomen atau limfadenopati,
disfagia yang progresif atau odinofagia, riwayat keluarga keganasan saluran cerna bagian
atas, riwayat keganasan atau operasi saluran cerna sebelumnya, riwayat ulkus peptikum,
kuning/jaundice).
G. Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori
1996,ditetapkanskema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan
dengantenaga ahli(gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi
denganpenatalaksanaandispepsia di masyarakat.Pengobatan dispepsia mengenal
beberapa golongan obat, yaitu:
a. Antasid
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresiasam
lambung. Antasid biasanya mengandungi Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan
Mgtriksilat. Pemberian antasid jangan terus- menerus, sifatnya hanya simtomatis,
untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama,
juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis
besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2. Sering digunakan
adalah gabungan Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Aluminum
hidroksida boleh menyebabkan konstipasidan penurunan fosfat; magnesium
hidroksida bisa menyebabkan BAB encer. Antacid yangsering digunakan adalah
seperti Mylanta, Maalox, merupakan kombinasi Aluminium hidroksida dan
magnesium hidroksida. Magnesium kontraindikasi kepada pasiengagal ginjal kronik
karena bisa menyebabkan hipermagnesemia, dan aluminium bias menyebabkan
kronik neurotoksik pada pasien tersebut.
b. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seks
resiasam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
c. Antagonis reseptor H2Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati
dispepsia organik atau esensial sepertitukak peptik. Obat yang termasuk golongan
antagonis reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
d. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI).
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses
sekresiasam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,
lansoprazol, dan pantoprazol. Waktu paruh PPI adalah ~18jam ; jadi, bisa dimakan
antara 2dan 5 hari supaya sekresi asid gastrik kembali kepada ukuran normal. Supaya
terjadi penghasilan maksimal, digunakan sebelum makan yaitu sebelum sarapan pagi
kecuali omeprazol.
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN
No. RM :
Tanggal :
Ruangan :
DATA UMUM
1. Identitas Klien
Golongan darah :
Sumber info :
Nama : Umur :
Telp. ………………...
II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan utama : klaen mengatakan bahwa ia sering mengalami nyeri pada bagian
perut
3. Riwayat Penyakit :
Provocative/Palliative
1. Nyeri ringan
2. Nyeri sedang
3. Nyeri berat
1. Data Medik
B. Diagnosa Medik
o Saat masuk :
o Saat pengkajian :
II. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Penyebab : -
lengkap
Lain-lain :
Simbol genogram :
identik
: Perempuan : Berpisah
: lahir
mati
kembali normal
penyakinya
lingkunganya
9. Perhatian thd org lain & lawan bicara : klien dan keluarga sangat terbuka dengan
lingkungan sekitar
1. Makan
Setelah MRS : klien mengatakan setelah masuk rumah sakit porsi makanya
2. Minum
Setelah MRS : klien mengkomsumsi air 5 – 7 gelas / hari dengan jumlah 1,5
Sebelum MRS : klien mengkomsumsi air 7 – 8 gelas / hari dengan jumlah 1,5
liter / hari
3. Eliminasi fekal/BAB
Sebelum MRS : klien mengatakan bahwa BAB lancer kurang lebih 1 kali
4. Eliminasi urine/BAK
Setelah MRS :-
6. Personal hygiene
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kehilangan BB : 50 kg
Kelemahan : klien tidak mengalami kelemahan
Vital sign : 120/80
Tingkat kesadaran : -
2. Head to toe
o Kulit/integumen : sawo matang
o Kepala & rambut : bentuk kepala bulat, rambut hitam
o Kuku : : tidak ada tanda implasi pada kuku
o Mata/penglihatan : simetris, tidak ada secret, konjungtiva merah muda,
sclera putih, mata cowong
o Hidung/penghiduan : simetris, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada polip
o Telinga/pendengaran : simetris, tidak ada benjolan , lubang telinga bersih,
tidak ada serumen
o Mulut dan gigi : mukosa bibir kering, tidak ada stomatis, lidahbersih
o Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tyroid, limphe, tidak ada
bendungan vena jugularis,tidak ada kaku kuduk
o Dada : dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding
dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan
o Abdomen : simetris, peristaltic meningkat 40x/mnt, hipertimban,
Perut kembung
o Perineum & genitalia : jenis kelamin laki-laki, tidak odem, tidak ada kelainan,
Kulit perineal kemerahan
o Extremitas atas & bawah : lengan bergerak bebas, kedua kaki bergerak bebas,
tidak ada odem
3. Pemeriksaan diagnostik (meliputi no, tanggal , hasil pemeriksaan, Nilai normal)
………………., ……………………………
Yang mengkaji,
………………………………………………
NIM :
SKRINING NYERI
Sebutkan, ...........................................................
