You are on page 1of 31

ANALISIS BREAK EVENT POINT SEBAGAI ALAT

PERECANAAN LABA PADA EMIRA CATERING DI MAGETAN

Di Susun Oleh:

TRI SONI SANTOSO (1721010079)


GIOVANO DAVENDRA P (1721010080)
DEVRIZAL AGUNG M R (1821010058)
UMUL MASITOH (1921010028)
INDAH PURNAMASARI (1921010043)
INDAH LESTARI (1921010048)

PRODRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah analisis
ini dengan baik. Analisis ini berisi tentang uraian hasil riset mengenai analisis break
event point. Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan dari
bapak selaku dosen mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Oleh karena itu
kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yang telah
diberikan.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan praktikum
ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya dan masyarakat Indonesia
umumnya.

Madiun, 4 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR .................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................3
BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................................4
2.1 Pengertian Biaya ......................................................................................4
2.2 Pengertian Perencanaan ...........................................................................4
2.3 Pengertian Laba .......................................................................................5
2.4 Metode Penetapan Harga Produk.............................................................6
2.5 Metode Break Even Point ........................................................................10
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................................14
2.7 Kerangka Berfikit.....................................................................................16
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................17
3.1 Jenis Penelitian.........................................................................................17
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................17
3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................................18
3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................18
3.4 Teknik Analisis Data................................................................................19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................20
4.1 Gambaran Obyek Penelitian ....................................................................20
4.2 Aspek Keuangan (Analisis Break Even Point) ........................................21
4.3 Pembahasan .............................................................................................26
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................27
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................27
5.2 Saran ........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................28

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa, perdagangan dan industri selalu
berusaha agar tetap hidup dan berkembang. Untuk dapat tetap hidup dan
berkembang, perusahaan harus ditunjang dengan laba yang diperoleh dari
usahanya. Untuk mencapai tingkat efesiensi tertentu dan menghasilkan keuntungan
yang diharapkan, perusahaan melaksanakan berbagai kegiatan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Untuk itu, perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari
masalah biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima. Dengan demikian
perusahaan dapat mengetahui memperoleh keuntungan atau tidak.
Pada dunia manajemen memiliki kaitannya dengan pengelolaan keuangan
yang berperan penting terhadap kelangsungan usahanya. Peran tersebut mencakup
kegiatan usaha kecil, hingga kegiatan usaha besar yang membutuhkan informasi
keuangan. Informasi keuangan tersebut digunakan sebagai alat pengawasan dan alat
perencanaan, serta dasar pengambilan keputusan. Untuk mengetahui perencanaan
laba pada suatu perusahaan, maka dapat dilakukan dengan analisis BEP, yaitu
dengan mencari titik impas perusahaan berada pada keadaan seimbang sehingga
dapat dijadikan dasar seberapa besar laba yang mungkin dapat direncanakan pada
UMKM.
Dalam perencanaan laba, analisis titik impas merupakan profit planning
approach, yang didasarkan pada hubungan antara biaya dan penghasilan penjualan.
Oleh karena itu, suatu usaha harus menentukan/menetapkan titik impas sebagai
pedoman untuk perencanaan laba bagi perusahaan yang bersangkutan.
Analisis titik impas merupakan suatu teknik analisis untuk mempelajari
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dan bertambah dengan adanya
perubahan volume kegiatan. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya
berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Dengan demikian, mengharuskan suatu perusahaan dapat memenuhi
volume penjualan. Begitu pula halnya yang berlaku di Emira Catering, di mana
dengan mengetahui titik impas pihak pemilik dapat mempertahankan omzet. Untuk
itu, analisis titik impas berguna sebagai pedoman dalam hubungannya dengan
1
perencanaan laba. Di samping itu juga berguna untuk menerapkan prinsip kehati-
hatian agar tidak terjadi penurunan omzet sampai di bawah titik impas.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan perencanaan
laba pada UMKM Emira Catering menggunakan analisa BEP (Break Event Point).
Karena hubungan BEP dengan perencanaan laba membahas tentang hal anggaran
atau didalamnya mencakup biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume
penjualan. yang semua itu mengarah ke perolehan laba.
Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian Tentang
analisa BEP untuk perencanaan laba pada usaha Emira catering. Berdasarkan pada
uraian yang dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Break Event Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada
Emira Catering di Magetan”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana penggunaan alat perencanaan laba melalui
metode break even point pada Emira Catering di Magetan”.

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis penerapan Break Even Point sebagai dasar penggunaan alat
perencanaan laba yang dicapai pada Emira Catering di magetan.

2
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari manfaat praktis dan
manfaat akademis sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis
Bagi mahasiswa, dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang
akuntansi dan memberi pengalaman belajar yang dapat mengembangkan
pengetahuan terutama dalam bidang yang diteliti.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dari penelitian yang telah
ada serta dapat menambah kepustakaan yang diperlukan untuk penelitian yang
serupa, yang memiliki topik yang sama sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
referensi.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN BIAYA


Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk
memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau
mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi. Firdaus Ahmad Dunia, dan
Wasilah Abdulah, (2012:22) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi
untuk tujuan tertentu. Mulyadi (2016:8).
Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas:
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,
b. Diukur dalam satuan uang
c. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

