You are on page 1of 52
Menimbang Mengingat ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1641/MENKES/SK/XU2005 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN IMUNISAS! MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA bahwa dalam rangka perluasan cakupan penyelenggaraan imunisasi, dipandang perlu menyempumakan Kepulusan Menten Kesehatan Nomor 1059/MENKESISK/IX/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi; bbahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Peryyelenggaraan Imunisasi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 2, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2373); Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara (Lembaren Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2374), Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1884 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambanan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 8273) UndangUndang Nomor 28 Tahun 1982 tentang Kesehatan {Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2495); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungar Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 4108, Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 4235); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tembahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421) 1" 13, 14, 18, ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Peraturan Pemeriniah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49 Tamibehan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447); Peraturan Pemerintsh Nomor 82 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambehen Lemberan Negara Republik Indonesie Nomor 3637) Peraturan Pemerintan Nomor 72 Tahun 1998. tenlang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 1997 Nomor 138, Tambehar Lemberan Negara Republik Indonesia Nomor 3781), Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Propinsi Sebaga Daerah Oionom (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) Peraturen Menteri Kesehatan Nomor SB5iMENKESIPERIIX 1969 tentang Persetujuan Tindakan Mecik Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI200" tenlang Susunan Orgenisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1394/Menkes/SK/KI2002, tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1116/Menkes/SK/VIi 2003 tentang Pedoman Peryelenggarean Sistem Survlians Epidemiciog Kesehatan Menetapkan Kesatu Kedua Ketiga Keempat Kelima Keenam ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES ‘17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 147S/Menkes'SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu MEMUTUSKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN IMUNISASI. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini Pedoman sebagaimana Diktum Kedua agar digunakan sebaga _acuan bagi tenaga Kesehatan penyelenggaraan imunisasi Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Keputusan in diigksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan melibatkan organisasi profes terkait sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menter Kesehatan Nomor 1059/MENKES/SKIIX/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ctetapkean. Ditetaokan ai Jakarte pada tanggal 24 November 2005 MENTERI KESEHATAN, td Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp. JP(K) ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1611/Menkes/SK/XI2005 Tanggal— : 24 November 2005 PEDOMAN PENYELENGGARAAN IMUNISAS! |. PENDAHULUAN A. Program Imunisasi Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum periu diwujudkan sesua dengan cita-ita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalu Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan pembangunan Kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahi, serta disusun dalam salt