You are on page 1of 28

MAKALAH

Tentang

“KATARAK”

KEPERAWATAN III A

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 8

AJENG DWI SEPTRIANI


DWI RAHMA YULIANTI
FANNY ZARANI
FEBIOLA SALSABILA
TESYA NOFINIQ

MATA KULIAH : PERSEPSI SENSORI

STIKES ALIFAH PADANG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, hidayah dan
karunianya yang tiada ternilai kepada penulis, shalawat serta salam semoga tercurah pada Nabi
besar Muhammad SAW, keluarga dan segenap sahabat – sahabatnya, hingga akhir jaman, Amin.

Banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penyusunan makalah
tentang”KATARAK” .Namun berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak , baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikannya.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca.

Padang, 23 juni 2018

Kelompok 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas,
2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga
pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia,
tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti
diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang
prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada
usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).

Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan
kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling
utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas
juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil
survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar
52%.

Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi, ada
banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain
adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan dengan
radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten),
dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.

B. Tujuan
1. mahasiswa dapat mengetahui definisi penyakit Katarak.
2. mahasiswa dapat mengetahui bagaimana jenis-jenis penyakit Katarak.
3. mahasiswa dapat mengetahui bagaimana gejala dan tanda-tanda penyakait Katarak.
4. mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penyebab penyakit Katarak.
5. mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengobatan penyakit Katarak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
       Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga dapat
terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah
trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
       Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjuan akibat lensa yang
keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya ( Ilyas,1999 cit Anas
Tamsuri, 2011 : 54 ).

B. Etiologi
Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain:
a. Trauma
b. Terpapar substansi toksik
c. Penyakit predisposisi
d. Genetik dan gangguan perkembangan
e. Iinfeksi virus di masa pertumbuhan janin
f. Usia
Penuaan merupakan penyebab utama dari katarak (95 %) dan 5 % disebsbkan kerusakan
congenital, trauma,keracunan atau penyakjit sistemik.
Derajat kerusakan yang disebabkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas (
kepadatan) dari kekeruhan selain karena umur ,pekerjaan gaya hidup dan tempat tinggal
seseorang.
Menurut etiologinya katarak dibagi menjadi :
1. katarak seni.le ( 95 %) .
katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun).
Menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65– 74 tahun dan
45 % pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat ktarak diduga terjadi pada semua orang pada
usia 70 tahun.
Ada 4 stadium antara lain :
a. Katarak insipien : stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian lensa
yang masih jernih.
b. Katarak intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratip menyerap air.
c. Katarak matur : katarak yang telah menegani seluruh bagian lensa. Katarak ini dapat
diopperasi.
d. Katarak hepermatur : katarak mengalami proses degenerasi lanjut keluar dari kapsul
lensa sehingga lensa mnegecil, berwarna kuning dan keringf sertya terdapat lipatan
kapsul lensa (Jounole zin kendor). Jika berlanjut diserrtai kapsul yang tebal
menyebabkan kortek yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar sehingga
berbentuk seperti sekantong susu dengan nucleus yang terbenam yang disebut katarak
Morgageeeni.
2. Katarak congenital
Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir ( bayi kurang dari 3 bulan).
Katarak congenital digolongkan dalam :
a. Katarak kapsulo lentikuler
Merupakan katarak pada kapsul dan kortek.
b. Katarak lentikuler: merupakan kekeruhan lensa yang tidak mengenai kapsul.
Katarak congenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3 bln
sampai 9 tahun katarak juvenil .
3. Katarak traumatic : terjadi karena cedera pada mata, seperti trauma tajam/trauma tumpul,
adanya benda asing pada intra okuler,X Rays yang berlebihan atau bahan radio aktif. Waktu
untuk perkembangan katarak traumatic dapat bervariasi dari jam sampai tahun.
4. Katarak toksik : Setelah terpapar bahan kimia atau substansi tertentu
( korticostirot,Klorpromasin/torasin,miotik,agen untuk pengobatan glaucoma).
5. Katarak asosiasi : penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid,Downs sindrom dan
dermatitis atopic dapat menjadi predisposisi bagi individu untuk perkembangan katarak.
Pada penyakit DM, kelebihan glukosa pada lensa secara kimia dapat mengurangi alcoholnya
yang disebut L-Sorbitol. Kapsul lensa impermiabel terhadap gula,alcohol dan melindungi
dari pelepasan. Dalam usaha untuk mengenbalikan pada tingkat osmolaritas yang normal
lensa diletakan pada air (newell, 1986).
6. Katarak komplikata : Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata lain (kelainan
okuler). Penyakit intra okuler tersebut termasuk retinitis pigmentosa, glaucoma dan retina
detachement. Katarak ini biasanya unilateral.