2.2 PENGERTIAN PERENCANAAN


Perencanaan adalah bentuk kegiatan untuk menentukan apa yang harus
dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Perencanaan meliputi tindakan
memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan
asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasikan
serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan serta dianggap perlu untuk
mencapai hasil terbaik.
Perencanaan adalah juga cara berpikir mengenai persoalan-persoalan sosial
dan ekonomi, terutama yang berorientasi pada masa mendatang, berkembang
dengan hubungan antara tujuan dan keputusan–keputusan kolektif dan
mengusahakan kebijakan dan program. Beberapa ahli lain merumuskan
perencanaan sebagai, mengatur sumber-sumber yang langka secara bijaksana dan
merupakan pengaturan dan penyesuaian hubungan manusia dengan lingkungan
dan dengan waktu yang akan datang. Definisi lain dari perencanaan adalah
pemikiran hari depan, perencanaan berarti pengelolaan, pembuat keputusan, suatu
prosedur yang formal untuk memperoleh hasil nyata, dalam berbagai bentuk
keputusan menurut sistem yang terintegrasi.

4
Perencanaan adalah suatu rangkaian persiapan tindakan untuk mencapai
tujuan. Perencanaan merupakan pedoman, garis besar, atau petunjuk yang harus
dituruti jika menginginkan hasil yang baik. Dalam menyusun sebuah rencana, hal
pertama yang harus dilakukan adalah, Anda harus memusatkan pikiran kepada apa
yang ingin dikerjakan, tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang untuk
organisasi serta memutuskan alat apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut. Anda harus meramalkan sejauh mana kemungkinan tersebut dapat
dicapai, baik dilihat dari aspek ekonomi, social, maupun lingkungan politik tempat
organisasi berorganisasi serta dihubungkan dengan sumber-sumber yang ada untuk
mewujudkan rencana tersebut.
Bintoro Tjokroaminoto dalam Husaini Usman (2008) menyebutkan,
perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Prajudi Atmosudirjo dalam
Husaini Usman (2008) juga berpendapat bahwa perencanaan adalah perhitungan
dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, di mana, dan bagaimana cara
melakukannya.

2.3 PENGERTIAN LABA


Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba
yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
perusahaan tersebut. Berikut pengertian laba menurut beberapa ahli:
Menurut Harahap (2009:113) “Laba adalah kelebihan penghasilan diatas
biaya selama satu periode akuntansi”. Sedangkan menurut Suwardjono (2008:464)
“Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan
jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya total
yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang/jasa)”. Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laba adalah kelebihan pendapatan di
atas biaya sebagai imbalan menghasilkan barang dan jasa selama satu periode
akuntansi.

5
2.4 METODE PENETAPAN HARGA PRODUK
Menurut Thamrin dan Francis (2012:171), ada enam langkah prosedur
untukmenetapkan harga dalam perusahaan, yaitu:
1. Memilih sasaran harga Perusahaan pertama harus memutuskan apa yang ingin
ia capai dengan suatuproduk tertentu. Jika perusahaan tersebut telah memilih
pasar sasaran danpenetapan promosi pasarnya dengan cermat, maka strategi
bauran pemasarannya, termasuk harga akan cukup mudah.
2. Menentukan permintaan Setiap harga yang ditentukan perusahaan akan
membawa kepada tingkat permintaan yang berbeda dan oleh karenanya akan
mempunyai pengaruh yang
3. berbeda terhadap sasaran pemasarannya. Dalam kasus yang n\o\rmal,
hubunganpermintaan dan harga adalah berlawanan, yaitu semakin tinggi
hargamakasemakin rendah permintaan dan sebaliknya.
4. Memperkirakan harga Permintaan umumnya membatasi harga tertinggi yang
dapat ditentukanperusahaan bagi produknya dan perusahaan menetapkan
biaya yangterendah. Perusahaan ingin menetapkan harga yang menutupi biaya
dalammenghasilkan, mendistribusikan, dan menjual produk termasuk
pendapatan yang wajar atasusaha dan resiko yang dihadapi.
5. Menganalisis harga dan penawaran pesaing Sementara permintaan pasar
membentuk harga tertinggi dan biaya merupakanharga terendah yang
ditetapkan, harga produk pesaing dan kemungkinanreaksiharga membantu
perusahaan dalam menentukan harga dan mutusetiappenawaran pesaing. Hal
ini dapat dilakukan dalambeberapa cara, yaitu perusahaan dapat mengirimkan
pembelanja pembanding untuk mengetahuiharga dan membandingkan
penawaran pesaing. Perusahaan dapat memperolehdaftar harga pesaing dan
membeli peralatan pesaing dan memisah-misahkannya. Perusahaan dapat
menanyakan pembelian pesaing bagaimana pendapat merekaterhadap harga
dan mutu setiap penawaran pesaing.
6. Memilih metode penetapan Skedul permintaan konsumen, fungsi biaya, dan
harga pesaing, perusahaankinisiap untuk memilih suatu harga. Harga akan
berada pada suatu tempat antarasuatu yang terlalu rendah untuk menghasilkan
permintaan dan satu yangterlalutinggi untuk menghasilkan keuntungan.
7. Memilih harga akhir Metode-metode penetapan harga sebelumnya
mempersempit cangkupanhargauntuk memilih harga akhir. Dalam memilih
6
harga akhir perusahaanharusmempertimbangkan bebrapa faktor tambahan,
yaitu:
a. Harga psikologis Penjualan harus mempertimbangkan psikologi selain nilai
ekonominya.
b. Pengaruh elemen bauran pemasaran lain terhadap harga Harga juga harus
memperhatikan mutu merek dan iklan relatif terhadap pesaing.
c. Kebijakan penetapan harga perusahaan Harga yang dikehendaki harus
konsisten dengan kebijakan penentuan harga perusahaan.
d. Pengaruh harga kepada pihak lain Manajemen harga juga harus
mempertimbangkan reaksi lain terhadap hargayang dikehendaki.

