Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelas N / Kelompok 1
1. Christian Andalan Wiliam 205040200111033
2. Silvia Ayu Mardiana 205040200111071
3. Muhammad Ammar Zuhdi 205040200111089
Latar Belakang
Pertanian berkontribusi tidak hanya pada ekonomi global, tetapi juga memainkan peran
penting dalam masyarakat dan individu di seluruh dunia yang hidupnya hanya bergantung pada
pertanian. Pertanian membantu mengurangi kelaparan, meningkatkan pendapatan, dan
meningkatkan ketahanan pangan bagi 80% petani kecil yang miskin yang tinggal di pedesaan dan
sebagian besar bekerja di bidang pertanian. Berdasarkan statistik pada tahun 2014, penting bagi
perekonomian global bahwa sepertiga dari produk domestik bruto (PDB) berasal dari pertanian,
karena pertanian tidak hanya menghasilkan pendapatan nasional, tetapi juga berkontribusi pada
pasokan makanan bagi penduduk dunia, mengurangi ketimpangan wilayah, memberikan
kesempatan kerja, meningkatkan devisa, mendorong impor dan ekspor, serta meningkatkan
kesejahteraan pedesaan.
Permasalahan
Sementara pertanian berkontribusi pada individu, masyarakat, dan ekonomi, petani
menghadapi tantangan perubahan iklim. Perubahan iklim dapat bermanifestasi sebagai
kekeringan, panas yang ekstrim, kebakaran hutan, kekurangan air, naiknya permukaan laut, dan
kondisi abnormal lainnya. Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada produksi, pendapatan,
dan mata pencaharian mereka. Perubahan iklim secara dramatis telah mempengaruhi kehidupan
petani tidak hanya di bidang pertanian, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya,
kekeringan dan panas yang ekstrim telah menyebabkan kerugian pada produksi pertanian di
banyak bagian dunia, terutama dari tahun 1964 hingga 2007.
Studi menyimpulkan bahwa panas yang ekstrim dan peningkatan suhu mempercepat efek
atau proses penuaan. Studi lain menunjukkan bahwa kekeringan telah secara signifikan
mengurangi hasil panen, di mana hasil sereal sangat dipengaruhi oleh panas yang ekstrim.
Perubahan iklim tidak hanya mengubah kehidupan individu, tetapi juga kehidupan petani, produksi
tanaman, dan pendapatan pertanian. Perubahan iklim juga telah menyebabkan kekeringan,
perubahan suhu, dan variasi curah hujan, di antara banyak peristiwa cuaca jangka panjang lainnya.
Oleh karena itu, petani harus memiliki strategi adaptasi untuk menjamin kelangsungan hidup
sektor pertanian. Secara umum, petani Asia Tenggara tidak memiliki keterampilan dan teknologi
yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan meningkatnya tingkat ketidakstabilan dan
ketidakpastian iklim.
Hasil
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas tidak dapat disangkal perlu
untuk memitigasi kemungkinan dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian dan
mengembangkan kapasitas adaptif untuk mengurangi dampaknya terhadap sumber daya alam dan
agroekosistem. Beberapa faktor adaptasi yang disarankan dan memungkinkan dapat untuk
mengurangi dampak perubahan iklim pada sektor pertanian dipaparkan sebagai berikut:
1. Faktor sosiodemografi
Faktor sosiodemografi adalah karakteristik populasi yang umumnya mencakup usia, etnis,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, atau lokasi geografis. Faktor
sosiodemografi dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana strategi adaptasi petani
dipengaruhi oleh karakteristik sosiodemografi mereka.
2. Modal fisik
Modal fisik adalah sumber daya fisik atau aset yang petani memiliki akses individu atau
kolektif. Sebanyak sebelas studi berfokus pada sumber daya fisik, di mana tiga studi berfokus
pada ukuran pertanian, dua studi berfokus pada pekerja, dan tiga studi berfokus pada lahan
pertanian. Modal fisik telah terbukti mempengaruhi strategi adaptasi petani terhadap
perubahan iklim. Petani kemungkinan akan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim jika
ukuran pertanian dan lahan yang dimiliki meningkat karena mereka dapat memperoleh lebih
banyak pendapatan dan mempraktikkan cara bertani baru atau beradaptasi dengan perubahan
iklim. Selain itu, seorang petani dengan lahan pertanian yang luas biasanya memiliki akses ke
banyak sumber daya yang akan membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim.