C. Patofisiologi
       Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia diatas 70 tahun, dapat
diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat juga diakibatkan oleh
kelainan konginental, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Secara kimiawi, pembentukan
katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang
kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan
kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Lensa yang mengalami katarak tidak
mengandung glutation. Usaha mempercepat atau memperlambat perubahan kimiawi ini dengan
cara pengobatan belum berhasil dan penyebab maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir –
akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak
senil, tampak lebih nyata. Penyelidikan epidemiologi mennjukan bahwa di daerah – daerah yang
spanjan g tahun selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia 65
tahun atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang mempengaruhi
efek terhadap lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan, lensa diganti
dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular. ( Anas Tamsuri, 2011 : 55 –
56 )
D. Klasifikasi
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun.
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika : Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma
tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular).
2. Katarak toksika : Katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.
3. Katarak komplikata : Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes melitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis, glaukoma, proses degenerasi pada
satu mata lainnya.
Berdasarkan stadium, katarak senil dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipien : Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan sehingga
bilik mata depan memiliki kedalaman proses.
2. Katarak imatur : Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya miopia, dan iris terdorong ke depan serta bilik mata depan
menjadi dangakal.
3. Katarak matur : Proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur : Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam didalam koteks lensa (Anas
2011,hh.56-58).

Stadium Katarak
1. Stadium insipien : Kekaburan dimulai pada bagian perifer lensa, lambat laun mengarah
pada bagian inti lensa mata sehingga menyerupai terali besi ( roda sepeda ). Pada keadaan ini
biasanya katarak stasioner.
2. Stadium intumesen ( imatur ) : Terjadi perubahan pada lensa, dimana lensa menjadi
bengkak dan menarik cairan dari jaringan sekitar. Kelainan yang nampak pada keadaan ini
adalah myopia, astigmatisme, bayangan iris pada lensa terlihat.
3. Stadium maturesen ( matur ) : Kekaburan lensa lebih padat dan lebih mudah dipisahkan
dari kapsulnya, ini merupakan stadium yang tepat untuk dilakukan operasi.
4. Stadium hipermatur : Biasanya akan ditemukan beberapa perubahan, katarak menjadi
lembek, mencair atau menjadi seperti susu.

E. Manifestasi Klinik
       Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.  Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.  Temuan objektif biasanya meliputi
pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.  Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.  Hasilnya adalah pendangan
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari.  Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
F. Pemeriksaan Penunjang
       Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
a. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
G. Penatalaksanaan
       Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat
meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
       Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu
dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni
adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1) Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
2) Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga
mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata
bisa fokus pada objek jauh
3) Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot
silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
       Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris
disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak
dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
a. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan.
b. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.
c. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:


1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
ICCE yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun
1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia. Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat
seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah kemudahan proses ini dilakukan,
sedangkan kerugiannya mata beresiko tinggi mengalami retinal detachment dan
mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa intraokuler. Salah satu teknik
ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe super dingin dan
kemudian diangkat.
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)
Terdiri dari 2 macam yakni:
a. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara
manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar
sehingga penyembuhan lebih lama.
b. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material
nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini
dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri
pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan
sangat minimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi)
kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur
kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan
sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang
lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata
baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi
visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat
ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang
dalam tahap pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya,
tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus
komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa
intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi
keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan
dapat kembali menjadi jelas.