A. Sasaran Penetapan Harga


Setiap tugas pemasaran dalam perusahaan harus memiliki tujuan yang
akandicapai, dalam hal ini perusahaan juga harus menentukan sasaran penetapan
harga sebelum menetapkan harga itu sendiri.
Menurut Stanton (1984:311) sasaran penetapan harga dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Berorientasi pada laba, untuk:
a. Mencapai target laba investasi atau laba penjualan bersih
b. Memaksimalkan laba
2. Berorientasi pada penjualan, untuk:
a. Meningkatkan penjualan
b. Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar
3. Berorientasi pada status quo, untuk:
a. Menstabilkan harga
b. Menangkal persaingan
Berdasarkan sasaran penetapan harga diatas, perusahaan harus memilih
sasaran penetapan harga yang benar-benar sesuai dengan tujuan perusahaan dan
tujuan program pemasarannya, hal ini dikarenakan akan mempengaruhi cepat
atau lambatnya perusahaan mencapai tujuannya.
A. Tujuan Penetapan Harga
Perusahaan dalam menetapkan harga dapat mempunyai tujuan yang
berbedasatu sama lain antar penjual maupun antar barang yang satu dengan yang
lain. Tujuan penetapan harga menurut Danang Sunyoto (2012:18), adalah sebagai
berikut:
7
1. Penetapan harga untuk mencapai penghasilan atas investasi. Biasanya besar
keuntungan dari suatu investasi telah ditetapkan prosentasenya dan
untukmencapainya diperlukan penetapan harga tertentu dari barang
yangdihasilkannya sebagai upaya yang dilakukan dengan harapan
memberikankeuntungan di masa yang akan datang bagi perusahaan.
2. Penetapan harga untuk kestabilan harga. Usaha penetapan harga ini sebagai
pengendalian harga yang diarahkan terutama untuk mencegah terjadinya
perangharga, khususnya bila menghadapi permintaan yang sedang menurun.
3. Penetapan harga untuk mempertahankan atau meningkatkan bagiannya
dalam pasar. Apabila perusahaan mendapatkan bagian pasar dengan luas
tertentu maka ia harus berusaha mempertahankannya atau justru
mengembangkannya. Untuk itu kebijaksanaan dalam penetapan harga jangan
sampai merugikan usaha mempertahankan atau mengembangkan bagian
pasar tersebut.
4. Penetapan harga untuk menghadapi atau mencegah persaingan. Apabila
perusahaan baru mencoba memasuki pasar, penetapan harga
digunakandengantujuan mengetahui pada harga berapa ia akan menetapkan
harga pada penjualan produknya. Penetapan harga untuk memaksimimalkan
laba, tujuan ini biasanya menjadi panutan setiap usaha bisnis, dengan kata
lain setiap usaha untuk bertahan hidup memerlukan laba.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga
Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga menurut Fajar Laksana
(2008:117), yaitu:
1. Demand for the product, perusahaan perlu memperkirakan permintaan
terhadap produk yang merupakan langkah penting dalam penetapan harga
sebuah produk.
2. Target share of the market, yaitu market share yang ditargetkan oleh
perusahaan.
3. Competitive reactions, yaitu reaksi dari pesaing.
4. Use of creams-skimming pricing of penetration pricing, yaitu
mempertimbangkan langkah-langkah yang perlu diambil pada saat
perusahaan memasuki pasar dengan harga yang tinggi atau dengan harga yang
rendah.

8
5. Other parts of the marketing mix, yaitu perusahaan perlu mempertimbangkan
kebijakan marketing mix (kebijakan produk, kebijakan promosi
dansalurandistribusi).
6. Biaya untuk memproduksi atau membeli.
7. Product line pricing, yaitu penetapan harga terhadap produk yang saling
berhubungan dalam biaya, permintaan maupun tingkat persaingan.
8. Berhubungan dengan permintaan:
a. Cross elasticity positive (elastisitas silang yang positif), yaitu kedua
macam produk merupakan barang substitusi atau pengganti.
b. Cross elasticity negative (elastisitas silang yang negatif), yaitu kedua
macam produk merupakan barang komplamenter atau berhubungan satu
sama lain.
c. Cross elasticity Nol (elastisitas silang yang nol), yaitu kedua macamp
roduk tidak saling berhubungan.
9. Mengadakan penyesuaian harga:
a. Penurunan harga, dengan alasan:
- Kelebihan kapasitas
- Kemerosotan pangsa pasar
- Gerakan mengejar dominasi dengan biaya lebih rendah.
b. Mengadakan kenaikan harga, dengan alasan:
- Inflasi biaya yang terus-terusan di bidang ekonomi
- Permintaan yang berlebihan.
C. Strategi Penyesuaian Harga
Adapun strategi penyesuaian harga menurut Kotler dan Killer (2007:102), yaitu:
1. Penetapan harga geografis
Penetapan harga geografis melibatkan perusahaan tersebut memutuskan
bagaimana cara menetapkan harga produknya untuk pelanggan yang berbeda
dilokasi dan negara yang berbeda.
2. Diskon dan potongan harga
Kebanyakan perusahaan akan menyesuaikan daftar harganya dan
memberikan diskon dan potongan harga (discounts and allowances) untuk
pembayaran yang lebih cepat, pembelian dalam jumlah besar, dan pembelian
diluar musim.
3. Penetapan harga promosi
9
Strategi penetapan harga promosi sering merupakan permainan kalah menang
(zero-zum game). Apabila strategi tersebut berhasil, pesaing akan menirunya
dan strategi itu akan kehilangan efektifitasnya. Jika strategi tersebut
tidakberhasil, perusahaan membuang-buang uang yang mestinya dapat
digunakan sebagai alat untuk pemasaran lainnya, seperti meningkatkan mutu
produk dan layanan atau memperkokoh citra produk melalui iklan.
4. Penetapan harga diskriminatif
Diskriminatif harga (price discrimination) terjadi apabila suatu perusahaan
menjual produk atau jasa dengan dua harga atau lebih yang tidak
mencerminkan perbedaan biaya secara proporsional.