3. Pendampingan
Bantuan dalam konteks ini diartikan sebagai bantuan eksternal, seperti uang, sumber daya, atau
informasi, yang membantu petani untuk beradaptasi. Tiga studi difokuskan pada bantuan dari
sumber-sumber pemerintah dan non-pemerintah. Pada umumnya masyarakat petani
membutuhkan bantuan dari pihak luar. Meskipun demikian, petani tidak menikmati
kemewahan pengetahuan, modal, pendidikan, atau sumber daya fisik. Oleh karena itu, bantuan
eksternal akan mendukung petani dalam berekspansi dan beradaptasi dengan perubahan iklim.
4. Informasi
Informasi adalah sumber daya yang diakses petani atau keterampilan yang diperoleh melalui
pengalaman atau pendidikan. Pengetahuan dan informasi dapat membantu petani beradaptasi
dengan perubahan iklim. Petani perlu menjalani pelatihan untuk meningkatkan keterampilan
dan teknik mereka untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang perubahan iklim. Selain itu,
akan lebih mudah bagi petani untuk membekali diri dengan teknologi dan teknik modern untuk
meningkatkan aktivitas pertanian. Selain itu, petani harus berpendidikan tinggi dan memiliki
rumah tangga yang besar untuk meningkatkan kemungkinan strategi adaptasi perubahan iklim
5. Jaringan sosial
Jejaring sosial adalah jaringan interaksi dan hubungan pribadi yang dapat mempengaruhi
strategi adaptasi petani. Petani yang menerapkan adaptasi lebih cenderung mendapat tekanan
dari orang-orang di sekitarnya, termasuk teman, saudara, dan tetangga. Sebagian besar petani
sadar akan perubahan iklim sebagai hasil dari informasi yang dikumpulkan dari surat kabar,
internet, televisi, iklan, dan komunitas serta teman-teman mereka. Interaksi dan berbagi
pengetahuan, yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani, juga bisa menjadi tahapan
dalam proses adaptasi perubahan iklim.
Kesimpulan
faktor-faktor yang mempengaruhi strategi adaptasi petani di Asia Tenggara adalah
pendapatan rumah tangga, ukuran rumah tangga, luas lahan pertanian, lahan pertanian, jumlah
pekerja, akses informasi, pendidikan tinggi, pengalaman, akses pelatihan dan program, bantuan
dari lembaga pemerintah dan non pemerintah, dan jaringan sosial seperti keluarga, teman,
tetangga, kerabat, dan petani lainnya. Sementara itu, faktor program, penggunaan internet, kerabat,
dan jumlah tenaga kerja kurang penting dalam mengembangkan strategi adaptasi bagi petani dalam
menghadapi perubahan iklim di Asia Tenggara. Oleh karena itu, tinjauan sistematis ini
memberikan pemahaman tentang bagaimana petani merespons dampak perubahan iklim.
Selanjutnya, tinjauan sistematis membantu penelitian ini memahami masalah perubahan iklim dan
pentingnya adaptasi di kalangan petani, khususnya di Asia Tenggara. khususnya di Asia Tenggara.
Pengaruh Perubahan Iklim pada Musim Tanam dan Produktivitas Jagung (Zea mays L.)
di Kabupaten Malang
Latar belakang
Produktivitas nasional komoditas jagung di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap
tahun. Pada tahun 2012, produktivitas jagung mencapai 4,5 ton/ha-1 lalu mengalami mengalami
peningkatan berturut-turut pada tahun 2013-2016, yaitu dari 4,84; 4.95; 5.18; dan 5,31 ton/ha-1.