H. Kompikasi
Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan
Uveitis.

I. Pengkajian keperawatan   
a. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
d. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia (Katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi pada umumnya pada usia
lanjut dan Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1
tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan
katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi
pada usia > 40 tahun), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung atau Pada pekerjaan laboratorium atau yang berhubungan dengan bahan kimia atau
terpapar radioaktif/sinar-X, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan
keluarga,  dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
e.  Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :
· Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
· Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
· Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
· Perubahan daya lihat warna.
· Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
· Lampu dan matahari sangat mengganggu.
· Sering meminta ganti resep kaca mata.
· Lihat ganda.
· Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
· Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.
f. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti :
·         DM
·         Hipertensi
·         Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
g. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.

h. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur/tidak jelas, sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur,
tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau mata
keras dan kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata)

i. Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat menetap
atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.

j. Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor
seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa
mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya
dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai
kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila
letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat
dengan pupil terjadi pada katarak matur.

c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau
penglihatan ke retina ayau jalan optic.
2. Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik/infeksi.
4. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
5. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

b. Masalah Keperawatan
1) Pre Operatif
a. Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b/d gangguan penerima sensori/status
organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
b. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan-kehilangan
vitreus, pandangan kabur
c. Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan
pembedahan
2) Post Operatif
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi
b. Gangguan persepsi sensori- perceptual penglihatan berhubungan dengan fungsi mata
terpasang bebat
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan prognosis, pengobatan, kurang terpajan
informasi, keterbatasan kognitif.
d. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