2.5 METODE BREAK EVENT POINT (BEP)


Suatu perusahaan akan berada pada titik break event point apabila dalam suatu
periode aktivitas usaha, tidak memperoleh laba dan tidak juga mengalami kerugian.
Artinya, jika seluruh pendapatan perussahaan yang diperoleh dijumlahkan, maka
jumlah tersebut sama besarnya dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Berikut
beberapa pengertian break even point menurut para ahli:
Menurut Mulyadi (2001:232) menyatakan bahwa:
Titik impas (break event point) adalah keadaan suatu usaha yang memperoleh
laba dan tidak menderita rugi. Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan
(revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat
digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
Menurut Munawir (2004:184) menyatakan bahwa:
“Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan,
perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (Penghasilan=Total
Biaya)”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa yang dimaksud
dengan break event point (titik impas) adalah suatu keadaan dimana perusahaan
tidak memperoleh laba ataupun tidak menderita kerugian. Sehingga perusahaan
dikatakan impas jika jumlah pendapatan yang diperoleh sama besarnya dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan.

10
Dalam menghitung tingkat break event point dengan pendekatan matematis
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Atas Dasar Unit
Ditinjau dari per satuan produk atau barang yang dijual, maka setiap
satuan barang memberikan sumbangan atau kontribusi (margin) yang sama
besarnya untuk menutup biaya tetap atau laba. Dalam keadaan break even,
maka dengan membagi jumlah biaya tetap dengan margin per satuan barang
akan diperoleh jumlah satuan barang harus dijual sehingga perusahaan tidak
mengalami rugi ataupun laba Menurut Munawir (2004:186) perhitungan
break event point dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
Biaya Tetap
BREAK EVENT POINT =
Margin per Satuan Produk

= Biaya Tetap

Harga Jual per Satuan – Biaya Variabel per


Satuan
2. Atas Dasar Rupiah
Dalam keadaan break even laba perusahaan adalah nol, oleh karena itu
dengan membagi jumlah biaya tetap dengan marginal income rationya, akan
diperoleh/diketahui tingkat penjualan (dalam rupiah) yang harus dicapai
agar perusahaan tidak menderita rugi ataupun memperoleh laba (break event
point). Menurut Munawir (2004:188) tingkat break event point atas dasar
rupiah dapat dihitung menggunakan rumus:
Biaya Tetap
BREAK EVENT POINT =
Margin Income per Ratio

Biaya Tetap
=
Biaya Variabel per Satuan
1-
Harga Jual per Satuan
11
Manfaat Analisa Break Even Point Dalam Pengambilan Keputusan
Karena anggaran perusahan adalah alat bantu manajemen di bidang
perencanaan dan pengawasan, maka penggunaan alat BEP dalam sistem
penganggaran harus menggunakan data anggaran. Dengan demikian tingkat
Break Even yang dihasilkan akan merupakan perkiraan break even untuk waktu
yang akan datang. Kegunaan BEP yang di anggarkan adalah:
Bukan untuk membantu menentukan berupa jumlah penjualan yang dapat
diharapkan, melainkan untuk memberikan gambaran tentang batas jumlah
penjualan minimal yang harus diusahakan agar perusahaan tidak menderita tugi.
Hal itu penting karena kemunduran dalam penjualan yang disebabkan oleh
berbagai hal dapat saja terjadi, artinya penjualan rill lebih kecil dari penjualan
yang dianggarkan.
Bila perusahaan tidak ingin menderita rugi, maka pimpinan harus tahu batas
pengurangan penjualan yang dapat ditolerir. Dan batas dimaksud dapat
ditentukan melalui analisa Break Even dapat digunakan untuk menentukan
volume penjualan yang direncanakan. Tetapi akan lebih tepat kiranya bila
dikatakan bahwa jumlah penjualan yang dapat diraih oleh perusahaan bukannya
ditentukan dengan perhitungan-perhitungan yang dibuat di atas kertas, melainkan
lebih ditentukan dengan perhitungan-perhitungan yang dibuat di atas kertas,
melainkan lebih ditentukan oleh berbagai upaya pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan itu dalam kaitannya dengan situasi persaingan yang dihadapi di pasar
penjualan. Dalam keadaan pasar yang dikuasai oleh pembeli, penentuan sasaran
penjualan dengan memperhatikan situasi persaingan kiranya akan lebih tepat
dibanding dengan cara yang lain.
Analisa Break Even Point dalam hal ini bermanfaat untuk menilai apakah
sasaran penjualan yang telah ditentukan kiranya akan memberikan keuntungan
atau tidak, dan berapa jauh kemungkinan penjualan dapat ditolerir.
Analisa Break Even juga dapat dipakai untuk menetukan jumlah penjualan
yang seharusnya diperoleh pada persyaratan tertentu, misalnya penjualan yang
memberikan sejumlah laba tertentu. Jumlah penjualan yang seharusnya diperoleh
akan sama dengan penjualan pada keadaan break even ditambah sejumlah
penjualan yang lain yang diperlukan untuk memperoleh laba yang dimaksud.

