You are on page 1of 7

1.

RMD (Rock Mass Description)


RMD adalah penggambaran massa batuan yang pembobotannya didasarkan pada nilai RQD
(Rock Quality Design) batuan di lokasi penelitian.
RQD merupakan parameter yang digunakan untuk menunjukan kualitas massa batuan dengan
menggunakan data yang diperoleh pemboran inti.
(∑ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑟𝑒 ≥10 𝑐𝑚)
RQD = × 100%
(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑐𝑜𝑟𝑒)
RQD dapat dihitung secara tidak langsung melalui pengukuran orientasi dan jarak antar
kekar pada singkapan batuan (scanline). Dengan metode scanline diperoleh frekuensi bidang
lemah per meter. Nilai RQD dapat ditentukan melalui persamaan Priest dan Hudson (1976).
RQD = 100e-0,1𝝺 (0,1 𝝺 +1)

Tabel 1. Klasifikasi Massa Batuan (Terzaghi, 1946)


Kondisi Batuan RQD
Hard intact 99-100
Hard stratified, or schisetose 95-99
Massive, moderately jointed 85-95
Moderately bloky and seamy 75-85
Very blocky and seamy 30-75
Completelu crushed but chemically intact 3-30
Sand and gravel 0-3

𝝺 = frekuensi bidang lemah per meter

Tabel 2. Pembobotan berdasarkan Deskripsi Massa Batuan (Lilly, 1986)


RMD Kategori
10 Friable
20 Blocky
50 Totally Masive

Pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus RQD secara tidak langsung dikarenakan
tidak ada data dari pemboran inti dari perusahaan. Untuk perhitungan data tidak langsung
atau metode scanline diperlukan data jarak antar kekar. Alat yang diperlukan antaralain
adalah meteran ukuran 5 m, alat tulis, alas papan tulis, dan kertas. Kemudian setelah di dapat
data-data yang diperlukan untuk menghitung dilanjutkan dengan mengolah data. Dari data
jarak antar kekar kemudian di dapat sebagai berikut :
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑡𝑎
𝝺=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎
Setelah didapatkan lamda, kemudian masukan lamda kedalam rumus RQD dan didapatlah
nilai dari persentase RQD. Dari persentase RQD kemudian dapat dilihat pada tabel 1 yakni
tabel klasifikasi massa batuan, kemudian didapat kondisi batuan pada tabel tersebut dan
dilanjutkan dengan melihat tabel 2 yakni tabel deskripsi massa batuan. Pada tabel 2
didapatkan nilai bobot dari RMD.
2. JPS (Joint Plane Spacing)
JPS atau jarak antar bidang lemah adalah jarak tegak lurus antar bidang yang berurutan.
Untuk menghitung JPS digunakan persamaan dibawah ini :
1
JS =
λ
𝝺 = Frekuensi bidang lemah per meter
Pengambilan data untuk JPS sama seperti pengambilan data untuk RMD, karena data yang
diperlukan adalah jarak antar kekar. Berdasarkan persamaan di atas untuk nilai lamda sama
dengan perhitungan RMD yakni :
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑡𝑎
𝝺=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎
Setelah didapatkan lamda kemudian dimasukkan kedalam persamaan JPS dan didapatlah
hasil perhitungan JPS. Setiap hasil dari JPS memiliki masing-masing bobot, dari hasil
tersebut bobot JPS ditentukan.

Tabel 2. Pembobotan berdasarkan Deskripsi Massa Batuan (Lilly, 1986)


JS Close (< 0,1m) Intermediate (0,1 - 1,0 m) Wide (>1,0 m)
Bobot 10 20 50

3. JPO (Joint Plane Orientation)


JPO adalah arah orientasi bidang lemah utama terhadap arah peledakan. Adapun cara untuk
mendapatkan nilai JPO adalah sebagai berikut:
- Melakukan pengambilan data strike dan dip dilapangan dengan menggunakan alat
kompas geologi serta mencatat hasil dari pengukuran alat tersebut.
- Setelah didapat data strike dan dip maka dapat dilanjutkan dengan menentukan orientasi
arah umum kekar, yaitu dengan cara memasukan frekuensi dari strike kedalam diagram
rossete.

Gambar diagram rossete

Contoh, penentuan arah peledakan didasarkan pada orientasi arah umum bidang (kekar)
yang terdapat di lokasi penelitian yaitu sebesar N 245° E. Arah peledakan yang dimaksud
berupa kisaran, sehingga arah peledakan yang inginkan dapat disesuaikan dengan
karakteristik orientasi bidang lemahnya agar dapat menghasilkan bidang bebas baru
(bidang bebas efektif) yang relatif sejajar dengan orientasi bidang lemah, sehingga
pendistribusian fragmentasi dapat sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan gambar diatas dapat diilustrasikan nilai orientasi dari arah peledakan
terhadap bidang lemah yang akan mempengaruhi harga joint plane Orientation (JPO)
serta persentase akhir dari distribusi fragmentasi hasil peledakan. JPO 20 merupakan arah
peledakan yang berpotongan dengan arah umum bidang lemah, sedangkan JPO 30 adalah
arah peledakannya cenderung normal atau relatif sejajar dengan arah umum bidang lemah
atau membetuk sudut pada kisaran 0-300 sementara untuk JPO 40 merupakan orientasi
arah peledakan yang berpotongan dengan arah umum bidang lemah namun memiliki arah
yang berlawanan dengan arah kemiringan bidang lemah serta memiliki arah peledakan
pada kisaran N 95° E - N 2150 E.

