You are on page 1of 6

NAMA : RADIKA NURUL AINI

NPM : 184022481

KELAS/ SEMESTER : A2 AKUNTANSI/ TUJUH (7)

MATA KULIAH : SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

DOSEN : RANITA RAMADHANI, SE.,MSA.,AK

BALANCE SCORECARD

1. Pengertian Balanced Scorecard

Balance scorecard adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem


manajemen yang digunakan secara luas baik dalam organisasi yang
berorientasi laba maupun dalam organisasi nirlaba di seluruh dunia dalam
kegiatan-kegiatan usaha untuk menyelaraskan visi dan strategi organisasi,
meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan mengawasi kinerja
organisasi sesuai dengan tujuan strategik perusahaan.

Balance scorecard adalah sebuah sistem manajemen dimana organisasi


dapat menjelaskan visi dan strategi mereka sekaligus menerjemahkannya
ke dalam Tindakan. Balance scorecard menyediakan umpan balik baik
dalam proses bisnis internal maupun eksternal untuk meningkatkan kinerja
secara terus-menerus. Jika dipahami dan digunakan balance scorecard
secara optimal, maka balance scorecard dapat mentrasformasikan
perencanaan strategis dari pelatihan akademis untuk diterapkan dalam
sistem suatu perusahaan.
Balance scorecard adalah kumpulan ukuran kinerja yang terintegrasi
dengan mencakup empat perspektif : perspektif keuangan , perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal, pembelajaran dan
pertumbuhan.

2. Perspektif

Perusahaan memfokuskan pada penggunaan balance scorecard


untuk menghasilkan proses manajemen yang penting :

 Menjelaskan dan menerjemahkan visi dan strategi.


 Mengkomunikasikan dan mengkaitkan ukuran dan tujuan strategis.
 Merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan inisiatif
strategis.

1. Perspektif keuangan

tujuan keuangan pada umumnya berhubungan dengan arus kas


perusahaan, kemampubalan perusahaan dan yang perlu
ditambahkan dala keuangan, adalah penilaian risiko dan biaya
manfaat data.

Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan menjadi tiga tahap


dalam siklus bisnis oleh Kaplan dan Norton :

 Pertumbuhan (Growth)
 Bertahan (Sustain)
 Panen (Harvest)

2. Perspektif pelanggan

Dalam perspektif pelanggan, Kaplan dan Norton (1996)


menjelaskan ada dua kelompok pengukuran yang terkait :

1. Pengukuran inti pelanggan


a) Pangsa pasar = 60.000 x 100% = 60%
100.000
b) Retensi pelanggan = Jumlah pelanggan lama x 100%
Jumlah pelanggan
c) Akuisisi pelanggan = = Jumlah pelanggan baru x 100%
Jumlah pelanggan
d) Kepuasan pelanggan
e) Profitabilitas pelanggan
2. Proposisi nilai pelanggan
a) Atribut produk/jasa
b) Hubungan pelanggan
c) Citra dan reputasi

Jenis-jenis informasi dari pelanggan : umpan balik dan saran

 Informasi solicited
 Informasi unsolicited
 Informasi kuantitatif
 Informasi kualitatif
 Informasi terstruktur
 Informasi random

3. Perspektif proses bisnis internal

Dalam proses bisnis internal, perusahaan pada umumnya tidak


terlepas dari kegiatan inovasi, operasi dan layanan purnajual. Ketiga
hal tersebut merupakan pedoman dalam pengukuran kinerja di
perspektif proses bisnis internal.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Perspektif ini meliputi pelatihan karyawan dan sikap budaya perusahaan


yang berkaitan dengan perbaikan diri bagi individu dan korporasi. Dalam
perspektif ini ada tiga kategori yang dapat digunakan oleh perusahaan :

 Kemampuan pekerja
 Kemampuan sistem informasi
 Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan

3. Penerapan Balanced Scorecard Pada Perusahaan

Berikut adalah gambaran balanced scorecard untuk menyelamatkan


perusahaan yang terpuruk.
Finansial Mengurangi Meningkatkan marjin laba operasioanal
pemborosan

Mengurangi keluhan Meningkatkan kepuasan


pelanggan pelanggan
Pelanggan

Proses internal bisnis Meningkatkan Memperbaiki Arus Memperbaiki sistem


produktivitas total kas pelanggan
biaya

Pembelajaran
Sistem dan prosedur
dan Analisis keuangan Laporan keuangan perusahaan
pertumbuhan
4. Faktor – Faktor Kegagalan Balanced Scorecard

Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan implementasi balance scorecard :

1. Tidak didefinisikan secara benar dalam balance scorecard khususnya


perspektif non keuangan. Padahal perspektif ini merupakan indikator
utama yang memberikan kepuasan bagi stakeholder di masa yang akan
datang.

2. Definisi pengukuran matriks terhadap perspektif non-keuangan sangat


minim menyebabkan pengukuran yang susah. Biasanya metrik finansial
lebih mudah didefinisikan karena berhubungan dengan angka, sedangkan
untuk non finansial tidak ada standar yang baku.

3. adanya “negoisasi” dalam penentuan sasaran perbaikan dan tidak


berdasarkan pada kebutuhan para pihak yang berkepentingan dan
kemampuan proses perbaikan. Istilah negoisasi ini dalam prakteknya
diistilahkan dengan “penghijauan” angka, artinya supaya kelihatan kinerja
yang bagus maka sasaran diturunkan.

4. tidak adanya sistem yang terintegrasi dan tingkat manajemen puncak


kepada bawahan sehingga tidak diketahui perbaikan kegiatan yang
sebenarnya terjadi.

5. tidak adanya metode dan sistem perbaikan yang baku dalam penerapan
balance scorecard.

6. kurang mampu membuat hubungan kuantitatif antara perspektif


keuangan dengan perspektif non keuangan.
Referensi :

Sumarsan, T. Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan


Pengukuran Kinerja. 2018. Edisi 2. Indeks: Jakarta. (ST)

You might also like