12
Break Even Point amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak
mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP
adalah:
1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba.
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan,
serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut
tingkat penjualan yang bersangkutan.
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca
dan dimengerti.
Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita
rintis, komponen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud
adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk
memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap
bukanlah pekerjaan yang mudah. Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan
oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variable adalah biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi
maka tidak ada biaya ini.

Kelemahan Metode Perhitungan Analisis Break Even Point


Keterbatasan dari analisis break event point :
1. Asumsi tentang linearity
Harga jual per unit maupun variabel operating cost per unit tidaklah
berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan yang artinya tingkat
penjualan yang melewati titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan
menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan
garis revenue tidak akan lurus melainkan melengkung. Variabel
operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatnya
volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja
disebabkan karena menurunnya efisiensi tenaga kerja atau bertambah
besarnya upah lembur.
2. Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisis break event point adalah kesulitan di
dalam mengklasifikasi biaya karena adanya biaya variabel di mana biaya
13
ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah
setelah melewati titik tersebut.
3. Jangka waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisis break event point adalah jangka waktu
penerapannya yang terbatas, biasanya haya digunakan di dalam
pembuatan proyeksi operasi perusahaan selama setahun.

2.6 PENELITIAN TERDAHULU


Muhammad Yusuf Andrianto, dkk (2012). “Analisis Estimasi CostVolume-
Profit (CVP) Dalam Hubungannya Dengan Perencanaan Laba Pada Hotel TLOGO
Mas Sarangan”. Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Yusuf Andrianto
menyimpulkan bahwa Cost-Volume-Profit (CVP) dalam hubungannya dengan
perencanaan laba pada hotel Tlogo Mas Sarangan. Hasil analisis perencanaan laba
Hotel Tlogo Masa Sarangan menetapkan sebesar 10% dari total penjualan. Hal ini
terlihat dari fluktuasi kenaikan laba yang dialami tiap tahunnya mulai dari tahun
2009 hingga 2011.
Nengah Sudjana, dkk (2016). “Analisis Break Even Point (BEP) Sebagai Alat
Perencanaan Laba (Studi Pada CV. Langgeng Makmur Bersama Lumajang Periode
2012-2014)”. Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa
penerapan analisis break even point sebagai alat untuk perencanaan laba CV.
Langgeng Makmur Bersama pada kurun waktu 2012- 2013 dilakukan melalui
beberapa tahapan, pertama yaitu biaya diklasifikasikan serta memisahkan biaya
yang berhubungan dengan volume kegiatan perusahaan sehingga dapat
dikelompokkan ke dalam biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel. Kedua,
yaitu mengelompokkan dan mengidentifikasi biaya semivariabel kedalam jenis
biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan metode kuadrat kecil.,
menentukan kontribusi margin, menentukan break even point, margin of safety
serta minimal sales.
Merry Beatrix Malombeke (2013). “Analisa Break Even Point Sebagai Dasar
Perencanaan Laba Holland Bakery Manado”. Berdasarkan hasil penelitian Merry
menyimpulkan bahwa selama tahun 2011 tahun yang diambil sampel untuk
penelitian Holland Bakery memproduksi produk taaries, bread, dan pastry di atas
titik impas dengan kata lain Holland Bakery mampu memperoleh keuntungan, dan
keuntungan ini bergerak cukup signifikan dari hasil penjualan dan hal tersebut
14
berarti Holland Bakery telah mampu merencanakan perolehan laba dengan sebaik
mungkin.
Christine Praticia Ponomban (2013). “Analisis Break Even Point Sebagai Alat
Perencanaan Laba Pada PT. Tropica Cocoprima”. Berdasarkan hasil penelitian
peneliti tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan produk cukup tinggi. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk
mengadakan perluasan produksi atau meningkatkan volume produksi sesuai
dengan kapasitas perusahaan. Sehingga biaya tetap dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya dan akan berpengaruh positif terhadap kenaikan laba.
Ricky Budiman Samahati (2013). “Analisis Biaya, Volume, Laba Sebagai Alat
Bantu Perencanaan Laba Pada Hotel Sedona Manado”. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa Break Even Point Hotel Sedona
Manado tahun 2011 adalah Rp. 10,689,703,558.93 sedangkan tahun 2012 adalah
Rp. 10,813,378,046.61. dan pada perencanaan 2013 break even point Hotel Sedona
Manado adalah Rp. 10,903,001,880.93.
Agustina Pradita Marhaeni (2011). “Analisis Break Even Point Sebagai Alat
Perencanaan Laba Pada Industri Kecil Tegel di Kecamatan Pedurungan Periode
2004-2008 (Studi Kasus Usaha Manufaktur). Berdasarkan pada hasil penelitian
tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa dengan diketahuinya ramalan BEP
yang akan datang maka pimpinan dapat mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang
direncanakan yang bertujuan untuk menetapkan produk mana yang dapat menjadi
unggulan dilihat dari break even point, margin of safety dan profit margin.
Vivin Ulfathu Choiriyah, dkk (2016). “Analisis Break Even Point Sebagai Alat
Perencanaan Penjualan Pada tingkat Laba Yang Diharapkan (studi Kasus pasa
Perhutani Pluwod Industri Kediri Tahun 2013-2014). Berdasarkan pada hasil
penelitian tersebut, peniliti menyimpulkan bahwa penggunaan metode break even
point (BEP)mix dapat menjelaskan komposisi produk maupun sebaran penjualan
dalam satuan moneter. Retno Ariyanti, dkk (2014). “Analisis Break Even Point
Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Manajemen Terhadap Perencanaan
Volume Penjualan dan Laba”. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti
menyimpulkan bahwa Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan pada saat
perusahaan tidak mengalami laba dan tidak mengalami kerugian atau impas.