-
4. SGI (Specific Gravity Index)
SGI adalah berat jenis dari suatu benda. Cara menghitung berat jenis adalah :
a. Berat Contoh SSD = a
b. Berat contoh dalam air = (Berat keranjang + batu dalam air) – (berat keranjang dalam air)
c. Berat contoh kering di udara = (Berat keranjang + batu kering) – berat keranjang kering di
udara
d. Keranjang kering di udara = d
e. Keranjang dalam air = e
f. Keranjang + batu dalam air=f
g. Keranjang + batu kering=g
Analisa perhitungan :
𝑐
- Berat jenis semu =
𝑐−𝑏
𝑐
- Berat kondisi kering =
𝑎−𝑏
𝑎
- Berat jenis kondisi kering =
𝑎−𝑏
5. Hardness
Sifat mekanik batuan diantaranya adalah kuat tekan uniaksial dan kekerasan batuan. Kuat
tekan uniaksial batuan merupakan ukuran kemampuan batuan untuk menahan beban atau
gaya yang bekerja pada arah uniaksial. Kualifikasi kuat tekan uniaksial batuan utuh dapat
dilihat pada tabel 3.1. Dari tabel di bawah ini dapat diterangkan bahwa batuan yang
memerlukan proses pengeboran dan peledakan dalam pemberaian adalah batuan dengan
UCS > 25 Mpa.

Kekerasan dapat dipakai dalam menyatakan besarya tegangan yang diperlukan untuk
menyebabkan kerusakan pada batuan. Tabel 3.2 menunjukkan derajat kekerasan sebagai
fungsi dari skala Mohs dan kuat tekan uniaksial (Uniaxial Compressive Strength,
Protodyakonov classification). Mohs test, digunakan untuk menentukan urutan kekerasan
berbagai jenis mineral yang dinyatakan dalam kekerasan relatif suatu mineral terhadap yang
lain. Dalam skala Mohs suatu mineral akan dapat menggores semua mineral yang
mempunyai urutan kekerasan yang lebih
rendah dari mineral tersebut.
Hasil Uji Kuat Tekan
Kuat Kuat
Beban
Luas Beban Maksimum Tekan Tekan
Berat Beban P Load (Kg/cm
Kuat )
Tekan
Penampang P (KN) Rata – Rata –
No. Kode Tanggal Test (cm2) (N)
2 rata rata
1. A 6/08/2018 (Kg)
0,3695 25 415 415.000 42.303,77
(Kg) 1.692,1508
2. B 6/08/2018 0,3699 25 410 410.000 41.794,09 1.671,7636 (Kg/cm2)
( MPa)
3. C 6/08/2018 0,3798 25 435 435.000 44.342,51 1.773,7004 1.712,54 142,141
∑ = 5.137,61

1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan berdasarkan hasil data yang telah didapat,
berikut adalah pengolahan data yang dilakukan :
Sampel A.
Diketahui :

Panjang Benda Uji : 5 cm


Lebar Benda Uji : 5 cm
Tinggi Benda Uji : 5 cm

Berat Sampel : 369,5 gram = 0,3695 Kg


Beban P : 415 KN
Percepatan Gravitasi : 9,81 m/s2
Perhitungan :
Volume = Panjang x Lebar x Tinggi

= 5 cm x 5 cm x 5 cm

= 125 cm3

= 0,000125 m3

Berat Jenis = m/V

= 0,3695 Kg : 0,000125 m3
= 2956 Kg/m3

Beban P = 415 kN

= 415.000 N

Kemudian dibagi dengan nilai gravitasi (9,81 m/s2), 1 N = 1 Kg.m/s2 maka


beban maksimum load adalah sebagai berikut :

Beban P = 415.000 Kg.m/s2 : 9,81 m/s2

= 42.303,77 Kg

Untuk mendapatkan Nilai Kuat Tekan, maka :

Kuat Tekan = Beban P / Penampang

= 42.303,77 Kg : (Panjang x Lebar)

= 42.303,77 Kg : (5 cm x 5 cm)

= 42.303,77 Kg : 25 cm2

= 1.692,1508 Kg/cm2

Untuk perhitungan sampel B dan C terdapat pada lampiran G.

Nilai rata – rata Kuat Tekan sampel adalah :

Kuat Tekan yang didapat merupakan masih dalam bentuk kubus (K), untuk
dijadikan kedalam MPa, maka nilai K harus menjadi nilai f’c dengan faktor
koreksi 0,83 sebagai berikut :

1 MPa = 1 N/mm2 = 10 Kg/cm2


Maka, K = 1.712,538 Kg/cm2
f’c = (K : 1 MPa) x 0,83

= (1.712,538 Kg/cm2 : 10 Kg/cm2) x 0,83

= 142,141 MPa

Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan batuan, sampel batuan memiliki nilai
kuat tekan batuan sebesar 1.712,538 Kg/cm2 dan layak digunakan sebagai
bahan baku bangunan yang memiliki kuat tekan minimum paling rendah 800
Kg/cm2. Penentuan klasifikasi batuan sebagai bahan pondasi berdasarkan SII
0378-80. Nilai kuat uji tekan digunakan pada perhitungan pembobotan massa
batuan untuk menentukan kekerasan batuan.

You might also like