You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH

ACARA I
PENGENALAN CITRA DAN UNSUR-UNSUR INTERPRETASI CITRA

Dosen Pengampu :
Aditya Saputra, S.Si, M.Sc, PhD
Vidya Nahdhiyatul Fikriyah, S.Si., M.Sc

Asisten :
Abel Garibaldi Ismail Rizky Putri Pramesty

Al Fauzi Novianto Rhojian Noor

Farah Salsabila Siti Nur Aisah

Muhammad Natsir Yunan Akhmad Isnanto

Rahmat Dwi Waluyo Yuni Fitriani

Disusun oleh:
Yasminun Ardine Issudibyo
E100200130
Senin 5-6

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
ACARA I
PENGENALAN CITRA DAN UNSUR-UNSUR INTERPRETASI
CITRA
I. TUJUAN
1. Praktikan mampu memahami pengertian interpretasi foto udara.
2. Praktikan mampu mengetahui unsur-unsur interpretasi foto udara.
3. Praktikan mampu menggambarkan berbagai macam kenampakan
atau fenomena alam berupa penggunaan warna pada spidol yang
digunakan.
4. Praktikan mengidentifikasi objek geografi yang terdapat pada foto
udara.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Citra (SAS.Planet)
2. Spidol Warna
3. Papan Ujian
4. Penggaris
5. Kertas HVS
6. Penjepit Kertas
III. LANDASAN TEORI

Remote sensing (RS) dalam Indarto (2014: 3) dapat dijumpai di


berbagai literatur.Remote berarti dari jauh, sedangkan sensingberarti
mengukur. Jadi,remote sensing berarti mengukur dari jauh atau
mengukurtanpa menyentuh objek yang diukur. Salah satu definisi
penginderaan jauh menurut Rango (1996) dalam Indarto (2014: 3),
pengideraan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, luasan, atau tentang fenomena melalui analisis data
yang diperoleh dari sensor. Dalam hal ini, sensor tidak berhubungan
langsung dengan objek atau benda yang menjadi target.Penginderaan
jauh adalah ilmu dan teknik untuk memperoleh informasi tentang suatu
objek,daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1979).
Citra satelit (satellite/spaceborne image),yaitu citra yang dibuat dari
amtariksa atau angkasa luar.Citra satelit ini banyak digunakan dalam
system penginderaan jauh.Terapan intepretasi citra landsat telah
dilakukan dalam berbagai disiplin ilmu seperti,ilmu(Lillesand dan
Kiefer 1997)
Intepretasi citra atau foto udara adalah upaya untuk memahami
atau menafsirkan citra atau foto udara sehingga mendapatkan informasi
yang akurat dan sesuai dengan objek yang terekam.
Pengertian citra secara umum yaitu gambaran objek yang
dihasilkan dari pantulan atau pembiasan sinar yang difokuskan oleh
lensa.Citra dapat diartikan sebagai rekaman objek yang dihasilkan
sebagai melalui proses optis,elektro-optis,optis-mekanik,dan
elektronik,biasanya berupa foto.Citra terbagi menjadi dua yaitu :
1. Citra foto menggunakan sensor fotografi,yang dibedakan
berdasarkan atas :
a. Gelombang elektromagnetik yang digunakan
b. Sumbu kamera yang digunakan
c. Sudut kamera
d. Jenis kamera
e. Warna yang digunakan,dan
f. Wahana yang digunakan
2. Citra non foto menggunakan sensor non fotografi (elektronik
dan digital),yang dibedakan berdasarkan atas :
a. Gelombang elektromagnetik yang digunakan
b. Sensor yang digunakan,
c. Wahana yang digunakan
Unsur interpretasi citra terdiri dari sembilan butir,yaitu
rona/warna,ukuran,,tekstur,pola,tinggi,bayangan,situs,asosi
asi,konvergensi bukti.Sembilan unsur interpretasi citra
disusun secara berjenjang atau secara hirarkhik.Berikut ini
unsur-unsur interpretasi citra,antara lain (Sutatanto,1994 :
121-142).