c. Intervensi
A.   Pre-Operatif
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri
keperawatan selama 3x24jam 1)    Kaji ketajaman peng- 1)    Kebutuhan tiap
diharapkan dapat meningkatkan lihatan, catat apakah satu individu dan pilihan
ketajaman penglihatan dalam batas atau dua mata terlibat. intervensi bervariasi sebab
situasi individu dengan Kriteria kehilangan penglihatan
Hasil : terjadi lambat dan
-     Mengenal gangguan sensori 2)    Orientasikan klien progresif.
dan berkompensasi terhadap tehadap lingkungan. 2)    Memberikan
perubahan. peningkatan kenyamanan
-    Mengidentifikasi/memperbaiki dan kekeluargaan,
potensial bahaya dalam menurun-kan cemas dan
lingkungan. disorientasi pasca operasi.
3)    Terbangun dalam
3)    Observasi tanda-tanda lingkungan yang tidak di
disorientasi. kenal dan mengalami
keterbatasan penglihatan
dapat mengakibatkan
kebingungan terhadap
orang tua .
4)    Memberikan rangsang
sensori tepat terhadap
isolasi dan menurunkan
4)    Pendekatan dari sisi bingung.
yang tak dioperasi, bicara 5)    Perubahan ketajaman
dengan menyentuh. dan kedalaman persepsi
5)    Ingatkan klien dapat menyebabkan
menggunakan kacamata bingung penglihatan dan
katarak yang tujuannya meningkatkan resiko
memperbesar kurang lebih cedera sampai pasien
25 persen, penglihatan belajar untuk
perifer hilang dan buta titik mengkompensasi.
mungkin ada. 6)    Memungkinkan
6)    Letakkan barang yang pasien melihat objek lebih
dibutuhkan/posisi bel mudah dan memudahkan
pemanggil dalam panggilan untuk
jangkauan/posisi yang tidak pertolongan bila
dioperasi. diperlukan.
2 Setelah dilakukan asuhan Mandiri: Mandiri:
keperawatan selama 3x24jam 1)    Diskusikan apa yang 1)    Membantu
diharapkan tidak terjadi cedera terjadi pada pascaoperasi mengurangi rasa takut dan
dengan criteria hasil: tentang nyeri, pembatasan meningkatkan kerja sama
-     Menyatakan pemahaman aktivitas, penampilan, dalam pembatasan yang
faktor yang terlibat dalam balutan mata. diperlukan.
kemungkinan cedera. 2)    Beri pasien posisi 2)    Menurunkan tekanan
-     Mengubah lingkungan sesuai bersandar, kepala tinggi, pada mata yang sakit,
indikasi untuk meningkatkan atau miring ke sisi yang tak meminimalkan risiko
keamanan. sakit sesuai keinginan. perdarahan atau stress
pada jahitan/jahitan
terbuka.
3)    Batasi aktivitas seperti 3)    Menurunkan stress
menggerakkan kepala tiba- pada area
tiba, menggaruk mata, operasi/menurunkan TIO.
membongkok.
4)    Ambulasi dengan
bantuan; berikan kamar 4)    Memerlukan sedikit
mandi khusus bila sembuh regangan daripada
dengan anastesi. penggunaan pispot, yang
5)    Anjurkan menggunakan dapat meningkatkan TIO.
teknik manajemen stres 5)    Meningkatkan
contoh, bimbingan relaksasi dan koping,
imajinasi, visualisasi, nafas menurunkan TIO.
dalam, dan latihan relaksasi.
6)    Pertahankan
perlindungan mata sesuai
indikasi.
6)    Digunakan untuk
melindungi dari cedera
7)    Observasi pembekakan kecelakaan dan
luka, bilik anterior kempis, menurunkan gerakan mata.
pupil berbentuk buah pir. 7)    Menunjukkan prolaps
iris atau rupture luka
Kolaborasi: disebabkan oleh kerusakan
8)    Berikan obat sesuai jahitan atau tekanan mata.
indikasi:
Antiemetic, contoh Kolaborasi:
proklorperazin 8)    Mual/muntah dapat
(Compazine), Asetazolamid meningkatkan TIO.
Memerlukan tindakan
segera untuk mencegah
cedera okuler.
Diberikan untuk
menurunkan TIO bila
terjadi
peningkatan.Membatasi
kerja enzim pada produksi
akueus humor
3 Setelah dilakukan asuhan 1)    Kaji tingkat kecemasan 1)    Derajat kecemasan
keperawatan 2x24 jam pasien dan catat adanya akan dipengaruhi
diaharapkan kecemasan px tanda- tanda verbal dan bagaimana informasi
berkurang dengan criteria hasil: nonverbal. tersebut diterima oleh
-     Pasien mengungkapkan dan individu.
mendiskusikan rasa 2)    Beri kesempatan pasien
cemas/takutnya. untuk mengungkapkan isi 2)    Mengungkapkan rasa
-     Pasien tampak rileks tidak pikiran dan perasaan takut secara terbuka
tegang dan melaporkan takutnya. dimana rasa takut dapat
kecemasannya berkurang sampai 3)    Observasi tanda vital ditujukan.
pada tingkat dapat diatasi. dan peningkatan respon
-     Pasien dapat mengungkapkan fisik pasien. 3)    Mengetahui respon
pemahaman mengenai informasi fisiologis yang
pembedahan yang diterima. 4)    Beri penjelasan pasien ditimbulkan akibat
tentang prosedur tindakan kecemasan.
operasi, harapan dan 4)    Meningkatkan
akibatnya. pengetahuan pasien dalam
rangka mengurangi
kecemasan dan kooperatif.
5)    Beri penjelasan dan
suport pada pasien pada 5)    Mengurangi
setiap melakukan prosedur kecemasan dan
tindakan meningkatkan
6)    Lakukan orientasi dan pengetahuan.
perkenalan pasien terhadap
ruangan, petugas, dan 6)    Mengurangi perasaan
peralatan yang akan takut dan cemas.
digunakan.
B.   Post Operatif
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
.
Dx
1 Setelah diberikan asuhan 1)    Kaji tngkat nyeri pasien 1) skala nyeri yang tinggi d
keperawatan selama 3 x 24 jam dengan menggunakan skala disertai peningkatan nadi dap
diharapkan nyeri pasien dapat nyeri dan pengukuran TTV menggambarkan tingkat nye
berkurang / hilang yang di rasakan oleh pasien
Kriteria hasil : 2)    Berikan kompres dingin 2) mengurangi edema ak
- klien dapat mengontrol sesuai dengan permintaan mengurangi nyeri
nyerinya untuk trauma tumpul
Skala nyeri 0 (0-10) 3)    Kurangi tingkat
pencahayaan
3) cahaya yang ku
4)    Berikan obat untuk menyebabkan rasa tak nyama
mengontrol nyeri dan TIO 4) pemakaian sesuai res
sesuai dengan resep akan mengurangi nyeri d
TIO
2 Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri
keperawatan selama 3x24jam 1.    Kaji ketajaman peng- 1.    Kebutuhan tiap individ
diharapkan dapat meningkatkan lihatan, catat apakah satu atau dan pilihan interven
ketajaman penglihatan dalam dua mata terlibat. bervariasi sebab kehilang
batas situasi individu dengan penglihatan terjadi lambat d
Kriteria Hasil : progresif.
-     Mengenal gangguan sensori 2.    Orientasikan klien 2.    Memberikan peningkat
dan berkompensasi terhadap tehadap lingkungan. kenyamanan d
perubahan. kekeluargaan, menurun-k
-    Mengidentifikasi/ cemas dan disorientasi pas
memperbaiki potensial bahaya operasi.
dalam lingkungan. 3.    Terbangun dala
3.    Observasi tanda-tanda lingkungan yang tidak di ken
disorientasi. dan mengalami keterbatas
penglihatan dap
mengakibatkan kebingung
terhadap orang tua .
4.    Memberikan rangsan
sensori tepat terhadap isola
dan menurunkan bingung.