PENGKAJIAN LUKA
a. Tipe luka
Akut kronik
b. Tipe penyembuhan
Primary Intention Healing
Delayed Primary Intention Healing
Secondary Intention Healing
c. Kehilangan jaringan
Superficial Thickness Partial Thickness Full Thickness
d. Penampilan klinis
Necrotic atau hitam Sloughy atau Kuning Granulating atau
merah
Epitheliating atau pink
e. Lokasi luka : menyebar dari mandibula, clavicula sampai pada mammae
f. Pengukuran luka
Two dimensional assesment
g. Faktor-fktor yang mempengaruhi atau menghambat penyembuhan
Diabetes Anemia Rhematoid Arthritis Smooking
IBD Keganasan Gangguan Pembuluh darah Benda asing pada luka
Infeksi Immobilitas Radiotherapi Perilaku pasien Faktor tak
diketahui dll
h. Pengobatan yang berpengaruh pada pelayanan
Antibiotik TT dll
i. Status nutrisi
Baik NGT Berat dibawah rata-rata dibanding tinggi badan
Sedang suplemen Nutrisi Berat diatas rata-rata dibanding tinggi badan
Penanganan Medis
Checklist bila
dibutuhkan
Decubitus-care
Dressing – simple
Dressing – sterile
Kateter
Monitor tanda vital
Oksigen
Pemeriksaan darah/gula darah
Latihan kemandirian
Fisioterapi
Latihan fisik
FORMAT KLASIFIKASI DATA
Nama / umur :
Ruang / kamar :
Fisiologis Respirasi
Sirkulasi
DS:
- Kram/nyeri abdomen
DO:
Gangguang keseimbangan
cairan
DS:
DO:
- Malas makan
- Mulut kering
Eliminasi
Neorosensori
Mengeluh nyeri
DO:
- Tampak meringis
- Gelisah
- Sulit tidur
Gangguan kenyamanan
DS:
- Merasa bingung
dihadapi
- Sulit berkonstrasi
DO:
-Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sering berkemih
Integritas Ego
Nama / umur :
Ruang / kamar :
kebutuhan tubuh
DO :
pecah
-Porsi makan tidak habis
-Tampah mual
Kesehatan
DO:
-K/ulemah-Tampakkondisi
kamarkurang mendukung-
klientampakgelisah
Nama / umur :
Ruang / kamar :
Nama / umur :
Ruangan :
1 Nyeri akut Identifikasi lokasi, local Berikan teknik non Jelaskan penyebab, Kolaborasi
karakteristik durasi, farmakologis untuk periode, dan pemicu pemberian
frekuensi, kualitas, mengurangi rasa nyeri nyeri
analgetik jika
intensitas nyeri (mis. TENS, hipnosis, Jelaskan strategi
Identifikasi skala nyeri akupresus, terapi musik, meradahkan nyeri perlu
Identifikasi respon nyeri biofeedback, terapi pijat, Anjurkan memonitor
nonverbal aroma terapi, teknik nyeri secara mandiri
Identifikasi faktor yang imajinasi terbimbing, Anjurkan
memperberat dan kompres hangat atau menggunakan analgetik
memperingan nyeri dingin, terapi bermain) secara tepat
Identifikasi pengetahuan Kontrol lingkungan yang Ajarkan teknik non
dan keyakinan tentang memperberat rasa nyeri farmakologis untuk
nyeri (mis. Ruangam, mengurangi rasa nyeri
Identifikasi pengaruh pencahayaan, kebisingan)
budaya terhadap respon Fasilitas istirahat dan tidur
nyeri Pertimbangan jenis dan
Identifikasi pengaruh nyeri sumber nyeri dalam
pada kualitas hidup pembilihan strategi
Monitor keberhasilan terapi meredahkan nyeri
komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek samping
pengguanaan anal getik
Ketidak Identifikasi kebiasaan Bina hubungan terapeutik Informasikan perlunya Rujuk pada
seimbangan nutrisi makan dan perilaku makan Sepakati lama waktu modifikasi diet (mis. ahli gizi, jika
yang akan di ubah pemberian konselin Penurunan atau perlu
Identifikasi kemajuan Tetapkan tujuan janka penambahan berat
modifikasi diet secara pendek dan jangka panjang badan pembatasan
regular yang realities natrium atau cairan,
Monitor intake dan output Gunakan standar nutrisi pengurangan
cairan, nilai hemoglobin, sesuai program diet dalam kolesterol)
2
tekanan darah, kenaikan mengevaluasi kecukupan Jelaskan program gizi
berat badang dan kebiasaan asupan makanan dan presepsi pasien
membeli makanan Pertimbangkan factor – terhadap diet yang
PENUTUP
Kesimpulan