15
2.7 KERANGKA BERFIKIR
Uma Sekaran (1992) dalam Sugiono (2013) mengemukakan bahwa,
kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
penting.
Berdasarkan uraian serta penjelasan diatas tentang latar belakang, tinjaun
pustaka dengan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya terhadap penelitian
ini, maka sebagai kerangka pikir dari penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut:

EMIRA CATERING

Perencanaan
n

Metode Break Even Point


1. Volume Penjualan
Harga Produk 2. Biaya Tetap
3. Biaya Variabel

Analisis

Target Laba

16
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu bertujuan
untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai
variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi obyek penelitian itu berdasarkan
apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran
tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut
Jenis penilitian ini dalam penyajianya menyajikan rangkuman data atau nilai
yang dihitung berdasarkan data yang tersedia atau data yang dikumpulkan
kemudian disajikan dalam bentuk instrumen analisis tabel, yang selanjutnya akan
dilakukan penjumlahan dan prosentase yang kemudian akan disimpulkan. Dalam
hal ini menganalisis Break Even Point untuk perencanaan laba pada Emira Catering
di magetan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


A. Lokasi
Emira Catering beralamat di RT 07 RW 01 Desa Kuwon, Kecamatan
Karas, Kabupaten Magetan.
B. Waktu Penelitian
NO Kegiatan MARET – APRIL 2022
27 28 29 31 1 2 3
1 Persiapan
Penelitian
2 Perencanaan
3 Pelaksanaan
4 Pengolahan Data
5 Penyusunan
Laporan

Jadwal penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil


penelitian dalam bentuk bar chat.

17
3.2 Jenis dan Sumber Data
A. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah:
1. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang
bukan dalam bentuk angka-angka tetapi dalam bentuk lisan maupun tertulis
seperti gambaran umum perusahaan, prosedur-prosedur perusahaan,
pembagian tugas masing-masing departemen dalam perusahaan.
2. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk
angka-angka, seperti laporan jumlah penegluaran, laporan biaya-biaya yang
terkait, dan lain-lain.
B. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini diambil melalui wawancara dan
komunikasi secara langsung oleh peneliti dengan pemilik dari usaha Emira
Catering.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara – cara yang dilakukan untuk
memperoleh data dan keterangan dalam penelitian. Pada penelitian ini untuk
memperoleh data yang relevan dalam menganalisis permasalahan tersebut. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatif, dimana pengumpulan data kualitatif dilakukan secara langsung
berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan. Data yang telah diperoleh kemudian
dikumpulkan, disusun, dikelompokan, dan di analisis sehingga diperoleh suatu
kesimpulan terakhir. Sedangkan pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan
pengukuran/perhitungan secara langsung sebagai variabel angka atau bilangan,
seperti laporan keuangan yang dimiliki oleh Usaha Emira Catering.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini yaitu :
1. Observasi
Menurut Sugiyono (2014:145) observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Menurut Riyanto (2010:96) observasi merupakan metode
pengumpulan data yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun
tidak langsung.
18
2. Wawancara
Menurut Riyato (2010:82) wawancara merupakan metode pengumpulan data
yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek atau
responden. Menurut Afifuddin ( 2009:131) wawancara adalah metode
pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang
menjadi informan atau responden. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa, dengan melakukan wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal
yang lebih mendalam terkait hal yang akan diteliti.

3.4 Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan metode
deskriptif kuantitatif yaitu menyajikan rangkuman data atau nilai yang dihitung
berdasarkan data yang tersedia atau data yang dikumpulkan dari hasil observasi
dan wawancara terhadap usaha Emira Catering di magetan, kemudian disajikan
dalam bentuk instrumen analisis tabel, yang selanjutnya akan dilakukan
penjumlahan dan prosentase yang kemudian akan disimpulkan.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian


Emira Catering adalah usaha yang bergerak dibidang industri pembuatan
makanan jenis kue untuk isian snack box. Emira Catering mencakup penyediaan
jasa makanan atas dasar pesanan dari pelanggan untuk event tertentu. Pelayanan
yang diberikan meliputi pesanan-pesanan untuk kantor, perayaan, pesta, seminar,
rapat, dan sejenisnya.
Penelitian tentang analisis break event point sebagai alat perencanaan laba
pada Emira Catering di Magetan, dimana respondennya merupakan pemilik dari
usaha itu sendiri. Alasan peneliti memilih Emira Catering dikarenakan usaha ini
sudah lama berdiri dan dalam merencanakan labanya belum menggunakan analisis
BEP.