Data Produksi nasional tertinggi terdapat di Jawa Timur dan Kabupaten Malang merupakan salah
satu daerah penghasil jagung tertinggi di Jawa Timur. Namun, produksi dan produktivitas jagung
di Kabupaten Malang berfluktuasi setiap tahunnya. Produktivitas jagung di Kabupaten Malang
pada tahun 2012 sebesar 5,5 ton/ha-1 kemudian pada tahun 2013 menurun menjadi 5,4 ton/ha-1
dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 5,8 ton/ha-1. Salah satu penyebab ketidakstabilan
produktivitas jagung di Indonesia diduga karena perubahan iklim akibat pemanasan global.
Pemanasan global adalah peningkatan suhu di permukaan bumi sebagai akibat dari kegiatan
antropogenik dan berdampak pada perubahan iklim global juga. Fenomena ini sering disebut
sebagai efek rumah kaca. Di sejumlah daerah di Indonesia, gejala perubahan iklim semakin terasa,
terutama pada musim kemarau dan penghujan.
Permasalahan
Perubahan iklim yang terjadi bisa berdampak pada produktivitas jagung. Satu upaya
adaptasi paling akurat dalam menghadapi dampak perubahan iklim, seperti kondisi iklim yang
tidak menguntungkan musim yang tidak menentu dan berganti, harus dilakukan penentuan pola
tanam dan kalender tanam dengan mempertimbangkan kondisi iklim. Selain itu, dampak yang
ditimbulkan oleh perubahan iklim adalah kenaikan dan penurunan suhu, ketidakstabilan curah
hujan yang turun, dan terjadinya pasang surut air laut yang tidak menentu. Perubahan ini
mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil jagung yang ditanam petani. Diduga perubahan iklim
juga akan terjadi di Kabupaten Malang, seperti di daerah lain di Jawa Timur, seperti Kabupaten
Gresik.
Perubahan iklim menyebabkan pergeseran AMH dan AMK yang dapat memengaruhi
produktivitas jagung di Kabupaten Malang. Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh perubahan
iklim adalah pergeseran AMH dan AMK yang terlihat dari distribusi curah hujan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan evaluasi perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap produktivitas jagung di
Kabupaten Malang. Evaluasi dilakukan berupa analisis hubungan antara variabel bebas
(independen) berupa unsur iklim yaitu curah hujan, hari hujan, dan suhu udara pada periode 1998-
2017 dengan variabel terikat (dependen) berupa produktivitas jagung pada periode 1998-2017.
Hasil
Dalam melakukan evaluasi, peneliti mengumpulkan data sekunder primer, data sekunder,
dimana pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dengan responden dilakukan
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang komprehensif tanah, sistem tanam, sistem irigasi,
penggunaan pupuk, dan musim tanam. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
mengumpulkan beberapa data berupa data unsur iklim (curah hujan, jumlah hari hujan, dan suhu)
pada periode 1998-2017 yang diperoleh dari BMKG Karangploso (mewakili Kota Malang bagian
utara) dan Karangkates (mewakili Malang bagian selatan) dan data produktivitas jagung
Kabupaten Malang periode 1998-2017 diperoleh dari Kementerian Pertanian. Analisis data yang
dilakukan meliputi data iklim dan produktivitas jagung di Kabupaten Malang periode 1998-2017
yang terbagi dalam 2 dekade serta hasil wawancara. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Acharjee, T. K., van Halsema, G., Ludwig, F., Hellegers, P., dan Supit, I. 2019. Shifting
Planting Date of Boro Rice as a Climate Change Adaptation Strategy to Reduce
Water Use. Agricultural systems. 168. 131-143.
Diana, M. I. N., Zulkepli, N. A., Siwar, C. and Zainol, M. R. 2022. Farmers’ Adaptation
Strategies to Climate Change in Southeast Asia: A Systematic Literature Review.
Sustainability. 14, 3639. https://doi.org/10.3390/su14063639
Ninuk. H. Amelia. P. 2019. Pengaruh Perubahan Iklim pada Musim Tanam dan
Produktivitas Jagung (Zea mays L.) di Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 25(1): 118-128.
Shrestha, R. P., Raut, N., Swe, L. M. M., dan Tieng, T. 2018. Climate Change Adaptation
Strategies in Agriculture: Cases from Southeast Asia. Sustainable Agriculture
Research. 7(3): 39-51.