a. Rona atau warna


Ialah tingkat kegelapan atau tingkat keceraha
nobyek pada citra.Rona merupakan tingkatan dari
hitam keputihan atau sebaliknya.Warna ialah wujud
yang tampak olehmata dengan menggunakan
spektrum sempit,lebih sempit dari spektrum tampak.
b. Bentuk
Bentuk merupakan variable lkualitatif yang
memberikan konfigurasi atau kerangka suatu
objek.Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga
banyak objek yang dikenali berdasarkan bentuknya
saja.
c. Ukuran
Ukuran adalah atribut obyek yang antara lain
berupa jarak, luas, volume lereng, ketinggian tempat
dan kemiringan. Ukuran dapat mencirikan obyek
sehingga dapat dijadikan sebagai ciri pembeda
dengan obyek lainnya
d. Tekstur
Tekstur merupakan frekuensi perubahan
rona pada citra atau pengulangan rona kelompok
objek yang terlalu kecil untuk membedakan secarai
individual.Tekstu rseringdinyatakan dengan
kasar,halus,seperti beledu danbelang-belang.
e. Pola
Pola tinggi, dan bayangan dikelompokan
kedalam tingkat kerumitan tersier.Tigkat
kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat
kerumitan bentuk,ukuran, dan tekstur sebagai unsur
interpretasi citra. Meskipun tinggi dikelompokkan
kedalam tingkat kerumitan tersier, tidak
dibincangkan secara eksplisit karena sebenarnya
telah tercakup kedalam ukuran sebagai unsur
interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan
merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek
bentukan manusia dan bagi beberapa obyek
alamiah.
f. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail
atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau
gejala yang terletak di daerah bayangan pada
umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-
kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian,
bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang
penting bagi beberapa obyek yang justru lebih
tampak dari bayangannya.
g. Situs
Bersama-sama dengan asosiasi,situs
dikelompokkan kedalam kerumitan yang lebih
tinggi.Situs bukan merupakan ciri obyek secara
langsung, melainkan dalam kaitannya dengan
lingkungan sekitar.
h. Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan
antara obyek yang satu dengan obyek lain. Karena
adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu
obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi
adanya obyek lain.
i. Konvergensi Bukti
Konvergensi bukti ialah penggunaan
beberapaunsur interpretasi citra sehingga
lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah
satu kesimpulan tertentu.
IV. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan seperti HVS,papan
ujian ,penggaris,spidol warna,dan penjepit kertas.
2. Menyiapkan foto udara yang akan diamati serta memeriksa
kenampakan pada citra tersebut.
3. Membuat deliniasi dengan cara membuat blok-blok antar obyek
yang ada pada citra menggunakan spidol OHP sesuai dengan
kenampakan yang ada.
4. Memberi keterangan kenampakan yang digambar sesuai dengan
jenisnya.
5. Mengisikan pada tabel berbagai kenampakan pada citra yang telah
diamati serta menyesuaikan jenis unsur-unsur intepretasi citranya.
6. Menjelaskan analisis deliniasi citra pada lamporan praktikum secara
baik dan jelas.
V. HASIL PRAKTIKUM
(Terlampir)
VI. ANALISIS
Objek sungai pada citra tersebut memiliki rona yang gelap kehitam-
kehitaman.Saat musim kemarau foto akan tampak jernih dan jika di foto
tampak semakin gelap.Sungai banyak menyerap cahaya kemudian sedikit
dipantulkan ke sensor.Sungai memiliki tekstur yang halus karena sungai
termasuk kenampakan perairan dan seragam.Kenampakan sungai tidak
memiliki bayangan karena sungai berada di dataran rendah.Sungai
berasosiasi dengan vegetasi atau hutan yang memiliki pola (berkelok-kelok)
serta memanjang dengan ukuran yang panjang,dan memiliki bentuk yang
teratur.Sungai memiliki situs berupa air.Sungai ini memiliki fungsi untuk
mengalirkan air ke hilir.
Pada citra tersebut terdapat kenampakan berupa hutan ke-satu,ke-