A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di tempat pemilik usaha sendiri yang
beralamat di RT 07 RW 01 Desa Kuwon, Kecamatan Karas, Kabupaten
Magetan.
B. Bentuk Badan Hukum Perusahaan
Nama Organisasi : Emira Catering
Jenis Organisasi : Personal
Nama Pemilik : Emira
Alamat Pemilik : RT 07 RW 01 Desa Kuwon, Kecamatan Karas,
Kabupaten Magetan.
C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Emira Catering terdiri dari owner sebagai
pemimpin yang langsung membawahi karyawanya dan sampai saat ini Emira
Catering memiliki 3 karyawan tetap.
D. Pembagian Job description
Bisnis ini adalah milik sendiri dengan modal sendiri, adapun tenaga
kerja yang di gunakan hanya 3 orang yang mempunyai masing-masing tugas
yaitu, prepare bahan, cleaning dan packing. Teknis pengerjaan ordernya
dilakukan bersama.
20
E. Aspek Produksi
Peralatan produksi dari Emira Catering tidak memerlukan alat-alat
khusus, karena alat-alat yang dibutuhkan alat-alat rumah tangga sudah banyak
dimiliki oleh pemilik.
EMIRA Catering menggunakan bahan baku dan bahan tambahan pada
proses pembuatan produk yang akan dijual. Bahan baku merupakan bahan
mentah yang menjadi dasar pembuatan suatu produk yang mana bahan
tersebut dapat diolah melalui proses tertentu untuk dijadikan wujud yang lain.
Bahan tambahan adalah barang yang digunakan dalam proses produksi untuk
barang dan jasa, tetapi bukan bagian dari bahan baku utama untuk produk atau
jasa yang diciptakan.
Dalam proses produksi mulai dari pembelian bahan baku dan
tambahan untuk proses pembuatan dilakukan di rumah dan di kemas sesuai
dengan pesanan para pelanggan.
F. Aspek pemasaran
Pemasaran yang selama ini dijalankan oleh Emira Catering adalah
melalui media online seperti Instagram, facebook, whatsapp, guna menarik
perhatian pembeli serta membermudah dalam menjangkau pelanggan.
Segmentasi Emira Catering ini mengarah pada masyarakat menengah
yang ingin mendapatkan makanan dengan mudah untuk acara-acara tertentu,
yang lebih menghemat waktu dan juga lebih sehat dan higienis dan mengarah
pada masyarakat khususnya ibu rumah tangga, pegawai kantor untuk kalangan
menengah atas.

4.2 Aspek Keuangan


A. Sumber Dana
Modal yang digunakan adalah modal 100% milik sendiri, jumlah modal awal
secara keseluruhan adalah Rp.5.000.000
B. Klasifikasi Biaya pada Usaha Emira Catering
Analisis Break Even Point dimulai dengan mengklasifikasi pembagian
biaya yang terjadi dalam perusahaan sesuai dengan sifat masing-masing dari
biaya tersebut.
Sesuai dengan informasi yang penulis peroleh dari usaha Emira
Catering maka klasifikasi biaya terdiri dari:
21
Emira Catering
Jumlah Biaya Tetap dan Biaya Variabel Tahun 2021

Biaya Tetap
Keterangan Jumlah (Rp)
Mixer 250.000
Oven 650.000
Kompor 350.000
Loyang kue (10 pcs) 250.000
Spatula 50.000
Timbangan 150.000
Gelas ukur 75.000

Sendok takar 50.000

Kuas 15.000

Baskom/ mangkok besar 350.000

Ayakan 15.000

TOTAL BIAYA TETAP Rp.2.000.000


Biaya Variabel
Biaya Bahan Baku 2.000.000
Biaya Pemeliharaan Peralatan 780.000
Biaya lain-lain 220.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 3.000.000

Dalam hal penentuan biaya variabel, sangat dipengaruhi oleh penjualan


perusahaan, dimana Emira Catering dalam melaksanakan produksi. Itu
menunggu pesanan dari pihak konsumen, oleh karenanya sebelum lebih lanjut
memaparkan biaya variabelnya, maka akan dikemukakan terlebih dahulu hasil
penjualan atau pesanan konsumen pada Emira Catering tahun 2021.

22
Volume penjualan
Emira Catering tahun 2021
Keterangan Kuantitas Harga jual Pendapatan (Rp)
(Rp)
Snack box 980 7.000 6.860.000
TOTAL 6.860.000

Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil penjualan Emira Catering pada


tahun 2021 sebesar 980 buah. Sedangkan harga jual yang ditetapkan oleh Emira
Catering untuk satu snack box yaitu Rp.7.000,-. Dengan hal tersebut maka hasil
penjualan Emira Catering untuk Tahun 2021 sebesar Rp.6.860.000,-.