4.    Pendekatan dari sisi yang 5.    Perubahan ketajaman d


tak dioperasi, bicara dengan kedalaman persepsi dap
menyentuh. menyebabkan bingun
5.    Ingatkan klien penglihatan dan meningkatk
menggunakan kacamata resiko cedera sampai pasi
katarak yang tujuannya belajar untu
memperbesar kurang lebih 25 mengkompensasi.
persen, penglihatan perifer
hilang dan buta titik mungkin 6.    Memungkinkan pasi
ada. melihat objek lebih mudah d
6.    Letakkan barang yang memudahkan panggilan untu
dibutuhkan/posisi bel pertolongan bila diperlukan.
pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi.
3 Setelah dilakukan asuhan Mandiri : Mandiri:
keperawatan selama 3x24jam 1)      Kaji informasi tentang 1)    Meningkatkan
diharapkan pengetahuan px kondisi, prognosis, tipe pemahaman dan meningkatk
bertambah dengan criteria hasil: prosedur/lensa. kerja sama dengan progra
-     Menyatakan pemahaman pasca operasi.
kondisi/proses penyakit dan 2)    Pengawasan period
pengobatan. 2)      Tekankan pentingnya menurunkan resiko komplika
Melakukan dengan prosedur evaluasi perawatan rutin. serius. Pada beberapa pasi
benar dan menjelaskan alasan Beritahu untuk melaporkan kapsul posterior dapat meneb
tindakan. penglihatan berawan. atau menjadi berkabut dala
dua minggu sampai bebera
tahun pasca operaa
memerlukan terapi laser untu
memperbaiki defi
penglihatan.
3)    Dapat bereak
silang/campur dengan ob
yang diberikan.

3)      Informasikan pasien 4)    Penggunaan obat ma


untuk menghindari tetes mata topikal, contoh ag
yang dijual bebas. simpatomimetik, penyek
4)      Diskusikan beta, dan agen anti kolinerg
kemungkinan efek atau dapat menyebabkan T
interaksi antara obat mata dan meningkat pada pasi
masalah medis pasien, contoh hipertensi; pencetus dispn
peningkatan hipertensi, pada pasien PPOM; geja
PPOM, diabetes. Ajarkan krisis hipoglikemik pa
metode yang tepat diabetes tergantung pa
memasukkan obat tetes untuk insulin. Tindakan benar dap
meminimalkan efek sistemik. membatasi absorbsi dala
sirkulasi sistemi
meminimalkan masalah sepe
interaksi obat dan ef
sistemik tak diinginkan.
5)    Aktivitas yan
menyebabkan mata lelah at
regang, manufer Valsalva, at
meningkatkan TIO dap
mempengaruhi hasil bedah d
5)      Anjurkan pasien mencetuskan
menghindari membaca, pendarahan.Catatan: iritasi
berkedip: mengangkat berat, pernafasan yang menyebabk
mengejan saat defekasi, batuk/bersin dap
membongkok pada panggul, meningkatkan TIO.
meniup hidung; penggunaan
sprei, bedak bubuk, merokok 6)    Memberikan masuk
(sendiri/orang lain). sensori, mempertahankan ra
normalitas, melalui wak
6)      Dorong aktivitas lebih mudah bila tak mamp
pengalih seperti mendengar menggunakan penglihat
radio, berbincang-bincang, secara
menonton televisi. penuh.Catatan:menonton
televisi frekuensi sedan
menuntut sedikit gerakan ma
dan sedikit menimbulkan str
dibanding membaca.
7)    Dapat meningkatkan TI
menyebabkan cede
kecelakaan pada mata.
8)    Mecegah cede
kecelakaan pada mata d
menurunkan resik
peningkatan TIO sehubung
7)      Anjurkan pasien dengan berkedip atau pos
memeriksa ke dokter tentang kepala.
aktivitas seksual. 9)    Mencegah cede
8)      Tekankan kebutuhan kecelakaan pada mata.
untuk menggunakan kaca
pelindung selama hari
pembedahan/penutup pada
malam.