program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiotogi yang valid Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit egeneraif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenlbatas wilayah administrssi, sehingge~menyultkan pemberantasannya. Dengan lersedianya vaksin yang dapat menoegah penyakit menulartertentu, maka tindakan encegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatf singkat dan dengan hasil yang ofektif Salah satu strategi pembangunan Kesehatan nasional untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2010" adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan Kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai konisibus positf terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan periaku sehat. Sebaga acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep ‘Paradigma Sehat’ yait embangunan kesehatan yang memberikan priortas utama pada upaya pelayanan peningkatan Kesehatan (promot) dan pencegahan penyakit (prevent) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhanipengobatan (kuratif) dan pemulinar (rehabiltatf) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan, Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, “Paradigma Sehat’ dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan penyakit. Salat salu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi) ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES Penerapan Undang-Undang Nomor 82 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ‘dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antare Pemerintah Pusat dan Daerah memberikan otonomi luas kepada kabupatenhkole ddan otonomi terbatas pada provinsi, sehingga pemerintah daeah akan semakin teluasa menentukan prioritas pembangunan sesuai kondisi daerah. Oleh sebab ity aera harus memilki kemampuan mengidentiikasi masalah sampai_memilin prioritas penanggulangan masalah keschatan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan daerah, serta mencari sumber-sumber dana yang dapat digunakan untuk mendukung penyelesaian masalah. Dalam hal ini, imunisasi merupakan upaye prioritas yang dapat aipih olen semua wiayah mengingat bahwa imunisasi ‘merupakan upaya yang efekti dan diperiukan oleh semua daeran Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Upaya ini mmerupekan upaya Kesehatan masyarakst yang terbukti paling cost effective. Dengan upaya imunisasi terbukti behwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1874. Muiai hun 1977, upaya imunises 80% dan cakupan i Kabupaten ‘Sukabumi tahun 2004 sebesar 95,5%. Temyata virus peryebab adalah virus dan Sudan, Sebenamya sejak bulan Oktober 1995 Indonesia sudah bebas polio, tetap arena citemukannya kasus tersebut kta harus melaksanakan Outbreak Response of Immunization (OR) yang dilanjutkan dengan Mop-Up serta Pekan Imunisasi Nasional (PIN) putaran | pada tanggal 30 Agustus, PIN Putaran Il 27 September 2005 dan PIN Putaran Ill pada 20 November 2005 serta tidak tertutup Kemungkinan ‘akan dlanjutkan dengan PIN berikutnya Kemaluan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi ke dalam penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuen yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus, Japanese Encephalitis, dan lai-lain). Beberapa jenis vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumiah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi Dari uraian di atas jelasiah bahwa upaya imunisasi peru terus dtingkatkan untuk ‘mencapai ingkat population immunity (kekebalan masyarakat) yang tingal sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I, Dengan kemajuan imu pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektf dan efisien dengan harapan dapat ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES memberikan sumbangan yang nyata bagi Kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat ainnya Penyelenggaraan program imunisasi mengacu pada kesepakatan-kesepakatan iterasional untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit,antara lain 1, WHO tahun 1988 dan UNICEF melalui World Summit for Chiliren pada tahun 1990 tentang ajakan untuk mencapai target cakupen imunisasi 80-80-80, Eliminasi Tetanus Neonatorum dan Reduksi Campak 2. Himbauan UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 ai negara erkembang 3. Himbauan dari WHO bahwa negara dengan tingkat endemisitas tinggi >8% pada tahun 1997 diharapkan telah melaksanekan program imunisasi hepatitis B ke dalam program imunisas’ rutin 4, WHOIUNICEFIUNFPA tahun 1989 tentang Joint Statement on the Use of ‘Autocisable Syringe in Immunization Services 5. Konvensi Hak Anak: Indonesia telah meratiikasi Konvensi Hak Anak dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1989 tertanggal 25 Agustus 1990, yang perisi antara lain tentang hak anak untuk memperoleh Kesehatan dan kesejahteraan dasar 6. Resolusi Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) tahun 1988 dan tahun 2000 yang diperkuat dengan hasil pertemuan The Eight Technical Consuttative Group Vaccine Preventable Disease in SEAR tahun 2001 untuk ‘encapai Eradikasi Polio pada tahun 2004 untuk regional Asia Tenggara dan sertfikasi bebas polio oleh WHO tahun 2008 7. The Millenium Development Goal (MDG) pada tahun 2003 yang meliputi goal 4 tentang reduce child mortality, goal 5: tentang improve maternal health, goal 6 tentang combat HIV/AIDS, malaria and other diseases (yang disertai dukungan {eknis dan UNICEF) 8 Resolusi WHA 56.20, 28 Mei 2003 tentang Reducing Global Measles Mortality mendesak negara-negara anggota untuk melaksanakan The WHO-UNICEF Strategic Plan for Measles Mortality Reduction 2001-2005 Atau posyand. ‘abel tb, Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan Vaksin DPT dan HB Dalam Bentuk Terpisah, Menurut Frekuens dan Selang Waktu dan Umur Pemberian PEMBERIAN vas ee | Pesperiae | UMUR KETERANGAN orrs23) { Pole * ‘tminggu | 0-11 ban (Peta 1234 20 ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES compa 1% - ett ban 8123) cle nakesplaeora HE e962 siberian sebum bay plana ko Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan \Vaksin DPTIHB Kombo ‘MUR. ‘VAKSIN TEMPAT Bay lair rumah: Obuian Hot Rumah “1 buian 5CG,Polo 1 Posyandu* 2 ouian DPTIHB kombot Poto2 | Posyandue aun PTE Lambo? Polio? _| Posyandue 4 bulan DPTIHB kombo3, Polos | Pesyandu* ‘bulan Campak Posyandu" Bayi lair di RSIRBVBIdan Praktek ‘buen HB! Polit, BCG RSIRBVEIdan 2 bulan DPTIHE Kombo, Pole? | RSIRBVBidand ‘3 bulan DDPTIHB kombo 2, Palio3 | RSIREVBIdard ‘4 bulan DPTIHB kombo 3, Poliod | RS/REVBidard ‘bulan Campak RSIRBVdart Keterangan: * > Ata tempat pelayanan tain #2 tau posyandu Tabel 3. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak Sekolat IMUNISAS! —-PEMBERIAN ANAKSEKOLAH _imunisasi_| POSS eles 1 oT Ose campak 05ce Kelas? 7 05ce Kelas 3 a osce ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES ‘Tabel 4 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Wanita Usia Subur SELANG PEMBERIAN | WAKTU Masa IMUNISAS! | iyunisAS! | PEMBERIAN | PERLINDUNGAN OS'S MINIMAL, 4 minggu Stahun oS ce setelan Tt 4 minggu tahun 05 ce setelan T2 4 minggu totann | 05 ee setelan 72 4 minggu 25taun | OSe sotelan Te Pelayanan imunisasi rutin dapat dilaksanaken di beberapa tempat entara lain ‘+ Pelayanan imunisas’ di komponen statis (puskesmas, puskesmas embantu, rumah sakit dan rumah bersalin). Pelayanan ini merupakan pendekatan yang ideal di mana sasaran datang ‘mencari pelayanan, © Pelayanan imunisasi rutin dapat juga diselenggarakan oleh swasta seperti rumah sakit swasta dokter praktik bidan praktik Koordinasi pelayanan imunisasi rutin oleh swasta diperiukan untuk penyediaan vaksin dan pelaporan. Prosedur yang dilakukan pade