C. Analisis Break Event Point Pada Emira Catering


Untuk dapat menghitung break even point digunakan perhitungan
dengan rumus sebagai berikut:
Break Even point dalam rupiah,
BEP (Rp) = FC
1 – VC
S
Dimana :
FC : Biaya Tetap
VC : Biaya Variabel
S : Volume Penjualan

Sebelum melakukan perhitungan break even point dalam rupiah harus


diketahui terlebih dahulu biaya per unit sebagai berikut:
BEP per unit (Q) = Biaya Tetap
Harga Jual – Jumlah biaya variabel perunit

= 2.000.000
7.000 – 3.061
= 504 buah

23
BEP (Rp) = FC
1 – VC
S
FC = 2.000.000
VC = 3.000.000
S = 6.860.000

BEP (Rp) = 2.000.000


1 – 3.000.000
6.860.000
= 2.000.000
1 – 0,43
= 3.508.771
Perhitungan diatas menunjukkan break even tahun 2021 atas dasar rupiah
sebesar Rp. 3.508.771.

Hasil dari perhitungan Break Even Point diketahui bahwa untuk


mencapai titik impas dalam penjualan pada Emira Catering pada tahun 2021
harus mampu menjual hasil produksinya sama dengan Rp. 3.0508.771 atau
lebih dari penjualan tersebut.

Laporan Laba Rugi Emira Catering Tahun 2021


• Penjualan (980 x Rp. 7.000) = Rp. 6.860.000
• Biaya Variabel (504 x Rp. 3.061) = Rp. 1.542.000
• Biaya Tetap = Rp. 2.000.000 +

TOTAL BEP = Rp. 3.542.000 -


Laba = Rp. 3.318.000

24
Analisis Contribution margin
Contribution Margin adalah bagian dari hasil penjualan yang digunakan
untuk menutupi biaya tetap. Sehingga dengan demikian besarnya contribution
margin adalah hasil penjualan dikurangi dengan biaya variabel.
• Besarnya contribution margin Emira Catering pada tahun 2021 dapat
dihitung sebagai berikut:
Hasil Penjualan = Rp. 6.860.000
Biaya Variabel = Rp. 3.000.000 _
Contribution Margin = Rp. 3.860.000

Perhitungan tersebut terlihat bahwa contribution margin yang


dihasilkan adalah Rp. 3.860.000,- oleh karena biaya tetap yang
dikeluarkan sebesar Rp. 2.000.000. maka keuntungungan yang
diperoleh Emira Catering dari hasil penjualan adalah :
Contribution Margin = Rp. 3.860.000
Biaya Tetap = Rp. 3.000.000 _
Keuntungan = Rp. 860.000

D. Analisis Perencanaan Laba


Pada penelitian ini Emira Catering menetapkan perencanaan laba
sebesar 20% dari hasil penjualan. Berikut adalah perencanaan laba pada Emira
Catering.
• Perencanaan laba Emira Catering berdasarkan data yang diperoleh pada
tahun 2021 dapat diketahui berapa volume penjualan yang harus dicapai
berdasarkan perencanaan laba yang direncanakan sebagai berikut:

Penjualan (unit) = biaya tetap + laba yang direncanaan


Harga jual/ unit – biaya variabel/ unit
= 2.000.000 860.000
7.000 – 3.061
= 726 unit
Untuk mendapatkan laba sebesar 20% (Rp.860.000), Emira Catering
harus mampu menjual sebanyak 726 snack box.

25
4.3 PEMBAHASAN
Dalam hal ini nampak jelas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
perencanaan laba yang ingin dicapai adalah harga jual, kuantitas penjualan, serta
biaya tetap dan biaya variabel. Hal tersebut dapat dilihat dari alternatif-alternatif
yang telah dilakukan bahwa perubahan salah satu faktor, dua faktor, ataupun
kesemua faktor akan mempengaruhi persen laba yang dicapai dari hasil penjualan
tersebut.
Dampak yang terjadi terhadap perencanaan laba jika terjadi perubahan harga
yaitu: Kenaikan harga jual per unit akan menurunkan titik impas penjualan,
sedangkan penurunan harga jual per unit akan menaikkan titik impas penjualan
(BEP).
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis maka hasil yang diperoleh
adalah Break Even Point (titik impas) dapat digunakan sebagai alat perencanaan
laba pada Emira Katering.

26
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Emira Catering selama ini belum menggunakan perhitungan BEP untuk
perencanaan laba
2. Emira Catering belum memisahkan biaya tetap dan biaya variabel, sehingga
manajemen sulit untuk mengadakan perencanaan dan pengawasan biaya.
3. Dengan tidak dilaksanakannya pemisahan biaya variabel dan biaya tetap maka
perusahaan sulit untuk merencanakan laba yang diinginkan.
4. Break Even Point (titik impas) dapat digunakan sebagai alat perencanaan laba
pada Emira Katering.

5.2 Saran
Agar Emira Catering dapat berkembang dan bertumbuh, maka menurut hemat
peneliti menyarankan agar Emira Catering melakukan pemisahan biaya tetap dan
biaya variabel supaya manajemen teratur.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, kamaruddin. 2014. Akuntansi Manajemen. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Alwi, S. (2005). Alat-Alat Analisis Dalam Pembelanjaan. Yogyakarta: Andi


Offset.

Andrianto, M. Y., Sudjana, N., & Azizah, D. F. 2016. Jurnal Administrasi.


Analisis Break Even Point (BEP) Sebagai Alat Perencanaan Laba (STtudi Pada
CV. Langgeng Makmur Bersama Lumajang Periode 2012-2014, Vol.35 No.1

S. Munawir, 2007. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta

Sujarweni, V. W. 2015. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sujarweni, V. W. 2015. Akuntansi Manajemen. (Mona, Ed.). Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

28

You might also like