9)      Anjurkan pasien tidur


terlentang, mengatur intensitas
lampu dan menggunakan kaca
mata gelap bila keluar/dalam
ruangan terang, keramas
dengan kepala kebelakang
(bukan kedepan), batuk 10) Menurunkan penglihat
dengan mulut/mata terbuka. perifer atau ganggu
10)  Anjurkan mengatur posisi kedalaman persepsi dap
pintu sehingga mereka terbuka menyebabkan pasien jalan
atau tertutup penuh: pindah dalam pintu yang terbu
kan perabot dari lalu lalang. sebagian atau menabr
perabot.
11)  Dorong pemasukan cairan 11) Mempertahankan
adekuat, makan berserat atau konsistensi feses untu
kasar: gunakan pelunak feses menghindari mengejan.
yang dijual bebas bila
diindikasikan.
12)  Identifikasi tanda/gejala
memerlukan upaya evaluasi
medis, contoh nyeri tajam 12) Intervensi dini dap
tiba-tiba, penurunan mencegah terjadin
penglihatan, kelopak bengkak, komplikasi seriu
drainase purulen, kemerahan, kemungkinan kehilang
mata berair, fotofobia. penglihatan.
4 Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri
keperawatan selama 3x24jam 1)    Diskusikan pentingnya 1)    Menurunkan juml
diharapkan tidak terjadi infeksi mencuci tangan sebelum bakteri pada tangan, menceg
dengan criteria hasil : menyentuh/mengobati mata. kontaminasi area operasi.
-  Meningkatkan penyembuhan 2)    Gunakan/tunjukkan
luka tepat waktu, bebas drainase teknik yang tepat untuk 2)    Teknik asept
purulen, eritema dan demam membersihkan mata dari menurunkan risiko penyebar
-  Mengidentifikasi intervensi dalam ke luar dengan tisu bakteri dan kontaminasi silan
untuk mencegah/menurunkan basah/bola kapas untuk tiap
risiko infeksi. usapan, ganti balutan dan
masukan lensa kontak bila
menggunakan.
3)    Tekankan pentingnya
tidak menyentuh/ menggaruk
mata yang dioperasi.
Kolaborasi: 3)    Mencegah kontamina
4)    Berikan obat sesuai dan kerusakan sisi operasi.
indikasi :
-        Antibiotic (topical, Kolaborasi:
parenteral,atau 4)    Sediaan topical digunak
subkonjungtival). secara profilaksis, dima
-        Steroid terapi lebih agresif diperluk
bila terjadi infeksi. Catata
steroidmungkin ditambahk
pada antibiotic topical bi
pasien mengalami implanta
IOL.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
       Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang
keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile, kongenital, traumatic,
toksik, asosiasi, dan komplikata.
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak
mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat bertambahnya usia sehingga
tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling sering terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Anas Tamsuri,  2011, Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Jakarta. EGC
Sidarta llyas, 2003, Ilmu Penyakit Mata Jakarta FKUI
http://aanborneo.blogspot.com/2013/04/makalah-katarak.html, jam  18:30 tgl 20 – 9 – 2013
http://gexmi.blogspot.com/2012/12/makalah-katarak.html jam 18:30, jam 18:57 tgl 20 – 9 – 2013
http://liriyantoasy.wordpress.com/2012/02/08/makalah-katarak/ jam 19:03 tgl 20 – 9 - 2013

You might also like