komponen ini adalah Skrining, menjaring sasaran di semua pintu masuk BPY KIA atau dalam kegiatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Petugas harus mengantisipasi adanya penolakan terhadap imunisasi. Alasar yang biasa dikemukakan oleh keluarga harus dibicarakan agar tindakan yang tepat dapat diberikan, Misainya imunisasi campak tidak peru diberikan pada anak yang pemiah menderta campak yang ditandai dengan gejala pathognomonis campak yaitu hiperpigmentas’ dan deskuamasi 22 ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES Bagan 1. Prosedur Skrining Penjaringan Sasaran Sasaran datang di BPIKIA Sehat ‘Seki Status imunisasi Status imurisasi Balm Bolum —Lergkap Bolum Belum Lengkap Lengkap Lengkap Inikast konta Incikas! Kons Posi Negatt Positt Negatit Tidak dimunisasi — Motvasi Motivasi Motvas | untuk dateng pada | pelayanan berkutrya Imunisasi Imunisas ‘© Pelayanan imunisasi di komponen lapangan antara lain di sekolah, posyandu dan kunjungan rumah. Di sekolah dasar harus dijadwalkan bersama dengan pinak sekoiah dan pelaksanaannya dllakukan selama jam sekolah, + Pelayanan imunisasi di posyandu diatur_mengikuti_ sistem pelayanan lima meja. Bila pengunjung datang dapat diakukan endataan sasaran dan sebelum pelayanan dimulai diberikan ppenyuluhan kelompok. Selama pemberian imunisasi, penyuluhan perorangan diberkan, Catatan pemberian imunisasi dilakukan segera setelah pelayanan baik di KMS maupun di buku catatan hhasil imunisasi bayi dan ibu (buku merah dan kuning) ++ Kunjungan rumah dilakukan untuk pemberian imunisasi HB (0-7 far) yang lahir di rumah 23 ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES ‘+ Setelah selesai pelayanan di posyandu dan kunjungan rumah hasil cakupan imunisasi seria masalah yang dtemukan didiskusikan dengan kader. Demikian pula sebelum pulang, ppelugas melaporkan hasil kegiatan serta masalah yang ditemukan i lapangan kepada kepala desalpamong, Sesampai di puskesmas, hasil kegiatan di lapangan hari itu direkap di buku biru (catatan imunisasi puskesmas), 2) Pelayanan Imunisasi Tambahan Pelayanan imunisasi tambahan hanya dilakukan tas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan, atau evaluasi Meskipun beberapa di antaranya telah memiliki langkah-langkah yang baku, namun Karena ditujukan untuk mengatasi_ masalah tertentu maka tidak dapat diterapkan secara rutin A2d, Koordinasi Program imunisasidituntut untuk melaksanakan ketentuan program secara efektif dan efisien. Untuk itu pengelola program imunisasi harus ‘dapat menjalankan fungsi Koordinasi dengan balk. Ada dua macam fungs koordinasi, yatu vertikal dan horizontal. Koordinasi horizontal terri dari kerja Sama lintas program dan kerja sama lintas sektoral 41) Kerja sama Lintas Program Pada semua tingkat adminisrasi, pengelola program imunisasi dinarapkan mengadakan kerja sama dengan program lain di bidang kesehatan, Beberapa bentuk kerja sama yang telah dirintis ‘+ Keterpaduan KIA -Imunisasi ‘© Keterpaduan Imunisasi - Survaillans ‘+ Keterpaduan KB - Kesehatan (Imunisasi, Gizi, Diare, KIA, PKM ke) + Keterpaduan UKS - Imunisasi 2) Kerja sama Lintas Sektoral Pada setiap tingkat administrsi, pengelola program imunisasi harus ‘mengisi Kegiatan untuk membina kerja sama lintas sektoral yang telah terbentuk, yay ‘© Kerja sama imunisasi - Departemen Agama, ‘Kerja sama imunisasi - Departemen Dalam Negeri ++ Kerja sama imunisasi- Departemen Pendidikan Nasional ‘© Kerja sama imunisasi-organisasi IDI, IDAl, POG, IBl, PPNI, i) 24 ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES ‘+ Bentuk lain dar koordinasi lias sektoral adalah peran bantu PKK, LsM ‘+ Badan internasional seperti WHO, UNICEF, GAVI, AusAID, PATH, JICA, USAID, CIDA ‘A3. Pengelolaan Rantai Vaksin A.3.a, Sensitivtas Vaksin Terhadap Suhu ASD. Untuk memudahkan penggelolaan, vaksin dibedakan dalam 2 (dua) kategor ‘+ Vaksin yang sensi techadap panas (heat sensitive): Polio, Campak dan BCG. + Vaksin yang sensi? techadap pembekuen eeze sensitive) Hepattis B, DPT, TT dan OT ‘Semua vaksin akan rusak bila terpapar suhu pangs. Namun vaksin Polio, Campak dan BCG akan lebih cepat rusak pada paparan panas dibandingken vaksin Hepaiitis B, DPT, TT dan DT. Sebaliknya vaksin Hepatitis B, DPT, TT dan DT akan rusak bila terpapar dengan sun boku Pengadaan, Penyimpanan, Distribusi dan Pemakaian 41) Pengadaan Pengadaan vaksin untuk program imunisasi dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menuiar dan Penyehatan Lingkungan dari sumber APBN dan BLN (Bantuan Luar Negeri) Pelaksanaan pengadsan vaksin dilakukan sesuai dengan prosedut Kepres no.80 tahun 2003, Vaksin yang berasal dari luer negeri pada umumnya diterima di Indonesia apabila ada kegiatan khusus (seperti Catch Up Campaign Campak) dan vaksin tersebut telah lolos Uji dari Badan Pengawasan Obat dan Makanen (BPOM) 2) Penyimpanan Setiap unit cianjurken untuk menyimpan vaksin tidak lebih dari stok sraksimainya, untuk menghindarerjadinya penumpuken vaksin. Bie frekuensi distibusi vaksin ke provinsi 1 (satu) kal setiap 3 (tie) bulan, maka stok maksimal vaksin di provinsi adalah kebutuhan vaksin untuk 4 (empat) bulen. Bia frekuensi pengambian veksin ke provinsi 1 (satu) kal per bulan maka stok minimal di Kabupaten adalah 1 (salu) bulan dan stok maksimal adalah 3 (tga) bulan, dan bila frekuensi pengambilan vaksin ke kabupaten 1 (satu) kali por 25 ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES bulan maka stok maksimal di puskesmas 1 (satu) bulan 1 (satu) minggu. Linat bagan distnbusi vaksin. Bagan 2, Distribusi Vaksin [ RRaIeo Fama ‘Stok Bulan Distribusi Seti 1-3 Bulan Provinsl ‘Stok Bulan + Cadangan 1 Sulan Pengambiian Setiap 1 Bulan Kabupaten Stok:2 Bulan + Cadangan 1 Bulan je— Pengambilan Setiap 1 Bulan Puskesmes Stok:1 Bulan + Cadangan 1 Minggu Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting Karena menyangkut gotensi atau daya antigennya, Faklorfaktor yang mempengaruhi penyimpanan vaksin adalah suhu, sinar matahari, dan kelembaban, Tabel 5. Penyimpanan Vaksin PUSAT/ e0D/UNT Be POMS! KABKOTA,|POPUSTY | yaya JENS VAKSIN MASA SMPAN VAKSIN eu | BULAN | MINGGU | MINGcU cap. AD. can. can. [Polio FREEZER. Sun 25°C si-15°C | or 7 cc Campa Polio Hepatitis 8 (via DPT.HE. 8 unyect 3) ENTER! RESEHATAN REPUBLIN DOMES LEMARI ES: Suna +24C sid ¥8%C SUHU RUANGAN Vaksin yang berasal dar vis hidup (polo, ampak) pada pedoman sebelumnya harus disimpan pada suhu di bawah 0%. Dalam serkembangan seaiuinys, hanya veksin Polio yang_masin memeriukan suhu dibawah 0°C di provinsi dan kabupatenvkota, sedangken vaksin campek dapat disimpan di efigerator pada suhu 28°C. Adapun vaksin lainnya harus disimpan pada suhu 2-8°C. Veksin Hepatitis B, DPT, TT dan DT tidak bole terpeper pada suns beku karena vaksin akan rusak akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang merusak antigen Dalam penyimpanan vaksin, susunannya harus diperhatikan. Karene suhu dingin dar lemari esfreezer diterima vaksin secara Konduksi, maka ketentuan tentang jarak antar kemasan vaksin rus cipenuhi Demikian pula letak vaksin menurut jenis antgennya mempunyai uruan terentu untuk menghindari penurunan potensi vaksin yang terlalu cepat Distribusi Pengerian dstribusi di sini adalah transportasi atau pengiiman vaksin dari pusat ke provnsi, dari provinsi ke kabupatervkota, dari xebupatenkota ke puskesmas dan dar puskesmas ke bidan di dese atau posyandy. Dstibusi vaksin balk jumlah maupun frekuensinya narus dsesueikan dengan volume veksin di masing-masing rovinl serta biaya transporiasi, Ratarata distrbusi vaksin ke provins) ‘adelah setap 1-3 bulan, Tergantung dar besarnya jumlah penduduk provinsi tersebut. Bile frekuensi distibusi vaksin

You might also like