dua,ke-tiga,dan ke-empat memiliki persamaan.Berdasarkan citra tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa vegetasi berwarna hijau muda dengan rona
terang.Selain itu daun pepohonan menyerap energi sinar matahari untuk
kegiatan fotosintetis.Hutan ini memiliki ukuran yang besar dengan tekstur
kasar,karena memiliki tinggi yang relative tidak sejajar.Pola yang dimiliki
tidak beraturan dengan jarak antar tanaman yang tidak seragam.Hutan ini
tidak memiliki bayangan karena kenampakan relatif sama.Situs berupa
pepohonan dengan berasosiasi antara sungai dan lahan kosong.Fungsi hutan
ini sebagai menyedia oksigen bagi vegertasi lain maupun makhluk
hidup,mengatur siklus air dalam tanah,dan penampung air hujan .
Objek pada hutan ke-lima memiliki rona yang lebih gelap serta
berwarna hijau tua.Hutan yang tertera pada citra tersebut memiliki rona
yang gelap sebab vegetasi-vegetasi yang terdapat pada wilayah tersebut
memiliki ketinggian yang cukup tinggi dibandingkan objek yang
lainnya.Memiliki bentuk ukuran yang besar.Tekstur pada hutan ini kasar
karena perbedaan ketinggian.Dikarenakan ketinggian yang tidak sejajar
dibandingkan dengan rumput atau objek yang lebih rendah.Hutan ini
memiliki pola yang tidak beraturan serta tidak memiliki bayangan.Situs
yang terdapat pada objek ini berupa pohon dan berasosiasi di dekat
sungai.Fungsi hutan ini mampu menyerap air hujan dan menyerap air secara
maksimal.Dikarenakan hutan pada objek ini hutan tumbuh dengan lebat
pepohonan maka semakin banyak air yang diserap sehingga terdapat banyak
cadangan air untuk mencegah kekeringan.
Pada citra selanjutnya terdapat lahan kosong ke-satu,ke-dua,ke-
tiga,dan ke-empat yang memiliki persamaan pada cirinya. Berdasarkan citra
tersebut memiliki rona sedikit gelap dengan warna kecoklatan karena tidak
adanya vegetasi dan proses penggundulan hutan.Bentuk pada citra ini tidak
beraturan serta memiliki tekstur yang halus dengan ukuran kecil sebab
memiliki tinggi dan permukiman yang relatif sejajar.Selain itu,terangnya
tingkat rona sehingga dapat terlihat dengan resolusi citra yang
tinggi.Kenampakan ini memiliki pola menyebar ke titik atau wilayah yang
sama serta tidak memiliki bayangan karena ketinggian objek yang
sama.Pada kenampakan ini tidak memiliki situs,serta berasosiasi pada hutan
dan sungai.
Citra yang terakhir berupa lahan kosong ke-lima yang memiliki
perbedaan.Memiliki rona yang terang dengan warna keputihan.Bentuk yang
dimiliki tidak beraturan dengan tekstur halus karena permukaan relatif
datar.Ukuran yang dimiliki sedang/cukup besar.Memiliki pola yang
menyebar ke titik lain serta tidak memiliki bayangan.Kenampakan ini tidak
memiliki situs dan berasosiasi dengan sungai dan hutan.
VII. KESIMPULAN
1. Interpretasi foto udara adalah upaya untuk memahami atau
menafsirkan citra atau foto udara sehingga mendapatkan informasi
yang akurat dan sesuai dengan objek yang terekam.
2. Unsur interpretasi citra terdiri dari sembilan butir,yaitu rona/warna,
,bentuk,ukuran,tekstur,pola,tinggi,bayangan,situs,asosiasi,dan
konvergensi bukti sebagai kesimpulan .Sembilan unsur interpretasi
citra disusun secara berjenjang atau secara hirarkhik.
3. Praktikan dapat mengetahui cara menggambar kenampakan pada
citra tersebut, dengan menyesuaikan kenampakan pada citra yang
ada dengan menggunakan spidol warna agar dapat membedakan
suatu objek.
4. Praktikan dapat mengidentifikasi objek maupun kenampakan yang
terdapat pada citra disesuaikan dengan unsur-unsur interpretasi citra
DAFTAR PUSTAKA

Indarto. 2014.Teori dan Praktek Pengideraan Jauh.Yogyakarta:ANDI


Lillesand,dkk.1990.Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.Gajah Mada
University Press.Jogyakarta.
Saputra,A,Sigit,A.A.2020.Penginderaan Jauh dan
Interpretasi.Surakarta:Muhammadiyah University Press
Sutanto. 1994.Penginderaan Jauh Jilid I.Yogyakarta: UGM Press.

You might also like